TENTANG
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
DISUSUN
OLEH :
UNIVERSITAS LABUHANBATU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Keimanan dan Ketakwaan”.
Makalah ini dibuat dan diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah
pendidikan agama Islam. Berhubungan dengan pembuatan makalah ini penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca terhadap penulis
akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini di
masa yang akan datang.
Jakarta, 24 Februari 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1. Iman.................................................................................................................3
2.2 Proses Terbentuknya Iman...............................................................................3
2.3 Tanda–tanda Orang Beriman............................................................................5
2.4 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan.................................................................6
2.5 Implementasi Iman dan Takwa........................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
2. Apakah tanda – tanda orang beriman ?
3. Bagaimana implementasi imtaq dalam kehidupan modern ?
4. Bagaimana fungsi akal dan wahyu dalam mengenal Tuhan,baik dan buruk,
dan kewajiban berbuat baik dan meninggalkan yang buruk?
5. Bagaimana peran akal dalam mengembangkan pemikiran keagamaan?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Sebagai bahan kajian yang dapat memberikan informasi tentang iman dan
takwa serta bagaimana meningkatkan keimanan serta ketakwaan tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Iman
Iman berasal dari kata kerja bahasa Arab amina-ya’manuamanan yang
berarti percaya. Taqwa yang berasal dari kata waqa artinya memelihara sesuatu.
Oleh karena itu, iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga,
orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin
yang sesuai dengan ajaran Allah. Walaupun, dalam kesehariannya tidak
mencermikan ketaatan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya masih disebut
beriman.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, Iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup.
Akidah islam dalam Al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh karena itu,
orang yang mengimani aqidah islam akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan
aturan hukum islam.
3
membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi
yahudi, nasrani, atau majusi.”. Oleh karena itu, keimanan seorang anak ditentukan
oleh orang tuanya. Tak hanya itu, perilaku orang tua dirumah jugalah menjadikan
anak tersebut berperilaku baik atau buruk.
Proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan yaitu,
mengenal serta mengetahui bagaimana ajaran Allah. Karena tidak mungkin
seseorang dapat beriman kepada Allah tanpa terlebih dahulu mengenal dan
mengetahui ajaran Allah. setelah mengenal dan mengetahui ajaran Allah harus
dilakukan proses pembiasan agar dapat melaksanakan ajaran Allah dengan senang,
ikhalas, dan benar.
Dalam mewujudkan proses terbentuknya iman dalam diri seseorang, maka
harus mengikuti prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Pembinaan Berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menrus,
dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan
orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah
diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena
itu, penting mengarahkan proses motivasi, agar dapat membuat tingkah laku
lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai–nilai hidup yang patut
diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip Internalisasi dan Individuasi
Iman akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila
seseorang dapat menghayatinya melalui peristiwa internalisasi, yakni usaha
menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi yakni
usaha menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya. Oleh karena
itu, dengan merasakan pengalaman tersebut akan terjadi kristalisasi nilai
iman dalam diri seseorang.
4
3. Prinsip Sosialisasi
Tingkah laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila sudah
diterima secara sosial. Seseorang akan dikatakan beriman, apabila akhlak nya
dapat diterima oleh masyarakat sekitar.
4. Prinsip Konsistensi dan Koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu
tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
5. Prinsip Integrasi
Agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan
keterampilan tingkah laku yang terpisah – pisah, tetapi melalui pendekatan
yang integratif, Dalam kaitan problematika kehidupan yang nyata.
5
Akidah islam sebagai keyakinanyang membentuk perilaku bahkan
mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan
tanda orang yang beriman sebagai berikut :
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Jujur dan adil.
5. Tidak murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan
situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi
resiko bahkan tidak takut pada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.
7
kekuataan yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak
menimpakan bencana, tidak ada satupun kekuaatan yang sanggup
menahannya. Oleh karena itulah, iman mampu menghilangkan
kepercayaan terhadap dewa-dewa, manusia yang memiliki kekuasaan,
serta benda-benda keramat. Orang beriman selalu mengikuti perintah
Allah yang terdapat dalam surah Al-Fatihah ayat 1-7.
b. Iman menanamkan semangat berani mengahadapkan maut
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ada di tangan
Allah dan hanya Allah yang dapat menghidupkan dan mematikan
seseorang.
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika
mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S
An-Nisa: 78)
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Dalam mencari rezeki kadang-kadang manusia rela melepaskan
prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, serta memperbudak
diri. Hal tersebut semata-mata hanya ingin mendaptakan materi di muka
bumi ini. Orang yang beriman tidak akan melakukan hal tersebut karena
ia percaya bahwa Allah memberikan rezeki kepada semua umatnya.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-
lah yang member rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
8
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauhmahfuzh).” (Q.S Hud: 6)
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
Orang yang beriman jika tertimpa malapetaka, ia akan bersabar dan
memohon rahmat kepada yang memiliki rahmat. Dengan demikian
ketenangan akan meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan
mengabulkan do’anya, meneguhkan hatinya, dan memberikan
kemenangan.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d: 28)
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatantayibbah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh nyaakan Kami
berikan kepada-Nya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (Q.S An-Nahl: 97)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu berbuat
dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman
senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan
lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman
Allah
“Katakanlah:”sesungguhnyas halatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” (Q.S Al-An’am:162)
9
g. Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena
Allah membimbingnya dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.
“Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka,
dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Al-Baqarah :5)
h. Iman mecegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi
biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Dalam hal ini iman
mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku,
dan akhlak manusia. Oleh karena itulah, orang–orang yang dikontrol oleh
iman tidak akan mudah terkena penyakit seperti darah tinggi, diabetes, dan
kanker.
10
BAB III
3.1 Kesimpulan
Iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang
yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang
sesuai dengan ajaran Allah. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya.
Proses terbentuknya iman dimulai sejak masih dalam kandungan. Tetapi,
pengajaran iman dapat dimulai sejak masih kanak kanak dimulai dengan
mengenalkan, mengetahui, dan membiasakan ajaran Allah tentang keimanan
dan ketakwaan.
Tanda-tanda orang beriman dan ketakwaan dapat dilihat berdasarkan
tingkah laku orang tersebut dalam kehidupan sehari hari. Dalam implementasi
kehidupan, keimanan dan ketakwaan dapat menuntun kita dalam
memecahkan masalah dalam hidup dan menuntun kita memisahkan mana
yang baik dan buruk.
3.2 Saran
Keimanan dan ketakwaan tidak ada dengan sendirinya. Semuanya harus
diajarkan dan dipelajari. Karena itulah, peran orang tua sangat penting dalam
mengajarkan kedua hal tersebut.
Tak hanya itu, kita juga harus senantiasa memperkaya keiman dan
ketakwaan kita dengan terus belajar dan berbuat baik. Karena hal itu dapat
11
membantu kita menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.
12
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam Universal Menebar Islam sebagai Agama
Rahmatan Lil’Alamiin. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.
13