Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan dampaknya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan perbaikan pada
makalah.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia
sekitar kita beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa
mempertanyakan misalnya, apa itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bias
terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti tarbakar? Mengapa besi dapat berkarat
sedangkan emas tidak? Apa itu karet dan bagaimana membuat karet tiruan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas
dalam dalam ilmu kimia. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu
kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat,
susunan, sifat-sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahannya.
Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga
dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa
ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif [atom
yang melepaskan elektron] dan ion negative [atom yang menangkap elektron].
Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar.
Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk
ikatan antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat,
yaitu Gilbert Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853-
1972) menerangkan tentang konsep ikatan kimia.
-            Unsur- unsur gas mulia ( golongan VIIA) sukar membentuk senyawa karena
konfigurasi electronnya memeliki susunan electron yang Stabil.
-            Setiap unsur berusaha memeliki konfigurasi electron seperti yang di meliki oleh
unsure gas mulia, yaitu dengan cara melepaskan electron atau menangkap electron.
-             Jika suatu unsure melepaskan electron, artinya unsure itu electron pada unsure
lain. Sebaliknya, jika unsure itu menangkap elektron, artinya menerima elektron dari
unsure lain. Jadi susunan yang  stabil tercapai jika berikatan dengan atom unsure
lain.
-            Kecenderungan atom- atom unsure untuk memiliki delapan elektron di kulit
terluar di sebut kaida octet.

1.1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan keseluruhan kajian teoritis dan hasil Studi yang kami ( kelompok


III )rangkup pada uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang kami
angkat adalah apakah kita biasa menerima begitu saja perubahan-perubahan yang
terjadi tanpa mempertanyakannya?
1.2  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam mengadakan tugas makalah ini adalah :
-            Agar mengetahui perubahan  yang terjadi di sekitar kita
-            Untuk lebih memahami Ilmu Kimia secara umum
-            Lebih menyadari pentingnya pendidikan,melati kami dalam pembuatan-
pembuatan makala secara kelompok, sehingga menjadi bekal bagi masa yang akan
dating.

BAB II
2.1 PEMBAHASAN

IKATAN KIMIA
Pengertian Ikatan Kimia
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang
menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan
kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsure-unsur cenderung membentuk struktur
elektron stabil. Struktur elektron stbil yaitu struktur elektron gas mulia ( Golongan VIII
A ) Seperti dalam tabel 3.1 berikut.

Unsu
No Atom K L N M O P
r
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

         Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa


terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka
mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan
berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron kedua atom tersebut
sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur
atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah
oktet
Contoh: Br     +    Br             Br   Br          Atau                Br  -  Br
Sementara itu,atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hydrogen
sampai dengan boron cenderung memiliki konvegurasi elektron gas helium atau
mengikuti kaidah Duplet.
Elektron yang berperan   dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar
atau elektron valensi. Elektron valensi menunjukan kemampuan suatu atom untuk
berikan dengan atom lain. Contoh elektron valensi dari beberapa unsur dapat dilihat
dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Elektron Valensi Beberapa Unsur


Susunan Elektron
Unsur
elektron valensi
6 C 2. 4 4
8 O 2.6 6
12Mg 2.8.2 2
13Al 2.8.3 3
15P 2.8.5 5
17Cl 2.8.7 7

Unsnr – unsnr dari golongan alkali dan alkali tanah , untuk menyapai kestabilan
cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif . unsnr –
unsnr yang mempunyai kecendrungan membentuk ion positif termasuk unsur elektro
positif . unsnr – unsur dari golongan halogen dan  khalkhogen mempunyai
kecendrungan menangkap elektron untuk mencapai kestabilan sehingga
membentuk ion negative.  Unsur - unsur yang demikian termasuk
unsurelektronnegative .

2.2 Jenis-Jenis Ikatan Kimia


Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung  jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Ikatan antar atom
a.       Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam
suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion dan
juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah
dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion
cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam
hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari
atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda
keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan
ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai
akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan
ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan
melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan
dalam aturan Lewis
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
a.       Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
b.      Memiliki titik leleh yang tinggi
c.       Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit
b.      Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron
bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari
unsur-unsur non logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan
tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang
menyebabkan kedua atom terikat bersama.
Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu
memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen,
masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian
untuk atom H yang menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak
terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh
dalam menentukan bentuk dan geometri molekul.
Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah
pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan
ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan
ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron, beitu juga dengan ikatan
rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki panjang
ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat juga
bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta, dan lain-
lain.
Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada
senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak
sama terhadap elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda
keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan
kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik
muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang
kecil atau tidak ada.
  Gambar Ikatan Kovalen pada metana

c.    Ikatan kovalen koordinasi = semipolar


Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan
elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom
saja. Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima elektron
berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:
-       Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
-       Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
         
Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua
ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan
kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.

d.      Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini
elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik
dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat
terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron yang
mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini
adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam
ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam
semata
2.      Ikatan Antara Molekul
a.       Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang
sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan
ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan dengan
ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang
memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan
pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan
bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan
dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya semakin besar pula
ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik
didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang
memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar
dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang
memiliki beda keelektronegatifan terbesar.

b.      Ikatan van der walls


Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik
menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari
polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar
molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama
gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika
ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini,
molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain
menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der
Walls.
B.       Teori Orbital Molekul
Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan
kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat .sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang tramati secara memuaskan. Contohnya
adalah molekul oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
         
Menurut gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada O2
berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun
kenyataanya, menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat
paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan
adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi.
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut
sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui
istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-
atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah pada
pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu orbital
molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan
kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang lebih besar dan kestabilan yang lebih
rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Penempatan elektron
dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan
penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang tidak stabil.
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti atom
yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat
gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan
gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo,
dan juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.
Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif,
sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi
destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara dua orbital 1s
dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan
pembentukan antiikatan sigma (σ*1s).

C.      Hibridisasi
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom
membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat
ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam
menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian
tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan
bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya
tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
1.      Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini
dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini
selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang
melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia
umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model
representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus
hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang
bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi
karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya
memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian
diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon,
nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat
diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk
menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon,
nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih
mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P
dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan
dalam metana.
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah
atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana,
CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat
dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1
2py1.

2.      Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul


Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan
secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara
luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada
kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah
kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan
molekul, meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut
pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan
lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri molekul
seperti yang ada pada teori orbital molekul.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Sehubungan dengan penulisan tugas makala kami (kelompok III ), maka dapat
kami simpulkan bahwa : Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di
sekitar kita,yang telah kita nikmati, yang mana tanpa kita sadari kita telah melakukan
perubahan-perubahan yang bersifat kimia, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Dan cara yang kita lakukan itu semua tergantung pada diri kita masing-
masing, sehingga kita dapat menikmatinya secara bersama-sama, sebab dengan
adanya perubahan-perubahan usaha pemerintah dapat berjalan.

Anda mungkin juga menyukai