Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN

SOAL 1
Pihak Terafiliasi
Pengertian 1
a. komisaris, direksi atau kuasanya, pejabat, dan karyawan Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS;
b. pihak yang memberikan jasanya kepada Bank Syariah atau UUS, antara lain Dewan Pengawas
Syariah, akuntan publik, penilai, dan konsultan hukum; dan/atau c. pihak yang menurut penilaian
Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan Bank Syariah atau UUS, baik langsung maupun
tidak langsung, antara lain pengendali bank, pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris,
dan keluarga direksi. [UU 21/2008]

Pengertian 2
a. anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi, pejabat, atau karyawan bank. b. anggota
pengurus, badan pemeriksa, direksi, pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. pihak yang
memberikan jasanya kepada bank yang bersangkutan, termasuk konsultan, konsultan hukum,
akuntan publik, penilai. d. pihak yang berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
turut serta mempengaruhi pengelolaan bank. (UndangUndang No.7/ 1992 tentang Perbankan)

SOAL 2
Tindak Pidana Berkaitan dengan Perizinan

Setiap pihak yang ingin mendirikan bank, tentunya harus memenuhi ketentuan sebagaimana yang
diatur dalam undang-undang. Berkaitan dengan perizinan bank telah diatur dalam Pasal 16 Undang-
Undang tentang Perbankan yang mewajibkan setiap pihak memperoleh izin usaha sebagai Bank
Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia apabila ingin melakukan kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

Apabila ternyata belum memperoleh izin usaha sesuai ketentuan tersebut namun sudah
menjalankan kegiatan layaknya bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat, maka aktivitas
tersebut dapat dikatakan sebagai praktik bank tanpa izin atau bank gelap.

Ketentuan pidana mengenai pelanggaran perizinan bank ini juga telah diatur dalam Pasal 46
Undang-Undang tentang Perbankan yang memberikan ancaman pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah).

Tindak Pidana Berkaitan dengan Rahasia Bank

Sebagai lembaga keuangan, tentunya industri perbankan harus dapat menjaga kepercayaan
masyarakat. Salah satunya terkait dengan keterangan data diri dan keadaan keuangan nasabah.

Rahasia Bank berdasarkan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang tentang Perbankan didefinisikan


sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan
simpanannya.

Apabila terdapat pihak yang melakukan pelanggaran rahasia bank, Undang-Undang tentang
Perbankan telah mengatur pengenaan ancaman pidana pada Pasal 47 dan Pasal 47a.
Tindak Pidana Berkaitan dengan Pengawasan Bank

Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, setiap bank memiliki kewajiban untuk patuh kepada pihak
yang bertanggung jawab terhadap pengawasan bank, yaitu Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan. Dikarenakan sebagai lembaga yang mengelola uang masyarakat dalam jumlah yang besar,
Bank Indonesia perlu mengetahui bagaimana perjalanan kegiatan dan usaha bank melalui laporan.

Apabila bank tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud, maka dapat dikatakan telah
melakukan tindak pidana perbankan di kelompok ini sehingga dapat dikenakan Pasal 48 Undang-
Undang tentang Perbankan.

Tindak Pidana Berkaitan dengan Kegiatan Usaha

Semakin bervariasinya produk dan kegiatan perbankan, maka bank perlu menjaga kepercayaan
masyarakat dalam hal penggunaan dana nasabah yang bertanggung jawab yang diwujudkan dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban.

Laporan tersebut nantinya akan diumumkan langsung kepada publik melalui media massa, maupun
diberikan kepada Bank Indonesia dan/ atau Otoritas Jasa Keuangan. Bagi pihak yang tidak mematuhi
ketentuan ini, maka dapat dikenakan ancaman pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 49
Undang-Undang tentang Perbankan.

Tindak Pidana Berkaitan dengan Pihak Terafiliasi

Berdasarkan Pasal 1 angka 22 Undang-Undang tentang Perbankan diberikan penjabaran bahwa


pihak terafiliasi meliputi:

anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank;

anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi
bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum
dan konsultan lainnya;

pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, antara
lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi,
keluarga pengurus.

Terhadap pihak terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah untuk
memastikan ketaatan bank terhadap Undang-Undang tentang Perbankan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku lainnya, maka dapat dikenakan ancaman hukuman pidana sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 50 dan Pasal 50a Undang-Undang tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.

Sumber :
(Otoritas Jasa Keuangan. “Pahami & Hindari: Buku Memahami dan Menghindari Tindak Pidana
Perbankan (Sesuai UU Perbankan Syariah).”
Otoritas Jasa Keuangan. “Perbankan & Tipibank.”)

Anda mungkin juga menyukai