Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Kajian Kurikulum Dalam Perspektif Sosiologi


Dosen Pengampu : Dr. Asep Mulyana M.Si

Kelompok : 13
Kelas : Biologi B/3
Anggota : 1. Ira Rahmayanti Hidayati (1908106044)
2. Diah Ayu Rahmawati (1908106110)

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon


Jl. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon
Jawa Barat 45131
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu “curriculae” yang berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa mampu
melakukan berbagai kegiatan, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan pembelajaran.
Kurikulum adalah jantung pendidikan. Pendapat ini menunjukkan betapa
pentingnya keberadaan kurikulum dalam ranah pendidikan nasional, Nkarena
kurikulum sangat mewarnai konstruksi dan wajah pendidikan suatu masyarakat.
Kurikulum bukan sekadar menyangkut subs tansi dan instruksional pembelajaran
yang bermain di level mikro, tetapi kurikulum berkaitan dengan relasirelasi sosial
berbagai agen yang terlibat dan berkepentingan di belakangnya.
Pembahasan pendidikan dan sekolah tentu tidak pernah lepas dari kata
kurikulum. Seperti yang kita ketahui, kemajuan jaman dengan berbagai perubahan
didalamnya juga menuntut penyesuaian dalam dunia pendidikan, dalam hal ini
kurikulum sendiri tentunya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan jaman ini
akhirnya menyebabkan kurikulum harus dirombak sedemikian rupa. Namun,
merombak kurikulum tentu tidak mudah, terlebih dengan berbagai masalah
pendidikan di negara tersebut. Selain itu banyak pula faktor yang dapat menghambat,
salah satunya adalah faktor sosiologis yang berhubungan langsung dengan
masyarakat.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup
dalam kehidupan masyarakat, tentunya tidak hanya hidup, namun mempunyai
kompetensi yang mampu menjadi orang yang berguna bagi masyarakat itu sendiri.
Adanya sosiologi kurikulum adalah untuk mewujudkan pendidikan yang cenderung
mempertahankan keteraturan dan masyarakat normatif.
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi kurikulum dan sosiologi, serta kaitan antara keduanya ?
2. Bagaimanakah awal perkembangan sosiologi kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kurikulum dan sosiologi, serta kaitannya.
2. Untuk mengetahui perkembangan sosiologi kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu “curriculae” yang berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa mampu
melakukan berbagai kegiatan, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan pembelajaran.
Istilah kurikulum sudah dikenal sejak tahun 1820 (Karhami, 2000:281).
Sejarah keberadaan kurikulum dapat dilacak saat Plato menyusun aritma tika sebagai
ringkasan belajar yang didalamnya mencakup geometri, astronomi, solid geometri dan
hardnomi. Semua itu terkait dengan pelajaran matematika. Namun demikian, meski
Plato mengintrodusir konsep kurikulum, tetapi sejarah kurikulum mulai masuk ke
sekolah dapat ditelusuri pada abad ke-16. Seperti yang ditulis Hamilton, tatanan
alam/bumi saat itu termasuk ilmu-ilmu alam sangat berpengaruh terhadap terciptanya
kurikulum saat itu (Alkin, Malkin, 1992:277).
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan,
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan
diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie
Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi
dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah
sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan
memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang
lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan
berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
B. Perkembangan Awal Sosiologi Kurikulum
Sosiologi kurikulum merupakan studi yang relatif baru dalam disiplin
sosiologi. Sosiologi kurikulum awalnya hanyalah suatu kajian dalam sosiologi
pendidikan. menurut Musgrave, sosiologi kurikulum berkembang sejak awal 1970. Ini
diawali dengan konsen para sejarawan yang menulis tentang kurikulum dan mereka
menggunakan konsep-konsep sosiologis. Munculnya sosiologi kurikulum juga
dikarenakan perkembangan dalam sistem pendidikan di berbagai negara yang
menempatkan kurikulum sebagai posisi penting di sekolah. Pada akhir 1960 sampai
awal 1970, di Inggris terjadi pergeseran paradigma dalam kajian sosiologi pendidikan
yang cenderung mempertahankan keteraturan dan masyarakat normatif sebagaimana
menjadi corak pemikiran sosiologi di Inggris.
Menurut Michael F.D Young, pada saat itu kalangan sosiolog pendidikan
maupun ahli kurikulum Inggris belum mampu memberikan jawaban memuaskan
mengenai apakah pengetahuan itu berharga bagi pendidikan? Dan apakah perbedaan
signifikan antara kurikulum dan pengetahuan sehari-hari yang didapatkan di rumah, di
masyarakat dan di tempat kerja? Mereka melihat dua pertanyaan ini sebagai bagian
dari sistem pendidikan yang ada. Hal ini mendorong kalangan sosiolog pendidikan
untuk terus melakukan kajian guna mencari jawaban dan analisis yang memuaskan.
Pergeseran paradigma ini melahirkan arah dan pendekatan baru yang dirintis oleh
sejumlah intelektual yang berada di Institute of Education, London. Lembaga ini
berdiri sejak 1909 dan berada di bawah naungn University of London, yang
memusatkan perhatiannya pada kajian pendidikan dari berbagai perspektif.
Lembaga ini menerbitkan publikasi yang menegaskan perhatiannya pada sifat
dan karakteristik pengetahuan sekolah sebagai hal penting dalam pendidikan
khususnya sekolah. Dalam diskusi-diskusi lembaga kemudian melahirkan sebuah
pendekatan baru untuk mengkaji kurikulum yang berada di sekolah. Pendekatan baru
ini disebut dengan “New Sociology of Education”. Fase yang berkembang pada
periode ini adalah bermunculannya generasi sosiolog dengan perspektif pemikiran
fenomonologis dan neo-marxian. Kurikulum dipahami sebagai manifestasi dan
akumulasi pengetahuan yang bekembang di sekolah. Yang mana dalam
perkembangannya kita kemudian mengenalnya sebagai sosiologi kurikulum.
Pendekatan “New Sociology of Education” memandang sekolah atau
pendidikan formal lebih luas, melibatkan transmisi pengetahuan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Hal ini menjadi premis dari sosiologi pendidikan sejak awal,
tetapi sejak 1970-an, premis itu menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan atau
bahkan bertentangan. Pendekatan tersebut menjelaskan kurikulum sebagai realitas
konstruksi soisl sebagaimana realitas sosial lainnya. Hal tersebut dapat dilihat ketika
kurikulum dapat sering berubah seiring dengan perubahan kebijakan politik. Dalam
menjelaskan kaitannya dengan perubahan kebijakan politik, sering kali sosiolog
pendidikan mengabaikan aspek ini.
Di awal tahun 1970-an, Young mendefinisikan sosiologi kurikulum sebagai
sebuah kerja intelektual untuk mengaitkan prinsip-prinsip, seleksi dan
pengorganisasian kurikulum dalam sekolah serta kaitannya dengan setting interaksi
sosial yang mana berada dalam struktur sosial yang lebih luas. Penjelasan ini dapat
dipahami bahwa kurikulum bukanlah sebuah ruang yang hampa, tetapi sebuah arena
yang mengaitkan interaksi sekaligus relasi antara kelas, sekolah dan masyarakat yang
lebih luas. Pada level inilah, sosiologi kurikulum lahir dan berkembang. Lahirnya
sosiologi kurikulum juga harus dilihat bahwa kurikulum merupakan sebuah penemuan
sosial yang menggambarkan kesadran maupun ketidaksadaran sebagai pilihan budaya
yang didasarkan atas nilai , kepercayaan kelompok yang dominan.
C. Ruang Lingkup dan Pokok Bahasan Sosiologi Kurikulum
Sosiologi kurikulum adalah studi yang membahas relasi sosial politik
kurikulum di masyarakat secara luas. Di dalamnya juga menjelaskan bagaimana
terjadinya dominasi oleh kelompok dan ideologi dominan terhadap kelompok yang
secara sosial lebih lemah. Sosiologi kurikulum menggunakan basis perspektif
sosiologi untuk menjelaskan dinamika kurikulum.
Berbeda dengan studi kurikulum, sosiologi kurikulum dalam analisisnya
bergerak lebih jauh untuk menjelaskan seluruh dinamikamaupun kontradiksi dalam
produksi pengetahuan hingga praktiknya di sekolah. Selain itu, sosiologi kurkulum
juga menjelaskan mengenai relasi dan kontestasi aktor-aktor yang terlibat dalam
kurikulum tersebut. Aktor tersebut antara lain guru (pendidik), murid, sekolah,
maupun masyarakat. Secara umum dapat dijelaskan pokok bahasan sosiologi
kurikulum yaitu:
1. Kekuasaan (power)
Negara atau kelompok dominan sangat berkepentingan dengan mekanisme
kurikulum tersebut untuk mempertahankan sekaligus memproduksi alat kekuasaan
maupun kepentingan ideologisnya. Kurikulum dalam kelompok dominan dipandang
sebagai soft mecanism yang paling ampuh dan strategis.
2. Ideologi
Penetrasi ideologis dapat berjalan tanpa kesadaran kritis dari kelompok dominan
yang berkuasa. Ideologi apapun akan dengan mudah disampaikan melalui praktik
kurikulum tersebut. Studi sosiologi kurikulum berupaya untuk menjelaskan
bagaimmana ideologi itu bisa dipraktikkan dan dipertahankan secara masif.
3. Ketimpangan sosial ekonomi
Pokok bahasan lain yang juga terkait aalah ketimpangan sosial ekonomi yang
diakibatkan praktik kurikulum tersebut. Kelompok dominan yang berkuasa sangat
mungkin adalah mereka yang secara sosial ekonomi merupakan kelompok yang
memiliki akses kapitallebih dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya.
4. Ketimpangan gender
Ketimpangan gender itu berada di teks, buku pelajaran maupun berbagai intruksi
pengajaran yang bias gender. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai konstruksi
yang seksis dan cenderung stereotipe terhadap perempuan. Laki-laki dianggap
superior dan perempuan sebaliknya. Murid tanpa disadari menerima teks dan
penjelasan yang bias gender sebagai sebuah kebenaran. Hal ini yang akan terus
direproduksi dalam rasionalitas masyarakat tersebut.
D. Peran kurikulum
kurikulum sebagai suatu jangkauan perspektif yang lebih luas, bukan sekedar
dikaitkan dengan upaya pendidikan di dalam sistem persekolahan, tetapi dikaitkan
pula dengan kepribadian bangsa. Misalnya melalui ceramah, wayang, komik, drama,
yang  didalamnya mengandung satu pesan tentang kepribadian bangsa.
Segala macam upaya pembinaan kepribadian bangsa tersebut, baik  yang
berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, semuanya mengandung pesan dan misi
pendidikan tertentu. Pesan inilah yang akhirnya disebut sebagai kurikulum. Fungsi
kurikulum bagi masyarakat, sesunguhnya juga akan menggambarkan fungsi sekolah
bagi masyarakat. Artinya, kurikulum akan mengambarkan berbagai muatan yang akan
diemban oleh sekolah.
John Dewey mengemukakan bahwa lembaga pendidikan sekolah adalah
institusi yang paling efektif untuk melakukan rekonstruksi dan memperbaiki
masyarakat melalui pendidikan individu. Bahkan G.S.Counts lebih jauh dari itu;
dengan mengemukakan bahwa ”pendidikan tidak hanya harus membawa perubahan
dalam masyarakat akan tetapi mengubah tata sosial dan mengatur perubahan sosial.”
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kurikulum berperan sangat besar
dalam mempercepat terjadinya proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Teori
sosiologi mengatakan bahwa: Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti
mengalami perubahan-perubahan, Perubahan mana dapat berupa perubahan yang
tidak menarik atau kurang mencolok. Ada pula perubahan–perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun amat luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang
lambat sekali akan tetapi ada pula perubahan yang amat cepat. .Ini pula yang menjadi
salah satu alasan mengapa kemudian kurikulum perlu dikembangkan atau bahkan
mungkin diadakan perubahan. Hal itu semata-mata karena terjadinya dinamika dalam
kehidupan sosial masyarakat.

BAB III

KESIMPULAN

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk


membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa mampu melakukan berbagai
kegiatan, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pendidikan pembelajaran.

Sosiologi kurikulum berkembang sejak awal 1970. Ini diawali dengan konsen
para sejarawan yang menulis tentang kurikulum dan mereka menggunakan konsep-
konsep sosiologis. Lahirnya sosiologi kurikulum tidak bisa dipisahkan dari lahirnya
“the New Sociology of Education”. Perintis sosiologi kurikulum antara lain Basil
Bernstein, Michael F.D Young, dan John Meyer.

Sosiologi kurikulum adalah studi yang membahas relasi sosial politik


kurikulum di masyarakat secara luas. Di dalamnya juga menjelaskan bagaimana
terjadinya dominasi oleh kelompok dan ideologi dominan terhadap kelompok yang
secara sosial lebih lemah. Secara umum dapat dijelaskan pokok bahasan sosiologi
kurikulum yaitu kekuasaan (power), ideologi, ketimpangan sosial ekonomi, dan
ketimpangan gender

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 157

Soerjono Soekanto. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. Bab 6

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2013) hlm. 47-48
Subkhan, E. (2018). Sosiologi Kurikulum Membuka Mata Mengenai Relasi
Pengetahuan dan Kekuasaan.

Hidayat, R. (2011). Perspektif Sosiologi tentang Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan, 122549.

Anda mungkin juga menyukai