Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAN ANALISIS KELAYAKAN KONSUMSI AIR TANAH BERDASARKAN

SIFAT FISIK DAN KIMIA SIFAT KIMIA


DAERAH GEMBOL DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN NGAWI JAWA TIMUR

Oleh :
Mochamad Irvan Vawad R¹), Djauhari Noor²), dan Solihin³)

ABSTRAK
Tujuan penelitian dan pemetaan geologi Daerah Gembol dan sekitarnya, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur adalah untuk mengetahui kondisi geologi wilayah
tersebut mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan studi khusus tentang
analisis kualitas airtanah berdasarkan sifat fisik dan kimia. Metodologi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi literatur, penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio yang
keseluruhan dituangkan dalam peta dan sebuah laporan tugas akhir. Hasil yang dicapai dalam
penelitian dan pemetaan geologi Daerah Gembol dan sekitarnya, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian secara morfogenesa dapat
dibagi menjadi 2 satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan dan Satuan
Geomorfologi Dataran Aluvial. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah penelitian dikontrol oleh
lipatan sehingga membentuk pola aliran trelis. Stadia erosi sungai berada pada tahapan muda, dewasa
dan tua. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari tua ke muda adalah Satuan Batuan
Batupasir Selang–seling Batulempung Gampingan Sisipan Tuf (Formasi Kerek) yang berumur -
atau pada kala Miosen Tengah–Miosen Akhir bagian tengah diendapkan pada Batial Atas. Secara
selaras pada - Kala Miosen Tengah bagian akhir–Pliosen bagian tengah diendapkan Satuan
Batuan Batulempung Gampingan Sisipan Batupasir dan Breksi (Formasi Kalibeng) yang diendapkan
pada Neritik Tengah-Neritik Luar. Satuan endapan aluvial sungai merupakan satuan termuda yang
menutupi satuan batuan yang lebih tua dan dibatasi oleh bidang erosi. Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian adalah struktur lipatan dan patahan. Keseluruhan struktur geologi
yang ada didaerah penelitian terjadi dalam satu periode yaitu Pliosen bagian akhir–Plistosen.
Berdasarkan sifat fisik dan kimia kualitas airtanah dangkal terdapat kandungan karbonat atau
kesadahan yang terdapat dalam sampel airtanah dangkal daerah penelitian yang masih dibawah nilai
maksimum yang dinyatakan oleh pemerintah tentang kualitas persyaratan sebagai air minum melalui
Peraturan Menteri Kesehatan no.492 tahun 2010.
Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Sifat Kimia Airtanah.

I. PENDAHULUAN Jawa Timur adalah untuk memenuhi


persyaratan akademik guna mencapai
Hasil penelitian geologi yang dilakukan
pendidikan Sarjana (S1) pada Program Studi
peneliti terdahulu terdapatnya perbedaan
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
mengenai umur formasi kerek oleh peneliti
Pakuan.
terdahulu M. Datun, Sukandarrumidi, B.
Hermanto, dan N. Suwarna (1996) dalam peta Tujuan pemetaan geologi pada daerah
geologi lembar Ngawi yaitu ( - ) atau penelitian adalah untuk mengetahui tatana
Miosen Akhir dan Harsono. P (1983) yaitu geologi yang mencakup geomorfologi,
( - ) atau Miosen Tengah sampai Miosen stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah
Akhir. Dengan adanya perbedaan pendapat geologi daerah penelitian. Pencapaian tujuan
mengenai umur formasi Kerek, maka penulis tersebut didasarkan atas analisis data
tertarik melakukan penelitian geologi di daerah pengamatan unsur-unsur geologi di lapangan
Gembol dan sekitarnya, Kecamatan dengan bantuan peta topografi.
Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Metodologi penelitian yang digunakan
Maksud dari penelitian dan pemetaan dalam penelitian ini adalah studi literatur,
geologi di daerah Gembol dan sekitarnya, penelitian lapangan, analisa laboratorium dan
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, sebuah laporan tugas akhir.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1


II. GEOLOGI UMUM dengan lembah membentuk huruf “U”.
2.1. Fisiografi Regional Morfometri satuan ini berada pada ketinggian
antara 65-130 meter diatas permukaan laut
Berdasarkan bentuk-bentuk bentang
dengan kemiringan lereng berkisar antara 8°-
alam serta batuan-batuan yang menyusun
16°.
bentang alam yang ada di daerah penelitian,
maka daerah penelitian berada pada Zona Hasil dari proses-proses geomorfologi
Antiklinorium Kendeng. yang teramati berupa pelapukan batuan yang
menghasilkan lapisan tanah dengan ketebalan ±
2m dan hasil erosi/denudasi berupa erosi
drainase (ravine erosion), dan erosi saluran
(gully erosion). Material hasil pelapukan dan
erosi kemudian diangkut oleh jaringan-jaringan
sungai yang ada pada satuan ini, kemudian di
endapkan sebagai endapan aluvial.
Stadia geomorfik pada satuan
geomorfologi perbukitan lipatan ini dapat
dikategorikan kedalam stadia tua, ditunjukkan
Gambar 1. Zona Fisiografi Daerah Jawa Tengah dan Jawa dengan bentuk bentang alam yang telah terubah
Timur (Van Bemmelen, 1949 dalam Hartono 2010)
dari aslinya, dimana perbukitan telah tererosi
hingga hampir mengalami pendataran, serta
2.2. Geomorfologi puncak-puncak dari antiklin dan sinklin yang
Berdasarkan genetika pembentukan bentang sudah hampir sama tinggi.
alamnya, serta merujuk pada struktur, proses, 2.2.2. Satuan Geomorfologi Dataran
dan stadia (tahapan) geomorfiknya. Aluvial
Secara genetik satuan geomorfologi
dataran aluvial terbentuk dari hasil
pengendapan sungai yang berupa material lepas
berukuran lempung hingga bongkah. Satuan ini
menempati sekitar 4% dari luas daerah.
Morfologi satuan ini dicirikan oleh bentuk
bentangalam berupa dataran dengan morfometri
satuan ini berada pada ketinggian 46-55 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lereng
yang berkisar antara 0° - 2°.
Proses-proses geomorfologi yang
teramati berupa material hasil dari pelapukan,
Gambar 2. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
erosi yang berasal dari hulu sungai kemudian
2.2.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan mengalami transportasi oleh media air sungai
Lipatan dan terendapkan di daerah sekitar sungai
dengan energi yang rendah, sehingga
Secara genetik satuan geomorfologi terbentuklah morfologi khas endapan aluvial,
perbukitan lipatan yang terdapat di daerah gosong pasir, dan tanggul alam.
penelitian dikontrol oleh struktur lipatan berupa
antiklin dan sinklin. Satuan ini disusun oleh Jentera geomorfik satuan ini dapat
satuan batupasir selang-seling batulempung dikategorikan ke dalam stadia geomorfik muda,
gampingan sisipan tuf (Formasi Kerek) dan dikarenakan proses-proses erosi dan
satuan batuan batulempung gampingan sisipan sedimentasi masih terus berlangsung hingga
batupasir dan breksi (Formasi Kalibeng). saat ini.
Satuan ini menempati ± 96% dari luas daerah 2.2.3. Pola Aliran dan Tipe Genetika
penelitian. Morfologi satuan ini berupa Sungai
perbukitan dengan arah relatif barat-timur,

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2


Secara umum pola aliran sungai yang
berada pada daerah penelitian adalah pola
aliran sungai trellis. Pola aliran trellis adalah Tabel 2. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
pola aliran sungai yang berbentuk pagar
(trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi
berupa perlipatan sinklin dan antiklin. Sungai
trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang
berpola sejajar, mengalir searah kemiringan
lereng dan tegak lurus dengan saluran
utamanya. Saluran utama berarah searah
dengan sumbu lipatan. Pola aliran sungai ini
hampir menempati seluruh bagian pada daerah
penelitian, dijumpai di Kali Gerasak, Kali
Papungan, dan Kali Jambangan.
Tipe genetika sungai yang terdapat Berdasarkan hasil pengukuran dan
di daerah penelitian yaitu obsekuen, pengamatan ciri-ciri batuan yang tersingkap di
konsekuen, dan subsekuen. lapangan dan kesebandingannya terhadap
stratigrafi regional, maka daerah penelitian
2.3. Stratigrafi Regional
dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan dengan
Stratigrafi Regional Zona Kendeng
menurut Pringgoprairo Harsono (1983), sebagai
berikut: a. Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
Batulempung Gampingan Sisipan Tuf
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Zona Kendeng (Formasi Kerek).
b. Satun Batuan Batulempung Gampingan
Sisipan Batupasir dan Breksi (Formasi
Kalibeng).
c. Satuan Endapan Aluvial.

urutan dari tua ke muda yaitu:

2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan ciri litologi dan kesamaan


fisik data lapangan pada daerah penelitian yang
dijumpai yaitu batupasir selang-seling
batulempung gampingan sisipan tuf yang
merupakan ciri dari Formasi Kerek,
batulempung gampingan sisipan batupasir dan
breksi yang merupakan ciri dari Formasi
Kalibeng.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3


2.4.1. Satuan Batuan Batupasir Selang- kumpulan foraminifera planktonik yang
seling Batulempung Gampingan terkandung dalam conto batuan yang diambil
Sisipan Tuf pada lokasi pengamatan LP 028 yang mewakili
bagian bawah satuan ini yaitu Orbulina
Penamaan satuan ini didasarkan pada
universa, Globorotalia menardii, Globorotalia
ciri fisik litologi yang dijumpai di lapangan
mayeri serta LP 008 yang mewakili bagian atas
terutama sepanjang lintasan pemetaan, yaitu
satuan berupa fosil berupa Globigerina
berupa perselingan batupasir dan batulempung
pseudomiocenica, Sphaeroidinella
gampingan serta tuf sebagai sisipannya.
subdehiscens, Globorotalia menardii. Maka
Satuan ini dijumpai di bagian tengah kisaran umur satuan yang didapat adalah -
dan utara daerah penelitian, tersebar dari barat atau pada Kala Miosen Tengah-Miosen
ke arah timur. Menempati ± 40,9% dari luas Akhir.
daerah penelitian. Satuan batuan ini dapat
diamati dengan jelas di sepanjang Kali Berdasarkan kumpulan fosil
Jambangan dan sebagian Kali Kedungboyo. foraminifera bentonik yang diambil di lokasi
Kedudukan jurus perlapisan batuannya berkisar pengamatan LP 013 dan LP 030, ditemukan
N 73°E–N 99°E dengan kemiringan berkisar fosil bentonik berupa Gyroidina neosoldani,
15°-32° dan N 248°E–N 293°E dengan Nodosaria sp, Uvigerina sp pada bagian
kemiringan berkisar 13°–29°. Berdasakan data bawah serta fosil bentonik berupa Uvigerina
kedudukan batuan dan arah kemiringan yang sp, Textularia sp, Nodosaria sp pada bagian
saling berlawanan maka dapat disimpulkan atas. Maka dapat disimpulkan bahwa bathimetri
bahwa satuan batuan ini membentuk struktur Satuan Batuan Batupasir selang-seling
lipatan berupa antiklin. Berdasarkan hasil Batulempung Gampingan sisipan tuf
pengukuran penampang pada peta geologi diendapkan pada bathial atas dengan kedalaman
diperkirakan memiliki ketebalan ± 500 m. 200-500 meter.
Satuan ini pada bagian atas dan bagian Hubungan stratigrafi antara Satuan
tengah pada lokasi penelitian, dicirikan oleh Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung
hadir nya perselingan batupasir dan Gampingan Sisipan Tuf dengan satuan
batulempung gampingan, ketebalan batupasir dibawahnya tidak diketahui, karena satuan yang
berkisar antara 30cm – 50cm dan batulempung lebih tua tidak tersingkap di daerah penelitian,
berkisar antara 5cm – 15cm . Bagian atas sehingga satuan ini merupakan satuan yang
dicirikan oleh singkapan tuf dengan dimensi ± tertua di daerah penelitian. Sedangkan
panjang 2m dan lebar 18m. hubungan stratigrafi dengan satuan yang ada di
Batupasir berwarna puith keabu-abuan, atasnya yaitu Satuan Batuan Batulempung
ukuran butir pasir halus-sedang, bentuk butir Gampingan sisipan Batupasir dan Breksi adalah
menyudut tanggung, terpilah buruk, kemas selaras dicirikan dengan kedudukan lapisan
tertutup, sementasi karbonat, lapuk - segar batuan yang relatif sama. Satuan Batupasir
komposisi mineral plagioklas, kuarsa, lithik, Selang-seling Batulempung Gampingan Sisipan
dan feldspar. Berdasarkan hasil analisis Batugamping di daerah penelitian memiliki ciri
petrografi memperlihatkan batupasir dengan litologi yang sama dengan Formasi Kerek
jenis Batupasir Lithik Wacke (Gilbert, 1953). (Pringgoprawiro Harsono, 1983), dengan
demikian penulis menyatakan satuan ini sebagai
Batulempung gampingan berwarna Formasi Kerek.
coklat kekuningan, ukuran butir lempung <
1/256 mm. 2.4.2. Satuan Batuan Batulempung
Tuf berwarna putih terang, ukuran butir Gampingan Sisipan Batupasir dan
ash, lapuk. Berdasarkan hasil analisis petrografi Breksi
memperlihatkan Tuf dengan jenis gelas Penamaan satuan ini didasarkan pada
(Petijhon, 1956). ciri fisik litologi yang dijumpai di lapangan
Penentuan umur pada satuan batuan terutama sepanjang lintasan pemetaan, yaitu
batupasir selang-seling batulempung berupa batulempung gampingan batupasirdan
gampingan sisipan tuf didasarkan pada

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4


breksi, dimana batupasir dan breksi hanya petrografi memperlihatkan fragmwn breksi
dijumpai dibeberapa tempat dan hadir. dengan jenis Andesit (Williams, 1952).
Satuan ini dijumpai di bagian tengah dan Penentuan umur pada satuan batuan
selatan daerah penelitian, tersebar dari barat ke batulempung gampingan sisipan batupasir dan
arah timur. Menempati ± 55,1% dari luas breksi didasarkan pada kumpulan foraminifera
daerah penelitian. Satuan batuan ini dapat planktonik yang terkandung dalam conto batuan
diamati dengan jelas di sepanjang Kali yang diambil pada lokasi pengamatan LP 024
Jambangan, Kali Kedungboyo dan Sungai yang mewakili bagian bawah satuan ini yaitu
Bengawan Solo. Kedudukan jurus perlapisan Globorotalia miocenica, Globorotalia menardii,
batuannya berkisar N 79°E–N 131°E dengan Globorotalia plesiotumida serta LP 060 yang
kemiringan berkisar 25°-34° dan N 270°E–N mewakili bagian atas satuan berupa fosil
280°E dengan kemiringan berkisar 30°. Globorotalia miocenica, Globorotalia menardii,
Berdasakan kemiringan batuan yang saling Globorotalia pseudopima. Maka kisaran umur
berlawanan dan berhadapan maka dapat satuan yang didapat adalah - atau pada
disimpulkan bahwa satuan batuan ini Kala Miosen Akhir-Pliosen Awal.
membentuk struktur lipatan berupa antiklin dan
sinklin. Berdasarkan hasil pengukuran Berdasarkan kumpulan fosil
penampang pada peta geologi diperkirakan foraminifera bentonik yang diambil di lokasi
memiliki ketebalan ± 1200 m. pengamatan LP 040 dan LP 044, ditemukan
fosil bentonik berupa Rotalia sp, Planularia
Satuan batuan batulempung gampingan sp, Nodosaria sp pada bagian bawah serta
sisipan batupasir dan breksi pada umumnya fosil bentonik berupa Cibides sp, Nodosaria
tersingkap dalam kondisi cukup segar sampai
sp, Bulimina marginata pada bagian atas.
dengan sangat lapuk. Secara umum tidak
Maka dapat disimpulkan bahwa bathimetri
menunjukkan bentuk perlapisan dan di
Satuan Batuan Batulempung Gampingan
beberapa tempat menunjukkan bentuk
sisipan Batupasir dan Breksi diendapkan pada
perlapisan. Satuan ini dicirikan oleh hadirnya
neritik luar-neritik tengah dengan kedalaman
batulempung gampingan sisipan batupasir,
20-130 meter.
dengan ketebalan batupasir berkisar antara 5cm
– 50cm. Hubungan stratigrafi antara Satuan
Batuan Batulempung Gampingan Sisipan
Dibagian selatan lokasi penelitian
Batupasir dan breksi dengan satuan dibawahnya
dicirikan oleh hadirnya sisipan breksi Anggota
yaitu Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
Antasangin, singkapan breksi dengan dimensi ±
Batulempung Gampingan Sisipan Tuf adalah
panjang 3m dan lebar 7m.
selaras, dikarenakan kedudukan lapisan batuan
Batupasir berwarna abu–abu kecoklatan, yang relatif sama. Satuan Batulempung
ukuran butir pasir sedang- kasar, bentuk butir Gampingan Sisipan Batupasir dan Breksi di
menyudut tanggung, terpilah buruk, kemas daerah penelitian memiliki ciri litologi yang
terbuka, sementasi karbonat, lapuk - segar sama dengan Formasi Kalibeng
komposisi mineral plagioklas, kuarsa, lithik, (Pringgoprawiro Harsono, 1983), dengan
dan feldspar. Berdasarkan hasil analisis demikian penulis menyatakan satuan ini sebagai
Formasi Kalibeng.
petrografi memperlihatkan batupasir dengan
jenis Batupasir Batupasir Lithik Arenit (Gilbert, 2.4.3. Satuan Endapan Aluvial
1953). Penamaan satuan ini didasarkan pada
Batulempung Gampingan berwarna material aluvial sungai yang berukuran
putih keoklatan, ukuran butir lempung < 1/256 lempung hingga bongkah yang bersifat lepas
mm. sebagai penyusun satuan ini. Satuan ini
menempati ± 4% dari luas daerah penelitian.
Breksi berwarna putih abu-abu, Satuan ini menempati daerah datar, dengan
monomik, fragmen berupa andesit, berukuran ketebalan 0,5-2 m. Satuan merupakan hasil
kerikil–bongkah, membundar tanggung- rombakan batuan sebelumnya tetapi belum
menyudut, terpilah buruk, kemas terbuka, masa terkompaksi dan dikontrol oleh endapan sungai.
dasar batupasir. Berdasarkan hasil analisis
Satuan endapan ini disusun material
aluvial sungai berukuran lempung, pasir, kerikil,
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5
kerakal sampai bongkah. Bentuk membundar Struktur kekar yang dijumpai di daerah
tanggung sampai membulat, terdiri dari penelitian mempunyai ukuran panjang yang
fragmen batupasir, fragmen batugamping,dan bervariasi, mulai dari ukuran beberapa
fragmen batulempung, yang berasal dari batuan centimeter sampai dengan ukuran meter.
yang mengalami pelapukan, kemudian tererosi Struktur kekar tersebut dijumpai pada semua
dan terendapkan. Proses pengendapan satuan ini satuan batuan yang ada di daerah penelitian.
masih berlangsung sampai sekarang.
Struktur kekar yang berkembang di
Satuan endapan aluvial merupakan daerah penelitian terdapat 2 (dua) jenis yaitu:
satuan termuda yang ada di daerah penelitian.
a. Kekar gerus (shear fracture), adalah
Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial
bidang pecah atau rekahan yang terbentuk
dengan satuan batuan yang lebih tua di
akibat adanya geseran dan gesekan pada batuan
bawahnya dibatasi oleh bidang erosi.
(shearing) memiliki ciri fisik, antara lain lurus,
2.4.4. Kesebandingan Stratigrafi Daerah bentuk permukaan bidang kekarnya relatif rata,
Penelitian dengan Peneliti tertutup atau sempit, biasanya bepasangan
Terdahulu dengan sudut dalam 60°-70°.
b. Kekar tarik (extension fracture),
Berdasarkan dari pengelompokan
adalah rekahan yang bidang-bidangnya
satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian,
terbentuk karena adanya kecenderungan untuk
penulis dapat menyebandingkan hubungan
saling menarik atau meregang.
stratigrafi daerah penelitian dengan kolom
stratigrafi regional Zona Kendeng menurut
2.5.2. Struktur Lipatan
Pringgoprawiro. H (1983). Satuan batuan yang
terdapat di daerah penelitian mulai dari yang Struktur lipatan yang terdapat di daerah
tua ke muda adalah: penelitian berupa antiklin dan sinklin. Di
lapangan struktur lipatan ini diketahui oleh
Satuan batuan batupasir selang-seling
adanya perubahan jurus dan kemiringan lapisan
batulempung gampingan sisipan tuf yang
batuan dengan arah kemiringan lapisan batuan
disebandingkan dengan Formasi Kerek, yang saling berlawanan maupun berhadapan.
berdasarkan ciri litologi batupasir selang-seling Lipatan sinklin adalah bentuk lipatan yang
batulempung gampingan dan adanya sisipan
kemiringan lapisan batuannya membentuk
batugamping, dengan lingkungan pengendapan
cekungan ke arah bawah, sedangkan lipatan
laut dalam dan umur antara - sama antiklin adalah lipatan yang kemiringan lapisan
dengan peneliti terdahulu. batuannya membentuk cembungan ke arah atas.
Satuan batuan batulempung gampingan Lipatan yang terdapat pada daerah penelitian
sisipan batupasir dan breksi disebandingkan memiliki sumbu relatif barat-timur. Diantaranya
dengan Formasi Kalibeng, berdasarkan ciri adalah:
litologi dengan hadirnya dominasi batulempung a. Antiklin Sentul
gampingan dan batupasir serta breksi sebagai
sisipan dengan umur antara - kisaran Penamaan Antiklin Sentul didasarkan
umur sama dengan peneliti terdahulu. Pada pada sumbu antiklin yang melewati daerah
daerah penelitian, satuan ini diendapkan di Desa Sentul yang terdapat di bagian utara
lingkungan laut dangkal. daerah penelitian. Arah sumbu lipatan relatif
barat–timur, dengan panjang sumbu sekitar 5
2.5. Struktur Geologi
km. Adapun bukti-bukti antiklin Sentul di
Berdasarkan hasil analisa peta topografi lapangan berupa pembalikan arah kemiringan
skala 1: 25.000 dan pengamatan di daerah lapisan batuan yang berlawanan arah, yaitu
penelitian, yang meliputi pengukuran jurus dan kedudukan sayap bagian utara berkisar antara N
kemiringan lapisan batuan, serta pengukuran 283°E- N 293°E, dengan kemiringan lapisan
unsur-unsur struktur geologi yang ada di daerah batuan berkisar 15°-20°, sedangkan sayap
penelitian, maka dapat diketahui struktur bagian selatan memiliki kedudukan lapisan
geologi yang berkembang di daerah penelitian batuan N 73°E- N 110°E, dengan kemiringan
terdiri dari perlipatan dan patahan yaitu: lapisan batuan berkisar 17°-44°. Berdasarkan
besar kemiringan kedua sayapnya maka antiklin
2.5.1. Struktur Kekar
Sentul merupakan antiklin asimetris.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6


b. Antiklin Kedungboyo baratlaut-tenggara dengan panjang sesar
diperkirakan ±5 km.
Penamaan antiklin Gempol didasarkan
pada sumbu antiklin yang melewati daerah Indikasi-indikasi Sesar Mendatar
Desa Kedungboyo yang terdapat di bagian Sidolaju Offset pada LP 056 Kali Kedungboyo
tengah daerah penelitian. Arah sumbu lipatan dengan arah sesar N 336° E dengan jarak ±
relatif barat–timur, dengan panjang sumbu 15m, breksiasi di LP 056 di Kali Kedungboyo
sekitar 7 km. Adapun bukti-bukti antiklin dengan arah N 330° E, ketidak teraturan
Gempol di lapangan berupa pembalikan arah kedudukan batuan di sepanjang jalur sesar,
kemiringan lapisan batuan yang berlawanan yaitu pada LP 010 dan LP 003.
arah, yaitu kedudukan sayap bagian utara
berkisar antara N 270°E- N 289°E, dengan b. Sesar Mendatar Gembol
kemiringan lapisan batuan berkisar 13°-30°, Penamaan sesar mendatar Gembol
sedangkan sayap bagian selatan memiliki dikarenakan indikasi sesar ini diperoleh
kedudukan lapisan batuan N 85°E- N 106°E, disekitar Desa Gembol, yang memanjang dari
dengan kemiringan lapisan batuan berkisar 15°- timurlaut-baratdaya dengan panjang sesar
32°. Berdasarkan besar kemiringan kedua diperkirakan ± 3 km.
sayapnya maka antiklin Kedungboyo
Indikasi-indikasi Sesar Mendatar
merupakan antiklin asimetris.
Gembol di lapangan bidang sesar pada LP 049
c. Sinklin Jambangan dengan bidang sesar N 33° E, breksiasi di LP
Penamaan sinklin Jambangan 049 pada Cabang Sungai Solo dengan arah N
didasarkan pada sumbu sinklin yang melewati 40° E, ketidak teraturan kedudukan batuan di
daerah Desa Jambangan yang terdapat di bagian sepanjang jalur sesar, yaitu pada LP 011, LP
tengah daerah penelitian. Arah sumbu lipatan 019 LP 048 serta pengukuran kekar pada zona
relatif barat–timur, dengan panjang sumbu hancuran di lokasi pengamatan LP 049,
menunjukkan pergerakan mengiri berdasarkan
sekitar 7 km. Adapun bukti-bukti sinklin
analisa stereografisnya, dengan kemiringan
Bangkleyan di lapangan berupa pembalikan
bidang sesar 48°, arah bidang sesar N 213° E
arah kemiringan lapisan batuan yang saling
dan net slip 8°, N 29° E dan pitch sebesar 9°.
berhadapan, yaitu kedudukan sayap bagian
Berdasarkan klasifikasi sesar menurut Rickard
utara berkisar antara N 73°E- N 110°E, dengan
(1972), sesar ini merupakan Normal Left Slip
kemiringan lapisan batuan berkisar 17°-44°,
Fault.
sedangkan sayap bagian selatan memiliki
kedudukan lapisan batuan N 270°E- N 289°E,
dengan kemiringan lapisan batuan berkisar 13°- 2.5.4. Mekanisme Pembentukan Struktur
30°. Berdasarkan besar kemiringan kedua Daerah Penelitian
sayapnya maka sinklin Jambangan merupakan Untuk menentukan arah gaya utama
sinklin asimetris. penulis menggunakan arah umum jurus lapisan
2.5.3. Struktur Patahan batuan yang searah dengan sumbu lipatan. Dari
hasil analisa pola umum arah jurus lapisan
Penentuan sesar di daerah penelitian batuan dengan menggunakan Diagram Roset
didasarkan atas data lapangan, berupa indikasi menunjukkan arah umum jurus di daerah
sesar yang teramati, yaitu adanya bidang sesar, penelitian berkisar N 95 0 E atau N 275 0E atau
kedudukan batuan yang tidak teratur, analisis relatif barat – timur, sehingga arah gaya utama
stereografis, dan kelurusan sungai yang di daerah penelitian dapat diketahui, yaitu tegak
temukan di daerah penelitian. Berdasarkan hasil lurus terhadap arah umum jurus lapisan batuan
pengamatan unsur-unsur struktur geologi di di daerah penelitian. Maka arah gaya utama di
daerah penelitian dapat diketahui bahwa di daerah penelitian berkisar N 5°E dan N1850E
daerah penelitian terdapat 2 (dua) sesar yaitu: atau relatif utara-selatan. Apabila dikaitkan
a. Sesar Mendatar Sidolaju dengan pola struktur yang terjadi selama zaman
Tersier dari Soejono Martodjojo dan
Penamaan sesar mendatar Sidolaju Pulunggono (1994), maka pola struktur yang
dikarenakan indikasi sesar ini diperoleh terjadi di daerah penelitian berpola barat - timur
disekitar Desa Sidolaju yang memanjang dari atau Pola Jawa.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7


Dalam menentukan umur struktur muka air laut yang disebut regresi Dengan
geologi, penulis menggunakan umur dari satuan demikian paleogeografi daerah penelitian pada
batuan batuan dimana struktur geologi tersebut kala tersebut berupa laut dalam. Satuan batuan
memotong. Umur struktur geologi akan lebih ini merupakan satuan batuan tertua di daerah
muda dibanding umur satuan batuan yang penelitian.
terlipat maupun terpatahkan. Struktur geologi
Pada kala Miosen Akhir ( ) diatas
yang terbentuk di daerah penelitian, berupa
struktur lipatan dan patahan terjadi pada satuan satuan batuan batupasir selang-seling
batuan batupasir selang-seling batulempung batulempung gampingan sisipan tuf (Formasi
gampingan sisipan batugamping Formasi Kerek Kerek) secara selaras diendapkan satuan batuan
(Miosen Tengah-Miosen Akhir), satuan batuan batulempung gampingan sisipan batupasir dan
batulempung gampingan sisipan batupasir breksi (Formasi Kalibeng) yang diperkirakan
Formasi Kalibeng (Miosen Akhir-Pliosen berlangsung hingga kala Pliosen Awal ( ).
Awal), maka dengan demikian kejadian Satuan batuan ini diperkirakan diendapkan pada
tektonik yang menyebabkan terbentuk proses kedalaman 20-130 meter di bawah permukaan
struktur geologi tersebut, terjadi setelah Pliosen laut yaitu pada lingkungan laut dangkal (Neritik
Awal. Oleh karena itu, penulis menarik Luar-Neritik Tengah). Berdasarkan perbedaan
kesimpulan bahwa umur struktur geologi yang kedalaman pengendapan pada satuan batuan
berkembang di daerah penelitan dimulai pada bagian bawah dan bagian atas, pada kala
kala Pliosen Tengah, atau pada kejadian tersebut terjadi regresi seperti halnya dengan
orogenesa Pliosen– Plistosen satuan batuan yang lebih tua di daerah
penelitian dimana penurunan cekungan lebih
Mekanisme pembentukan struktur lambat dari kecepatan pengendapan sedimen.
geologi daerah penelitian di mulai pada Dengan demikian paleogeografi daerah
atau pada kala Pliosen - Plistosen dengan arah penelitian pada kala tersebut berupa laut
gaya utamanya adalah N 185º E yang dangkal.
membentuk perlipatan berupa Antiklin Sentul,
Sinklin Jmbambangan, Antiklin Gembol, yang Pada kala Pliosen Tengah ( ) terjadi
kemudian diikuti dengan pembentukan pola- aktifitas tektonik yang mengakibatkan proses
pola kekar gerus (shear fracture) dan kekar deformasi dan pengangkatan pada daerah
tarik (extensional fracture). Gaya masih terus penelitian, serta terbentuknya perlipatan
berlangsung hingga melewati batas ambang (Antiklin Sentul, Sinklin Jambangan, Antiklin
elastisitas batuan, sehingga terbentuknya Sesar Kedungboyo) dan pensesaran (Sesar Mendatar
Mendatar Sidolaju, Sesar Mendatar Gembol. Sidolaju dan Sesar Mendatar Gembol) pada
satuan batuan yang telah diendapkan. Kondisi
2.6. Sejarah Geologi paleogeografi daerah penelitian pada kala
Sejarah geologi daerah penelitian Pliosen Akhir diperkirakan sudah berupa
dimulai pada kala Miosen Tengah bagian Awal daratan.
( ) yaitu dengan dimulainya pengendapan Proses-proses eksogenik berupa
satuan batuan batupasir selang-seling pelapukan, erosi/denudasi, dan sedimentasi di
batulempung gampingan sisipan tuf (Formasi daerah penelitian diperkirakan sudah mulai
Kerek) yang diperkirakan berlangsung hingga terjadi pada Akhir Plistosen yang
kala Miosen Akhir bagian Akhir ( ). Satuan mengakibatkan batuan di daerah penelitian
batuan ini diperkirakan diendapkan pada mengalami proses pelapukan erosi/denudasi dan
kedalaman 200-500 m di bawah permukaan laut hasil pelapukan dan erosi/denudasi kemudian
yaitu pada lingkungan laut dalam (Bathial Atas). masuk kedalam sistem sungai yang terdapat di
Berdasarkan perbedaan kedalaman daerah penelitian dan diendapkan sebagai
pengendapan pada satuan batuan bagian bawah endapan aluvial. Proses ini terus berlangsung
dan bagian atas, pada kala tersebut terjadi hingga saat ini yang menghasilkan bentuk
shallowing-up kondisi dimana lingkungan ekspresi bentangalam sebagaimana terlihat pada
pengendapan berubah dari dalam menjadi saat ini.
semakin dangkal sehingga terjadinya progradasi
III. ANALISIS KELAYAKAN
yaitu perkembangan pola pengendapan yang
KONSUMSI AIRTANAH
maju mengisi tempat akomodasi yang berada di
BERDASARKAN SIFAT FISIK
depannya, pola ini disebabkan oleh turunya
DAN KIMIA
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8
sampel air tanah, pengukuran debit dan
3.1. Latar Belakang pengukuran MAT.
Tahap terakhir merupakan tahap
Salah satu hal yang sangat berpengaruh
sintesis dimana hasil yang didapatkan dalam
terhadap layak tidaknya air untuk digunakan
penelitian ini dibahas secara detail meliputi
dalam kehidupan sehari-hari ialah kondisi kimia
kimia airtanah serta kelayakan air tanah tersebut
air. Jika unsur kimia yang berbahaya terlarutkan
sebagai air minum.
dalam air yang digunakan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama 3.2.1. Pengertian Air Tanah
sebagai air minum, akan besar sekali
Air tanah adalah air yang bergerak
kemungkinannya masyarakat tersebut
dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
mengalami ancaman kesehatan atau dampak
ruang antara butir-butir tanah yang membentuk
yang lebih parah, kematian.
itu dan di dalam retak-retak dari batuan. Yang
Daerah penelitian yang berada di Desa terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir
Gembol dan sekitarnya, Kecamatan Jati, disebut air celah (fissure water) (Mori dkk.,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah disusun oleh 1999). Keberadaan air tanah sangat tergantung
batuan yang memiliki unsur karbonat yang besarnya curah hujan dan besarnya air yang
diguga menyebabkan terapatnya kandungan dapat meresap ke dalam tanah. Faktor lain yang
kapur pada air tanah di wilayah ini, jika mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan)
kadarnya melebihi batas standar akan dapat dan geologi setempat.
membahayakan kesehatan.
3.2.2. Kualitas Air Tanah
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti
Berdasarkan Peraturan Menteri
sangat tertarik untuk mengkaji sifat kimia air
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/
tanah yang dapat menggambarkan kondisi
MenKes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan
sebaran unsur-unsur kimia pada air yang
kualitas air minum yang disebut sebagai air
dikonsumsi oleh masyarakat di daerah
minum adalah air yang melalui proses
penelitian sehingga dapat diketahui tingkat
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
kelayakan air tanah tersebut sebagai air minum.
memenuhi syarat kesehatan dan dapat
3.2. Maksud dan Tujuan langsung diminum.
Maksud dari penelitian ini adalah Kualitas air tanah ditentukan oleh tiga
untuk mengidentifikasi dan melakukan sifat utama, yaitu: sifat fisik, kimia, dan sifat
pengambilan data berupa fisik dan kimia biologi/bakteriologi (Usmar dan Hakin, 2006).
airtanah dengan cara mengambil conto air Sifat fisik yaitu antara lain warna, bau, rasa,
tanah dangkal pada beberapa sumur di kekeruhan dan suhu. Termasuk dalam sifat
daerah penelitian. kimia adalah kesadahan, total material padat
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk terlarut dalam air (TDS / Total Dissolved
mengetahui sifat fisik dan kimia airtanah serta Solids), keasaman (pH) dan kandungan ion.
tingkat kelayakan airtanah tersebut untuk Kandungan biologi di dalam air diukur
digunakan untuk konsumsi masyarkat sekitar. terutama dengan banyaknya bakteri coli. Untuk
standar air minum ada batas maksimum
Metode penelitian terbagi menjadi kandungan coli yang diperbolehkan.
empat tahapan yaitu: kajian pustaka, pekerjaan
lapangan, tahapan analisis dan pengolahan data, Tabel 3. Nilai TDS untuk berbagai jenis air (Freeze dan
Cheery,1979)
tahapan akhir.
Tahapan tinjauan pustaka meliputi
studi data sekunder, metode analisis kimia dan
mempelajari perangkat lunak yang dapat
mempermudah pengelolaan data di studio.
Tahapan selanjutnya ialah tahap
pekerjaan lapangan. Tahap ini di awali dengan
menentukan lokasi pengamatan air tanah.
Selanjutnya, setiap lokasi diidentifikasi kondisi
geologinya diteruskan dengan pengambilan

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9


Tabel 4. Nilai DHL berdasarkan jenis air (Mandel, 1981)
Dalam kegiatan dilapangan, hasil yang
didapatkan berupa 8 lokasi pengamatan
airtanah yang dianggap cukup mewakili daerah
penelitian yang terdapat di Desa Gembol
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Ngawi,
Jawa timur.
Kedalaman muka air tanah dangkal pada daerah
3.2.3. Sifat Kimia Air Tanah penelitian berkisar antara 6,55–13,8 meter pada
sumur gali penduduk. Pengukuran muka air
Sifat kimia air tanah adalah identifikasi tanah memperoleh hasil debit pada sumur gali
jenis air tanah berdasarkan perbedaan dan penduduk termasuk ke dalam produktivitas
genesa air yang berhubungan dengan sistem dan akuifer kecil (SNI-13-7121-2005), dengan debit
tubuh tempat keterdapatan airtanah. Sifat kimia rata-rata 0,088 liter/detik.
airtanah merupakan salah satu sifat utama air
yang mempengaruhi kualitas airtanah selain 4.2.1. Hasil Analisis Fisik dan Kimia
sifat fisik dan biologi. Sifat kimia airtnah antara Hasil analisis fisik didapatkan langsung
lain adalah kesadahan, jumlah padatan terlarut dari hasil pekerjaan dilapangan, dengan
(TDS), daya hantar listrik (DHL), tingkat melakukan pengamatan dan pengukuran fisik
keasaman dan kandungan ion. terhadap 8 lokasi sumur yang meliputi warna,
aroma dan bau, rasa, temperatur, pH, TDS, serta
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DHL.
4.2.2. Padatan Terlarut Total (TDS)
4.1. Tipologi Sistem Akuifer Daerah
Penelitian Dari hasil Sebaran Padatan Terlarut
Total atau Total Dissolved Solid (TDS)
Berdasarkan sebaran dan jenis batuan airtanah dangkal di daerah penelitian berkisara
dari pemetaan geologi, daerah penelitian studi antara 28 sampai 48 mg/l. Secara umum nilai
khusus tersusun oleh satuan batulempung ini masih dibawah standar baku mutu yang
gampingan sisipan batupasir dengan struktur diizinkan yaitu sebesar 500 mg/l. TDS
berupa lipatan dan patahan, dengan tipologi tertinggi terdapat di titik pengukuran DW 06
sistem akuifer batuan sedimen. Secara dan yang terkecil terdapat pada DW 02.
morfologi tipologi akuifer batuan sedimen Berdasarkan nilai TDS jenis air di daerah
umumnya berbentuk bukit-bukit dan penelitian adalah air tawar /fresh water (Freezy
penggunungan memanjang, relief kasar dan dan Cheery, 1979).
terjal dengan pola aliran sungai berupa trellis
atau paralel. Potensi air tanah pada tipologi
akuifer batuan sedimen terbatas atau umumnya
kecil, hal ini dikarenakan batuan penyusun
tipologi sistem akuifer batuan sedimen berumur
tua dan telah mengalami proses tektonik yang
kuat, sehingga sedikit kemungkinan lapisan
akuifer ini dapat bertindak sebagai akuifer yang
baik.
Berdasarkan Peta Hidrogeologi
Indonesia lembar Semarang (H.D. Said dan
Sukrisno, 1988), daerah penelitian termasuk ke
dalam sistem aliran air melalui celah/ sarang,
dengan sistem akuifer produktif kecil yang
tersusun oleh litologi batulempung gampingan Gambar 4. Kontur hasil analisis TDS pada sumur gali
sisipan batupasir yang memiliki kelulusan
rendah. di daerah penelitian (2D)
4.2. Muka Air Tanah dan Arah Aliran 4.2.3. Daya Hantar Listrik (DHL)
Air Tanah Dangkal

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10


Berdasarkan hasil pengukuran, 4.3. Kualitas Airtanah Untuk Kelayakan
didapatkan besarnya Daya Hantar Listrik Konsumsi
(DHL) airtanah dangkal daerah penelitian Kualitas air tanah sebagai air minum
yaitu berkisar 585–705 µS/cm. Hasil ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil
didapatkan masih kecil dari ambang batas analisis fisik dan kimia/laboratoium dengan
standar kelayakan air minum yang berlaku di
yaitu sebesar 1.500 µS/cm. Berdasarkan
berbagai negara misalnya saja di Indonesia,
nilai DHL jenis air di daerah penelitian yang menjadi standar kualitas air minum
adalah air segar. (Mandel, 1981). ialah PERMENKES No. 492 tahun 2010.
Apabila ada satu saja parameter yang
melebihi nilai ambang batas yang sudah
ditetapkan, maka air tersebut tidak layak
sebagai air minum sehingga harus diolah
sedemikian rupa terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa jenis parameter
yaitu temperatur, warna, aroma dan bau, rasa,
TDS, pH dan seluruh parameter tersebut lolos
dalam nilai kadar maksimum yang
diperbolehkan, maka berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor.492 tahun 2010,
kualitas air tanah dangkal daerah penelitian
dinyatakan memiliki kualitas yang baik atau
Gambar 5. Kontur hasil analisis DHL pada sumur gali masih layak untuk dikonsumsi bagi
masyarakat sekitar.
di daerah penelitian (2D).gali di daerah penelitian (2D)
4.2.4. Nilai Keasaman Airtanah (pH) V. KESIMPULAN
Peta isopreatik yang dibuat Geomorfologi yang terdapat di daerah
berdasarkan nilai pH yang memiliki nilai penelitian secara morfogenesa dapat dibagi
pH yang tertinggi yaitu berada di DW8 menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu: (a).
dengan nilai pH 7.26 dan yang memiliki pH Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan yang
terendah berada pada DW3 dengan nilai pH berstadia tua, dan (b). Satuan Geomorfologi
6.76. Kemudian berdasarkan Permenkes Dataran Aluvial yang berstadia muda. Pola
tahun 2011 persyaratan kadar pH yang aliran sungai pada daerah penelitian dikontrol
layak untuk dikonsumsi adalah 6.5–8.5 dan oleh struktur lipatan sehingga membentuk pola
aliran trellis, dengan genetika sungai
pH yang diuji dilokasi pengamatan mimiliki
konsekuen, obsekuen dan subsekuen. Stadia
nilai pH antara 6.76–7.24 yang masih layak sungai pada tahapan muda - dewasa.
dikonsumsi berdasarkan Permenkes.
Satuan batuan yang terdapat di daerah
penelitian berdasarkan litostratigrafi dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan batuan dari tua
ke muda yaitu satuan batuan batupasir selang-
seling batulempung gampingan sisipan tuf
(Formasi Kerek) yang diendapkan pada kala
Miosen Tengah-Miosen Akhir ( - ), pada
lingkungan pengendapan Bathial Atas atau laut
dalam. Secara selaras diendapkan satuan
batuan batulempung gampingan sisipan
batupasir dan breksi pada kala Miosen Akhir-
Pliosen Awal ( - ), pada lingkungan
pengendapan Neritik Luar-Neritik Tengah atau
laut dangkal. Secara tidak selaras diendapkan
satuan endapan aluvial yang berumur Holosen
Gambar 6. Kontur hasil analisis pH pada sumur gali dan diendapkan pada lingkungan darat.
daerah penelitian (2D).gali di daerah penelitian (2D)
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11
Struktur geologi yang dijumpai di Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology: An
daerah penelitian berupa struktur kekar, lipatan Introduction to the Study of Landscapes,
dan sesar. Kekar meliputi kekar tarik dan kekar Mc.Graw-Hill Book Company, New
gerus. Struktur lipatan meliputi Antiklin Sentul, York.
Antiklin Kedungboyo, Sinklin Jambangan, Noor, D., 2014, Geomorfologi, Edisi Pertama,
Sinklin Bangkleyan, sedangkan struktur sesar Penerbit Deepublish (CV Budi Utama),
pada daerah penelitian berupa Sesar Mendatar Jalan Kaliurang Km 9,3 Yogyakarta
Sidolaju dan Sesar Mendatar Gembol. 55581.ISBN 602280242-6, h.326.
Keseluruhan struktur geologi yang ada di Pranowo, H., Sholichin, M., dan Montarcih, L.,
daerah penelitian terjadi dalam satu periode 2007, Analisa Kuantitas dan Kualitas
tektonik yaitu pada kala Pliosen Akhir- Airtanah di Kabupaten Mojokerto,
Pleistosen dengan arah gaya utama N 185° E Teknik Pengairan Universitas Brawijaya,
atau relatif utara-selatan. Malang.
Pringgoprawiro, 1983, Revisi Stratigrafi
Berdasarkan beberapa jenis parameter
Cekungan Jawa Timur Utara Dan
yaitu temperatur, warna, aroma dan bau, rasa,
Paleogeografi, Disertasi Doktor, Institut
TDS, pH dan seluruh parameter tersebut lolos
Teknologi Bandung, Bandung.
dalam nilai kadar maksimum yang
Raharjo, W., 2004, Buku Panduan Ekskursi
diperbolehkan, maka berdasarkan Peraturan
Geologi Regional Pegunungan Selatan
Menteri Kesehatan Nomor.492 tahun 2010,
dan Zona Kendeng, Jurusan Teknik
kualitas air tanah dangkal daerah penelitian
Geologi, Fakultas Teknik Universitas
dinyatakan memiliki kualitas yang baik
Gajah Mada: Yogyakarta.
dikonsumsi bagi masyarakat sekitar.
Silitonga,P.H., 1988, Hidrogeologi Regional
Lembar Semarang, Jawa Barat, Skala
DAFTAR PUSTAKA 1:250.000, Direktorat Geologi Tata
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Lingkungan, Bandung.
Nasional, 2000, Peta Rupabumi Digital Suharyadi, 1984, Geohidrologi. Yogyakarta:
Indonesia Lembar Ngrandu No. 1508- Fakultas Teknik Universitas Gajah
423 dengan skala 1:25.000, Badan Mada.
Koordinasi Survey dan Pemetaan .
Nasional (Bakosurtanal), Edisi : 1 – Wjayanti, P. R., Sholichin, M., dan Sisinggih,
2000, Cibinong, Bogor. D., 2007, Analisa Kuantitas dan
Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of Kualitas Airtanah di Kecamatan Kubu
Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff, Kabupaten Karangasem Provinsi Bali,
Vol. 1A, Netherlands. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya,
Blow, W. H. dan Postuma J. A, 1969, “Range Malang.
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic
Foraminifera Biostratigraphy”, PENULIS
Proceeding of The First.
Datun, M., Sukandarrumidi, Hermanto, B., dan 1. Mochamad Irvan Vawad Ramadhan, ST,
Suwarna, N., 1996, Peta Geologi Alumni (2018) Program Studi Teknik
Lembar Ngawi, Jawa, Skala 1:100.000, Geologi, Fakultas Teknik-Universitas
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pakuan.(E-mail: mirvanvawadr@gmail.com)
Geologi, Bandung. 2. Ir. Djauhari Noor, M,Sc Staf Dosen
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
2010, Peraturan Menteri kesehatan RI Teknik-Universitas Pakuan.
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 3. Ir. Solihin, MT, Staf Dosen Program Studi
Tentang Persyaratan Kualitas Air Teknik Geologi, Fakultas Teknik-
Minum, Jakarta. Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12

Anda mungkin juga menyukai