Dosen Pengampu:
Mata kuliah: Akuntansi Internasional
Oleh Kelompok 5
1. Mirna (101901116)
2. Angelia Sartika (101901152)
3. Santi Bairu (101901170)
4. Muh. Nurfahrul M.Z. (101901056)
5. Muh. Faisal (101901141)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen risiko (Risk management) merupakan suatu proses
identifikasi, pengukuran dan sebuah kontrol keuangan dari sebuah risiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari suatu organisasi atau perusahaan
(Smith, 1990).
Pengungkapan terkait manajemen risiko di Indonesia telah menjadi
pusat perhatian, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya PSAK 50 (2010
revisi 2006) terkait instrumen keuangan: penyajian dan pengungkapan.
Penyajian dan pengungkapan risiko pada laporan tahunan perusahaan dinilai
sangat membantu para pemangku kepentingan dalam melakukan pengambilan
keputusan dan menilai risiko perusahaan pada kondisi perekonomian yang
tidak pasti.
Kondisi perekonomian negara yang memasuki era globalisasi
membuat perubahan pada tatanan masyarakat menjadi lebih modern. Dampak
era globalisasi di bidang perekonomian menjadikan aktivitas ekonomi dan
perdagangan yang melibatkan negara-negara di dunia mengarah pada
pembentukan sistem proses penyatuan aktivitas ekonomi secara internasional.
Penyatuan aktivitas ekonomi secara internasional memicu perkembangan
ekonomi global menjadi semakin pesat, hal ini menyebabkan semakin
tingginya persaingan bisnis antar perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
a) Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko keuangan?
b) Seperti apa proses manajemen risiko keuangan?
c) Apa pentingnya untuk mengendalikan manajemen risiko keuangan?
1
C. Tujuan
Beradsarkan perumusan masalahnya, tujuan yang hendak dicapai dari
penulisan makalah ini yaitu:
a) Mengetahui serta memahami manajemen risiko keuangan
b) Untuk mengetahui proses manajemen risiko keuangan
c) Mengetahui perlunya untuk mengendalikan manajemen risiko keuangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak
manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. Contohnya, pihak
lawan yang menyepakati penukaran euro (Prancis) menjadi dollar
(Kanada) mungkin gagal untuk menyerahkan dolar pada tanggal yang
dijanjikan.
4. Risiko regulasi, merupakan risiko yang timbul karena pihak otoritas
publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan
tertentu. Sebagai contoh, bursa efek Kuala Lumpur tidak mengizinkan
penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan
harga ekuitas.
5. Risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu
tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Contohnya,
perlakuan kerugian valuta asing sebagai keuntungan modal ketika laba
biasa lebih disukai.
6. Risiko akuntansi, merupakan peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai
tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindung
nilai. Contohnya adalah ketika keuntungan atas lindung nilai terhadap
komitmen pembelian diperlakukan sebagai laba lain-lain dan bukan
sebagai pengurangan biaya pembelian.
4
Yaitu menempatkan seluruh risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai
dalam kelompok-kelompok yang terpisah. Setiap kelompok terdiri dari
risiko yang diperkirakan mempunyai kesempatan / peluang yang sama
dalam hal terjadinya dan tingkat pengaruhnya yang merugikan pada
organisasi, jika peristiwa tersebut benar-benar terjadi.
4. Pengukuran risiko.
Yaitu mengukur risiko tersebut ke dalam ketentuan-ketentuan moneter
dengan membuat catatan atas jumlah dari risiko maupun kemungkinan
terjadinya risiko tersebut.
5. Mengkonsolidasikan risiko.
Yaitu mengkombinasikan seluruh risiko yang telah diidentifikasi, dinilai,
dikelompokkan, dan dikuantifikasikan (diukur) pada masing-masing
operasi internasional. Langkah ini dilakukan oleh perusahaan
multinasional
6. Pengembangan solusi atas risiko.
Tahapan ini dilakukan berdasarkan pengelompokan risiko yang telah
dilakukan pada tahap ketiga. Hal ini meliputi pengembangan solusi yang
telah dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapinya.
5
dari ekspektasi arus kas, yang pada akhirnya juga akan menstabilkan laba
yang diperoleh. Laba yang stabil akan mengurangi kemungkinan risiko
gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat
menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk
berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama. Dengan demikian, suatu
perusahaan manufaktur dapat melakukan lindung nilai risiko suku bunga
dan mata uang serta berkonsentrasi pada produksi dan pemasaran.
3. Melalui manajemen eksposur juga akan memberikan manfaat bagi para
pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan. Pemberi pinjaman
umumnya memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemegang saham,sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk
menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi.
4. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelola oleh
pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi
kesempatan untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus
membeli atau menjual instrument tersebut secara nyata. Akhirnya bagi
pelanggan, manajemen eksposur akan membatasi risiko yang dihadapi
oleh konsumen, karena kerugian yang disebabkan oleh risiko harga dan
suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang
lebih tinggi.
6
2. Membuat Indikator Penilaian dan Tanggapan Risiko
Indikator penilaian risiko digunakan untuk menilai tingkat kerugian yang
mungkin akan dihadapi. Dari hasil indikator penilaian yang didapat, maka
dibuatlah tanggapan akan risiko keuangan yang akan terjadi tersebut.
Tanggapan risiko keuangan berfungsi untuk menentukan langkah apa
yang dapat diambil sesuai dengan indikator penilaian dari risiko keuangan
yang terjadi pada masa mendatang. Tanggapan risiko keuangan ini sendiri
ada berbagai macam mulai dari risk avoidance, risk sharing, risk
reduction, hingga risk acceptance.
3. Menyusun Perencanaan Manajemen Risiko Keuangan
Dalam menyusun perencanaan manajemen risiko keuangan pada tahapan
ini, perlu dibuat perencanaan atau strategi secara rinci, sesuai dengan hasil
dari indikator penilaian dan tanggapan risiko keuangan yang telah didapat
sebelumnya.
4. Mengimplementasi Strategi yang Sudah Disusun
Strategi yang telah disusun dan disepakati oleh pihak manajerial akan
diimplementasikan dalam bisnis tersebut. Pada tahapan ini, setiap orang
yang terlibat di dalam strategi yang telah disusun harus memiliki
komunikasi yang baik untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Dengan demikian, tingkat keberhasilan dari strategi yang telah
diimplementasikan dapat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
5. Mengawasi dan Mengevaluasi Strategi yang Dijalankan
Tahapan terakhir yang perlu dilakukan yaitu mengawasi serta melakukan
evaluasi terhadap strategi yang dijalankan. Tahapan ini penting untuk
melihat hal apa yang perlu diperbaiki ketika sebuah strategi sedang
berlangsung atau untuk strategi selanjutnya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko keuangan atau financial risk merupakan bentuk kerugian yang dapat
dihadapi oleh setiap bisnis. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai
faktor, baik faktor terduga maupun tidak terduga.
Untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya risiko keuangan, maka
perlu dilakukan pengelolaan atau manajemen. Jadi, manajemen risiko
keuangan adalah cara yang dapat dilakukan oleh bisnis dalam menyusun
strategi dan memilih langkah yang tepat dalam mengantisipasi terjadinya
risiko keuangan pada masa yang akan mendatang.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36447994/Manajemen_Resiko_Keuangan
https://bitocto.com/octopedia/manajemen-risiko-keuangan/
http://eprints.binadarma.ac.id/8017/1/7%20Manajemen%20Risiko%20Keuangan-
1.pdf
https://www.julo.co.id/blog/manajemen-risiko-keuangan