Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MATERI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN DASAR

LIKUIDASI

OLEH

NAMA : HERLINDA GANI


NPM : 101901080
KELAS :A
SEMESTER : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2021
A. Pengertian Likuidasi
Secara khusus, likuidasi diartikan sebagai pelunasan kewajiban. Secara umum diartikan
sebagai suatu perusahaan yang kegiatan normalnya telah berakhir dan dalam perusahaan
tersebut terjadi proses pengonversian atau pengubahan aset non-kas menjadi bentuk kas
serta melakukan pelunasan atas kewajibannya, maka perusahaan tersebut dikatakan
dalam keadaan likuidasi atau dalam proses likuidasi.
Dengan demikian, dalam konteks persekutuan, likuidasi diartikan sebagai pembubaran
persekutuan dan usahanya yang pada umumnya diawali dengan kegiatan penjualan aset,
pelunasan seluruh utang persekutuan, dan diakhiri dengan pembagian sisa kas –jika
masih ada- kepada para sekutu sebagai pengembalian modalnya.
Berdasarkan pengertian likuidasi yang telah dikemukakan, maka proses likuidasi
persekutuan akan meliputi yiga tahap kegiatan pokok berikut ini.
1. Kegiatan menjual aset non-kas. Pada tahap ini terjadi proses pengubahan aset nonkas
menjadi bentuk kas yang disebut dengan realisasi. Apabila dalam realisasi terdapat
laba (rugi), maka laba/rugi realisasi, termasuk biaya yang timbul dalam proses
likuidasi, harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai ratio pembagian laba/rugi
dalam persekutuan. Distribusi laba/rugi realisasi dan biaya likuidasi dibebankan ke
akun modal masing-masing sekutu.
2. Kegiatan pelunasan utang persekutuan. Dalam hal persekutuan mempunayi utang
kepada kreditor intern dan kreditur ekstern, pembayaan yang harus didahulukan
(sebagai prioritas pertama) adalah pembayaran kepada kreditor ekstern.
3. Kegiatan pengembalian hak penyertaan (modal) sekutu. Apabila kewajiban kepada
kreditor ekstern telah diselesaikan dan persekutuan masih memiliki kas, aka kas yang
ada harus dibagikan kepada para sekutu sebagai pelunasan utang dan pengembalian
modal yang ditanamkan dalam persekutuan. Pengembalian modal sekutu hanya
dilakukan kepada sekutu yang mempunyai modal bersaldo kredit dalam akun
modalnya. Dalam hal terdapat sekutu yang mempunyai modal bersaldo debit (defisit),
dilain pihak ia memiliki piutang kepada persekutuan, maka piutang tersebut harus
digunakan untuk menutup defisit modalnya. Jika sekutu mempunyai modal bersaldo
debit tetap ia tidak memiliki piutang kepada persekutuan, maka sekutu yang lain
memiliki kewajiban untuk menutupinya terlebih dahulu, setelah itu sekutu yang
bersangkutan berkewaajiban untuk menyetor kas sejumlah defisit modalnya.

B. Jenis Likuidasi
Atas dasar pertimbangan tertentu, misalnya jangka waktu realisasi maka likuidasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Likuidasi langsung atau sederhana
Likuidasi langsung adalah pengonversian seluruh aset persekutuan ke dalam bentuk
kas dengan sekali pendistribusian kas kepada sekutu sebagai penyelesaian akhir.
Secara teknis, penerapan likuidasi langsung akan lebih mudah dibandingkan likuidasi
bertahap, karena dalam likuidasi langsung laba/rugi realisasi seluruhnya telah dapat
diketahui sebelum pembayaran kembali hak penyertaan sekutu dilakukan.
2. Likuidasi Bertahap
Dalam likuidasi langsung diasumsikan seluruh aset non-kas dapat dijual (direalisasi)
secara sekaligus atau dalam waktu yang relatif singkat dan distribusi kas kepada
sekutu dilakukan setelah prises realisasi selesai secara keseluruhan. Pada kasus lain,
sangat dimungkinkan penjualan aset tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat,
tetapi memakan waktu yang relatif lama sehingga pemgumpulan kas juga memakan
waktu yang relatif lama. Pada situasi demikian para sekutu dapat meminta
pembayaran untuknya berdasarkan kas yang tersedia meskipun persekutuan belum
dapat merealisasi asetnya secra keseluruhan. Likuidasi yang demikian disebut
likuidasi bertahap atau berangsur (installment liquidation) karena pembayaran kepada
sekutu dilakukan secara bertahap sesuai jumlah kas yang tersedia.
Secara teknis tidak ada masalah untuk melakukan pembayaran secara bertahap
kepada masing-masing sekutu dengan ketentuan:
a. Semua kreditor telah dibayar secara penuh atau persekutuan telah menyisihkan
kas dalam jumlah yang cukup untuk menutupi semua kewajiban persekutuan.
b. Pembayaran kepada sekutu dihitung sedemikian rupa supaya di kemudian hari
tidak terdapat satu sekutu pun yang harus mengembalikan kepada persekutuan
atas pembayaran yang telah diterimanya. Ketentuan terakhir ini akan dapat
dipenuhi dengan cara membuat safe payments scedhule (skedul pembayaran yang
aman bag semua sekutu).
Skedul safe payments selalu dibuat setiap kali persekutuan akan membagikan kas
yang ada kepada sekutu sampai dengan rasio modal masing-masing sekutu
mencerminkan rasio pembagian laba rugi di dalam persekutuan. Dua asumsi yang
digunakan pada setiap kali membuat skedul safe payments adalah sebagai berikut ini.
1. Semua sekutu tidak mampu secara personal untuk melakukan berbagai
pembayaran kepada persekutuan.
2. Semua aset non-kas yang ada tidak dapat dijual sehingga mengakibatkan
kerugian bagi persekutuan.
Selain itu, pada saat menghitung safe payments, persektuan harus menyisihkan
sejumlah kas untuk menutup kemungkinan timbulnya biaya-biaya likuidasi,
kewajiban yang belum dicatat, dan berbagai kontinjensi lainnya. Kas yang disisihkan
untuk menutup berbagai kontijensi tersebut merupakan rugi kontinjensi bagi sekutu
dan harus diperhitungkan pada saat menghitung safe payments.

C. Program Distribusi Kas


Skedul safe payments merupakan pendekatan efektif untuk menghitung jumlah
pembayaran yang aman kepada sekutu dan mencegah pembayaran berlebihan kepada
sekutu tertentu. Namun demikian, metode ini kurang efisien untuk diaplikasikan pada
kasus likuidasi dengan terlalu banyak frekuensi angsuran pembayaran kepada sekutu,
karena skedul safe payments harus selalu dibuat untuk setiap pembayaran kepada sekutu,
karena skedul safe payments harus selalu dibuat untuk setiap pembayaran kas kepada
sekutu sampai dengan saldo modal sekutu mencerminkan rasio pembagian laba ruginya.
Pendekatan skedul safe payments juga memiliki kekurangan sebagai alat perencanaan
karena tidak memberikan informasi yang dapat membantu sekutu dalam
memproyeksikan ‘kapan’ ia akan menerima distribusi kas.
Program (rencana) distribusi kas merupakan pendekatan untuk mengatasi kelemahan
pendekatan safe payments. Pada pendekatan ini rencana distribusi kas secara lengkap
kepada masing-masing sekutu telah ditentukan sebelum proses likuidasi dimulai.
Penyusunan program distribusi kas untuk likuidasi persekutuan melibatkan beberapa
langkah berikut ini.
1. Mengevaluasi kemampuan maksimum sekutu dalam menyerap (memikul)
kemungkinan rugi di masa yang akan datang dengan cara menjumlahkan hak sekutu,
yaitu saldo modal ditambah saldo piutangnya kepada persekutuan (jika ada),
kemudian membagi hasil totalnya dengan rasio pembagian laba/rugi sekutu yang
bersangkutan.
2. Melakukan pemeringkatan kerentanan (vulnerabilty rangking) sekutu dalam
menanggung kerugian maksimum. Peringkat terendah (peingkat satu) diberikan
kepada sekutu yang mempunyai kemampuan menanggung rugi maksimum paling
tinggi.
3. Menentukan urutan prioritas pembayaran kepada sekutu berdasarkan peringkat
kerentanannya. Prioritas pembayaran pertama diberikan kepada sekutu yang memiliki
peringkat kerentanan tertinggi dan seterusnya.
4. Menentukan besarnya pembayaran kepada sekutu pada setiap prioritas pembayaran.
Besarnya pembayaran pada setiap prioritas dihitung dengan cara mengalihkan rasio
pembagian laba/rugi sekutu dengan selisih kemampuan menanggung rugi maksimum
antar sekutu. Perhitungan yang demikian dilakukan sampai dengan masing-masing
sekutu mempunyai kemampuan menanggung rugi maksimum sama besar.

Anda mungkin juga menyukai