Anda di halaman 1dari 87

1

SPESIFIKASI TEKNIS
BAB. I
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 1
1. Uraian Pekerjaan
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
1.1.1. Revitalisasi Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun Anggaran 2014 dengan bentuk dan ukuran seperti yang
ditunjukan pada gambar kerja dan dokumen lainnya.
1.1.2. Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut atas
biaya kontraktor, misalnya :
a. Membuat papan nama pekerjaan.
b. Pembongkaran Bangunan Lama
c. Pagar pengaman proyek
d. Mobilisasi material
e. Mobilisasi Alat
f. Quality Control
g. Sop drawing
h. Foto dokumentasi
i. Pengurusan Ijin dan keselamat kerja
1.1.3. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan
suatu kesatuan sistem yang tak bisa dipisahkan.
1.2. Sarana Bekerja dan Tata Cara Pelaksanaan
1.2.1. Untuk kelancaran pekerjaan Kontraktor harus menyediakan pelaksana
yang dianggap memadai sebagai penanggung jawab penuh dan dengan
wewenang penuh dilapangan. Pelaksana harus memenuhi kualifikasi
minimal sebagai Tenaga Ahli yang berpengalaman dalam Pembangunan
gedung Bertingkat yang ditunjukkan dalam Curiculum Vitae yang
bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan Curriculum Vitae Site
Manager yang bersangkutan untuk memperoleh persetujuan tertulis dari
Direksi. Direksi Proyek/Konsultan Pengawas berhak untuk

44
menolak/meminta agar personil Site Manager dan Personil Kontraktor
lainnya diganti jika ternyata dianggap tidak memenuhi kualifikasi atau
tidak bisa bekerja sama membentuk team work demi suksesnya proyek ini.
1.2.2. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada
Kontraktor untuk mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang
dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan
pekerjaan. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap
telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor. Sebagai gambaran,
peralatan minimal yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
adalah :
a. Alat Pancang (Mesin Bor Tanah)
b. Alat Berat (Excafator)
c. Dump Truck
d. Concrette Vibrator
e. Concrette Mixer
f. Mesin Listrik (Gen-set)
g. Mesin Pemadat (Stamper Compaction Equipment)
h. Pompa Air
i. Alat-alat ukur lengkap
j. Bor Listrik
k. Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang
l. Dan alat-alat lainnya yang diperlukan
Semua peralatan yang telah diusulkan oleh pihak Kontraktor harus berada
dilokasi selama pekerjaan berjalan.
1.2.3. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak-Job Site dan hal lain yang dapat
mempengaruhi penawaran. itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor
wajib melakukan survey ulang guna (MC-0) memperoleh akurasi data yang up
to date. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat
diajukan sebagai alasan untuk mengajukan claim. Pekerjaan harus
dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita
Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk dari Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek.

45
1.2.4. Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor wajib melakukan pendekatan
dengan Masyarakat dan Pegawai dilingkungan setempat untuk memperoleh
dukungan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
1.2.5. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus bisa mengatur dan menjamen
bahwa kegiatan perkantoran dilingkungan BPS Provinsi Sulawesi Tengah tidak
terganggu.
Pasal 2
Persyaratan Khusus

2.1. Standar-standar yang berlaku.


Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan
Normalisasi Indonesia (NI), Standardisasi Nasional Indonesaia (SNI) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu :
2.1.1. SK.SNI.T-15-1991-03
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
2.1.2. SK.SNIS-04-1989-F
SK.SNIS-05-1989-F
SK.SNIS-06-1989-F
Tentang Spesifikasi Bahan Bangunan
2.1.3. American Society For Testing & Materials (ASTM)
2.1.4. Standar Industri Indonesia (SII)
2.1.5. AV 1941/SU 41 : Algemene Voorwarden Voor De Uitvoering Bij Aanneming
Van Openbare Werken.
2.1.6. American Institute of Steel Construction (AISC)
2.1.7. American Welding Society (AWS)
2.1.8. Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar
yang tersebut diatas, maupun standarstandar Nasional lainnya maka
diberlakukan standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan
tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar persyaratan teknis
dari negara-negara asal bahan pekerjaan yang
bersangkutan.

46
2.1.9. Dokumen Lelang berupa gambar-gambar rencana kerja dan Spesifikasi
Teknis.
2.1.10. Berita Acara Aanwijzing
2.1.11. Berita Acara Rapat Lapangan
2.1.12. Perintah tertulis Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas yang disampaikan
pada Buku Harian Lapangan atau surat resmi.
2.1.13. Brosur resmi (user manual) dari Produsen yang materialnya digunakan.
2.1.14. Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapat
izin/persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas yang
diaplikasikan dalam bentuk “Surat Persetujuan Bahan”. Material yang masuk
tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung jawab
Kontraktor dan Direksi berhak untuk menolak atau memerintahkan
pembongkaran dan tidak diprogress.
2.1.15. Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan dilapangan
terbuka) tidak bisa dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari Direksi
Proyek/Konsultan Pengawas.
2.1.16. Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi / Konsultan
Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”. Pekerjaan
yang dilaksanakan tanpa izin Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung
jawab Kontraktor dan tidak akan diprogres.
2.2. Ukuran dan Patokan.
Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik, sebagai peil +
0,00 (datum line) dari pekerjaan ini mengikuti peil pada pekerjaan yang telah
ditentukan. Apabila Beanc Mark (BM) yang dipasang berubah letak atau rusak
maka dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib membuat BM
yang baru, dimana BM yang dibuat harus kokoh/kuat dan tidak bergerak selama
masa pelaksanaan. Kontraktor wajib menambahkan jika diperlukan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. BM yang baru tersebut terbuat dari balok beton
dengan titik yang terbuat dari besi dia. 14 cm. Selama pelaksanaan pekerjaan,
surveyor/juru ukur Kontraktor harus selalu standby di Job Site lengkap dengan
peralatannya. Semua pekerjaan yang akan dimulai harus diukur bidik ulang
sebelum diizinkan secara tertulis oleh Direksi untuk dilaksanakan.

47
Pasal 3
Pagar Pengaman dan Papan Nama Proyek

3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk pengaman,
atas biaya kontraktor.
3.2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi beban
Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.

Pasal 4
Pekerjaan Persiapan
4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.
Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan
sehingga semua kotoran, puing-puing, sampah, rumput, batang kayu dan lain-lain
tidak ada lagi di Job Site. Dengan demikian seluruh Job Site terlihat denga jelas.
Demikian pula seluruh bekas pondasi, baik dari kayu maupun pasangan batu atau
beton harus dicabut/dibersihkan.
4.2. Setelah Pekerjaan Selesai.
Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala
macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang digunakan selama masa
konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan sehingga
bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka pekerjaan tidak akan dianggap
selesai 100 (seratus) %.
4.3. Selama Pekerjaan Berlangsung.
4.3.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian job site selama
pekerjaan berlangsung.
4.3.2. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan jalan raya yang dilalui oleh
kendaraan yang mengangkut material dari dan ke job site.
4.3.3. Kontraktor bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas umum di sekitar job
site.
4.3.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan jalan raya di sekitar job site yang
jelas-jelas diakibatkan oleh kegiatan Kontraktor.
4.3.5. Kontraktor harus berupaya sedemikian rupa, sehingga selama masa
pelaksanaan, bangunan-bangunan disekitar pekerjaan tidak mengalami
kerusakan. Kontraktor harus menangani hingga tuntas semua claim dari
tetangga akibat pelaksanaan pekerjaan ini.

48
4.3.6. Kontraktor harus menjamin bahwa selama pekerjaan berlangsung Perkantoran
tidak tergannggu.
4.3.7. Kebersihan yang dimaksud dalam pasal ini meliputi :
4.3.7.1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa
pembuangan berbagai jenis sampah.
4.3.7.2. Kebersihan terhadap jenis kotoran-kotoran yang disebabkan oleh
sampah sisa-sisa bahan bangunan, pecahan-pecahan batu bata dan
serpihan kayu, dll.
4.3.7.3. Kebersihan dalam arti kata kerapihan pengaturan material dan
peralatan sehingga menunjang mobilisasi pelaksanaan di job site.
4.4. Gudang Material.
Kontraktor wajib membuat gudang material dan peralatan, Gudang tersebut terutama
dimaksudkan untuk penyimpanan material dan peralatan yang memerlukan
perlindungan dari alam ataupun terhadap pencurian.
4.5. Generator Set & Penyediaan Air Sementara.
4.5.1. Genset.
Untuk keperluan perlengkapan pada malam hari dan untuk keperluan bekerja,
Kontraktor wajib menyediakan dan mengoperasikan satu set Generator dengan
kapasitas sesuai keperluan
4.5.2. Untuk keperluan pekerja dan Direksi, Kontraktor wajib menyediakan tempat
penampungan air yang bersih. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan
sesuai standar. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan akibat yang
timbul dari pemakaian air yang tidak memenuhi syarat tersebut.
4.6. Jalan Masuk Sementara.
Jika dianggap perlu, direksi berhak memerintahkan Kontraktor untuk membuat jalan
masuk sementara yang memungkinkan kelancaran pemasukan material dan
sebagainya. Sejauh mungkin jalan masuk sementara tersebut, dapat ditingkatkan
sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan Kontraktor.
Pasal 5
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja
5.1. Metode Pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site Manager
harus memberikan rencana tertulis mengenai Metode Pelaksanaan. Metode
pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi, Konsultan Perencana dan
konsultan pengawas. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah disetujui

49
bersama oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas merupakan
keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.
5.2. Gambar Kerja.
5.2.1. Kontraktor wajib membuat gambar kerja/shop drawing atas rencana pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
5.2.2. Direksi pekerjaan dan Konsultan Pengawas, berhak untuk memerintahkan
Kontraktor untuk membuat gambar kerja (shop drawing) atas bagian-bagian
pekerjaan yang memerlukan penjelasan lebih detail.
5.2.3. Pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud baru bisa dilaksanakan jika shop drawing
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, yang ditandai
dengan “tanda tangan” diatas gambar tersebut.

50
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Pendahuluan
1.1. Pengukuran
1. Dalam pembangunan Gedung BPS Provinsi Sulawesi tengah ini merupakan sebuah
revitalisasi bangunan lama yang akan dibongkar secara total dan memulai
pembangunan baru kembali, oleh karenanya dalam hal pekerjaan pembongkaran
akan membutuhkan peralatan yang cukup mengingat bangunan yang akan
dibongkar berlantai dua.
2. Segala hal mengenai pembongkaran tidak menjadi tanggung jawab kontraktor dan
akan dilelangkan atau diatur kemudian oleh pihak BPS.
1.2. Pekerjaan Bongkaran.
1. Pekerjaan ini terdiri dari pembongkaran bangunan BPS lama,
pengangkutan, penempatan hasil bongkaran dari Lokasi menuju tempat
pembuangan hasil bongkaran yang telah ditentukan oleh pihak PPK.
2. Sebelum dilakukan pembongkaran, harus mendapatkan ijin
pembongkaran dari Pemberi Tugas serta ijin-ijin lain dari Pemerintah
Kota Palu atau instansi yang terkait termasuk pembuangan puing dan
lain-lain.
3. Dalam pelaksanaan pembongkaran ini, pihak yang akan membongkar
wajib membuat usulan rencana pembongkaran minimal menyebutkan :
metode pembongkaran, lokasi pembuangan puing, pengamanan
terhadap instalasi M/E dan genset serta jangka waktu pelaksanaan.
4. Puing bekas bongkaran tidak diijinkan untuk dipakai sebagai bahan
bangunan.

Pasal 2
Pekerjaan Galian Tanah, Timbunan Dan Pemadatan
2.1. Umum.
2.1.1. Uraian.
1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penimbunan pengambilan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk konstruksi timbunan.

51
2. Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis
kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan untuk memulai pekerjaan.
3. Pekerjaan Pemancangan Pondasi Pancang 30 x 30 cm dengan kedalaman
pancang +/- 7 meter.
4. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan
dari tanah. Adapun tanah hasil galian pondasi sebagian digunakan untuk
timbunan bangunan yang harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
Direksi/Konsultan dan sebagian pula dibuang. Timbunan tanah bekas galian
dibuang ketempat yang sudah ditentukan.
2.1.2. Survei.
1. Sebelum pekerjaan galian dan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Direksi/Konsultan dan Kontraktor.
2. Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh Konsultan. Konsultan akan
memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang untuk
dijadikan acuan pekerjaan.
2.1.3. Peralatan.
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian,
jumlah, type dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada
Direksi/Konsultan. Semua peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen
lelang harus berada di lokasi dan dapat beroperasi pada saat-saat yang
diperlukan. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan
dan lingkungan.
2.2. Pekerjaan Timbunan.
2.2.1. Lingkup.
1. Pekerjaan ini terdiri dari galian, pengambilan, pengangkutan, penempatan
dan pemadatan tanah untuk timbunan. Galian dan timbunan pada umumnya
diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang
melintang yang telah disetujui.
2. Pekerjaan galian pondasi harus sesuai dengan gambar bestek baik
kedalamannya maupun dimensinya, dan dipastikan tetap terjaga dari
genangan air untuk memudahkan pengecorannya.

52
3. Timbunan/urugan kering menggunakan material Tasirtu sesuai gambar
rencana dan harus memenuhi kepadatan yang diisyaratkan pada spesifikasi
ini.
4. Pekerjaan timbunan kering harus dilakukan sesuai elevasi gambar rencana.
2.2.2. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus
dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin
pengaliran bebas dari air permukaan.
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil
yang ditentukan dengan melebihi 10 cm dari ketebalan yang dipadatkan.
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 30 cm.
2.2.3. Standar Rujukan.
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan
Konsultan dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu
setelah masing-masing pengujian dilaksanakan.
2. Pengujian mencakup :
a. Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
b. Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
c. Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
d. Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 – 70
e. CBR : AASHTO T 193 – 72
f. Unit Weight :
g. Water Content : ASTM d 2216
2.2.4. Pengajuan Persetujuan Pekerjaan.
1. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sebelum
suatu persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan.
a. Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan
yang dipersiapkan bagi timbunan yang akan ditempatkan.

53
b. Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik
dari permukaan yang dipersiapkan dimana timbunan tersebut akan
ditempatkan.
2. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sekurang-
kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan
bahan-bahan yang diajukan untuk digunakan sebagai timbunan:
a. Dua contoh material timbunan masing-masing seberat 50 kg dari bahan-
bahan, salah satu akan ditahan oleh Konsultan untuk rujukan selama
periode kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang
diusulkan untuk digunakan sebagai timbunan bersama dengan data
pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut
memenuhi sifat yang ditentukan.
3. Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Konsultan
segera setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap
persetujuan diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain diatas timbunan :
a. Hasil pengujian kepadatan.
b. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran
membuktikan bahwa permukaan berada dalam toleransi yang ditentukan.
2.2.5. Kondisi Tempat Kerja.
1. Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan
selama pekerjaan pemadatan.
2. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang
sistem drainase dari aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan
mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan
kedalam sistem drainase permanen. Penjebak lumpur harus disediakan pada
sistem drainase sementara yang mengalirkan kedalam sistem drainase
permanen.
3. Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang
cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi pemadatan.
2.2.6. Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat.
1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan,
harus diperbaiki dengan mengupas permukaan tersebut dan membuang atau

54
menambah material sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan
pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditentukan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi
dengan mengupas material disusul dengan penyiraman dengan jumlah air
secukupnya dan mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata
(grader) atau peralatan lain yang disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air yang
ditetapkan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi
dengan pengupas material disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata
(grader) berulang-ulang atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang
istirahat antara pekerjaan, dibawah kondisi cuaca kering. Jika tidak atau jika
pengeringan yang cukup tidak dapat dicapai dengan pengerjaan dan
membiarkan material terlepas, maka Konsultan dapat memerintahkan agar
material tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan material
kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya
setelah dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada
umumnya tak akan memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan dari spesifikasi
ini.
5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan
bahan-bahan dari spesifikasi ini sebagaimana yang diarahkan oleh Konsultan,
harus dilakukan pemadatan tambahan, penggarukan kemudian disusul
dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan
penggantian bahan-bahan.

2.2.7. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian.


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau
lainnya harus ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan
dipadatkan sampai persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari
spesifikasi ini.

55
2.2.8. Pembatasan Cuaca.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan
turun, dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau
sebaliknya bila kadar air bahan-bahan material berada di luar batas yang
ditentukan.
2.2.9. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus
membuat semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan
royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
2.2.10. Bahan-Bahan.
1. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan.
a. Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui
oleh Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk
penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan
adalah material silty clay yang memenuhi klasifikasi USCS sebagai
material CL, ML, atau SM (khusus untuk timbunan di bawah muka air
tanah). Clay fraction (< 0.002 mm) bahan-bahan timbunan harus
memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari hasil analisis saringan.
b. Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi
yang mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau
suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258
sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat
(AASHTO T88).
c. Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih
kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45 % (AASHTO
T90).
d. Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite
yang ditunjukkan dari hasil test mineralogi.
e. Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus
memiliki : ¾ Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang

56
dijenuhkan lebih besar dari 60 kPa atau sample tanah kering setelah
dipadatkan > 120 kPa. ¾ Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6. ¾
Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 %
Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan umum, dan
98 % Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan
subgrade jalan.
2.2.11. Penempatan dan Pemadatan Timbunan.
1. Persiapan Tempat Kerja.
a. Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi
pembersihan dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang
tertinggal pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan
dan bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan
sebagaimana telah diperintahkan oleh Konsultan. Seluruh areal harus
diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
b. Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka
daerah pondasi timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh
(termasuk penggarukan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai lapisan atas 15 cm dari tanah memenuhi persyaratan
kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan ditempatkan di
atasnya.
c. Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan
pada timbunan yang ada, maka lerenglereng yang ada harus dipotong
untuk membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk
menampung peralatan pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam
lapisan horisontal.
2. Penempatan Timbunan.
a. Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan
disebarkan merata serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi
ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan yang
akan ditempatkan, maka lapisan tersebut harus sedapat mungkin sama
tebalnya.
b. Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan
ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering.

57
Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan selama musim hujan,
dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c. Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-
bahan drainase porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk
menghindari pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut.
Dalam hal pembentukan drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas
antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan
acuan sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase porous
dilaksanakan.
d. Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan
harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang
baru terikat pada timbunan yang ada hingga disetujui oleh Konsultan.
Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan
horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup
dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah
sampai ketinggian permukaan jalan yang ada untuk mencegah
pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
e. Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan
harus dibuang dari permukaan atas di mana timbunan tersebut
ditempatkan dan permukaan yang sudah dibersihkan dihancurkan
dengan pembajakan atau pengupasan sampai kedalaman minimum 20 cm.
3. Pemadatan
a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap
lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b. Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-
bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air optimum
(wet of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai
kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah
tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.

58
c. Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 20 cm
dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih
besar dari 5 cm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan
batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan
untuk timbunan tanah.
d. Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana
ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum
lapisan berikutnya ditempatkan.
e. Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah
sumbu areal reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga
setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
f. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat
pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-
bahan lepas tidak lebih dari 15 cm tebal dan seluruhnya dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical tamper)
yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin
pemadatan yang memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk
menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
4. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan
a. Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah
dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak mutu timbunan.
b. Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap terjadinya
longsoran lokal pada talud. Apabila terjadi kelongsoran lokal pada talud,
maka Kontraktor harus memperbaikinya dalam waktu 24 jam setelah ada
instruksi dari Direksi Teknik/Pengawas. Semua biaya perbaikan talud
yang diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka Direksi Teknik berhak
memerintahkan pengujian tambahan pada sebagian atau keseluruhan
timbunan yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa
timbunan tersebut mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi
Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri
memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan

59
tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini dan menanggung biaya
pengujian yang diperintahkan Direksi Teknik.
2.2.12. Jaminan Kualitas.
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a. Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh
Konsultan, tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan yang
telah ditentukan, sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber
bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b. Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang
diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan tersebut harus diulangi
lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenai perubahan
yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
c. Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa
ke tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana
diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan
yang diperoleh dari setiap sumber.
2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
a. Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan adalah 30
cm.
b. Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus mencapai
kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum density pada kadar
air optimum + 2%.
c. Lapisan yang lebih dari 30 cm di atas ketinggian elevasi muka air rata-rata
harus dipadatkan sampai 95 % dari standar maksimum kepadatan kering
yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T-180. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4
inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan
untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan
oleh Tenaga Ahli/Insinyur.
d. Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk
setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai

60
dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa
kepadatan kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor
harus membetulkan pekerjaan tersebut.
3. Percobaan Pemadatan
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan
metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal
bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang
disyaratkan, maka pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan,
kecuali dengan seizin Konsultan Pengawas.
b. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai kepadatan yang
ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini
kemudian harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang
disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan
yang selanjutnya.
2.2.13. Pengukuran.
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang
dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada
garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang
ditentukan dan disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan
penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25 meter.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan yang diperlukan sebagai
akibat pekerjaan terasiring atau pengikatan timbunan pada lereng yang ada
atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kecuali :
a. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai
atau lunak atau untuk mengganti bahanbahan batuan atau keras lainnya.
b. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang
kurang memuaskan atau kurang stabil atau gagal dalam hal bahwa
Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.

61
3. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa dinyatakan
sebagai bagian dari pos pekerjaan tanah tidak akan diukur untuk
pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
4. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi timbunan
atau untuk mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak
terpakai, tidak akan dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
5. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka bahan-
bahan ini akan dibayar sebagai timbunan di bawah bab ini.
6. Jumlah hasil kerja yang diukur dengan cara di atas akan dibayarkan
berdasarkan mata pembiayaan di bawah ini. Biaya tersebut sudah termasuk
pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan material, keuntungan
jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil kerja yang sebaik-
baiknya.
7. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik
timbunan.
8. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi drainase
porous akan diukur dan tidak akan dimasukkan ke dalam pengukuran
timbunan di dalam bab ini.
Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang
3.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan beton bertulang yang akan dilaksanakan dengan mutu beton yang akan
dipersyaratkan dalam gambar kerja yaitu :
1. Pondasi Pancang 30 x 30 cm (K-500)
2. Pile Cap Plat 150 x 150 Tebal 60 cm (K-250)
3. Dinding Core (Tabung Lift) Tebal 20 cm (K-250)
4. Sloof 25 x 50 cm (K-250)
5. Kolom K1 50 x 50 (K-250)
6. Kolom K2 15 x 40 (K-250)
7. Kolom K3 15 x 30 (K-250)
8. Kolom K4 15 x 25 (K-250)
9. Kolom Praktis 15 x 20 cm (K-175)
10. Kolom Praktis 15 x 15 cm (K-175)
11. Balok Induk 30 x 60 cm (K-250)
12. Balok Anak 20 x 40 cm (K-250)

62
13. Plat Lantai 12 cm (K-250)
Untuk Plat Lantai 1 (B-0) menggunakan tulangan beton dengan mutu K-250
14. Ring Balk 25 x 50 cm.
15. Balok – balok beton bangunan lain yang ditunjukkan dalam gambar.
16. Sebelum melakukan pengecoran beton Kontraktor Pelaksana harus melakukan
Mix Design, untuk menguji material yang digunakan dalam pelaksanaan
pembuatan beton.
3.2. Persyaratan Material.
3.2.1. Referensi.
SKBI-2.3.53.1987
SNI 03-1727-1989
SNI 03-1728-1989
SNI 03-1736-1989
SNI 03-1750-1990
SNI 03-1756-1990
SNI 03-2461-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-2847-1992
SNI 03-2854-1992 SPEK SMP 18 I/12
SNI 03-2914-1992
SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03
SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03
3.2.2. Persyaratan Material.
1. Portland Cement Composit (PCC).
Semua PCC yang digunakan harus PCC dengan merk standar yang
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan PCC
tipe I sesuai spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan
kondisi di lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam
merk PCC, PCC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari
kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PCC yang telah mengeras

63
atau membatu tidak boleh digunakan, PCC harus disimpan sedemikan
rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.
2. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang
cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil
harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau
daftar berikut ini :
Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering)
Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering)
30 mm 100 - 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10
3. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan
sebaiknya air tersebut dapat diminum.
4. Bahan Pembantu (Admixture).
Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan Pengawas,
bahan pembantu boleh ditambahkan pada campuran beton untuk
mengatur pengerasan beton, efek penggunaan air atau penambahan mutu
beton, biaya penambahan bahan pembantu ditanggung oleh Kontraktor.
Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat
diterima dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas, dan
penggunaannya sesuai dengan petunjuk penggunaan dari produk tersebut
dan yang disyaratkan dalam “BAHAN PEMBANTU” sesuai dengan SNI
03-2495-1991.

64
Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung
ada atau tidak adanya penggunaan bahan pembantu dan
pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
5. Besi Tulangan.
a) Tulangan besi harus mempunyai diameter yang sesuai dengan
gambar rencana dan bebas dari karat, dengan Mutu Baja Tulangan
dibawah Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTP-24 (fy=240 MPa),
sedangkan diatas Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTD-40 ((fy=400
MPa).
Semua dimensi/ukuran besi tulangan yang akan digunakan
merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar
b) Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, olie (minyak) dan
gemuk.
Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran
garis tengah minimal 1 mm. Mutu beton/kuat tekan beton yang
diinginkan adalah untuk Pondasi Pancang menggunakan Mutu Beton K-
500, dan untuk beton lainnya menggunakan Mutu Beton K-250, serta
kolom praktis menggunakan Mutu Beton K-175, dengan persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat
melaksanakan pekerjaan cor beton dengan menggunakan sistem beton
siap pakai (ready mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data
spesifikasi mutu beton yang dikehendaki kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan.
3.3. Syarat dan Pengecoran.
Semua persyaratan bahan dan pelaksanaan harus memenuhi standar yang berlaku di
Indonesia dan merupakan pemilihan bahan yang terbaik dengan pengawasan yang
ketat dari Direksi/Konsultan Pengawas. Pemilihan bahan dan pelaksanaan pekerjaan
yang sesuai dengan standar pelaksanaan akan mendapatkan hasil yang sempurna.
3.3.1. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.
Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan metode
pelaksanaan pengecoran caping beam kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan tertulis, sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.
Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan pemeriksaan bersama

65
Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan apabila telah memenuhi syarat ijin
pengecoran dapat dikeluarkan.

3.3.2. Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan.


1. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus
melaksanakan rencana pengadukan beton/trial mixdesign untuk
mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor perlu
melakukan pengujian material di laboratorium yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas untuk semua material beton, atas biaya kontraktor.
Berdasarkan analisa dan hasil test sampel tersebut, laboratorium akan
merencanakan suatu campuran beton (mix design) dengan slump yang
telah disyaratkan. Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang
harus tertulis dalam laporan mix design mencakup :
a. Tipe dan gradasi material agregat.
b. Aspal agregat.
c. Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi
agregat, modulus halus butir pasir, kadar lumpur, dll.
d. Tipe dan merk PC.
e. Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan).
f. Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3.
g. Keterangan tentang beton (kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan
lain-lain).
h. Hasil test silinder beton.
2. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh agregat)
tidak boleh melampaui 0,50 (perbandingan berat). Perbandingan
campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan
mutu beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan
dan kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang
disebabkan oleh perubahan tersebut di atas.
3. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dibuat
dengan percobaan beton silinder (∅ 15 cm tinggi 30 cm), atas biaya
kontraktor. Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan

66
SNI 03-2834-1992. Copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas.
4. Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh campuran
dan pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh Konsultan
Pengawas. Suatu kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang
dari 70 % dari beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak
untuk memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam
campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang
tidak mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka pengecoran
selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan
oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas.
5. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu
pengadukan beton harus tetap dan normal sehingga menghasilkan beton
yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan yang
lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan
melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan
kekuatan beton yang dikehendaki.
6. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai
dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah 8
– 12 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud
dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat
dipakai nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal
dipenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.
b. Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
c. Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).
3.3.3. Persyaratan Bekisting.
1. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk
membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis
dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab atas
perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan
Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting.

67
3. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Papan bekisting harus terbuat dari plywood, papan yang rata dan halus,
dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
5. Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan.
Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan
adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi.
Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
6. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau
adukan kelur dari sambungan.
7. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara
dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan statis, tanpa
goncangan atau kerusakan pada beton.
3.3.4. Pengecoran Beton.
1. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau Direksi yang ditunjuk
serta Pengawas Kontraktor yang ada di tempat kerja.
2. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk yang dapat
menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
3. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam
papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya
split/kerikil dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor dalam
bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan
bekisting di atas beton yang sudah dicor.
3.3.5. Peralatan Ready Mix.
Kontraktor dapat menggunakan Beton Ready Mix setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Semua data spesifikasi dan
peralatan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas. Peralatan yang digunakan seperti truk molen, concrete pump dan

68
lain lain harus dalam keadaan baik, terawat dan berfungsi dengan baik apabila
digunakan.

3.3.6. Pemadatan dan Penggetaran.


1. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan
maksimum sehingga bebas dari kantong/sarang kerikil dan menutup rapat
pada semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat.
2. Semua beton harus dipadatkan dengan vibrator dengan kekecepatan
minimum 7000 rpm yang bergetar pada bagian dalam (dari jenis alat
“tenggelam”) dalam waktu maksimal 10 detik setiap kali dibenamkan. Pada
waktu yang sama dilakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai
betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi
seluruh permukaan bekisting.
3. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan petunjuk
dari Konsultan Pengawas dan tidak boleh mengenai bekisting maupun
penulangan.
3.3.7. Perawatan Beton.
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama sekurang-
kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air, karung
goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Air
yang yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi air untuk
campuran beton.
Pasal 4
Pekerjaan Struktur Atap
4.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan struktur atap yang akan dilaksanakan yaitu :
4.1.1. Untuk Rangka Kuda-kuda menggunakan Baja WF 400.200.8.16 Berat Baja 66
Kg, dengan sistem struktur menggunakan Strektang dan Crosstang yang akan
menghubungkan antara kuda-kuda dengan jarak antar kuda-kuda 350 cm.
4.1.2. Gording yang digunakan yaitu Baja CNP 200.75.20.3,2 Berat Baja 7,91 Kg,
dipasang pada kuda-kuda dengan jarak yang telah ditentukan dalam gambar
kerja.
4.1.3. Penutup atap menggunakan bahan Spandek dengan spesifikasi sesuai yang
tercantum pada gambar kerja.

69
4.2. Persyaratan bahan.
Jenis baja yang akan digunakan harus sesuai dengan mutu standar yang
dipersyaratkan dalam SNI 03-1729 2002 dimana struktur baja dikatakan aman apabila
memenuhi persyartan baja untuk konstruksi kuda-kuda harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, olie (minyak) dan sebaginya.

70
BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Adukan Dan Campuran
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1.1.1. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu gunung.
1.1.2. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
1.1.3. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
1.2. Persyaratan Bahan.
1.2.1. Semen.
Sesuai persyaratan dalam Bab II Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan
organis.
1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. Persyaratan Pelaksanaan.
1.3.1. Campuran Dalam Adukan.
Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan Mixer selama 3 (tiga) menit.
1.3.2. Jenis Adukan.
1. Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps
Adukan ini untuk pasangan batu bata serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan
tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
2. Adukan kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi
luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan

71
yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum di dalam gambar kerja
hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai. Semua pasangan bata
dibawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm dari permukaan
lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
1.3.3. Jenis Adukan.
Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
1.3.4. Adukan Kedap Air.
Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk adukan kedap air.

Pasal 2
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung
2.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
2.1.1 Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu gunung.
2.1.2 Pekerjaan pasangan batu gunung lainnya seperti tercantum dalam gambar
kerja.
2.2. Persyaratan Bahan.
2.1.1 Batu gunung.
Batu gunung yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.
2.1.2 Semen.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.1 bab ini.
2.1.3 Pasir.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.2 bab ini.
2.1.4 Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan.
2.3.1 Profil atau Bentuk Pondasi.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil/bentuk pondasi
dari bambu atau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai

72
dengan gambar kerja dan telah mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
2.3.2 Galian Pondasi.
Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug setebal 10
cm, disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar
padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu gunung kosong yang
dipasang sesuai dengan gambar kerja.
2.3.3 Pasangan Batu gunung.
Pasangan batu gunung untuk pondasi menggunakan adukan dengan
campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam
gambar kerja.
2.3.4 Adukan.
Adukan harus membungkus batu gunung sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian dan pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian
tengah.
2.3.5 Jarak.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis harus ditanamkan stek-stek
tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan jumlah
tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek harus
tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 70 cm atau sesuai
dengan ukuran dalam gambar kerja. Demikian pula dengan bagian stek yang
tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum 70 cm atau sesuai
dengan ukuran dalam gambar kerja.

Pasal 3
Pekerjaan Pasangan Batu Bata
4.3. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
4.3.1. Pekerjaan Dinding Bata ½ Batu.
4.3.2. Pekerjaan pasangan batu lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.
4.4. Persyaratan Bahan.
4.4.1. Batu Bata.
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik, dengan
pembakaran sempurna dan merata.

73
4.4.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini
4.4.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
4.4.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
4.5. Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Batu Bata.
4.5.1. Detail Bentuk Profil.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam gambar kerja.
4.5.2. Sebelum Pemasangan.
Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu
sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas batu
bata tersebut.
4.5.3. Aduk Perekat/Spesi.
1. Aduk perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran
1Pc : 2Ps untuk :
a. Dinding pasangan bata daerah basah.
b. Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
c. Saluran.
2. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai
aduk perekat/spesi campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali yang disyaratkan kedap
air seperti yang tercantum di dalam gambar kerja.
3. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam bab ini.
4.5.4. Ketebalan Aduk Perekat/Spesi.
Pemasangan harus sedemikiin rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi
dengan baik dan penuh.
4.5.5. Pemasangan Dinding Pasangan Bata.
Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis.
Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada pelaksanaan
pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.

74
4.5.6. Pelaksanaan Pemasangan Batu Bata.
Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapih, sama tebal, Iurus, tegak dan
pola ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara
dua dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam gambar kerja.
4.5.7. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata Vertikal dan Horizontal.
Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk
permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan
horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar/memperbaiki dan
biaya untuk pekerjaan ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
4.5.8. Pasangan Bata Lapis Aduk Kasar.
Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
4.5.9. Siar-Siar.
Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian
disiram air dan siap menerima plesteran.
4.5.10. Plesteran.
Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dahulu dan siar-
siar telah dikerok dan dibersihkan.
4.5.11. Lubang Dinding Pasangan Bata.
Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
4.5.12. Bata Yang Patah.
Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %.
Bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh dipergunakan.
4.5.13. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding belum difinish, Kontraktor wajib untuk memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada
saat difinish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor
harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi/Konsultan

75
Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim
sebagai pakerjaan tambah.
Pasal 4
Pekerjaan Beton Non Struktural
4.1. Lingkup Pekerjaan.
4.1.1. Pekejaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan kolom praktis 15 x 20 cm.
2. Pembuatan kolom praktis 15 x 15 cm.
4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan lantai kerja Rabat beton tumbuk sekeliling bangunan.
4.2. Persyaratan Bahan.
4.2.1. Besi Beton.
Mutu tulangan yang dipakai adalah dari mutu BJTP-24 (fy=240 MPa) untuk
diameter yang lebih kecil dari 10 mm dan BJTP-40 (fy=400 MPa) untuk
diameter yang lebih besar dari 10 mm. Besi beton harus bersih dari lapisan
minyak, lemak, dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi
harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang
dipasang harus sesuai dengan gambar kerja. Besi beton yang tidak memenuhi
persyaratan harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam
setelah ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Kawat
pengikat besi beton adalah baja lunak dan tidak disepuh/dilapis seng.
Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mm. Kawat pengikat harus
memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).
4.2.2. Semen.
4.2.3. Pasir.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.
4.2.4. Koral beton/split.
Koral beton/split yang dipakai harus barsih, bersudut tajam, tidak berpori
serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
Penyimpanan/ penimbunan koral beton/split dengan pasir harus dipisahkan
satu dengan yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan
perbandingan adukan beton yang disyaratkan.
4.2.5. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
4.2.6. Acuan Bekisting dan Perancah.

76
Papan acuan/bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm. Balok-balok pengaku
dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7. Perancah disyaratkan memakai
perancah besi, tidak diperkenankan memakai bambu.
4.3. Persyaratan Pelaksanaan.
4.3.1. Beton Bertulang.
1. Campuran dan Mutu Beton.
Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan bertulang non struktural
ini adalah Mutu K-175.
2. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan sengkang (ring), persyaratannya
harus sesuai dengan NI-2 (PBI-1971). Pemasangan dan penggunaan
tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja. Tulangan beton harus
diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi-besi tersebut tidak berubah
selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan/bekisting atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan tahu beton
sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
3. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam gambar kerja. Acuan harus dipasang sedemikian
rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin
tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung.
Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan sebagainya.
4. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen. Takaran untuk semen
portland, pasir dan koral harus seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Beton
harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan
terlalu cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan
harus diperhatikan.
5. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-
cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,

77
pemeriksaan panulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran
beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi/ Konsultan
Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat
panggetar beton untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-
sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila
pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat penghentian tersebut harus disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas. Penyambungan beton lama dengan baton baru harus memakai
adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama yang akan diteruskan
pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan adukan perekat
CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan persyaratan pabrik
pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran baru.
6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting.
Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan dengan
ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka,
tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan baton
tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
7. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis.
Pemasangan kolom praktis untuk :
a. Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
b. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam dan luar
bangunan sesuai yang dipersyratkan dalam gambar kerja.
c. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar dan tepi luar
bangunan setiap luas 9 m2.
d. Dan atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
e. Ukuran kolom praktis adalah sesuai pada gambar.
8. Pekerjaan Pembuatan Balok Praktis/Latei dan Ring balok.
a. Pemasangan balok praktis/latei dan ring balok.
b. Di atas lubang pintu, jendela dan bovenlicht.
c. Di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas
sebagai ring balok.
d. Setiap luas 9 m2 pasangan dinding yang tinggi.
e. Dan atau superti yang tercantum dalam gambar kerja.

78
Ukuran balok praktis adalah sesuai gambar kerja.
9. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai dengan gambar kerja
dan atau seperti yang terurai dalam pekerjaan beton dalam bab lain dalam
buku ini.
10. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/lintel separti yang
tercantum dalam butir 7 dan 8 di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut
tergambar atau tidak dalam gambar kerja.
11. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, ring
balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja
harus diperkuat angker diameter 8 mm tiap jarak 50 mm, yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian kolom dan balok praktis
ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm
kecuali ditentukan lain.
4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.
Campuran beton tumbuk adalah 1Pc : 3Ps : 5Kr. Lapisan beton tumbuk harus
padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan/waterpass dan atau
seperti tercantum didalam gambar kerja. Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6
cm, dan atau sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 5
Pekerjaan Plesteran
5.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
5.1.1. Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
5.1.2. Plesteran kedap air.
5.1.3. Plesteran biasa.
5.1.4. Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah dan
untuk dinding batas dengan tetangga yang terlihat.
5.1.5. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja.
5.2. Perawatan Bahan.
5.2.1. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.
5.2.2. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.

79
5.2.3. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
5.3. Persyaratan Pelaksanaan.
5.3.1. Campuran Plesteran.
Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan
bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
5.3.2. Jenis Plesteran.
1. Plesteran kasar adalah pesteran permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran kedap air, yaitu 1Pc : 2Ps
dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam
didalam tanah hingga kepermukaan tanah dan atau lantai.
2. Plesteran biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps.
Adukan plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
3. Plesteran kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
a. Menutup semua adukan dinding pasangan pada bagian luar dan tepi
luar bangunan.
b. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja
hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
c. Semua pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga ketinggian
minimal 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja.
4. Plesteran halus/aci adalah campuran Pc dengan air yang dibuat sedemikan
rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran halus ini
merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan
plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan
dasar berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering benar.

80
5.3.3. Waktu Pencampuran Aduk Plesteran.
Semua jenis plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang
waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak
melebihi 30 menit, terutama untuk plesteran kedap air. Kontraktor harus
menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk pelaksanaan plesteran ini,
khususnya untuk plesteran aci halus. Terkecuali plesteran kasar, permukaan
semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut
khususnya plesteran halus/aci halus, harus rata, tidak bergelombang, penuh
dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun
benda-benda lain yang membuat cacat. Untuk permukaan dinding pasangan
sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok
sedalam 1 cm. Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester,
permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian
dikasarkan (scratched). Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau
formtie harus tertutup aduk plesteran. Untuk semua bidang dinding yang akan
dilapis dengan cat/wallpaper dipakai plesteran aci halus diatas permukaan
plesterannya. Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan
bahan/material akhir lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur
garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap
bahan/material yang akan digunakan tersebut. Untuk setiap pertemuan
bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar, harus diberi
naat/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm. Untuk permukaan yang
datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m. Ketebalan plesteran harus mencapai
ketebalan permukaan dinding/kolom seperti yang dinyatakan dan
dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal plestetan adalah minimal 1,5 cm dan
maksimum 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat yang diikatkan/dipaku kepermukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. Pekerjaan
plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa listrik, pipa plumbing untuk seluruh bangunan.

81
5.3.4. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap
kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai.
Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
sehari sampai jenuh, selama plesteran belum dilapis dengan bahan/material
akhir, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah. Tidak dibenarkan pakerjaan
peyelesaian dengan bahan/material akhir di atas permukaan plesteran
dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering,
bersih dari retak, noda dan cacat lain superti yang disyaratkan tersebut diatas.
Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki sampai disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk
perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan
sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 6
Pekerjaan Pasangan Keramik
6.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
6.1.1. Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Pasangan Lantai.
6.1.2. Pekerjaan Lantai Kerja di Bawah Pasangan Keramik.
6.1.3. Pekerjaan Keramik Pada Dinding Km/Wc.
6.1.4. Pekerjaan Keramik Lainnya Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
6.2. Persyaratan Bahan.
6.2.1. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.
6.2.2. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
6.2.3. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.

82
6.2.4. Keramik (Ceramic Tile).
a. Jenis Penutup lantai yang digunakan yaitu Granit 60 x 60 cm
Permukaan : Licin (Polished)
Jenis : Homogeneus Style
Warna : ditentukan pada saat pelaksanaan
Ukuran : 60 x 60 cm
Kualitas : Kelas 1
Produk : ditentukan oleh Direksi/Pengawas
Jenis Plint yang digunakan yaitu Granit Plint 10 x 60 cm, tidak dibenarkan
menggunakan plint dari keramik yang dibelah-belah.
b. Jenis Penutup Lavatory Non slip untuk km/wc, lazed untuk dinding
km/wc.
Ketebalan : 6 mm.
Permukaan : Kasar (Unpolised)
Warna : ditentukan pada saat pelaksanaan
Ukuran : 40 x 40 cm untuk lantai, 40 x 60 cm untuk dinding
Kualitas : Kelas 1
Produk : ditentukan oleh Direksi/Pengawas
6.2.5. Contoh Bahan.
Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set kepada
Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan (tekstur dan warna),
selanjutnya dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang
dikirim ke lapangan.
6.2.6. Keramik.
keramik yang akan dipasang, ukuran diagonalnya harus benar-benar sama,
masing-masing tepinya benar-benar menyiku dan tidak cacat.
6.3. Persyaratan Pelaksanaan Keramik.
6.3.1. Pemasangan.
Pada saat pemasangan, ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak,
tidak cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
6.3.2. Pola Pemasangan.
Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar kerja/shop
drawing atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.

83
6.3.3. Pemotongan.
Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus terlebih dahulu
dipergunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik. Hasil
pemotongan harus siku dan lurus (tidak bergerigi), bagian sisi yang terpotong
dihaluskan dengan ampelas, sehingga membentuk pinggiran yang serupa
dengan sebelum dipotong.
6.3.4. Ketebalan Finish.
Pemasangan Granit harus benar-benar rata. Permukaannya harus tepat pada
peil finish atau ketebalan finish dan sesuai dengan kemiringan seperti
disyaratkan dalam gambar kerja.
6.3.5. Granit Bersih Dari Bercak Noda.
Granit yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda aduk
parekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi dengan air
bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
6.3.6. Setelah Pemasangan.
Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, Granit harus dihindarkan dari injakan/
pemberian beban.
6.3.7. Kerusakan atau Cacat.
Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontaktor diwajibkan untuk memperbaiki
kembali dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Biaya untuk pekerjaan ini
adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

Pasal 7
Pekerjaan Pengecatan dan Meni Besi
7.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
7.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan.
7.1.2. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Baja dan Besi (Meni)
Pekerjaan pengecatan permukaan Baja dan Besi seperti tercantum dalam
gambar kerja.
7.1.3. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.

84
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu dan
permukaan beton yang tampak/exposed seperti yang tercantum dalam
gambar kerja.
7.1.4. Pekerjaan Pengecatan Baja dan Besi.
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam gambar
kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan cat
finish.
2. Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/unexposed dicat
hanya sampai dengan cat dasar.
7.2. Persyaratan Bahan.
7.2.1. Cat Tembok.
Ekterior : menggunakan jenis cat waterless
Interior : menggunakan jenis bahan easyclean
7.2.2. Cat Meni Besi dan baja
7.2.3. Kualitas Cat Tembok
Bahan cat adalah jenis terbaik yang mempunyai daya rekat dan tingkat
kerapatan yang baik.
7.2.4. Cat Politur.
Memakai melamik bahan dari produk yang cukup baik tingkat penyerapannya
7.2.5. Plamir.
Bahan dan kualitas utama, mutu terbaik.
7.2.6. Keaslian Cat.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
1. Segel kaleng.
2. Test BD.
3. Test laboratorium.
4. Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes
kemurnian ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan
diserahkan ke Direksi/Konsullan Pengawas.

85
7.2.7. Contoh Pengecatan.
Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2 Pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).
7.2.8. Cat Cadangan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk
kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 2 Galon tiap warna dan jenis
cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan
dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
7.3. Persyaratan Pelaksanaan.
7.3.1. Tebal Cat.
Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum
sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda
sapuan, roller maupun semprotan.
7.3.2. Peralatan Pelindung.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.
7.3.3. Keadaan Cara Pengecatan.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama
untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun
atau membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus
mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udaranya lancar. Di dalam
keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus
memakai kipas angin/fan untuk memperlancar pergantian/aliran udara.

86
7.3.4. Peralatan.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik
dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
7.3.5. Cat Dasar.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan
hanya boleh dilakukan bila disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
7.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain
kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesfikasi ini.
7.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut
terpasang.
7.3.8. Standard Pengecatan (Mock-Up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini
ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang
tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana,
maka bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekejaan
Pengecatan.
7.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus
diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung
Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
7.3.10. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari
pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
7.3.11. Pekejaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, Langit-langit
dan Tripleks :
1. Sebelum pelaksanaan :

87
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas- bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat
dan dalam kondisi kering.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.

Pasal 8
Pekerjaan Kusen dan Pintu Aluminium
8.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
2. Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
3. Pekerjaan pintu kaca tempered pada pintu utama dan yg lainnya sesuai petunuk
pada gambar kerja
4. Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai tercantum
dalam gambar kerja.
8.2. Persyaratan Bahan
8.2.1. Persyaratan Bahan.
8.2.2. Pintu kaca Entrance dan dinding luar Kaca Lantai 4 menggunakan Frameless
Tempered 12 mm.
Spesifikasi Tempered Glass untuk pintu-pintu utama setiap lantai
Jenis Tempered Glass tebal 12 mm
Patc Pitting PT-30 (4 x 17 cm)
Floorhinges
Handle Pintu Kaca
Grendel Cylinder Dead Lock 4123
8.2.3. Kusen Pintu Alluminium
Spesifikasi Rangka Alluminium :
Jenis : Ranggka Alluminium
Rangka : 40 x 100 mm
Kaca Pintu : 6 mm Finishing Sticker Sun Glass
Kaca Jendela : 5 mm Bening
8.2.4. Jenedela Kaca dinding luar jendela jenis Tinted Glass

88
Spesifikasi Kaca Tinted Glass tebal 8 mm warna biru
8.2.5. Kusen dan Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.
Spesifikasi bahan kusen dan rangka daun jendela sisi luar bangunan.
Jenis : Curtain wall coating warna
Ukuran : 40 x 100 mm
Ketebalan : Minimum 1,5 mm.
Produk : ditentukan kemudian
Tipe : Shop Front lebar 4” Seri 70 E (30 x 70) mm.
Dan lain-lain sesuai gambar kerja/shop drawing
Persyaratan untuk konstruksi kusen :
a. Defleksi maksimum 2 mm untuk 1/1500 bentang antara 2 tumpuan.
b. Ketahanan terhadap beban angin (120 kg/cm2)
c. Ketahanan terhadap udara (minimum 15 m3/jam)
d. Ketahanan terhadap air harus disertai dengan hasil test.
8.2.6. Sekrup terbuat dari Stainless steel.
8.2.7. Weather strip dari neopron rubber gasket.
8.2.8. Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat penggantung dengan
alluminium.
8.2.9. Angker rangka kusen dati steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc
mimimal 13 mikron. Penempatan pada setiap jarak 30 mm.
8.2.10. Untuk rangka/profil kusen yang berhubungan dengan udara luar harus
diberi bahan kedap air dari jenis polysol sealant.
8.3. Persyaratan Pelaksanaan.
8.3.1. Umum.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja
dan melakukan pengukuran lapangan. Tipe jendela yang terpasang harus
sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan
memperhatikan ukuran-ukuran, bentuk profil, material, detail arah bukaan
dan lain-lain. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat
“shop drawing” dan membuat contoh jadi (mock-up) detail hubungan bagian
tertentu yang dimintakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui
dengan petunjuk sebagai berikut :
Gambar : Uraian/Informasi.
Denah : Lokasi, jenis bukaan, engsel-engsel.

89
Daftar jenis pintu : Merk, kualitas, bentuk, material, finish, tipe, jendela,
bovenlicht anti karat, anti yap, glass hardware, dll. Shop drawing detail :
Tipe/jenis ukuran, finish permukaan, glazing metode, lokasi, metoda
instalasi, hardware, dll. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib
memperhatikan persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan
Jendela. Semua kusen dan rangka daun harus dikerjakan selain pabrikasi
dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan. Kusen dan rangka daun harus dilindungi dari
kerusakan, retak, bercak, noda, lubang, goresan-goresan, pada permukaan
yang tampak selama fabrikasi maupun pemasangan. Apabila ditemui
kerusakan, cacat, salah pemasangan, ketidak tepatan pemasangan, karena
Kontraktor kurang cermat dan teliti, maka Kontraktor harus memperbaiki/
membongkar/mengganti hingga memenuhi spesifikasi dengan biaya
ditanggung Kontraktor tanpa dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pemasangan kusen bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan dinding dan
kolom praktis, khususnya pada kusen-kusen yang langsung diapit oleh
kolom praktis. Prinsip pelaksanaan ini perlu diperhatikan dan dijaga agar
angker kusen tetap dapat barfungsi.
8.3.2. Kusen, Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.
Semua profil aluminium dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai
dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan. Bahan yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi terlebih
dahulu sesuai dengan bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan dan
kelengkungan yang dipersyaratkan. Pemotongan aluminium hendaknya
dikerjakan pada tempat yang aman terlindung dari benda-benda yang dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan, terutama material besi. Hasil
pemotongan dengan mesin potong, mesin punch, drill setelah dirangkaikan
untuk pintu, jendela mempunyai toleransi ukuran untuk tinggi dan lebar
adalah 1 mm dan untuk diagonal adalah 2 mm. Profil aluminium harus
dilindungi terutama dari retak, bercak noda atau goresan pada permukaan
yang tampak selama pabrikasi maupun pemasangan. Pengelasan
diperkenankan menggunakan Non Activated Gas (Argon) dari arah bagian
dalam agar dalam sambungan tidak tampak oleh mata. Sekrup harus
dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat dari luar, menggunakan

90
sekrup anti karat/stainless steel, tiap sambungan harus kedap air. Untuk
pemegang profil dan perlengkapan lain dari profil aluminium yang akan
kontak dengan permukaan metal (besi, tembaga dan lain-lain), maka
permukaan metal bersangkutan harus diteri lapisan chromium untuk
menghindari kontak korosi.
Toleransi pemasangan profil aluminium dengan dinding adalah 10-25 mm,
kemudian celah yang terjadi diberi beton ringan (grout). Agar kedap air dan
kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plesteran diberi
lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish seperti
Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan jendela,
maka sekeliling kusen yang berhubungan langsung dengan permukaan
dinding perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi selama masa
pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan
bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi, Kontraktor harus membongkar,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan
mekanisme yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan
sempurna. Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna,
apabila terjadi kemacetan Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Pada daun pintu
ganda/double door, untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran
udara terutama pada ruang yang dikondisikan, hendaknya dipasang Mohair,
jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari Synthetic Resin.
Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak boleh
menimbulkan getaran. Apabila masih terjadi getaran, maka “Profil Rubber
Seal’ pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor. Pemasangan bahan
kedap air antara kaca dan profil aluminium disyaratkan tebal minimum 5
mm. Bahan sealant yang tampak harus merupakan garis Iurus, sejajar garis
profil, bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5 mm dari garis
profil.
Kotor akibat noda-noda pada permukaan profil, setelah pemasangan harus
dibersihkan dengan “Volatile olie". Pintu-pintu dan jendela harus dilindungi

91
dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar terlindung dari
bentutan alat-alat pada waktu pembangunan.
Bila profil ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung
harus digunakan. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih,
sebelum kering sapu dengan kain yang halus kemudian diberi material
pelindung.

Pasal 9
Partisi Dinding Receptions & Panel Partisi Dinding Geser

9.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pekerjaan partisi Dinding Geser dengan rangka metal aluminium dengan penutup
kedua sisinya menggunakan Plywood tebal 8 (double) mm finishing HPL (High
Preasure Laminated) 0,7 mm dan Partisi Dinding Receptionis menggunakan Rangka
Kayu 5/7, penutup Plywood 8 mm (double) Finishing HPL (High Preasure
Laminated) 0,7 mm sesuai dengan gambar kerja.
9.1.1. Persyaratan Bahan.
9.1.2. Spesifikasi Bahan Rangka Partisi.
Rangka Partisi Aluminium.
Rangka Kayu Balok 5/7
Penutup Plywood 6 mm (double)
Spesifikasi bahan rangka dinding partisi.
Jenis : Rangka Baja Ringan.
Ketebalan : Minimum 1,5 mm.
Produk : ditentukan direksi/pengawas
Warna : ditentukan direksi/pengawas
Dan lain-lain sesuai gambar kerja/shop drawing
Persyaratan untuk konstruksi kusen :
a. Defleksi maksimum 2 mm untuk 1/1500 bentang antara 2 tumpuan.
b. Ketahanan terhadap beban angin (120 kg/cm2)
c. Ketahanan terhadap udara (minimum 15 m3/jam)
d. Ketahanan terhadap air harus disertai dengan hasil test.
Untuk bahan pelengkap lainnya :
9.1.3. Sekrup terbuat dari Stainless steel.

92
9.1.4. Weather strip dari neopron rubber gasket.
9.1.5. Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat penggantung dengan
alluminium.
9.1.6. Angker rangka kusen dati steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc
mimimal 13 mikron. Penempatan pada setiap jarak 30 mm.
9.1.7. Untuk rangka/profil kusen yang berhubungan dengan udara luar harus
diberi bahan kedap air dari jenis polysol sealant.
9.1.8. Persyaratan Untuk Konstruksi Rangka Partisi.
1. Masing-masing rangka disambung dengan sekrup (flat join), setiap
penyambungan harus siku dan lurus.
2. Rangka partisi harus benar-benar kuat, tegak lurus dan menurut peil
yang dikehendaki.
9.1.9. Untuk Bahan Pelengkap Lainnya.
1. Sekrup terbuat dari stainless steel.
2. Weather strip dari neopron rubber gasket.
3. Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat panggantung
dengan alluminium.
4. Angker rangka kusen dari steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc
mimimal 13 mikron. Penempatan pada setiap jarak 30 mm.
9.1.10. Panel Partisi.
Plywood 6 mm.
Lapisan Luar HPL
Kualitas baik, mempunyai kesikuan yang bagus.
Ketebalan seragam, permukaan tidak melengkung, cukup keras.
9.2. Persyaratan Umum.
9.2.1. Pengukuran Lapangan.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja
dan melakukan pengukuran lapangan.
9.2.2. Tipe Partisi.
Tipe partisi yang terpasang harus sesuai dengan tipe yang tertera dalam
gambar kerja dengan memperhatikan ukuran-ukuran, untuk profil, material,
detail, arah bukaan pintu dan lainnya.
9.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kunci dan Alat Gantung.

93
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan kunci dan alat gantung.
9.2.4. Rangka Partisi.
Semua rangka partisi, panel dan daun harus dikerjakan secara pabrikasi.
9.2.5. Rangka dan Panel.
Rangka dan panel harus dilindungi dari kerusakan, retak, bercak, noda,
lubang, goresan-goresan pada permukaan selama pabrikasi maupun
pemasangan.
9.2.6. Kerusakan dan Cacat.
Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah pemasangan, ketidak tepatan
pemasangan karena Kontraktor kurang cermat dan teliti maka Kontraktor
harus mernperbaiki/ membongkar/mengganti hingga memenuhi spesifikasi
dengan biaya ditanggung Kontraktor, tanpa dapat dituntut sebagai biaya
pekerjaan tambah.
9.3. Persyaratan Pelaksanaan.
9.3.1. Rangka Partisi.
Semua rangka partisi dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti sesuai dengan
ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Bahan yang akan diproses prabikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, dan perlengkapan
yang disyaratkan. Sebelum pemasangan lembaran-lembaran panel,
Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka partisi untuk tumpuan
pemasangan telah sesuai dengan baik letak, bentuk, maupun ukuran.
9.3.2. Sekrup Anti Karat/Stainless Steel.
Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga tiap sambungan harus tahan
air.
9.3.3. Rangka Partisi.
Rangka partisi harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan bersudut
90 derajat. Apabila tidak terpenuhi Kontraktor harus membongkar, biaya
yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan mekanisme
yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan sempurna.
9.3.4. Material Pelindung.

94
Bila rangka partisi ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan
pelindung harus digunakan. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan
air bersih, sebelum kering sapu dengan kain yang halus, kemudian beri
material pelindung.
Pasal 10
Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela Alluminium
(Alat Penggantung Dan Kunci)
10.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi :
10.1.1. Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela Aluminium.
Pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela Alluminium seperti tercantum
dalam gambar kerja.
10.2. Persyaratan Bahan.
Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi
perubahan atau penggantian, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu secara
tertulis dari Pemberi Tugas. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan Direksi/Konsultan Pengawas.
Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen yang lengkap (anak kunci).
Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
10.3. Perlengkapan Pintu Ayun.
1. Engsel (Hinge)
Mekanisme : Ayun dua arah (double swing).
Spesifikasi : Floorheinges Tanam
Memenuhi standard SII -0407-80.
Pemakaian : Pintu aluminium.
Ukuran : Standard produk (45 x 75 mm).
Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.
Warna : Ditentukan kemudian.
2. Kotak Kunci (Lockcase).
Mekanisme : Ayun satu arah (single swing).
Pemakaian : Pintu aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah siang (latch bolt)
Dan mempunyai lidah malam (tolling dead bolt)
Warna : Ditentukan kemudian.

95
3. Silinder (Cylinder).
a. Spesiflkasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu kayu pada setiap bangunan.
b. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam Jika dalam keadaan darurat,
pintu dapat dibuka dan sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.
4. Pegangan Pintu Alluminium Jenis PHD 718 / 50 cm dipasang pada pintu kaca
tempered 12 mm
Spesiflkasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol penekan
pada pegangan dalam, indikator isi/kosong H pada sisi luar
Pemakaian : Pintu km/wc umum.
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar dengan handle biasa
5. Penahan Pintu (Door Stopper).
Spesifikasi : Bahan galvanized steel dengan panahan karet pada salah
satuujungnya. Panjang total + 9 cm.
Pemakaian : Pintu yang tidak menggunakan door closer.
6. Door Closer.
Spesifikasi : Lengan dapat disetel untuk menahan pintu tetap terbuka (hold
open”) pada posisi tertentu sesuai dengan pilihan.
Memiliki pengatur kecepatan menutup sehingga kecepatan
tersebut konstan.
Tipe Hidroulik “Automatic back-check”.
Pemakaian : Semua pintu ruang ber- AC atau sesuai dengan gambar kerja.
7. Grendel Tanam Putar.
Pemakaian : Pintu kayu dengan dua daun/pintu ganda sesuai dengan gambar
Perlengkapan Pintu Dorong.
1. Rel Pintu
Spesifikasi : Rel pintu dipasang di bagian atas lengkap dengan roda
penggantung Pada bagian bawah dipasang rel dan roda
penahan pintu. Besar rel disesuaikan dengan berat pintu yang
digantungnya.
Pemakaian : Semua pintu ruang yang memakai pintu jenis dorong Pintu
plat baja pada bangunan gudang.

96
10.4. Perlengkapan Jendela Jungkit.
1. Casement.
Mekanisme : Kombinasi dari prinsip engsel dan hak angin, sudut bukaan
hingga 135 derajat
Pemakaian : Jendela Aluminium Jungkit
Spesifikasi : Bahan dari baja difinish dengan Elektor Galvanized
Ukuran : 900 mm.
Kemampuan menahan beban daun jendela untuk :
Maks. Tinggi : 1525 mm, Maks. berat : 14,50 kg.
Agar dapat sesuai dengan jendela, Kontraktor harus meminta
kejelasan tipe ini kepada pabrik pembuat.
2. Slot.
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela jungkit.
Warna : Ditentukan kemudian.
10.5. Kehandalan Kerja.
Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik
sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara
kasar dan halus.
10.6. Persyaratan Pelaksanaan.
10.6.1. Shop Drawing.
Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan dilapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua
data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau
detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar
dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi pabrikasi, dan pemasangannya
untuk setiap pintu dan jendela.
Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas
sebelum dilaksanakan. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu,
jendela dan bovenlicht khususny lockcase, handle dan blackplate harus rapi
dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam gambar kerja dan

97
atau petunjuk Direksi/Konsullan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
10.6.2. Engsel.
Pemasangan :
Engsel atas : + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah : + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Khusus pintu toilet/peturrasan dan janitor ,adalah + 32 cm (as) dari
permukaan bawah pintu.
10.6.3. Door Stopper.
Pemasangan :
Untuk pintu toilet/peturrasan, dipasang pada dinding dengan minimum
ketinggian 155 cm dan 6 cm dari tepi daun pintu.
Untuk pintu lain dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan
kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.
Pasal 11
Pekerjaan Plafon
11.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
11.1.1. Pekerjaan Plafon Gibsumboard tebal 9 mm untuk semua ruangan kecuali
KM/WC dan Pantry
11.1.2. Pekerjaan (GRC) Glass-fibre Reinforced Cement Board 4 mm.
Pekerjaan langit-langit untuk ruang KM/WC dan Pantry atau sesuai gambar
kerja.
11.1.3. Perawatan Bahan.
11.1.4. Gibsumboard
Tebal : 9,00 mm.
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
11.1.5. Glass-fibre Reinforced Cement Board (GRC) 4 mm
Tebal : 4,00 mm.
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
11.1.6. Rangka Langit-langit.
Konstruksi Metal Furing.
Ukuran dan dimensi sesuai dengan gambar kerja.
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan dengan kuat tekan

98
11.2. Persyaratan Pelaksanaan.
11.2.1. Rangka Langit-langit.
Persyaratan pelaksanaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Bahan rangka yang digunakan untuk pemasangan plafond adalah Baja
Ringan Pola rangka penggantung langit langit sesuai dengan gambar rencana
dan diperhatikan benar-benar peilnya. Bagian permukaan rangka langit-
langit yang akan dipasang rangka langit-langit harus rata permukaan,
Penggantung rangka langit-langit adalah klem besi strip dengan kawat/kabel
baja yang diikatkan ke stek penggantung langit-langit dengan wartelmur.
Stek penggantung langit-langit dari besi beton berdiameter 6 mm, diikatkan
ketulangan pelat lantai atau balok beton, telah dipasang pada saat pengeoxan.
Panjang stek dan jarak penggantungan sesuai dengan gambar kerja.
11.2.2. Langit-langit .
Plafon Gibsumboard 9 mm yang dipasang yang telah dipilih dengan baik,
bentuk, dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Gibsumboard dan Plafon GRC dipasang
dengan cara pemasangan sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuatnya, pemakuan dengan paku khusus untuk Gibsumboard
Plafon GRC, dan pola pemasangan sesuai gambar kerja. Setelah selesai
terpasang, bidang permukaan langit-langit harus lurus, rata waterpass dan
tidak bargelombang, sambungan antar panel saling tegak lurus. Toleransi
kecembungan adalah 0,5 mm untuk jarak 2 m. Penyelesaian akhir (finishing)
adalah dicat. Pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan Pasal Pekerjaan Cat.
11.2.3. Peralatan-peralatan Yang Terpasang.
Pada pekerjaan ini, Kontraktor harus mengadakan koordinasi dari berbagai
disiplin lain untuk dapat mengkoordinasikan peralatan-peralatan yang harus
terpasang pada panel langit-langit tersebut, seperti armatur lampu, Kabel
Try, grill AC. Titik Penginderaan Kebakaran, Sprinkler dan lain-lain.

Pasal 12
Pekerjaan Alluminium Compossit Panel (ACP)
12.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang ACP (Alluminium Compossit Panel) meliputi :

99
12.1.1. Pekerjaan rangka ACP menggunakan besi Holow 7,5 x 7,5 Tebal 4,5 mm
12.1.2. Pekerjaan panel ACP jarak 120 x 60 cm
12.1.3. Pekerjaan Finishing Nat ACP
12.2. Persyaratan Bahan.
Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis ini dan
telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Segala contoh yang telah disetujui oleh Pemberi
Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Semua bahan yang
terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui. Pemasangan semua unit ACP
harus lengkap dengan sistem pabrikasi.

12.3. Persyaratan Pelaksanaan.


12.3.1. Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang
bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan
maupun posisi meletakkan peralatan ditempat.
12.3.2. Pemasangan Bahan.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang
sebelum masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan,
perhatikan semua ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan
pada rangka ACP. Peralatan harus dipasang dengan rapi sesuai dengan
pola ACP yang tertera pada gambar. Pemasangan ACP dan Nat harus
dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar tidak terdapat bekas carat atau
noda.
12.3.3. Pemasangan Rangka Hollow.
Pemasangan rangka harus dibuat secara presisi untuk mendapatkan garis
tengah besi hollow sebagai dudukan ACP supaya tidak miring, panel ACP
dapat terpasang dengan rapi jika rangka yang terpasang cukup baik dan
dapat menyatu (tidak miring) pada sisinya.
12.3.4. Pemeriksaan atau Pengujian

100
Sebelum pekerjaan Nat ACP diadakan pemeriksaan/pengujian oleh
Direksi/Konsultan Pengawas untuk memriksa sekrup jangan sampai ada
yang terpasang miring.

Pasal 13
Pekarjaan Sanitair
13.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pernasangan :
13.1.1. Pekerjaan Kloset Duduk Monoblock + Shower Basuh.
13.1.2. Pekerjaan Wastafel Keramik dan Kaca Cermin tebal 5 mm
13.1.3. Pekerjaan Kran Dinding.
13.1.4. Floor Drain.
13.1.5. Pipa Gip dan PVC.
13.2. Persyaratan Bahan.
Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis ini dan
telah disetujui oleh Pemberi Tugas. SegaIa contoh yang telah disetujui oleh Pemberi
Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Semua bahan yang
terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui. Pemasangan semua unit
sanitair harus lengkap dengan fixtures (kran, pipa drain dan sebagainya)
13.3. Persyaratan Pelaksanaan.
13.3.1. Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang
bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan
maupun posisi meletakkan peralatan ditempat.
13.3.2. Peralatan Yang Disetujui.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang
sebelum masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan,
perhatikan semua ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan di
lantai maupun di dinding/meja beton. Peralatan harus dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak ada sumbatan-sumbatan. Pemasangan unit
saniter dan “accesoriesnya” harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat

101
agar tidak terdapat bekas carat atau noda. Semua peralatan yang sudah
tertanam dalam beton harus bersih dari kotoran dan tidak cacat.
13.3.3. Sambungan Ulir.
Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya
menggunakan sambungan ulir. Penyambungan dengan ulir ini terlebih
dahulu dilapisi dengan “Red Lead Cement” dan memakai pintalan serat
halus.Pada tempat-tempat khusus digunakan sambungan “flanged”. Pada
penyambungan dengan “Ranged” perlu dilengkapi dengan “ring type
gasket” untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.
13.3.4. Pemeriksaan atau Pengujian
Dilarang menutup dengan plesteran sebelum diadakan
pemeriksaan/pengujian oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
13.3.5. Fires.
Semua “fires” yang terpasang di dinding harus diusahakan tepat ditengah
atau pada nat keramik.

Pasal 14
Pekerjaan Perlindungan
14.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :
Pekerjaan Sealant.
Pekerjaan Grouting.
Pekerjaan Waterprofing.
14.1.1. Pekerjaan Sealant.
1. Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accesoriesnya” terhadap
dinding lantai maupun antara pipa.
2. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding.
3. Semua celah pada kusen alluminium.
14.1.2. Pekerjaan Grouting.
Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan material metal
yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.
14.1.3. Pekerjaan Waterprofing.
Pelapisan dengan bahan/material waterprofing untuk :
1. Bahan/material waterprofing lembaran untuk permukaan atas plat atap
beton.

102
2. Bahan/material waterprofing cair untuk permukaan atas lantai 1 (satu)
semua km/wc.
14.2. Persyaratan Bahan.
14.2.1. Pekerjaan Sealant.
Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan/material,
tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan, dan berdaya
lekat tinggi dan berbahan dasar dari silikon.
14.2.2. Pekerjaan Grouting.
Bahan grouting dari jenis non shrink dan non-metalic dengan pemakaian
dicampur semen.
14.2.3. Pekerjaan Waterprofing.
Tipe waterprofing yang digunakan adalah jenis bubuk semen dengan
campuran liquid kemudian dicampur dengan merata menggunakan mesin
pengaduk sehingga merata dengan baik.
Waterprofing diaplikasikan dengan kuas pada plat atap dengan merata
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.
Produk : Tipe bubuk dengan cairan (liquid)
14.2.4. Penyerahan Bahan/Material.
Penyerahan bahan/material ditempat pekejaan harus dalam keadaan masih
utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti
waktu diterima dari distributor/pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau
rusak, maka bahan/material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.
14.3. Persyaratan Pelaksanaan.
14.3.1. Kebersihan Bahan/Material.
Sebelum pelaksanaan, permukaan dan semua bahan/material yang
termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air
dan noda maupun kotoran lainnya, pail atau elevasi permukaan tersebut
sudah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan keselamatan manusia,
maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung (seperti : masker,
sarung tangan, dan sebagainnya) yang harus dipakai pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.

103
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga
ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung
Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur
palaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
14.3.2. Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih
bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel
bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Permukaan bahan harus sudah difinish. Tidak diperkenankan
melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant
memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras. Dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis
sealant yang dibedakan berdasarkan macam/jenis material yaitu :
1. Material keramik/kaca.
2. Material metal.
3. Material kayu.
4. Material beton.
5. Material Alluminium Compossit Panel
6. Material Acrylic
7. Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.
Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan/spesifika pabrik.
Konraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan cermat dan teliti
sehingga sealant yang terpasang mempunyai permukaan yang rapih,
halus, rata permukaan dan bersih dari segala noda, kotoran maupun
goresan.
14.3.3. Pekerjaan Grouting.
1. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan
lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel
bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahi

104
terlebih dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air diatas
permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.
2. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh
celah/lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar
tidak terbentuk rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil,
pengisian aduk grouting dapat mempergunakan corong/alat lain.
3. Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan
pengerasan yang terlalu cepat dengan cara ditutup dengan kain basah.
14.3.4. Pekerjaan Waterprofing.
1. Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton
harus sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton
untuk keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari
yang disyaratkan pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak,
retak atau lubang, serbuk beton, debu gumpalan/aduk beton, atau
bagian-bagian yang menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak,
lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan
adukan kedap air 1Pc : 3Psr hingga padat dan diratakan
permukaannya.
2. Pekerjaan Waterprofing Lembaran.
a. Lapisan Dasar/Primer.
Pelaksanaan dengan semprot atau kuas dengan daya tutup 6 - 8 m2
per liter. Lapisan Dasar/Primer harus langsung ditutup dengan
lembaran waterprofing. Jika dalam satu hari keja ada area yang
telah diberi lapisan dasar/primer tetapi belum sempat ditutup
dengan lembaran waterprofing, rnaka areal tersebut harus diberi
lapisan dasar/primer kembali pada hari kerja berikutnya.
b. Lapisan Lembaran Waterprofing.
¾ Permukaan horizontal.

105
1. Lembaran waterprofing harus dipasang mulai dari titik
terendah permukaan ke arah titik tertinggi.
2. Tumpang-tindih (overlap) antara lapisan minimum 65 mm
dan atau sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3. Pemasangan berlangsung dari gulungan, ditekan dengan
roller (berat + 35 kg dan lebar + 70 cm) dengan seksama,
menerus, dan secara merata sehingga tidak terdapat
gelembung udara.
4. Di atas sepanjang siar dilatasi, pelapisan lembaran
waterprofing dua kali.
¾ Permukaan Vertikal.
1. Lembaran waterprofing harus dipasang dari titik terendah
hingga titik tertinggi menerus dalam 1 (satu) lembar,
kemudian baru dipasang lapisan baru.
2. Tumpang-tindih (overlap) antara lapisan minimum 65 mm
dan atau sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3. Pemasangan barlangsung dari gulungan, ditekan dengan
roller (berat +- 35 kg dan lebar + 70 cm) dengan seksama,
menerus, dan secara merata sehingga tidak terdapat
gelembung udara.
4. Jika diperlukan, dapat memakai paku beton ukuran terkecil
untuk mengikat.
¾ Pertemuan Sudut/Dinding/Parapet.
Semua pertemuan sudut harus dibuat tumpul 45 derajat, yaitu
dengan menutup sepanjang sudut tersebut dengan aduk kedap air
1Pc : 3Ps, selanjutnya pelaksanaan pakerjaan waterprofing.
¾ Lubang Pipa Talang.
1. Setiap lubang pipa talang harus dikerjakan dua lapis
lembaran waterprofing.
2. Lapisan pertama, lembaran waterprofing di dinding lubang
kebawah sejauh minimal 150 mm, kemudian dari bibir
lubang kesegala arah sejauh minimal 150 mm.

106
3. Lapisan kedua, lembaran waterprofing permukaan atap
harus diteruskan masuk kedalam lubang talang sampai
kedalaman minimum 150 mm dari bibir lubang lakang.
¾ Berupa lapisan (screed) kedap air 1Pc : 3Ps dengan tulangan
kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal + 3 cm dan maksimal + 8
cm. Setelah selesai palapisan, perrnukaan ditabur dengan aspal
hingga merata.
¾ Pengujian.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah
selesai pekerjaan lapisan waterprofing dan sebelum pekerjaan
lapisan pelindung.
Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah
tertutup lapisan waterprofing hingga ketinggian + 50 mm dan
dibiarkan selama 3 x 24 jam.
¾ Perbaikan Lapisaan Waterprofing.
Jika terdapat kebodoran, lapisan waterprofing diatas kebocoran
disobek secukupnya. Lekatkan potongan lapisan waterproofing
baru diatas bagian yang sobek sejauh minimal 150 mm kesegala
arah. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengujian, dan permukaan
harus kering betul.
c. Pekerjaan Waterprofing Cair.
Perbandingan campuran semen dengan waterprofing cair adalah
2:1 tanpa menggunakan air. Pelaksanaan pekerjaan waterprofing
cair dilakukan dengan dituangkan atau memakai kuas dengan
volume 1 galon untuk 10 - 15 m2.
¾ Aplikasi/pemasangan pada pelat beton.
1. Plat beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai
bahan pemadat (densifier) plat beton telah benar-benar
mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium.
2. Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang
dicantumkan da!am gambar kerja).
3. Semua dudukan instalasi/pipa dan lain-lain harus sudah
terpasang.

107
4. Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak /parapet
/dinding dibuat groove + 2 mm.
5. Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau
parapet serta semua dudukan beton atau instalasi akan diisi
adukan 5 x 5 cm.
¾ Lapisan pelindung.
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed)
kedap air 1Pc : 3Ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal
lapisan minimal 3 cm dan maksimal 8 cm.
¾ Pengujian.
Kontrator harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai
pekerjaan lapisan waterprofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah
tertutup lapisan waterprofing hingga ketinggian + 50 mm dan
dibiarkan selama 3 x 24 jam.
¾ Perbaikan Lapisan Waterprofing.
Apabila terjadi ketidak sempurnaan dalam pelaksanaan (terjadi)
kebocoran, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali
pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan biaya perbaikan tersebut
menjadi tangung jawab Kontraktor. Metoda pelaksanaan parbaikan
waterprofing harus mengikutl petunjuk dan saran dari pakarnya
dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
14.3.5. Jaminan/Garansi.
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan/garansi tertulis bahwa pekerjaan,
perbaikan dan perawatan dari bagianbagian pekerjaan perlindungan ini
telah dilaksanakan dengan standard sesuai spesifikasi teknis dari pabrik
pembuat. Jaminan/garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak
kurang dari 5 tahun setelah masa pemeliharaan.
Pasal 15
Sistem Plumbing dan Sampah dalam Shaft
15.1. Lingkup Pekerjaan.
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh
manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang

108
dibangundapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi
dengan prasaranalain, yang disebut prasarana bangunanatauutilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung,
agarbangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninyaakan merasa nyaman, aman, dan sehat.
15.2. Uraian Pekerjaan Plumbing dan Sampah dalam Shaft
15.2.1. Air Bersih Sistem
a. Pipa distribusi dalam gedung diambil dari Ground Watertank dipompa
menggunakan pipa utama Gip Ø 3/4”, distribusi air bersih
menggunakan pipa Gip ½” penyediaan air (PDAM/Sumur Suntik).
b. Sistem tangki atap
Air bersih dari Ground Watertank akan dipompa melalui pipa menuju
Top Watertank, dengan kapasitas penampungan atap +/- 4.000 Liter.
Akan dialirkan menuju lantai-lantai bangunan menggunakan pompa
tekan sehingga tekanannya dapat terjaga.
15.2.2. Kotoran Cair
1. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatory dari floor drain dialirkan
langsung kedalam Saft menuju pipa pembuangan Ø 4”, menuju saluran
keliling bangunan dan disalurkan menuju Riol Kota.
2. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatori dari Wastafel dan Urinoir
dialirkan langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
saluran keliling bangunan.
3. Sistem pendistribusian kotoran padat dari KM/WC dari Closet dialirkan
langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
septicktank bangunan.
15.2.3. Kotoran Padat (Tinja)
Bak penampung kotoran padat menggunakan Biological Filter Septic Tank
yang terbuat dari bahan fiberglass, dan merupakan Septic Tank Fiber Glass,
yang mengusung produk ramah lingkungan. dilengkapi media kontak yang
dirancang khusus dan dilengkapi dengan system disinfektan yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga buangannya
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dengan spesifikasi :
a. Kapasitas : 6-8 Orang
b. Dimensi : 200 x 100 150 Cm

109
c. Volume : 3.000 Liter
d. Bahan : Fiebrglass Tebal 3 mm
Pendistribusian kotoran padat dari closet dengan pipa Ø 4”, melalui shaft
menuju septick Tank Biofill.
15.2.4. Sampah
Penanggulangan sampah pada bangunan kantor sebaiknya dipisahkan antara
sampah organik dan an-organik, yaitu sampah dapur (pantri) dan sampah
kertas pada ruang kerja. Dalam hal ini sampah kering yang
direkomendasikan akan dibuang melalui shaft sampah, untuk sampah
organik hasil buangan dapur atau pantry akan diberikan perlakuan khusus
dikarenakan sampah tersebut akan berbau busuk jika terlalu lama
mengendap.
Sampah organik penangannya yaitu dengan mengumpulkan dengan kantong
sampah dan dibuang secara manual ke tempat sampah terdekat.
Untuk sampah kering penanganannya akan dibuang lelahui shaft sampah
kemudian diangkut menuju tempat sampah.

Shaft sampah akan dilapisi dengan plat baja dengan ketebalan 4 mm, pada keliling ruang
shaft, dan setiap lantainya akan dibuatkan pintu baja.

110
BAB 4
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

Pasal 1
Sistem Elektrikal
1.1. Lingkup Pekerjaan.
1.1.1. Umum.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar, dimana
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan-perbedaan antara
spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan pada pasal dibawah ini, maka merupakan kewajiban
Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehinggai sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan disetujui Direksi/Pengawas Lapangan.
1.1.2. Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Mekanikal Electrikal.
Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan ME ini
harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai betikut :
Pengadaan dan Pemasangan :
A. Instalasi Tata Lampu
1. Pengadaan dan pemasangan Panel Distribusi PUTR
2. Instalasi pengkabelan.
3. Instalasi penerangan dan kotak kontak.
4. Armature lampu dan lampu-lampu lainnya seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana.
5. Insfalasi penerangan luar.
6. Instalasi grounding.
7. Melakukan testing dan commissioning.
B. Instalasi Tata Udara Sistem AC Multi Split
1. Unit Indoor Type Ceilling Mounted Casette
2. Unit Indoor Type Wall Mounted
3. Unit Outdor Type Split
4. Baranch Selector Unit

111
5. Pipa Refigerant
6. Pipa Drin
7. Sistem Pengkabelan
8. Saklar
9. Control digital
C. Instalasi Tata Suara
D. Instalasi Sistem CCTV & MATV
E. Instalasi Sitem Telepon PABX
F. Instalasi Sistem Server Netowk
G. Instalasi Fire Suppression
H. Instalasi Sistem Transportasi Vertikal (Lift)
I. Instalasi Penangkal Petir
2.1. Standard/Rujukan.
2.1.1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
2.1.2. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
2.1.3. International Electrotechnical Commission (IEC)
2.1.4. SPLN.
2.2. Ketentuan Bahan dan Peralatan.
2.2.1. Panel Tegangan Rendah.
1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga
harus mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
2. Konstruksi dalam parel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa dan setiap kabel diberikan
nomor terminal/kabel, sehingga bila akan dilaksanakan perbaikan-
perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen
dapat dengan mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-
komponen lainnya. Pengaturan/penempatan komponen atau peralatan
harus mempertimbangkan juga kemungkinan kenaikan temperatur yang
ditimbulkan, baik oleh komponen-komponen itu sendiri ataupun karena
keterbatasan ruang panelnya.
3. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar
phase R-S-T, 1 busbar neutra1 dan 1 busbar untuk grounding, kecuali
untuk panel 1 phasa, cukup menggunakan 3 busbar. Besarnya busbar

112
harus diperhitungkan untuk besar arus tanpa menyebabkan suhu yang
lebih dati 65° C.
4. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan
yang dipergunakan untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari
jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
5. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam
kotak tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran
96 x 96 mm dengan skala linear dan ketelirian 1% dan bebas dari
pengarus induksi serta ada sertifikasi tera dari LMK/PLN (minimum 1
buah untuk setiap jenis alat ukur).
6. Ukuran dari tiap-tiap panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan serta semua persyaratan yang berlaku sesuai dengan yang
telah disetujui Perencana.
2.2.2. Kabel Tegangan Rendah.
16. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan
min. 0,6 KV untuk kabel NYM, NYY, NYMHY, Coaxial Kabel, Kabel UTP
Cat6 dengan spesifikasi :
b. Conductor : Plain wpper (NYM & NYY), solid or stranded (NYY),
Insultaion : PVC
c. Core Filter : Compound Elastic/Soft PVC
d. Sheat : PVC.
17. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk kabel-kabel instalasi daya dipergunakan jenis NYA dan NYY
2,5 mm.
b. Untuk kabel-kabel instalasi penerangan dipergunakan jenis NYM.
c. Untuk kabel instalasi Tata Suara menggunakan jenis NYMHY.
d. Untuk kabel MATV dan CCTV menggunakan kabel Coaxial
e. Untuk kabel network menggunakan kabel UTP Cat 6
18. Kabel-kabel daya yang ke sub-sub panel harus disertai dengan kabel BC
atau NYA sebagai kawat pentanahan dengan diameter sama dengan
diameter kabel feedernya.
19. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus
dimintakan persetujuan terlebih dahulu.
20. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm2.

113
2.2.3. Syarat Khusus (lampu, saklar, kotak kontak, cable ladder/tray, dll).
a. Lampu SL
b. Pada Ruang Kerja.
c. TebaI plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm.
d. Ballast (Transformator) untuk lampu SL harus dari bahan Low Loss
Type.
e. Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu SL harus dapat
memberikan koreksi factor (cos phi) total minimal 0,85.
f. Fitting lampu SL type.
g. Finishing untuk lampu SL harus di Cat Oven/Powder Coating.
1. Syarat Umum.
a. Semua lighting fixtures menggunakan cat bakar bebas dan karat,
dengan ICI acrylic paint warna putih susu, contoh harus disetujui deh
Perencana/Direksi Pengawas.
b. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan
efisiensi penerangan yang maksimal, rapih kuat sera sedemikian rupa
hingga pekerjaan-pekerjaan seperti panggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan.
c. Pada semua lighting fixtures harus ditanahkan (grounding).
2. Kotak Kontak dan Saklar.
a. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok
bata adalah type pemasangan masuk/inbow (Rush-mounting).
b. Kotak-kontak rating 16 A dan mengikuti standard VDE.
c. Flush-box (inbouw doss) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding
dan push button harus dipakai dan jenis bahan bakely atau metal dari
produk yang sama.
d. Kotak-kontak dinding yang dipasang 50 cm dan permukaan lanlai.
Pada ruang-ruang yang basah/lembab harus dan jenis water dicht
(WD) sedang untuk saklar dan isolating switch dipasang maksimal
130 cm dan permukaan lantai.
e. Kodak kontak khusus/Industrial type, untuk area tertentu, akan
ditentukan kemudian.
Spesifikasi dan kotak kontak industrial type adalah sebagai barikut :

114
¾ Type : Surface mounting socket Outlets c/w plug
¾ Material : Polyester-polyamide cover slainless steel screw parts
Protection Index : IP 66
¾ Operation temperature : - 600 - + 600°C
¾ Vollage operation : 220-240 V atau 380-415 V
¾ Rated Current : 16 A & 63 A.
¾ Pole of Configurations : 2P + E, 3P + E atau 3P + E + N.
3. Konduit.
a. Konduit yang digunakan, harus memenuhi standard yang berlaku
(British Standard-BS dan Elecbonical Standardization CENELEC)
untuk pengujian karakteristik bahan antara lain, tahan terhadap
bahaya kebakaran tingan kelenturannya dan lahan terhadap getaran
mekanis (tidak mudah pecah) pada saat pengecoran lantai atau
kolom beton.
b. Konduit yang dipakai adalah dan jenis PVC High Impact atau metal
conduit, dimana diameter dalam dari konduit minimum 1,5 kali
diameter kabel dan minimum diameter dalam adalah 10 mm, atau
dinyatakan lain pada gambar. Sedangkan untuk FRC (Fina
Recistance Cable) menggunakan G.1.P dengan diameter 2 ½ kali
diameter kabel.
c. Konduit yang dipasang harus dilengkapi dengan segala
Accessoriesnya dan material/ bahan yang sama dengan konduitnya
seperti; coupling, saddles, inspecbon elbows, reducens, locknuts,
terminal boxes dan berbagai perlengkapan lainnya, untuk
memudahkan baik pada saat pelaksanaan maupun saat perawatan.
4. Grounding.
a. Kawat grounding menggunakan kawat telanjang (Bare Copper
Conductor).
b. Besarnya kawat grounding minimal berpenampang sama dengan
penampang kabel masuk (incoming feeder).
c. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanized
minimal berdiameter 11/4”, diujung pipa dipasang copper rod
sepanjang 0,5 meter.

115
d. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maksimum 2 ohm,
diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
e. Kedalaman grounding minimum 6 meter.
2.3. Perawatan Teknis Pemasangan.
2.3.1. Panel-panel.
1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya dan harus rata (horizontal/waterpas).
2. Setiap kabel yang masuk/keluar dan panel harus dilengkapi dengan
gland dan karet atau panutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang
tajam.
3. Pada lokasi-lokasi yanq khusus (shaft listrik, gudang atau penerangan
luar), panel-panel harus diperlengkapi dengan lubang-lubang ventilasi
yang cukup.
4. Khusus untuk panel-panel type free standing, harus diberi alas dengan
menggunakan besi kanal UNP 100 x 50 x 5 mm.
5. Untuk panel-panel yang banyak menggunakan komponen
kontroll/busbar atau banyak menggunakan alat ukur harus dilengkapi
dengan terminal blok yang baik mutunya (lihat item produk).
6. Panel-panel yang dilengkapi dengan magnetic contactor dan start/stop
push button, harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dalam
mengoperasikannya dan estetik.
7. Ketinggian panel-panel type wall mounting harus menurut PUIL 1987.
8. Semua panel harus ditanahkan.
2.3.2. Kabel-kabel.
1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasanya sasuai dengan WIL 1987 pasal 701.
Sedangkan untuk kabel instalasi penerangan (NYM) yang digunakan
harus terdiri dari 4 macam warna sesuai dengan ketentuan PUIL (R, S, T,
Neutra1 dan grounding).
3. Kabel daya yang dipasang pada shaft/dinding bangunan harus
diletakkan diatas tangga kabel (cable leadder) atau cable tray yang
semuanya ditata dan diklem dengan rapi.

116
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali
pada kabel penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkap
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat pres hidraulis yang kemudian disolder dengan
timah pateri.
7. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 80 cm minimum,
dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm
dan diatasnya diamankan dengan batu tata Cikarang sebagai
pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm atau disesuaikan
dengan jumlah kabel.
8. Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus
mempergunakan kabel support, minimum setiap jarak 50 cm.
9. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.
10. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dan 60 cm dan diberikan pelindung
pipa galvanized dengan diameter minimum 2 ½ kali panampang kabel.
11. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada
Cable Ladder.
12. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beron harus
dibuatkan sleeve dan pipa galvanis dengan diameter minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
13. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus
didalam kotak terminal yang terbuat dan bahan yang sama dengan
bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana
tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm.
14. Setiap pamasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih
1m disetiap ujungnya.
15. Penyusunan konduit diatas cable leadder harus rapi dan tidak saling
menyilang.
16. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus
didalam kotak penyambungan dan memakai alat penyambung barupa

117
las-dop merk Legrand atau 3 m dengan memberi isolasi terlebih dahulu.
Warna isolasi harus sama dengan warna kabelnya.
2.3.3. Lampu Penerangan.
1. Jenis lampu yang digunakan yaitu jenis lampu SL
2. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana
plafond dan tata lampu serta disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
3. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond
yang terbuat dari bahan aluminium.
2.3.4. Kotak Kontak dan Saklar.
1. Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan
masuk dan dipasang pada ketinggian 50 cm dari level lantai, untuk kotak
kontak biasa 150 cm dari level lantai, dan untuk kotak kontak AC
dipasang dengan ketinggian yang sesuai dari lantai.
2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
type water dicht (bila ada).
2.3.5. KWH Meter.
1. Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang
terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2. Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian dilapangan
setelah disepakati barsama Arsitek.
2.3.6. Lampu Penerangan.
1. Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana plafond
Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond yang
terbuat dan bahan aluminium.
3. Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
4. Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak
pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm dari tanah.
2.4. Pengujian.
2.4.1. Umum.
Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan
pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang

118
bersangkutan dan LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu.
Setelah paralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara
menyeluruh dari sisbm, untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan
baik. Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan
peralatan untuk pengujian yang perlu disediakan oleh Kontraktor menjadi
tanggung jawab Kontraktor sandiri.
2.4.2. Peralatan dan Bahan.
Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
1. Panel-panel tegangan rendah.
Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat Iulus pengujian
dan pembuat panel yang menjamin bahwa setiap peralatan dalam panel
tersebut berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan
operasional maupun gangguan berupa undervoltage, over current,
overthennis, short circuit dan lain-lain serta merger antara fasa, fasa
netral, fasa nol.
2. Kabel-kabel tegangan rendah.
Untuk kabel tegangan rendah, sertifikat Iulus pengujian harus dari PLN
yang terutama menjamin bahan isolasi kabel baik serta tidak melanggar
ketentuan-ketentuan PLN tentang isolasi kabel tegangan rendah,
pengujian dengan megger tetap harus dilaksanakan, dengan nilai tahan
isolasi minimum 50 mega Ohm. Penyalaan baru boleh diiaksanakan
apabila dinyatakan Iulus oleh Direksi Lapangan yang didasarkan pada
hasil pergukuran (data) langsung dari semua instalasi.
3. Lighting Fixtures.
Setiap lighting fixtures yang menggunakan ballast dan kapasitor harus
dilakukan pengujian atau pengukuran faktor daya (cos phi). Dalam hal
ini faktor daya yang diperbolehkan minimal 0,85.
4. Motor-motor Litrik.
a. Motor-motor listrik yang terpasang, harus dari type yang sesuai
dengan pemakaian dan lokasi dimana motor-motor tersebut
dipasang.
b. Pengukuran tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.

119
c. Pemasangan motor-motor listriik bisa dilaksanakan setelah
penunjukkan hasil pengukuran tidak melanggar ketentuan-
ketentuan PUIL 1987.
2.5. Peralatan Maintenance.
Kontraktor diwajibkan menyerahkan peralatan Maintenace (Tools kit) untuk semua
system yang terpasang sesuai dengan produknya masing-masing. Semua peralatan
tersebut harus baru dan asli.
2.6. Produk.
Bahan atau peralatan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setara dengan
yang dispesifikasikan ke MK. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan
resmi dan tertulis.
Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :
Bahan/Peralatan Merk/Pembuat
1. Terminal Block
2. MCCB, MCB
3. Pembuat Panel
4. Kabel
5. Conduit High Impact
6. Konduit PVC, AW
7. GIP Med. Class
8. Cable Mark
9. Lampu :
a. RMI AL + Keranjang
b. SL Type Downlight
c. SL Bulb Type Baret
d. SL Type Spot Flood Light
10. Kotak Kontak
11. Kotak Kontak Industry/Isolating Switch
12. Saklar Biasa
13. Saklar Photosell untuk lampu yang berada diluar gedung
14. Metal Conduit
15. Cable Leadder/Tray

120
Pasal 2
Sistem Penangkal Petir
2.1. Lingkup Pekerjaan.
2.1.1. Umum.
Penangkal petir elektrostatis merupakan penangkal petir modern dengan
menggunakan sistem E.S.E ( Early Streamer Emision ). Sistem E.S.E bekerja
secara aktif dengan cara melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan
udara sebelum terjadi sambaran petir. Pelepasan ion ke lapisan udara secara
otomatis akan membuat sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu
memilih ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari pada area
sekitarnya. Dengan sistem E.S.E ini akan meningkatkan area perlindungan
yang lebih luas dari pada sistem penangkal petir konvensional. Berikut ini
adalah perbandingan penangkal petir elektrostatis dengan penangkal petir
konvensional dan disetujui Direksi/Pengawas Lapangan.
2.1.2. Uraian Pekerjaan Instalasi Penakal Petir.
Sistem Penangkal Petir yang digunakan yaitu jenis penangkal petir electro
Statis Flash Vectron dengan kapasitas radius Maksimal 150 meter. Sebagai
tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan instalasi
penangkal petir ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan siap dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai betikut :
Pengadaan dan Pemasangan :
1. Pengadaan
2. Instalasi kabel konduktor tembaga.
3. Pembumian (grounding).
4. Pemasangan Tongkat Kepala Tembaga.
2.2. Standard/Rujukan.
2.2.1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1967
2.2.2. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
2.2.3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
2.2.4. Permen No. PER. 02/MEN/1989
2.3. Cara Kerja Penangkal Petir jenis Elekctrosatatis
Penangkal petir modern dapat menerima secara struktur besarnya tegangan listrik
yang didapat dari petir dan mengalirkannya ke bumi. Teori diversi sebagai dasar
dari prinsip kerja penangkal petir, menyatakan bahwa kemampuan penangkal petir

121
modern melindungi struktur dikarenakan kemampuan pembumiannya yang baik.
Sehingga sambaran petir yang terjadi dapat dialirkan dengan aman ke bumi melalui
konduktor pembumian. Ujung penangkal petir KURN menggunakan EGC (Elektro
Generating system) mempunyai kemampuan "mengundang" petir yang berada
disekelilingnya. Ini terjadi karena udara disekitar ujung penangkal petir mengalami
ionisasi, sehingga berakibat mempunyai sifat konduktor yang dapat dialiri loncatan
listrik. Apabila dilihat dengan Alat maka akan terlihat garis-garis seperti pelangi.
Sedangkan pangkal ujung bawah penangkal petir idealnya merupakan lapisan yang
mempunyai sifat penghantar listrik. Ini akan membuat daya serap tanah dari ujung
penangkal petir akan tersebar lebih merata. Dalam penghantaran listrik petir, yang
harus diperhatikan ialah hambatan listrik pada konduktor perantara antara ujung
atas (air terminal) dan pembumian. Harus dirancang jalur terpendek dari air
terminal menuju pembumian dan setiap belokan harus mempunyai radius yang
cukup besar. Bila hal ini tidak diperhatikan, maka sambaran petir akan mencari
penghantar terpendek menuju pembumian, meskipun tidak melalui jalur penangkal
petir (seperti melalui jaringan kabel rumah atau pipa plumbing). Ini dapat
menyebabkan kebakaran dan bencana lain.
Setelah pemasangan penangkal petir, maka harus dianalisa faktor kemampuan tanah
untuk menahan aliran listrik dalam radius tertentu. Pengetesan harus dilakukan
untuk menjamin bahwa semua listrik yang menyambar dapat didistribusikan
dengan baik. Ini menyebabkan pemasangan penangkal petir harus diserahkan
kepada ahli pemasang penangkal petir.

Pasal 3
Sistem Pencegah Kebakaran
(Fire Suppression)
3.1. Lingkup Pekerjaan.
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah setiap ketentuan atau syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi
dalam rangka mewujudkan kondisi aman kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya, baik yang dilakukan pada tahap perencanaan, perancangan,
pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan bangunan.
Ada 2 (dua) jenis pencegah kebakaran yang akan digunakan dalam gedung ini yaitu
Sistem Fire Suppression System dan Fire Protection Portable atau biasa juga dikenal
dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

122
3.2. Fire Suppression System
Adalah sistem pemadam kebakaran yang menggunakan Gas C02 Nitrogen yang
akan ditempatkan pada ruang yang telah ditentukan dalam gambar kerja yang akan
secara otomatis mendeteksi adanya suhu ruangan yang tinggi dengan Head Detector
dan dapat mendeteksi adanya asap dalam suatu ruangan dengan Smoke Detector
kemudian akan diinformasikan lewat sistem elektronik ke alarm yang kemudian
akan tabung Gas Nitrogen (fm 200) akan secara otomatis akan menyemburkan gas
tersebut lewat pipa-pipa yang telah dipasang diatas plafon.
FM 200 Fire Suppression sebagai alat pemadam kebakaran dalam gedung sangatlah
efektif dibandingkan dengan sistem Springkler dengan menggunakan air.
3.3. Uraian Pekerjaan Fire Protection Jenis Portable Catridge System
Tabung pemadam yang mudah untuk dibawa dan dapat digunakan/dioprasikan
oleh seorang saja. Ukuaran dari tabung pemadam api portable unit dihitung mulai
dari 1 kilogram sampai dengan 9 kilogram. Catatan : Khusus untuk tabung
pemadam api dengan media (isi) Carbon dioxide dihitung mulai dari ukuran 3
kilogram sampai dengan 6,8 kilogram (standart).
Biasa disebut juga sebagai “portable fire extinguisher”, adalah alat pemadam yang
mudah dibawa/dipindahkan oleh satu orang (portable) karena ukurannya (dalam
pengertian dimensi) tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat.
2.4. Standard/Rujukan.
2.4.1. Permen PU No. 26/PRT/M/2008
2.4.2. NFPA (National Fire Protection Association)
2.5. Lingkup Pekerjaan Pemadam kebakaran
Adapun lingkup pekerjaannya yaitu :
a. Silinder C02
b. Pipa Galvanis Ø ¾ Inchi
c. Head Detector
d. Smoke Detector
e. Control Panel Automatic
f. Nozle
g. Alarm Bell
h. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis portable yang dipasang pada daerah
yang mudah terjangkau.

123
2.6. Cara Kerja Fire Protection Portable Catridge System
Pada silinder system cartridge sebetulnya terdiri dari dua tabung, tabung yang besar
yang terlihat sebagai silinder alat pemadam hanya berfungsi sebagai wadah bagi
media pemadam, di dalam tabung ini terdapat satu tabung lagi yang berukuran kecil
sebagai penampung gas pemberi tekanan (biasanya CO2). Tabung ini terdapat di
bagian dalam sebelah atas persis dibawah valve, saat valve ditekan ia akan menekan
membran pada tabung CO2 sehingga terjadi lubang, CO2 akan keluar mengisi
tabung yang besar dan memberi tekanan yang akan mendorong media keluar lewat
valve.Untuk tabung jenis ini tidak terdapat pressure gauge. Media pemadam yang
umum digunakan untuk jenis ini adalah ABC Dry Chemical powder.
Tabung portable ini dipasang pada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan
tingkat kondisi kebakaran tinggi dan mudah dijangkau, seperti ruang pantry, dan
area publik yang dianggap perlu.

Pasal 4
Pekerjaan Sistem Tata Udara (AC)

4.1. Lingkup Pekerjaan


Dalam system ini, menggunakan refrigerant sebagai media pendingin ruangan.
Sistem ini merupakan system yang dipakai pada skala gedung perkantoran, dengan
ruang-ruang control yang memerlukan perlakuan khusus dalam hal temepeartur/
suhu.
4.2. Uraian Pekerjaan
Jenis AC yang digunakan yaitu AC Multi Split dengan sistem VRV (Variable
Refrigerant Volume), yang mana sistem AC ini memungkinkan menggunakan 1
(satu) unit Outdor dengan Indoor lebih dari 2 (dua) unit. Adapun komponen dari
jaringan AC ini adalah :
4. Outdor unit 2-4 PK
5. Indoor unit
6. Branch Selector Unit
7. Pipa Refrigerant
Outdoor AC akan dipasang pada sisi kiri dan sisi kanan gedung yang telah
dibuatkan tempat agar mudah dalam mengontrol dan perawatannya pada setiap
lantai. Semua indoor harus dipasang pada ruangan-ruangan yang telah tertera pada
gambar kerja dan pemasangan pipa refigeran harus hati-hati agar tidak mengalami

124
kebocoran yang terjadi yang akan mengakibatkan merembesnya air buangan
kedalam plafon.

Pasal 5
Pekerjaan Sistem Transportasi Vertikal (Lift)

20.1. Lingkup Pekerjaan


Dalam pekerjaan Elevator (Lift) yang paling perlu diperhatikan oleg pihak
pelaksana, direksi dan pengawas adalah spesifikasi lift itu sendiri dimana sudah
tertuang dalam gambar kerja dan RAB tentang spesifikasi elevator yang akan
digunakan, sehingga pengadaan barangnya dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Apadun spesifikasi Elevator (Lift) yang akan digunakan yaitu :
a. Daya Angkut : 8 (delapan) Orang
b. Rated Capacity : 550 Kg
c. Rated Speed : 1,00-1,50 Meter/Sec.
d. Enterance Width : 80 cm
e. Car Internal Dimensions : 140 x 103 cm
f. Minimum Hoistway : 175 x 159 cm
g. Minimum Machine Room Dimensions : 185 x 290 cm
20.2. Uraian Pekerjaan
Paket elevator harus dipasang sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik dengan
persetujuan dari direksi teknis / pengawas lapangan.
Sebelum melakukan pemesanan / pengadaan Elevator pihak penyedia wajib
menyerahkan contoh dan jenis serta merk elevator yang akan digunakan tentunya
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada.
Dalam hal pengadaan elevator pihak penyedia dengan segera mengajukan contoh
dan jenis Lift yang akan digunakan, sehingga tidak berbenturan dengan pekerjaan
struktur Lift (Core) yang telah dibuat terlebih dahulu.
Pemasangan Lift sedapat mungkin mempertimbangkan sistem struktur yang ada
sehingga dapat berjalan lancar tanpa kendala.
Setelah pemasangan Lift terlebih dahuluh melakukan uji coba untuk memastikan
tidak terdapat cacat mutu ataupun sistem elaktrikal yang salah.

125
Pasal 6
Pekerjaan Sistem Tata Suara, CCTV, MATV dan PABX
6.1. Lingkup Pekerjaan
Adapun lingkup pekerjaan elektrikal yang akan diuraikan dalam Pembangunan
Gedung BPS Sulawesi Tengah yaitu :
A. Sistem Tata Suara
B. Sistem CCTV
C. Sistem MATV
D. Sistem Telepon PABX
E. Sistem Network
Uraian pekerjaan ini akan dirangkum menjadi satu pembahasan dengan penjabaran
yaitu :
A. Sistem Tata Suara
Pemasangan speaker tanam pada plafon bangunan ini ditempatkan pada
ruangan-ruangan fungsional untuk untuk memberikan informasi kepada
pegawai BPS, dan untuk daerah luar ditempatkan didinding sisi depan dan
belakang bangunan.
Adapun jenis speaker yang akan digunakan yaitu :
1. Cealling Speaker 3 watt
2. Horn Speaker 15 watt
3. Wall Speaker 15 watt
4. Type kabel NYMHY 3 x 1,5 mm
5. Microfone Meja
6. Mixer Amp
7. Equalizer
B. Sistem CCTV
Sistem CCTV pada plafon dipasang pada daerah yang dengan tingkat kepadatan
pengunjung tinggi disamping pada ruangan fungsional.
Adapun komponen yang akan digunakan yaitu :
1. Kamera Dome pada ruangan fungsional
2. Kamera Bullet pada koridor dan lobby
3. Kabel Coaxial RG-6
4. Monitor LCD 32”
5. Digital Video Recorder

126
C. Sistem MATV
MATV yaitu sistem jaringan TV kabel atau TV satelit yang dipasang pada
bangunan sebagai hiburan pelangkap dari bangunan tersebut.
Adapun komponen dari jaringan MATV yaitu :
1. Parabola / TV Satelit
2. Receiver
3. Modulator
4. Boster
5. Monitor LCD 32”
6. Kabel Coaxial RG-6
D. Sistem Telepon PABX
Sistem jaringan telepon yang akan gunakan yaitu menggunakan jaringan
TELKOM sebagai alat komunikasi formal pada perkantoran, dipasang pada
jaringan melewati kabel try pada setiap lantainya.
Adapun komponen yang akan digunakan yaitu :
1. Billing Sistem
2. BOX PABX
3. MDF Telpon 100 Pairs
4. Kabel jaringan Steel-K 5 / 2x2x0,6 mm
5. Unit Telepon (extension)
E. Sistem Network dan Data Server
Komponen network yang akan digunakan yaitu :
1. Server
2. Panel Subwitch
3. Panel Subwitch setiap lantai
4. Kabel UTP Cat 6e
5. Port LAN Switch
6.2. Uraian Pekerjaan
Semua pekerjaan elektrikal yang telah diuraikan diatas sistem pemasangannya yaitu
menggunakan kabel melewati kabel Try yang dipasang dalam plafon bangunan
dibungkus dengan konduit PVC sehingga terjaga keamanannya, semua jenis
jaringan kabel setiap lantai masuk melalui Saft Mekanikal elektrikal yang terdapat

127
dalam bangunan setiap lantai terdapat ruang kontrol yang telah disediakan sebagai
ruang untuk mengaplikasikan sistem tersebut.
Pemasangannya komponen pada plafon sedapat mungkin diatur sehingga dapat
teratata dengan baik tidak menghalangi jaringan dan komponen lainnya agar dapat
terlihat rapi pada pemasangannya serta memberikan nilai estetika pada area interior
gedung.

128
BAB 5
PENUTUP
A. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya
Kontraktor. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran
khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi
sebelum dan setelah pekerjaan selesai.
B. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan memerlukan
penyelesaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian dalam rapat-rapat
koordinasi lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana,
Konsultan Perencana dan atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen atau pihak
Penyedia Jasa.

129

Anda mungkin juga menyukai