Anda di halaman 1dari 11

7 HAL

PENTING
TENTANG
THR

Yuk dibaca >>>


THR alias Tunjangan Hari Raya, adalah hak


karyawan yang sangat dinantikan menjelang
hari raya.

Simak 7 hal penting yang perlu HR pahami


mengenai THR, agar tidak salah aturan

Semoga bermanfaat......
#1 : KARYAWAN KONTRAK DAN TETAP BERHAK ATAS
THR

Berdasarkan Permenaker 6/2016, semua jenis


hubungan kerja, yakni Kontrak dan Tetap, berhak atas
THR.

Tidak ada aturan bahwa THR dikhususkan hanya


untuk karyawan tetap saja.

Sepanjang karyawan kontrak memenuhi


persyaratannya, yakni masa kerja minimal 1 bulan
pada hari raya, dia berhak atas THR.

Termasuk didalamnya adalah Pekerja Harian Lepas


dan juga Karyawan Outsourcing (karyawan yang
bekerja di Perusahaan Outsourcing).
#2 : MASA KERJA MINIMAL 1 BULAN, BERHAK ATAS THR

Berbeda dengan aturan terdahulu yang batas minimal


mendapatkan THR adalah 3 bulan.

Aturan terbaru mensyaratkan masa kerja minimal


mendapatkan THR adalah 1 bulan.

Dengan perhitungan :

Masa kerja minimal satu bulan, namun dibawah 1 tahun,


perhitungan THR-nya prorate.

Yakni dengan rumus : ( masa kerja / 12 ) x Upah


Untuk karyawan masa kerja minimal 12 bulan atau lebih,


perhitungan THR nya 1 kali.
#3 : PEMBAYARAN THR PALING LAMBAT H-7

THR ini wajib dibayarkan oleh Perusahaan selambat-


lambatnya H-7 sebelum hari raya keagamaan.

Mau lebih awal boleh?

Ya boleh boleh saja.


#4 : KARYAWAN TETAP YANG RESIGN, TIDAK BERHAK ATAS
THR

Ini hal polemik, namun sudah disampaikan juga oleh


Kemnaker bahwa :
Karyawan Tetap yang resign dalam periode 30 harisebelum
hari raya, tidak berhak atas THR.
Meskipun dia resignnya H-1 lebaran.
Mengapa demikian?
Kita lihat di Pasal 7 Permenaker 6/2016.
Di ayat (1) disebutkan bahwa Pekerja PKWTT yang
mengalami PHK sejak 30 hari sebelum Hari Raya berhak atas
THR.
Jika kita merujuk ke Pasal 7 ayat (1) ini, yes dapet THR
ternyata.
Namun, wait, kita cek ayat selanjutnya, yaitu ayat (2).
Bunyinya begini :

THR Keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berlaku untuk tahun berjalan pada saat terjadinya
pemutusan hubungan kerja oleh Pengusaha.

Ada yang menarik?


Yes, frasa PHK oleh Pengusaha, diakhir kalimat


Ini yang sangat menarik menurut saya.

Kenapa disebutkan PHK oleh Pengusaha? memangnya ada PHK


oleh Karyawan?
Menurut pemahaman saya, resign adalah bentuk PHK yang
dilakukan oleh Karyawan.Karna yang mengajukan resign kan
karyawan.

Nah jika kembali merujuk ke Pasal 7 ayat (2), THR nya diberikan
jika PHKnya oleh Pengusaha.

Berarti sebaliknya, jika PHK nya oleh Karyawan (alias resign), maka
tidak diberikan THR.

Sehingga dapat kita simpulkan, Karyawan Tetap yang Resign di


Bulan Ramadhan, tidak berhak atas THR. Kecuali, diatur lain di
PP/PKB Perusahaan.

Bagaimana jika Perusahaan tetap memberikan? ya boleh boleh


saja.
Anyway, tanggal resign disini bukan tanggal pengajuan resign ya.
Tapi tanggal terakhir dia sebagai karyawan.
#5 : HABIS KONTRAK JUGA TIDAK BERHAK ATAS THR

Untuk karyawan kontrak, yang kontraknya berakhir


dalam periode 30 hari sebelum hari raya, tidak berhak
atas THR.

Meskipun dia habis kontraknya H-1 lebaran.


#6 : BESARAN THR SESUAI UPAH

Besaran THR yang diberikan adalah mengacu kepada :


– Upah Pokok tanpa tunjangan (clean wages), atau


– Upah Pokok + Tunjangan Tetap


Jika di Perusahaan menerapkan kebijakan upahnya adalah


Upah Pokok + Tunjangan Tetap, maka perhitungan THR nya
adalah total dari Upah Pokok + Tunjangan Tetap.

Tunjangan Tetap adalah tunjangan yang diberikan tanpa


melihat / memperhatikan / memperhitungkan kehadiran
karyawan. Apapun nama tunjangannya.

Jika karyawan baru saja ada kenaikan upah, maka yang


digunakan adalah upah terbaru ya.
#7 : THR DIPOTONG PAJAK

Dan jangan lupa, THR dipotong pajak ya.

Karna THR ini masuk juga dalam kategori


penghasilan, meski di undang undang disebutnya
sebagai penghasilan non upah.

Demikian, semoga bermanfaat.


Fachrurozi_

Sumber : https://manajemensdm.net/

Anda mungkin juga menyukai