Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. IX/No.

4/Okt-Des/2020

TEKNIK PENYIDIKAN PEMBELIAN yang terlibat tindak pidana narkotika beserta


TERSELUBUNG DAN PENYERAHAN DI BAWAH barang buktinya; walaupun demikian, teknik-
PENGAWASAN MENURUT UNDANG-UNDANG teknik penyidikan ini rawan penyalahgunaan
NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG wewenang serta memiliki risiko tinggi seperti
NARKOTIKA1 hilangnya uang dan minimnya dana.
Oleh: Rodriko Kembuan2 Kata kunci: Teknik Penyidikan, Pembelian
Mario A. Gerungan3 Terselubung, Penyerahan di Bawah
Donna O. Setiabudhi4 Pengawasan, Narkotika

ABSTRAK PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk A. Latar Belakang
mengetahui bagaimana pengaturan teknik Menurut Pasal 75 huruf j Undang-Undang
penyidikan pembelian terselubung dan teknik Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
penyidikan penyerahan yang diawasi terhadap dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik
tindak pidana narkotika dalam Undang-Undang Badan Nerkotika Nasional (BNN) berwenang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan “melakukan teknik penyidikan pembelian
bagaimana peran teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah
terselubung dan teknik penyidikan penyerahan pengawasan”.5 Selanjutnya menurut Pasal 79,
yang diawasi dalam meningkatkan efektivitas teknik penyidikan pembelian terselubung dan
penyidikan. Dengan menggunakan metode penyerahan di bawah pengawasan
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 huruf j
Pengaturan teknik penyidikan pembelian dilakukan oleh Penyidik atas perintah tertulis
terselubung (undercover buy) yaitu sebagai dari pimpinan.
tindakan penyidik melakukan pembelian Penjelasan umum memberikan keterangan
narkotika dari orang lain yang diduga terlibat bahwa untuk mencegah dan memberantas
tindak pidana narkotika dengan cara menutup penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
(menyembunyikan) identitas sebenarnya dan Prekursor Narkotika yang modus
supaya tidak dikenali bahwa dirinya adalah operandinya semakin canggih, dalam Undang-
penyidik; sedangkan pengaturan teknik Undang ini juga diatur mengenai perluasan
penyidikan penyerahan yang diawasi (controlled teknik penyidikan penyadapan (wiretapping),
delivery) yaitu sebagai tindakan penyidik teknik pembelian terselubung (undercover buy),
menyerahkan narkotika kepada orang lain yang dan teknik penyerahan yang diawasi (controlled
diduga terlibat tindak pidana narkotika dengan delivery), serta teknik penyidikan lainnya guna
cara menutup (menyembunyikan) identitas melacak dan mengungkap penyalahgunaan dan
sebenarnya supaya tidak dikenali bahwa dirinya peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
adalah penyidik; di mana tujuan dua teknik ini Narkotika.
untuk menangkap orang yang terlibat tindak Pembelian terselubung (undercover buy),
pidana narkotika beserta barang buktinya. dan teknik penyerahan yang diawasi (controlled
Tetapi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 delevery), merupakan teknik penyidikan yang
tentang Narkotika vbelum mengatur perbedaan sah karena telah diatur dalam undang-undang,
antara dua macam teknik penyidikan ini dengan yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009;
tindakan yang umumnya dikenal sebagai dan sebelumnya juga sudah diatur dalam
penjebakan (entrapment). 2. Peran teknik undang-undang narkotika yang lama, yaitu
penyidikan pembelian terselubung dan teknik Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
penyidikan penyerahan yang diawasi dalam Narkotika dalam Pasal 68 yang menentukan
meningkatkan efektivitas penyidikan yaitu bahwa, “Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
teknik-teknik penyidikan ini dapat Indonesia berwenang melakukan teknik
meningkatkan kemungkinan menangkap orang
1
Artikel Skripsi
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentabng
15071101502 Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 2009 Nomor 143, Tambahan lembarabn Negara Republik
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Indonesia Nomor 5062).

188
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik 2. Bagaimana peran teknik penyidikan
pembelian terselubung”.6 pembelian terselubung dan teknik
Walaupun demikian, dalam kenyataan, penyidikan penyerahan yang diawasi
masih ada keraguan terhadap dua macam dalam meningkatkan efektivitas
teknik penyidikan tindak pidana narkotika ini, penyidikan?
sehingga Ombudsman Republik Indonesia telah
mengundang dan melakukan diskusi pada C. Metode Penelitian
tanggal 11 Oktober 2016 dengan pihak Penelitian yang dilakukan untuk
Direktorat Tindak Pidana Narkotika Bareskrim dimanfaatkan guna penulisan skripsi yaitu jenis
Mabes Polri dan Badan Narkotika Nasional penelitian yang umumnya disebut sebagai
(BNN) di mana dalam diskusi Adrianus Meliala penelitian hukum normatif. Soerjono Soekanto
dari Ombudsman mengemukakan bahwa dari dan Sri Mamudji memberikan keterangan
pengaduan dan pemberitaan, ada saja orang tentang metode penelitian hukum normatif ini
yang mengeluh tentang Undercover Buying dan dengan menulis bahwa, “penelitian hukum
Control Delivery, karena memang sebagai yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
metode yang terselubung, dua hal ini rawan pustaka atau data sekunder belaka, dapat
untuk disalahgunakan.7 dinamakan penelitian hukum normatif atau
Uraian sebelumnya menimbulkan penelitian hukum kepustakaan”.8 Jadi,
pertanyaan tentang pengaturan teknik penelitian hukum normatif merupakan
pembelian terselubung (undercover buying) dan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
teknik penyerahan yang diawasi (controlled meneliti bahan pustaka atau data sekunder
delivery) dalam Undang-Undang Nomor 35 belaka. Karenanya metode penelitian ini
Tahun 2009, serta penerapan dua teknik disebut juga sebagai metode penelitian hukum
tersebut dalam praktik penyidikan. Hal ini kepustakaan. Penelitian hukum normatif
menunjukkan adanya urgensi untuk (penelitian hukum kepustakaan) ini dikenal pula
dilakukannya pembahasan lebih lanjut terhadap dengan istilah yang oleh Suteki dan Galang
dua macam teknik penyidikan tindak pidana Taufani disebut dengan nama “penelitian
narkotika tersebut. hukum doktrinal”.9
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dalam
rangka melaksanakan kewajiban penulisan PEMBAHASAN
skripsi maka pokok tersebut telah dipilih untuk A. Pengaturan Teknik Pembelian Terselubung
dibahas dengan mengambil sebagai judul dan Teknik Penyerahan Yang Diawasi
“Teknik Penyidikan Pembelian Terselubung Dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Penyerahan Di Bawah Pengawasan Menurut 2009 tentang Narkotika menentukan bahwa
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik
Narkotika”. Badan Narkotika Nasional (BNN) berwenang
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
B. Rumusan Masalah dirinci dari huruf a sampai dengan huruf s.
1. Bagaimana pengaturan teknik penyidikan Menurut Pasal 75 huruf j, dalam rangka
pembelian terselubung dan teknik melakukan penyidikan, penyidik BNN
penyidikan penyerahan yang diawasi berwenang melakukan teknik penyidikan
terhadap tindak pidana narkotika dalam pembelian terselubung dan penyerahan di
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 bawah pengawasan.10 Penjelasan pasal demi
tentang Narkotika?
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
6
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers,
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Jakarta, 2014, hlm. 13-14.
9
1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum
Indonesia Nomor 3698). (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali Pers, Depok, 2018,
7
detikNews, “Mengenal Undercover Buying dan Control hlm. 255.
10
Delivery dalam Penanganan Kasus Narkoba”, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
https://news.detik.com/berita/d-3317950/mengenal- Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
undercover-buying-dan-control-delivery-dalam- 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
penanganan-kasus-narkoba, diakses tanggal 01/10/2019. Indonesia Nomor 5062)

189
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

pasal terhadap Pasal 75 huruf j hanya menurut C.S.T. Kansil, adalah penafsiran
menyatakan “cukup jelas”. “menurut tatabahasa atau menurut kebiasaan,
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor yakni arti dalam pemakaian sehari-hari”. 12
35 Tahun 2009 hanya sedikit menyinggung Oleh karenanya bentuk penafsiran ini yang akan
mengenai dua macam teknik tersebut, di mana pertama-tama digunakan di sini, di mana hal
dikatakan bahwa untuk mencegah dan melihat penggunaan istilah dalam pemakaian
memberantas penyalahgunaan dan peredaran sehari-hari, antara lain dapat dengan
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang melihatnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
modus operandinya semakin canggih, dalam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Undang-Undang ini juga diatur mengenai pembelian berarti “proses, cara, perbuatan
perluasan teknik penyidikan penyadapan membeli”,13 sedangkan beli atau membeli
(wiretapping), teknik pembelian terselubung berarti “memperoleh sesuatu melalui
(undercover buy), dan teknik penyerahan yang penukaran (pembayaran) dengan uang”.14 Kata
diawasi (controlled delivery), serta teknik terselubung berarti “diselubungi, tertutup”15 di
penyidikan lainnya guna melacak dan mana asal katanya yaitu selubung berarti “kain
mengungkap penyalahgunaan dan peredaran dsb penutup kepala (tubuh, muka, dsb)”;16 jadi,
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Jadi, terselubung dapat diartikan sebagai menutup
dua macam teknik tersebut, dalam bagian identitas supaya tidak dikenali orang lain. Kata
penjelasan umum hanya ditambahkan terselubung mengandung arti tersembunyi,
keterangan tentang bahasa Inggris dari dalam hal ini penyidik menyembunyikan
pembelian terselubung, yaitu undercover buy, kedudukan sebenarnya sebagai penyidik dan
dan bahasa Inggris dari penyerahan yang berlaku sebagai pecandu narkotika ataupun
diawasi, yaitu controlled delivery. sebagai co-distributor dalam penyaluran
Berikut ini dua macam teknik penyidikan narkotika.
tindak pidana narkotika tersebut dijelaskan satu Uraian menunjukkan bahwa dalam hal ini
per satu, yaitu: penyidik melakukan pembelian, di mana objek
1. Teknik penyidikan pembelian terselubung yang dibeli adalah narkotika, dengan cara
Sebagaimana telah dikemukakan menutup (menyembunyikan) identitas
sebelumnya, baik dalam pasal-pasal Undang- sebenarnya supaya tidak dikenali orang lain
Undang Nomor 35 Tahun 2005, penjelasan bahwa dirinya adalah penyidik. Jadi, pembeli
umum undang-undang, maupun penjelasan adalah penyidik, penjual adalah orang yang
pasal demi pasal terhadap Pasal 75 huruf j sebelumnya diduga sebagai pengedar narkotika,
undang-undang, tidak ada keterangan lebih dan objek jual beli yaitu narkotika.
lanjut tentang apa yang dimaksudkan dengan Dalam diskusi tanggal 11 Oktober 2016
istilah-istilah pembelian terselubung. Jadi, tidak antara Ombudsman Republik Indonesia dengan
ada penafsiran otentik (authentiek pihak Direktorat Tindak Pidana Narkotika
interpretatie), yaitu pengertian yang diberikan Bareskrim Mabes Polri dan Badan Narkotika
oleh pembentuk undang-undang itu sendiri, Nasional (BNN), dari pihak Direktorat Tindak
terhadap istilah pembelian terselubung. Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri
Dalam hal seperti ini, yang dapat dilakukan diberikan penjelasan bahwa, "Ini merupakan
yaitu dengan melakukan penemuan hukum suatu Teknik khusus dalam penyelidikan
melalui bentuk-bentuk penafsiran, di mana kejahatan narkoba, di mana seorang informan
bentuk penafsiran yang umumnya akan atau anggota polisi (di bawah selubung) atau
digunakan pertama-tama yaitu penafsiran
menurut tata bahasa (grammatise
interpretatie). Penafsiran tata bahasa, menurut Nederlandse recht, cet.29, Pradnya Paramita, Jakarta,
2001, hlm. 389.
L.J. van Apeldoorn, adalah, “menerangkan 12
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
undang-undang dengan menetapkan apa arti Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1977, hlm. 63.
13
perkataan-perkataannya menurut adat bahasa Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar
yang umum atau yang teknis”,11 atau yang Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai Pustaka, Jakarta, 2002,
hlm. 127
14
Ibid., hlm. 126.
11 15
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Terjemahan Ibid., hlm. 1023.
16
Oetarid Sadino dari Inleiding tot de studie van het Ibid.

190
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

pejabat lain yang diperbantukan kepada polisi, atau menyerahkan sesuatu kepada seorang
bertindak sebagai pembeli dalam suatu yang lain. Perbuatan menyerahkan ini dapat
transaksi gelap jual beli narkoba, dengan berdasarkan macam-macam alasan, antara lain
maksud pada saat terjadi hal tersebut, si karena adanya pembelian dari pihak lain. Kata
penjual atau perantara atau orang-orang yang diawasi memiliki asal kata awas yang berarti
berkaitan dengan supply narkoba dapat antara lain “memperhatikan dengan baik;
ditangkap beserta barang bukti yang ada waspada”.19 Jadi, penyerahan yang diawasi
padanya."17 dapat diartikan sebagai perbuatan
Penjelasan oleh pihak kepolisian tersebut menyerahkan sesuatu yang dilakukan dengan
telah lebih memperinci pihak yang melalukan memperhatikan dengan baik atau waspada.
pembelian, di mana disebutkan selain anggota Kata “yang diawasi” menunjukkan bahwa
polisi, mungkin juga diikut sertakan informan penyerahan itu dilakukan dengan pengawasan,
atau pejabat lain yang diperbantukan kepada dalam hal ini jelas diawasi oleh pihak penyidik
polisi. Hal yang penting yaitu semuanya di tindak pidana narkotika.
bawah koordinasi dari penyidik. Oleh karena Pasal 75 huruf j berkenaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 juga dengan wewenang penyidik, dapat dipahami
menentukan bahwa teknik penyidikan bahwa pihak yang menyerahkan itu adalah
pembelian terselubung perlu dilakukan dengan pihak penyidik dan/atau orang-orang yang
hati-hati, di mana dalam Pasal 79 ditentukan berada di bawah koordinasi dari penyidik.
bahwa teknik penyidikan pembelian Sesuatu atau objek yang diserahkan itu yaitu
terselubung dan penyerahan di bawah narkotika. Sedangkan pihak yang menerima
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam penyerahan, karena ini merupakan teknik
Pasal 75 huruf j dilakukan oleh Penyidik atas penyidikan berarti pihak lain itu merupakan
perintah tertulis dari pimpinan. Pasal ini pihak pengguna untuk digunakan atau
menegaskan bahwa pelaksanaan teknik ini pengedar untuk dijual lagi, jadi, dalam hal ini
harus dilakukan dengan adanya perintah pihak yang menjadi sasaran
tertulis, jadi bukan hanya kegiatan yang bersifat penyelidikan/penyidikan dalam tindak pidana
mendadak sehingga hanya dilakukan narkotika.
berdasarkan perintah secara lisan saja, dan juga Dalam diskusi tanggal 11 Oktober 2016
surat perintah tertulis itu dibuat oleh pimpinan antara Ombudsman Republik Indonesia dengan
dari penyidik. pihak Direktorat Tindak Pidana Narkotika
2. Penyerahan Yang Diawasi. Bareskrim Mabes Polri dan Badan Narkotika
Sebagaimana halnya dengan istilah Nasional (BNN), dari pihak Direktorat Tindak
pembelian terselubung, maka istilah Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri
penyerahan yang diawasi juga tidak ada diberikan penjelasan bahwa, "penyerahan
keterangan lebih lanjut baik dalam pasal-pasal narkoba yang dikendalikan atau Controlled
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2005, Delivery adalah sebuah teknik khusus yang
penjelasan umum undang-undang, maupun dilakukan penyidik tindak pidana narkoba tahap
penjelasan pasal demi pasal terhadap Pasal 75 penyelidikan dan terjadi
huruf j undang-undang. Karenanya, istilah ini penangguhan/penangkapan/penahanan/
pertama-tama perlu dilihar berdasarkan penyitaan barang bukti, di mana seorang
penggunaan kata sehari-hari. tersangka yang mau bekerja sama dengan polisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atau informan penerimanya, dengan maksud
kata penyerahan berarti “proses, cara, pada saat penerimaan dapat ditangkap orang-
perbuatan menyerahkan”.18 Kata penyerahan orang yang terlibat kejahatan narkoba beserta
dalam pemakaian sehari-hari menunjuk pada barang buktinya."20 Dalam cara ini, narkotika
suatu keadaan di mana seseorang memberikan yang diserahkan berasal dari penyitaan barang
17 19
detikNews, “Mengenal Undercover Buying dan Control Ibid., hlm. 79.
20
Delivery dalam Penanganan Kasus Narkoba”, detikNews, “Mengenal Undercover Buying dan Control
https://news.detik.com/berita/d-3317950/mengenal- Delivery dalam Penanganan Kasus Narkoba”,
undercover-buying-dan-control-delivery-dalam- https://news.detik.com/berita/d-3317950/mengenal-
penanganan-kasus-narkoba, diakses tanggal 01/10/2019. undercover-buying-dan-control-delivery-dalam-
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op.cit., hlm. 1044. penanganan-kasus-narkoba, diakses tanggal 01/10/2019.

191
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

bukti yang berupa narkotika dan ada tersangka orang lain melakukan sesuatu yang biasanya
yang mau bekerja sama dengan penyidik, tidak mereka lakukan).
sehingga dapat dilakukan penyrahan yang Sebagai perbandingan, bagaimana
diawasi untuk menangkap orang lain yang penjebakan (entrapment) dilihat dari aspek
terlibat kejahatan narkotika serta barang hukum, khusus di Amerika Serikat, dijelaskan
buktinya. dalam suatu ensiklopedi sebagai berikut:
Apa yang diuraikan sebelumnya, berbeda The defense of entrapment is available to
dengan peristiwa di mana Penyidik persons who have committed a crime at the
memperoleh informasi tentang akan instigation of public officers. The defense
dilakukannya transaksi jual beli narkotika, dan have been most frequently used in prohibited
untuk itu Penyidik melakukan pengawasan. cases and with reference to gambling and
Ketika transaksi jual beli tersebut benar-benar bribery. The central issue to be determined
dilaksanakan, maka Penyidik pada saat itu juga is whether the police took the initiative in
melakukan penyergapan. Teknik penyidikan urging the commission of the crime or
yang diatur dalam Pasal 75 Undang-Undang whether they merely secured evidence of on-
Nomor 35 Tahun 2009 merupakan tindakan di going criminality, as by the use of informers
mana prakarsa (inisiatif) berada di pihak or others who merely provide an occasion or
Penyidik. Dalam hal ini pihak Penyidik, atau opportunity to commit a crime. The latter
informannya atau pejabat lain yang ditugaskan methods of securing evidence of a crime do
dengan koordinasi Penyidik, yang bertindak not constituted entrapment. Nor is the
secara berpura-pura sebagai penjual narkotika. setting of a trap in order to apprehend a
Sebagaimana halnya dengan pembelian suspected offender in the act of committing
terselubung, maka dalam Pasal 79 Undang- a crime an instance of entrapment so long as
Undang Nomor 35 Tahun 2009 ditentukan the police did not instigate the commission
bahwa teknik penyerahan di bawah of the crime. The defense of entrapment
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam represents an ethical policy which bars the
Pasal 75 huruf j dilakukan oleh Penyidik atas government from punishing a person whose
perintah tertulis dari pimpinan. Pasal ini offence was instigate by its own agents.22
menegaskan bahwa pelaksanaan teknik ini Terjemahannya: Pembelaan diri dengan
harus dilakukan dengan adanya perintah alasan telah terjadi penjebakan (entrapment)
tertulis, jadi bukan hanya kegiatan yang bersifat dimungkinkan bagi orang-orang yang
mendadak sehingga hanya dilakukan melakukan tindak pidana karena ulah pejabat-
berdasarkan perintah secara lisan saja, dan juga pejabat penegak hukum. Pembelaan diri ini
surat perintah tertulis itu dibuat oleh pimpinan paling sering dikemukakan berkenaan dengan
dari penyidik. Bagaimanapun juga teknik tindak pidana perjudian dan penyuapan.
penyidikan pembel;ian terselubung dan teknik Masalah pokok yang perlu ditentukan adalah
penyidikan penyerahan yang diawasi apakah polisi sebagai pengambil prakarsa dalam
seharusnya tidak boleh sampai menjadi apa mendorong dilakukannya tindak pidana atau
yang dinamakan penjebakan (entrapment). apakah semata-mata mengamankan bukti dari
Pengertian entrapment diberikan oleh kriminalitas yang sedang berlangsung,
Cambridge Advanced Learner’s Dictionary sebagaimana halnya dengan penggunaan
sebagai “the practice of causing someone to do informan yang semata-mata menjaga
something that they would not usually do by kemungkinan terjadinya kejahatan. Cara
tricking them”21 (praktik menyebabkan mengamankan alat bukti bukanlah merupakan
seseoang melakukan sesuatu yang biasanya penjebakan (entrapment). Pembelaan diri
tidak mereka lakukan dengan menipu mereka). berdasarkan alasan adanya penjebakan
Dengan kata lain penjebakan (entrapment) merupakan pertimnbangan etis yang
merupakan praktik di mana dengan menghalangi pemerintah untuk menghukum
menggunakan cara menipu telah menyebabkan seseorang karena pelanggaran yang didorong
oleh pejabat-pejabatnya sendiri.
21
Kate Woodward et al (ed), Cambridge Advanced
Learner’s Dictionary, Cambridge University Press,
22
Cambridge, 2003, hlm. 408. Encyclopaedia Britannica, VI, 1959, hlm. 713.

192
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

Jadi, perbedaaan antara penjebakan yang diduga telah dipergunakan untuk


(entrapment) dengan teknik penyidikan yang melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan
dibolehkan, yaitu (1) apakah polisi sebagai bahwa ia adalah pelakunya atau turut
pengambil prakarsa dalam mendorong melakukan atau membantu melakukan tindak
dilakukannya tindak pidana, atau (2) apakah pidana itu. 23
semata-mata mengamankan bukti dari Jadi, ada 4 (empat) hal di mana seseorang
kriminalitas yang sedang berlangsung. Jika dapat disebut tertangkap tangan, yaitu:
penyidik sebagai pengambil prakarsa (inisiatif) 1. Tertangkap pada waktu sedang
dalam mendorong dilakukannya tindak pdiana, melakukan tindak pidana, atau,
maka itu merupakan penjebakan yang tidak 2. Tertangkap dengan segera sesudah
dibolehkan. Jika penyidik semata-mata beberapa saat tindak pidana itu
mengamankan bukti dari kriminalitas yang dilakukan, atau,
sedang berlangsung, maka itu masih 3. Sesaat kemudian diserukan oleh khalayak
merupakan teknik penyidikan yang dibolehkan. ramai sebagai orang yang melakukannya,
Batas antara dua hal tersebut tentu dapat atau,
menjadi perdebatan antara jaksa penuntut 4. Apabila sesaat kemudian padanya
umum dan penasihat hukum ditemukan benda yang diduga telah
tersangka/terdakwa. Oleh karenanya, sebaiknya dipergunakan untuk melakukan tindak
dalam Undang-Undang Narkotika ditambahkan pidana itu.
ketentuan yang mengatur pembedaan antara Dengan demikian, dua teknik tersebut dapat
teknik penyidikan pembelian terselubung dan berperan untuk meningkatkan efektivitas
teknik penyidikan penyerahan yang diawasi di penyidikan yaitu dapat menemukan tersangka
satu pihak, dengan tindbakan penjebakan secara tertangkap tangan; juga beserta barang
(entrapment) di lain pihak. bukti tindak pidana narkotika dalam hal
penggunaan teknik pembelian terselubung.
B. Peran Teknik Pembelian Terselubung Dan Walaupun demikian, terdapat beberapa
Penyidikan Penyerahan Yang Diawasi kendala dalam melaksanakan dua teknik
Dalam Meningkatkan Efektivitas Penyidikan penyidikan tersebut dalam praktik. Dalam
Tujuan diadakannya teknik penyidikan diskusi tanggal 11 Oktober 2016 antara
pembelian terselubung dan teknik penyidikan Ombudsman Republik Indonesia dengan pihak
penyerahan yang diawasi, karena dengan Direktorat Tindak Pidana Narkotika Bareskrim
teknik-teknik penyidikan seperti ini maka Mabes Polri dan Badan Narkotika Nasional
Penyidik dapat secara langsung masuk ke dalam (BNN), dari pihak Direktorat Tindak Pidana
jaringan peredaran narkotika. Ini karena Narkotika Bareskrim Mabes Polri dikemukakan
dengan teknik-teknik tersebut Penyidik kendala yang dihadapi sebagai berikut:
berperan sebagai orang-orang yang merupakan Walau menjadi salah satu metode dalam
bagian dari jaringan peredaran narkotika, yaitu mengungkap narkoba, Undercover Buy jarang
sebagai pembeli atau penjual. dipakai penegak hukum, khususnya Polri.
Penggunaan teknik-teknik penyidikan Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim
tersebut memiliki peran untuk memperoleh Mabes Polri Brigjen Pol Dharma Pongrengkun
bukti terjadi tindak pidana narkotika secara mengakui kalau Undercover Buying ini memiliki
efektif, yaitu pembeli atau penjual narkotika risiko tinggi, seperti hilangnya uang dan
dalam keadaan tertangkap tangan. Pengertian minimnya dana.
tertangkap tangan, menurut Pasal 1 angka 19 "Kalau kami masalah undercover buy itu
KUHAP, adalah sebagai berikut: hampir tidak pernah, meskipun dulu pernah.
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya Dan risikonya tinggi. Kalau gagal, uangnya
seorang pada waktu sedang melakukan tindak hilang. Solusinya ada, yaitu meminjam uang,
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai 23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
sebagai orang yang melakukannya, atau apabila Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
sesaat kemudian padanya ditemukan benda Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209).

193
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

dan memang secara khusus anggaran itu yang diawasi dan diterapkan untuk
tidak ada”.24 pembelian/penjualan narkotika dengan jumlah
Sebagaimana diungkapkan dalam diskusi yang besar. Jika jumlah dan dan harga yang
tersebut teknik seperti pembelian terselubung kecil, akan muncul banyak keberatan. Orang
(undercover buy) memiliki risiko tinggi, yaitu dapat mengatakan bahwa mungkin seseorang
hilangnya uang yang dipakai untuk pembelian tidak bermaksud untuk membeli narkotika, tapi
terselubung dan minimnya dana yang tersedia karena diiming-iming akhirnya mau juga.
untuk melakukan pembelian terselubung. Demikian pula halnya seseorang mungkin tidak
Selain itu dikemukakannya juga bahwa teknik- bermaksud menjual narkotika, tapi karena
teknik tersebut “rawan penyalahgunaan karena ada yang menawarkan, sedangkan ia
wewenang”.25 membutuhkan uang maka akhirnya merasa
Di Indonesia, teknik pembelian terselubung tertarik untuk mencari dari orang lain dan
dan penyerahan diawasi diatur dalam undang- menjualnya kepada Penyidik yang menyamar
undang sehingga merupakan teknik penyidikan sebagai pembeli terselubung.
yang sah. Walaupun demikian, tentunya masih Berbeda halnya jika yang dijual atau dibeli
mempunyai kemungkinan untuk dibantah jika itu menyangkut jumlah narkotika yang besar
orang yang membeli itu tidak dapat dibuktikan dengan nilai yang tinggi. Orang-orang yang
sebelumnya pernah membeli narkotika. Jika mampu melakukan transaksi jual beli narkotika
seseorang yang belum pernah membeli dalam jumlah besar yang melibatkan dana yang
narkotika kemudian membeli narkotika karena banyak pula, sudah tentu bukan orang-orang
teknik penjualan yang diawasi, dapat yang melakukannya secara sambil lalu saja,
dipertimbangkan bahwa ia semata-mata melainkan punya kemungkinan besar
terbujuk oleh penyidik sehingga melakukan merupakan orang-orang yang berperan penting
perbuatan tersebut. Demikian juga, jika orang dalam peredaran narkotika di Indonesia. Oleh
yang tidak dapat dibuktikan pernah menjual karenanya, dalam hal seperti ini penerapan
narkotika sebelumnya, kemudian menjual teknik pembelian terselubung dan teknik
kepada penyidik karena teknik pembelian penyerahan yang diawasi merupakan tindakan-
terselubung, dapat dipertimbangkan bahwa ia tindakan penyidikan yang dapat dibenarkan.
semata-mata terbujuk oleh penyidik sehingga Dari aspek yuridis, kritik dapat juga
melakukan perbuatan tersebut. dikemukakan berkenaan dengan cara
Dari aspek tersebut teknik penyidikan pengaturan teknik-teknik penyidikan tersebut
pembelian terselubung dan teknik penyidikan dalam Undang-undang Narkotika.
penyerahan yang diawasi berkenaan dengan Pengaturannya hanya benar-benar singkat,
tindak pidana narkotika merupakan teknik sedangkan di dalamnya sebenarnya terkandung
penyidikan yang sah karena diatur dalam pelanggaran terhadap hak asasi
undang-undang, yaitu dalam Pasal 75 huruf j tersangka/terdakwa. Oleh karenanya,diperlukan
Undang-Undang BNomor 35 tahun 2009 pengaturan yang lebih rinci dan teliti terhadap
tentang Narkotika, tetapi dalam teknik-teknik penyidikan yang merupakan
pelaksanaannya seharusnya bukan merupakan ketentuan khusus acara pidana tersebut.
penjebakan (entrapment), yaitu orang semata- Dengan adanya pengaturan yang lebih rinci dan
mata terbujuk karena rencana teliti, dapat menjadi dasar untuk penerapan
pembelian/penyerahan oleh penyidik dan yang dari teknik penyidikan pembelian terselubung
bersangkutan sebelumnya belum pernah dan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi
membeli atau menjual narkotika. tersebut secara lebih efektif.
Jadi, diperlukan pembatasan-pembatasan
tertentu, antara lain sepanjang teknik PENUTUP
pembelian terselubung dan teknik penyerahan A. Kesimpulan
1. Pengaturan teknik penyidikan pembelian
24
detikNews, “Mengenal Undercover Buying dan Control terselubung (undercover buy) yaitu
Delivery dalam Penanganan Kasus Narkoba”, sebagai tindakan penyidik melakukan
https://news.detik.com/berita/d-3317950/mengenal-
undercover-buying-dan-control-delivery-dalam-
pembelian narkotika dari orang lain yang
penanganan-kasus-narkoba, diakses tanggal 01/10/2019. diduga terlibat tindak pidana narkotika
25
Ibid.

194
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

dengan cara menutup dari teknik penyidikan pembelian


(menyembunyikan) identitas sebenarnya terselubung dan teknik penyidikan
supaya tidak dikenali bahwa dirinya penyerahan yang diawasi tersebut secara
adalah penyidik; sedangkan pengaturan lebih efektif.
teknik penyidikan penyerahan yang
diawasi (controlled delivery) yaitu sebagai DAFTAR PUSTAKA
tindakan penyidik menyerahkan Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum,
narkotika kepada orang lain yang diduga Terjemahan Oetarid Sadino dari Inleiding
terlibat tindak pidana narkotika dengan tot de studie van het Nederlandse recht,
cara menutup (menyembunyikan) cet.29, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001.
identitas sebenarnya supaya tidak Enschede, Ch.J. dan A. Heijder, Asas-asas
dikenali bahwa dirinya adalah penyidik; di Hukum Pidana, terjemahan R. Achmad
mana tujuan dua teknik ini untuk Soema Di Pradja dari Beginselen van
menangkap orang yang terlibat tindak Strafrecht, Alumni, Bandung, 1982.
pidana narkotika beserta barang Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia,
buktinya. Tetapi Undang-Undang Nomor ed.2 cet.8, Sinar Grafika, Jakarta, 2014.
35 Tahun 2009 tentang Narkotika vbelum Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan
mengatur perbedaan antara dua macam dan Penerapan KUHAP, Jilid 1, Pustaka
teknik penyidikan ini dengan tindakan Kartini, Jakarta, 1985.
yang umumnya dikenal sebagai Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
penjebakan (entrapment). Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
2. Peran teknik penyidikan pembelian 1977.
terselubung dan teknik penyidikan Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Pidana Indonesia.
penyerahan yang diawasi dalam Suatu Tinjauan Khusus Surat Dakwaan,
meningkatkan efektivitas penyidikan Eksepsi, dan PutusanPeradilan, Citra
yaitu teknik-teknik penyidikan ini dapat Aditya Bakti, Bandung, 2012.
meningkatkan kemungkinan menangkap Nusantara, Abdul Hakim G. et al, KUHAP dan
orang yang terlibat tindak pidana Peraturan-peraturan Pelaksana,
narkotika beserta barang buktinya; Djambatan, Jakarta, 1986.
walaupun demikian, teknik-teknik Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Pidana di
penyidikan ini rawan penyalahgunaan Indonesia, cet.9, Sumur Bandung,
wewenang serta memiliki risiko tinggi Bandung, 1977.
seperti hilangnya uang dan minimnya Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus.
dana. Unsur dan Sanksi Pidananya, Rajawali
Pers, Depok, 2017.
B. Saran Rumokoy, Donald A. dan Frans Maramis,
1. Sebaiknya dalam Undang-Undang Nomor Pengantar Ilmu Hukum, cet.3, Rajawali
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pers, Jakarta, 2016.
ditambahkan ketentuan yang mengatur Soekanto S. dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
pembedaan antara teknik penyidikan Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16,
pembelian terselubung dan teknik Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
penyidikan penyerahan yang diawasi di Suteki dan Galang Taufani, Metodologi
satu pihak, dengan tindbakan penjebakan Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
(entrapment) di lain pihak. Praktik), Rajawali Pers, Depok, 2018.
2. Perlu pengaturan yang lebih rinci dan
teliti terhadap teknik penyidikan Sumber Internet:
pembelian terselubung dan teknik Badan Pengawas Obat dan Makanan, “Dasar
penyidikan penyerahan yang diawasi, Hukum”,
yang sekarang ini hanya disebut dalam https://www.pom.go.id/penyidikan/medi
Pasal 75 huruf j dan Pasal 79 Undang- a.php?hal=dasarhukum&halaman=1,
Undang Nomor 35 Tahun 2009, supaya diakses tanggal 01/10/2019.
dapat menjadi dasar untuk penerapan

195
Lex Crimen Vol. IX/No. 4/Okt-Des/2020

detikNews, “Mengenal Undercover Buying dan


Control Delivery dalam Penanganan
Kasus Narkoba”,
https://news.detik.com/berita/d-
3317950/mengenal-undercover-buying-
dan-control-delivery-dalam-penanganan-
kasus-narkoba, diakses tanggal
01/10/2019.

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209).
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3698).
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062).
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3258)

Kamus:
Encyclopaedia Britannica, VI, 1959
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
Pustaka, Jakarta, 2002.
Woodward, Kate et al (ed), Cambridge
Advanced Learner’s Dictionary,
Cambridge University Press, Cambridge,
2003.

196

Anda mungkin juga menyukai