Anda di halaman 1dari 11

BATASAN AURAT PEREMPUAN DALAM KAJIAN ISLAM

Juwita Rosana
A. PENDAHULUAN
Islam sangat mengagungkan keberadaan perempuan. Dalam Islam, wanita
dipandang sebagai makhluk yang sangat mulia dan terhormat. Martabat dan
martabat perempuan semakin terlihat dengan adanya kewajiban menutup aurat
sehingga tubuh perempuan adalah sesuatu yang sakral dan tidak dapat dilihat
dan dinikmati oleh manusia manapun. Oleh karena itu, Allah SWT
menciptakan suatu bentuk ibadah bagi wanita mukmin dengan menuntut agar
jilbab menutupi auratnya, yaitu seluruh tubuh dan seluruh perhiasannya, di
depan laki-laki yang bukan mahram.
Namun di zaman modern seperti sekarang ini, wanita tidak lagi malu ketika
bagian tubuhnya diekspos dan ditempel di media atau pada makanan atau
kemasan produk lainnya. Nyatanya, masyarakat tidak lagi menganggap
memamerkan aurat sebagai bentuk kemunkaran, melainkan membanggakan diri
dan berlomba-lomba menjadi terkenal dan menjadi bintang publisitas.
Kecantikan dan keindahan tubuh perempuan dengan demikian terekspos dan
imajinasi manusia menjadi liar dan tak terkendali. Jadi dunia saat ini adalah
untuk manusia, terutama untuk manusia, seperti gurun fitnah. Kini setiap pria
dapat dengan mudah menikmati dan membayangkan keindahan tubuh wanita.
Akibatnya, nafsu mereka tidak terkendali, bahkan lebih menakutkan, mereka
membiarkan gairah mereka mengamuk di mana saja dan ke tujuan acak,
sehingga pemerkosaan dan pelecehan seksual terjadi di mana-mana tanpa
memandang usia. Jumlah kasus kekerasan seksual di Indonesia terus
meningkat; Menurut laporan tahunan Komnas Perempuan 2016, kekerasan
seksual terhadap perempuan menempati urutan kedua dari semua kasus
kekerasan di ranah pribadi.
Fungsi utama pakaian adalah untuk menutup aurat dan menghiasi tubuh
manusia. Islam memerintahkan setiap orang untuk berpakaian dengan baik
dan menyenangkan. Bagus artinya sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri
yaitu untuk menutupi aura, dan bagus artinya cukup untuk bisa terasa seperti
permata tubuh, tergantung dari kemampuan pemakainya untuk memilikinya.
Untuk keadaan beribadah, misalnya untuk sholat di masjid, dianjurkan
memakai pakaian yang baik dan suci.
Berbusana dengan gaya kekinian bukanlah halangan, selama tidak
melanggar fungsi dalam Islam. Namun, disarankan untuk tidak berlebihan.
Pakaian bagi wanita mukmin dijelaskan dalam Al-Qur'an untuk menutupi
seluruh aura. Selain sebagai identitas mukmin juga menghindari gangguan
yang tidak diinginkan, pada kenyataannya busana muslim tidak menghalangi
penggunaannya dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Semuanya kembali
kepada niat pengguna untuk menjalankan ajaran Tuhan. Busana wanita dalam
syariat Islam memiliki dua makna utama, pertama, untuk menutupi aurat dan
melindunginya dari fitnah. Kedua, semacam perbedaan dan rasa hormat.
Dia mengatakan bahwa saudara perempuannya Asma' binti Abu Bakar
pernah memasuki rumah Nabi dengan pakaian halus sehingga kulitnya terlihat.
Kemudian dia berbalik dan berkata:

Artinya: “Ya Asma‟! sesungguhnya perempuan apabila sudah baligh


(haidh), maka tidak patut diperlihatkan tubuhnya itu melainkan ini dan ini,
sambil menunjuk muka dan dua tapak tangannya”. (H.R. Abu Dawud).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Islam sangat memuliakan
wanita, oleh karena itu wanita wajib menjaga auratnya dan atas dasar ini
penulis juga mencoba mengangkat masalah aurat dengan judul BATAS
AURAT PEREMPUAN DALAM KAJIAN ISLAM, Sebagai Memang
fenomena ini diketahui menjadi masalah klasik bagi masyarakat yang masih
perlu ditelaah kembali, mengingat masih adanya perdebatan dan perselisihan
mengenai masalah batas aurat. Perdebatan ini terkadang menyebabkan
masing-masing pihak untuk menegaskan kebenaran mereka sendiri dan
cenderung menyalahkan pihak lain karena tidak setuju dengannya.
Perselisihan dan perdebatan tidak hanya terjadi di kalangan awam dan pencari
agama, tetapi juga ikhtilaf di kalangan ulama.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Aurat dalam Pandangan Hukum Islam
Aurat dari sudut pandang hukum Islam Aurat adalah bagian dari tubuh
manusia yang tidak dapat diperlihatkan kecuali Allah dan Rasul-Nya
mengizinkannya. Ini juga bisa berarti sesuatu yang, ketika ditampilkan,
akan menyebabkan rasa malu.
Menurut arti bahasanya (secara harfiah), aurat adalah al-nuqshaan
al-syai' al mustaqabbih (kekurangan dan sesuatu yang mendatangkan cela).
Di antara pecahan yang disebutkan adalah "awara", yang berarti qabiih
(tercela); yaitu, alat kelamin manusia dan apa pun yang dapat menyebabkan
rasa malu Disebut aurat karena tercela untuk dilihat atau ditampilkan.
Imam al-Raziy mengatakan dalam kamus Mukhtaar al-Shihaah: “`al
aurat: sau`atu alinsaan wa kullu maa yustahyaa minhu (aurat adalah aurat
manusia dan segala sesuatu yang menyebabkan malu.
Disebutkan bahwa aurat kullu maa yastahyii minhu yasuu`u adalah
shahibahu in yura minhu (siapa saja yang membuat malu dan
mempermalukan pemiliknya jika dilihat).
Imam Syarbiniy berkata dalam kitab Mughniy alMuhtaaj: “Secara
harfiah, aurat alnuqshaan (kesalahan) berarti alsyai`u almustaqbihu
(sesuatu yang menyebabkan celaan).
Disebut demikian karena menimbulkan celaan bila disebut”, Kullu`
aib wa khalal fi syai` fahuwa` aurat (setiap aib dan cacat sesuatu disebut
aurat). Wa syai` mu`wirun au` awirun: laa haafidza lahu (sesuatu tidak
memiliki wali (pembatasan)
Imam Syaukani mengatakan dalam kitab Fath al-Qadiir bahwa
tutupnya dibuka tiga kali. AlA`masy membacanya dengan huruf wawu
difathah; `waraat. Bacaan tersebut berasal dari bahasa suku Hudzail dan
Tamim.

2. Dasar Hukum Tentang Aurat Dalam Pandangan Mashab


Dalam kitab al-Mubadda, Abu Ishaq mengatakan: “Aurat laki-laki
dan perempuan adalah antara pusar dan lutut. Ketika warna kulit mereka
tertutup”, meskipun bentuk tubuhnya masih terlihat, maka kalimatnya sah.
Sedangkan aura wanita mandiri mengalir di sekujur tubuhnya, hingga ke
kukunya. Ibn Hubairah menyatakan bahwa ini adalah pendapat yang
dipegang secara luas. AlQadliy mengatakan bahwa ini adalah pendapat
Imam Ahmad; berdasarkan sabda Nabi, “Seluruh tubuh wanita adalah aurat.
Di sekolah ini tidak ada keraguan bahwa seorang wanita dapat membuka
wajahnya dalam doa seperti yang disebutkan dalam kitab al-Mughniy, dll.
Dalam kitab al-Mughniy, dll.
al-Mughniy Ibn Qudamah berkata: “Sesungguhnya yang di bawah
pusar sampai lutut adalah kemaluan. Dengan pendapat yang berbeda. Apa
yang ada di antara pinggang dan lutut adalah aurat mereka. Ketentuan ini
berlaku untuk orang bebas dan budak. Karena itu menutupi keduanya.
Padahal bagian tengah dan lutut bukanlah bagian dari aurat sebagaimana
yang dinyatakan oleh Imam Ahmad. Ini adalah pendapat Imam Syafi`iy dan
Malik.
Abu Hanifah berpendapat bahwa lutut termasuk alat kelamin, dan
para ulama sepakat bahwa diperbolehkan bagi seorang wanita untuk
menunjukkan wajahnya dalam doa dan bahwa dia tidak boleh
menunjukkan apa pun selain wajah dan telapak tangannya. Adapun telapak
tangan, ada dua hadis yang berbeda pendapat para ulama tentang apakah itu
auratina atau tidak. Kebanyakan ulama setuju bahwa seorang wanita
diperbolehkan untuk menunjukkan wajahnya, dan mereka juga setuju;
Seorang wanita harus mengenakan kerudung yang menutupi kepalanya.
Ketika seorang wanita sholat dengan kepala terbuka, dia memiliki
kewajiban untuk mengulangi sholatnya. Abu Hanifah berpendapat bahwa
mata kaki bukanlah bagian dari alat kelamin. Imam Malik, Auza'iy dan
Syafi'iy mengambil pandangan; Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali
wajah dan telapak tangan. Selain keduanya (wajah dan telapak tangan),
wajib menutup keduanya jika ingin shalat.
Dalam kitab al-Furuu' karya salah seorang ulama Hanbali
disebutkan: "Seluruh tubuh wanita merdeka itu aurat kecuali wajah dan
telapak tangan, ini dipilih oleh sebagian besar ulama, sedangkan aurat laki-
laki adalah aurat. antara bagian tengah dan lutut.

a) Batasan Aurat Menurut Madzhab Malikiy


Dalam kitab Kifayaat al Thaalib, Abu al Hasan al Malikiy
mengatakan: dan keduanya (bagian tengah dan lutut) terdapat pada alat
kelamin. Sedangkan aurat wanita merdeka menutupi seluruh tubuh kecuali
wajah dan telapak tangan.
Dalam Hasyiyah Dasuqiy, dinyatakan: "Walhasil, aurat haram untuk dilihat
meskipun tidak dinikmati. Ini jika aurat tersebut tidak tertutup. Adapun jika
aurat tersebut tertutup, maka boleh melihatnya. Ini berbeda dengan
menyentuh di atas kain penutup; hal ini (menyentuh aurat yang tertutup)
tidak boleh jika kain itu bersambung (melekat) dengan auratnya, namun jika
kain itu terpisah dari auratnya. Selain aurat, yakni antara pusat dan lutut,
maka tidak wajib bagi lakilaki untuk menutupnya, sedangkan aurat wanita
muslimah adalah selain wajah dan kedua telapak tangan.
Dalam kitab Syarah al-Zarqaniy disebutkan: “Dibolehkan. Karena
aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Mohammad bin Yusuf berkata dalam kitab al-Ikliil: “Adapun aurat
seorang laki-laki, menurut sebagian besar ulama kita adalah antara bagian
tengah dan kedua lutut, sedangkan aurat seorang hamba adalah seluruh
tubuh kecuali wajah dan kaki. dua telapak tangan dan tempat jilbab
(kepala). Bagi seorang wanita yang menyerupai wanita lain sebagaimana
dia terlihat oleh seorang pria menurut Ibnu Rusyd, tidak ada perbedaan
pendapat dalam hal ini, wajah dan kedua telapak tangan.

b) Batasan Aurat Menurut Madzhab Hanafiy


Hanafiy Abu al-Husain, dalam kitab al Hidayah Syarh alBidaayah
dikatakan: Oleh karena itu, bagian tengah tidak termasuk aurat.
Sedangkan menurut ulama Syafi'i, ketika seorang wanita tidak
auranya dengan mahramnya (laki-laki lain), auranya adalah seluruh
tubuhnya (dari ujung rambut sampai ujung kakinya). Ketika seseorang
bersama wanita lain, baik Muslim maupun non-Muslim, auratnya adalah
seluruh tubuh kecuali wajah, leher, dan kedua tangan.

. Dalam kitab Badaai 'alShanaai' beliau mengatakan: “Oleh karena itu,


menurut mazhab kami, lutut termasuk aurat, sedangkan bagian tengah tidak
termasuk aurat. Hal ini berbeda dengan pendapat Imam Syafi`i. Yang benar
adalah pendapat kami berdasarkan sabda Nabi saw: "Apa yang ada di
bawah pusar dan lutut adalah aura." Ini menandakan bahwa lutut termasuk
aurat.
3. Batas-batas Aurat Wanita.
Jumhur Ulama sepakat bahwa aurat wanita yang wajib ditutup saat
shalat adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
Menurut Sayyid Sabiq, wajah dan kedua telapak tangan merupakan bagian
tubuh yang dapat muncul menurut shalat illaa mâ zâhâhâ minhââ dalam QS
AnNur (24): 31.
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa Abu Hanifah, telapak kaki kaki
wanita tidak diaspal dalam sholat, dan ini adalah pendapat terkuat
berdasarkan tradisi Aisyah, yang memasukkan kedua telapak kaki dalam
kategori tubuh yang menurut penggalan ayat tersebut, bisa tanpak. telapak
kedua kaki tidak termasuk bagian belakang. Hal ini berdasarkan riwayat
Ummi Salmah, yang meminta izin kepada Nabi untuk melakukan shalat
hanya dengan pakaian dan kerudung, maka Nabi SAW.
Izââ kâânâ mengatakan al dâr`a sââigân yaguzzu zuhüüri qâdâmâih
(jika kemeja cukup menutupi bagian belakang kedua telapak kaki).
Pendapat ini berbeda dengan pendapat al-Syafi'i yang tidak membolehkan
kedua telapak kaki muncul dalam shalat.
Batas aurat wanita di luar shalat, harus dibedakan antara dua keadaan,
yakni ketika berhadapan dengan muhrimnya sendiri atau yang disamakan
dengan itu, dan ketika berhadapan dengan orang yang bukan muhrimnya.
Batas-batas aurat seorang wanita di luar shalat harus dibedakan antara
dua keadaan, yaitu bila menyangkut muhrimnya sendiri atau teman
sebayanya dan bila menyangkut orang yang bukan muhrimnya. Para
ilmuwan memiliki pendapat yang berbeda tentang batas aurat wanita di
hadapan ibunya. Al-Syafi iyah mengatakan bahwa aurat wanita berada di
antara bagian tengah dan lututnya jika menyangkut muhrimnya. Terlepas
dari batas ini, Muhrim dan para sahabat bisa melihatnya. Pendapat lain
adalah bahwa seluruh tubuh wanita telanjang di depan ibunya, kecuali
kepala (termasuk wajah dan rambut), leher, tangan sampai siku dan kedua
kaki sampai lutut karena semua anggota badan ini bekerja setiap hari.

Yang dimaksud atau disamakan dengan mahram, sebagaimana


dijelaskan dalam surah An Nur ayat 31. ini; Suami, ayah, ayah dari suami,
anak laki-laki, anak suami, saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara
laki-laki, anak laki-laki dari saudara perempuan, istri, budak, hamba yang
tidak memiliki hasrat seksual atau anak-anak yang tidak mengerti alat
kelamin wanita. Selanjutnya, surat An-Nisa juga menyebutkan bahwa
saudara laki-laki dan perempuan berasal dari ayah dan ibu.
Menurut Ibnu Tainiyah, yang disebut Muhrim di antara orang-orang
tersebut di atas hanyalah orang yang diharamkan menikahi seorang wanita
selamanya karena hubungan keluarga.
Sebaliknya, aurat wanita ketika berhubungan dengan orang yang
tidak berhubungan dengannya, menurut kesepakatan para ulama, adalah
menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan dan kaki.
Karena itu, seorang pria dapat melihat bagian-bagian ini pada tubuh wanita
yang dilamarny. Di sini batas aurat wanita tampak sama dengan batas
auratnya saat shalat. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa kebanyakan fuqaha'
meyakini bahwa apa yang harus ditutupi dalam shalat (ketika berhubungan
dengan Allah) juga harus tertutup dari pandangan orang lain yang bukan
muhrim.

4. Kewajiban Menutup Aurat.


Pembicaraan aurat selalu mengacu pada dua ayat Al-Qur'an, yaitu
AS. AnNur (32): 31 dan AlAhzab (34): 59. di samping ayat-ayat lain dan
serangkaian hadits dari Nabi. Dua ayat yang dimaksud, yang artinya, “Dan
janganlah kamu memperlihatkan perhiasanmu kecuali yang (umumnya)
tampak di dalamnya.
dan mereka harus menutupi dada mereka dan tidak memperlihatkan
perhiasan mereka, kecuali suami mereka atau orang tua mereka atau orang
tua suami mereka."

Pada prinsipnya tidak ada perbedaan pendapat tentang kewajiban


menutup aurat. Batas alat kelamin wanita dan bagian tubuh yang terlihat
masih kontroversial. AlQurtubi mengatakan bahwa menurut adat dan ibdah
dalam Islam, biasanya wajah dan kedua telapak tangan terlihat, sehingga
pengecualian dalam ayat 31 Surat An hanya untuk dua bagian tubuh. Selain
itu harus disimpulkan, berdasarkan penuturan Asma binti Abu Bakar, ia
pernah ditegur oleh Nabi SAW; “Wahai Asma”, sesungguhnya seorang
wanita yang telah baligh tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuhnya,
maka Nabi menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya.”
Tujuan menutup aurat adalah untuk menghindari fitnah. Oleh karena
itu, berdasarkan Ijtihadnya, sebagian ulama, termasuk Ibnu Juwayziy
Mandad, menyatakan bahwa wajah dan telapak tangan wanita yang sangat
cantik juga dapat menimbulkan fitnah, sehingga menutup wajah dan
telapak tangan juga wajib. Berdasarkan pendapat ini, mayoritas wanita Arab
memakai cadar.
Kewajiban menutup aurat juga dimaksudkan untuk membedakan
antara perempuan yang layak dan perempuan jalanan. Hal ini didasarkan
pada alasan turunnya ayat tersebut. Menurut Al Qurthubiy, ayat 59 Surat Al
Ahzab diremehkan sebagai kecaman atas kebiasaan wanita Arab keluar
rumah tanpa mengenakan jilbab. Karena tidak berhijab, mereka sering
dilecehkan oleh laki-laki dan diperlakukan seperti budak. Untuk
menghindarinya, turunkan ayatnya.
Kewajiban menutup aurat dalam shalat adalah kewajiban yang
mutlak. Artinya, tidak tergantung pada situasi apakah orang itu shalat tanpa
ada yang melihatnya atau shalat dalam kegelapan total, sama saja. Ibnu
Taimiyah mengatakan bahwa Allah SWT memiliki hak eksklusif untuk
menutup aurat dalam shalat.

5. Hikmah Menutup Aurat dan Model Busana


Hikmah Menutup Aurat dan Pola Berpakaian Setiap ajaran dalam
Islam memiliki tujuan tertentu, termasuk ajaran menutup aurat. Salah satu
hikmah terpenting adalah agar wanita muslim terhindar dari fitnah dalam
hidup. Penodaan langsung auraten ini adalah pelecehan seksual di luar
nikah, yang tentunya merendahkan harkat dan martabat wanita dan merusak
kesucian keturunan yang ditimbulkannya. Bahkan ada ulama yang
berpendapat bahwa untuk benar-benar menghindari insiden seksual,
dilarang bagi pria mana pun (termasuk orang asing) untuk melihat bagian
mana pun dari tubuh wanita kecuali suaminya sendiri.
Selain itu, penutup aurat juga membawa nilai tambah bagi
kehormatan wanita. Dengan pakaian yang menutupi aurat, kita bisa menilai
kepribadian wanita yang baik dan tidak sopan. Salah satu hadis
menyebutkan bahwa ketika Nabi SAW menikahi Syafiyah, para sahabat
berkata: Jika Nabi memerintahkannya untuk menutupi auratnya, maka dia
termasuk umat Almukminin, tetapi jika Nabi tidak memerintahkan. maka
dia hanyalah seorang hamba Nabi.
Selain itu dari segi kesehatan, menutup aurat memiliki banyak
manfaat, bahkan dari segi ekonomi pun terasa lebih ekonomis. Pertanyaan
yang muncul adalah bagaimana model busana yang diajarkan Islam
menutup aurat? Padahal, Islam tidak pernah menetapkan model busana
untuk menutup aurat. Islam hanya menetapkan prinsip bahwa pakaian
harus menutupi bagian-bagian tubuh yang termasuk dalam kategori aurat.
Untuk memenuhi fungsinya menutup aurat, pakaian tidak boleh ketat atau
tipis sehingga dapat memperlihatkan bentuk atau warna aurat yang
ditutupnya.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu juga mengindahkan nasehat Nabi
Muhammad SAW. Hindari kesamaan antara pakaian wanita dan pria, serta
hindari pola atau warna pakaian yang mencolok dan memberikan kesan
bangga. Uraian di atas mengandung makna bahwa seorang wanita
bebas memilih pola pakaiannya sesuai dengan budaya dan tingkat
peradaban masyarakatnya, asalkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip
dasar yang ditetapkan oleh hukum Syariah. Tanpa meninggalkan prinsip
menutup aurat agar pakaian bekas tampil islami dan Indonesia.

6. Kriteria Busana Muslimah dan Tujuan Menutup Aurat


a. Aurat Busana yang dikenakan oleh wanita harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
b. Pakaian tersebut harus menutupi seluruh aurat wanita dan tidak
membayang warna kulit.
c. Secara longgar sehingga tidak membentuk anggota badan. Karena jika
kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka fungsi dari pakaian tersebut
tidak akan tercapai. Dengan kata lain, meskipun wanita itu tampak
berpakaian, dia sebenarnya telanjang.
d. Pakaian tidak sama dengan lawan jenis, prinsipnya pakaian/pakaian
bekas tidak khusus dan umumnya dipakai oleh lawan jenis.
e. Warna atau bentuk pakaian tidak mencolok untuk membuatnya
menonjol. Karena warna dan bentuk yang mencolok menarik perhatian
lawan jenis dan laki-laki jahat agar . terhindar dari fitnah.

Menutupi aurat baik untuk menutupi seluruh anggota tubuh kecuali wajah
dan telapak tangan dengan memakai pakaian yang menutupi warna kulit atau
dengan memakai kerudung. Seperti yang disebutkan dalam ayat berikutnya.

“Apabila kamu meminta sesuatu ( keperluan) kepada mereka (isteri-isteri


Nabi), mintalah dari belakang hijabnya (tabir). Qs. Al-Ahzab: 53).

Beberapa kegunaan, manfaat, fungsi, manfaat, manfaat yang dapat diperoleh


dengan menutup aurat adalah:
1. Terhindarnya dosa akibat terbukanya aurat.
2. Hindari fitnah, tuduhan, atau opini negatif.
3. Mencegah timbulnya nafsu sesama jenis dan lawan jenis.
4. Memamerkan diri ke pria adalah bentuk kalau perempuan itu tidak
murahan.
5. Lindungi tubuh dan kulit dari lingkungan
6. Mencegah penyakit dan gangguan kesehatan
7. Lindungi diri dari kejahatan
8. Menyembunyikan aib yang ada dalam diri kita

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Aurat perempuan yg harus ditutup merupakan segenap bahagian
tubuhnya, kecuali muka & 2 telapak tangannya. Sebahagian ulama
menambahkan 2 telapak kakinya. Batasan aurat yg demikian itu berlaku saat
perempuan sedang melaksanakan shalat & saat berhadapan dengan pria selain
suami & muhrimnya. Adapun saat perempuan berhadapan dengan muhrimnya,
atau pria lain yg tidak mempunyai syahwat & anak-anak yg belum memahami
soal aurat perempuan, batasan aurat harus longgar agar rambut, leher, ke 2
tangan hingga siku & ke 2 kali hingga lutut bukan termasuk pada ketegori aurat
yg tiak harus ditutup. Busana muslimah tidak identik dengan kostum
perempuan Arab, karena Islam tidak menentukan contoh kostum muslimah
tertentu. Lantaran itu, segala contoh kostum cocok buat Islam, sepanjang
memenuhi kriteria menutup aurat. Bahwa pada syarat tertentu, sinkron
menggunakan pekerjaannya yg berat & kasar, perempuan Indonesia tidak bisa
menutup seluruh auratnya secara normal. Dalam keadaan demikian, menurut
metode qiyas, mereka bisa memperoleh rukhshah, sebagai akibatnya batasan
auratnya saat bekerja, dipersamakan menggunakan batas-batas aurat saat
berhadapan bersama muhrimnya. Alasannya lantaran diserta hajat yg memaksa
perempuan mendapat keadaan seperti demikian.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan menurut output analisis data, penulis ingin
mengembangkan saran demi kebaikan bersama, khususnya kaum lelaki yg
memiliki keluarga, ibu, saudari, istri & anak perempuan, bahkan sahabat
perempuan. Atau lantaran wajib berinteraksi menggunakan insan yg lain maka
harus memperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
1. Perintah menutupi aurat bukan hanya pada perempuan, Tapi pula pada pria.
Bahkan pria pada urutan ayatnya lebih awal diperintahkan buat menjaga
pandangan & hawa nafsu agar tidak terjadinya tindakan negatif.
2. Wanita pun diperintahkan buat menjaga auratnya dan menunda pandangan
dan juga hawa nafsu agar tidak mendatangkan syahwat laki laki .
3. Wanita lebih cepat mendatangkan hawa nafsu daripada pria . Dengan
demikian perempuan lebih besar tuntutannya buat menjaga diri dan
tubuhnya menggunakan jilbab atau kerudung, memasang cadar apabila
diperlukan agar berpakaian yg santun dan Islami.

Biografi Penulis
Juwita Rosana, Lahir 31 Desember 1999 di Tembilahan,
Kab.Indragiri Hilir Riau. Menempuh pendidikan di SDN 001
hingga Madrasah Tsanawiyah di MTsN 2 Indragiri Hilir.
Pendidikan Madrasah Aliyah di selesaikan di MAN 1 Inhil
(2015). Sekarang sedang menempuh pendidikan Sarjana
Fakultas Teknik dan Ilmu komputer jurusan sistem informasi
di Universitas Islam Indragiri Tembilahan.
Instagram : Juwitarsna
Email : Juwitarosana05@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai