Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN JIWA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep

Dosen Pembimbing : Rahmi Imelsa, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

Muhamad Opi Hafiizh

213119077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PRESEPSI SENSORI : HALUSINASI
RS: Tgl : 21/0622 Nilai : Tgl : Nilai : Rata-rata :

Ruang : Paraf CI : Paraf Dosen :

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori presepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat,
2014).
Halusinasi merupakan gangguan presepsi tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar (Dalami, Ermawati
dkk, 2014).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut
:
a. Data subyektif : pasien mengatakan...
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Menutup hidung/mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Sering meludah , muntah
9) Menggaruk-garuk permukaan kulit
3. Tahapan
Terdapat beberapa tahapan dalam halusinasi :
a. Tahap I :
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan
bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien
mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu
mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan
bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Respon verbal yang lambat
4) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat dan
halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan
dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan
kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik
diri dari orang lain (non psikotik).
c. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien berada
pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.
Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian
jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik)
Perilaku yan teramati :
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolak.
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas
berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas berada
pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling
terkait dengan delusi.
Karakteristik : : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa
jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik)
Perilaku yang teramati :
1) Perilaku menyerang - teror seperti panik.
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3) Amuk, agitasi dan menarik diri.
4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
4. Klasifikasi
Menurut (Trimelia, 2011) halusinasi terdiri dari beberapa jenis :
a. Halusinasi pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
c. Halusinasi penciuman (Alfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine
atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
e. Halusinasi perabaan (Taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
5. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

a. Pikiran logis a. Proses pikir a. Kelainan pikiran


b. Presepsi akurat terganggu b. Halusinasi
c. Emosi konsisten b. Ilusi c. Tidak mampu
d. Perilaku sosial c. Emosional berlebihan mengatur emosi
e. Hubungan sosial d. Perilaku tidak biasa d. Ketidakteraturan
e. Menarik diri e. Isolasi sosial
Keterangan :

a. Respon adaftif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah.
1) Pikiran logis : pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Presepsi akurat : pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten (dengan pengalaman) : perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial : sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan sosial : proses suatu interaksi denagn orang lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu : proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi:miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa : sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri : percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain
c. Respon maladaftif merupakan respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran : keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
3) Tidak mampu mengatur emosi : perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Ketidakaturan : suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial : kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan
diterimasebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
6. Faktor Predisposisi
Menurut (Yosep, 2011) faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjangan
jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
7. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
8. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan
dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi :
a. Regresi : menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri : reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

1. Masalah Keperawatan

Gangguan Sensori Presepsi : Halusinasi

2. Data Fokus Pengkajian


1) Data Mayor
a. DS :
o Klien mengatakan mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya
o Klien mengatakan sering berbicara sendiri

b. DO:
-
2) Data Minor
a. DS :
o Klien mengatakan bahagia saat mendengar suara suara
o Klien mengatakan menyendiri dan tidak perduli dengan sekitar

b. DO:
-
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

• Klien mengatakan mendengar suara


suara – suara yang tidak ada
wujudnya
• Klien mengatakan bahagia saat
mendengar suara suara
• Klien mengatakan berbicara dengan
suara suara
• Klien mengatakan mengikuti
perintah suara suara yang terdengar
• Klien mengatakan sulit tidur saat
mendengar suara-suara
• Klien mengatakan makan menjadi
tidak teratur karena mendengar suara
suara
DO :

• TD : 120/80 mmHg
• N : 82 x/menit
• R : 17x/menit

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


Pasien mampu : Setelah ....x pertemuan, pasien SP I
dapat menyebutkan :
1. Mengenali halusinasi 1. Bantu pasien
yang dialaminya 1. Isi, waktu, frekuensi, mengenal halusinasi
2. Mengontrol situasi pencetus, (isi, waktu terjadinya,
halusinasinya perasaan frekuensi, situasi
3. Mengikuti program 2. Mampu memperagakan pencetus, perasaan
pengobatan cara dalam mengontrol saat terjadi halusinasi)
halusinasi 2. Latih mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik

Tahapan tindakannya
meliputi :

a. Jelaskan cara
menghardik halusinasi
b. Peragakan cara
menghardik
c. Minta pasien
memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku pasien

3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

Setelah ....x pertemuan, pasien SP 2


mampu
1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP1)
yang sudah dilakukan 2. Latih
2. Memperagakan cara berbicara/bercakap
bercakap-cakap dengan dengan orang lain saat
orang lain halusinasi muncul
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

Setelah ....x pertemuan pasien SP 3


mampu :
1. Evaluasi kegiatan yang
1. Menyebutkan kegiatan lalu (SP1 dan 2)
yang sudah dilakukan dan
2. Latih kegiatan agar
2. Membuat jadwal kegiatan
halusinasi tidak muncul
sehari-hari dan mampu
memperagakannya.
Tahapannya :

a. Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
b. Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien
c. Latih pasien
melakukan aktivitas

3. Susun jadwal aktivitas


sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam)
4. Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadap perilaku
pasien yang (+)

Setelah ....x pertemuan, pasien SP 4


mampu :
1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
yang sudah dilakukan 2. Tanyakan program
2. Menyebutkan manfaat dari pengobatan
program pengobatan 3. Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
5. Jelaskan akibat bila
putus obat
6. Jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
7. Jelaskan pengobatan
(5B)
8. Latih pasien minum
obat
9. Masukkan dalam
jadwal harian pasien

Keluarga mampu : Setelah ....x pertemuan SP 1


keluarga mampu menjelaskan
Merawat pasien di rumah 1. Identifikasi masalah
tentang halusinasi
dan menjadi sistem keluarga dalam
pendukung yang efektif merawat pasien
untuk pasien 2. Jelaskan tentang
halusinasi :
a. Pengertian
halusinasi
b. Jenis halusinasi
yang dialami
pasien
c. Tanda dan gejala
halusinasi
d. Cara merawat
pasien halusinasi
(cara
berkomunikasi,
pemberian obat &
pemberian
aktivitas kepada
pasien)
3. Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
4. Bermain peran cara
merawat
5. Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

Setelah ....x pertemuan SP 2


keluarga mampu :
1. Evaluasi kemampuan
1. Menyelesaikan kegiatan keluarga (SP 1
yang sudah dilakukan 2. Latih keluarga
2. Memperagakan cara merawat pasien
merawat pasien 3. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

Setelah ....x pertemuan SP 3


keluarga mampu :
1. Evaluasi kemampuan
1. Menyebutkan kegiatan keluarga (SP 2)
yang sudah dilakukan 2. Latih keluarga
2. Memperagakan cara merawat pasien
merawat pasien serta 3. RTL keluarga / jadwal
mampu membuat RTL keluarga untuk
merawat pasien

Setelah ....x pertemuan SP 4


keluarga mampu :
1. Evaluasi kemampuan
1. Menyebutkan kegiatan keluarga
yang sudah dilakukan 2. Evaluasi kemampuan
2. Melaksanakan Follow pasien
Up rujukan 3. RTL Keluarga :

a. Follow Up
b. Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Laraia (2007). Principles And Practice of Psyciatric Nursing (5Th. Ed) St. Louis
Mosby Year Book

Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi 4, PT Refika Aditama : Bandung


Nurhalimah.(2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai