Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2) Lochea (lochia)
Adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 1998).Lochia adalah cairan yang
dikeluarkan dari uterus dari darah menstruasi.Lochia ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu :
a) Lochea rubra (kruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, vernik
kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah, terjadi selama
2 hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta : berwarna putih bercampur darah dan lendir,
terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochea serosa : keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f) Lacheostatis : Lochea tidak lancar keluarnya
3) After Pains
Rasa sakit (meriang atau mules-mules) yang disebabkan oleh
kontraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik(Cunningham, 430).
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Serviks mengalami involusi
bersama-sama uterus.Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu postnatal,
serviks menutup.
5) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar.Hemostasis pascapartum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.Hormon oksigen
yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.
Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera
setelah plasenta lahir.
b. Sistem Perkemihan
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230). Buang air
kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme
(kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema leher
buli–buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12–36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar
steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan
fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.Diperlukan kira–kira 2
sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta
pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk; 1993).
c. Sistem Hormonal
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terendahnya tercapai kira–kira 1 minggu pascapartum. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke-17 (bowes ,1991).
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan.Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai
21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan
normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi(V Ruth B, 1996: 231)
Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi
HCG,estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Laktasi (pembentukan dan pengeluaran ASI). Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik, dan bersifat alamiah
bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan.Selama
kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran
kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka
LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.Lobus prosterior hypofise
mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air
susunya.Pada hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae
dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih
mengandung Protein 1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%.Hal yang
mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318).
d. Sistem Gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas keadaan normal.Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat
episiotomi, laserasi atau hemoroid.
e. Sistem Muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim.Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah
wanita melahirkan.
f. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya.Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,
paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
g. Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000
selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000- 30.000 tanpa
menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang
lama/panjang. Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal
masa nifas.
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:). Sedangkan stres
emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan
dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues
dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
C. ETIOLOGI (PENYEBAB)
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke
bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
D. PATOFISOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala. Adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis akan terjadi pada ibu post partum
dan nantinya akan berdampak kepada ibu itu sendiri, seperti yang teleh dijelaskan
dalam tanda dan gejala.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum Ibu
Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg.Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum.Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah
sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa
hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan
post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa
nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 oC.Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 oC pada hari
kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi
khususnya bila disertai peningkatan
d. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30
x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
3. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran
kelenjar,dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau
tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak
4. Uterus
a. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri
b. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
c. Apakah konsistensinya lunak atau keras
d. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi
tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila
sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi
akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan darah
yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang
dan uterus menjadi keras
e. Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya
yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari
tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua
jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti
abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan
(tometock)
f. Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa
BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu
dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum
ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa
berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah
kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar
uterus berkontraksi dengan baik.
g. Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada:varises,oedema,reflek patella,nyeri
tekan atau panas pada betis.
h. Genitalia
1) Periksa pengeluaran lochea, warna,bau dan jumlahnya
2) Hematom vulva (gumpalan darah)
Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi
vagina dan serviks dengan cermat
3) Lihat kebersihan pada genitalia ibu
Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada
maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
i. Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua
tungkai dilebarkan, saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
1) Oedema atau tidak
2) Hemoroid pada anus
3) Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
j. Lochea : Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina
pada masa nifas.
1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel
desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari
pascapersalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari
ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
4) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : Hb/Ht , WBC , PLT (jika hb <10 gr% di butuhkan fe)
2. Urinalisis; kadar urin, darah
3. Pemeriksaan post partum menurut (Siswosudarmo, 2008) :
a. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
b. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
c. Payudara: air susu, putting
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e. Sekres yang keluar atau lochea
f. Keadaan alat kandungan
4. Pemeriksaan penunjang post partum menurut (Manjoer arif dkk, 2001) :
a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk.
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot abdomen, takut
mengejan.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tertahanya urin,kantong kemih
penuh
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan
5. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu.
6. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penanganan post partum.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan post partum.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan pulva.
10. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi post partum.
11. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC NIC a. Untuk
berhubungan dengan a. Pain level Paint mengetahui
luka episiotomy. b. Pain control Management lokasi,
c. Comfort level a. Kaji nyeri karakteristik,
Setelah diberikan secara durasi,
asuhan keperawatan komprehensis frekuensi,
selama 2 x 24 jam, termasuk kualitas dan
diharapkan nyeri lokasi, factor
pasien berkurang, karakteristik, presipitasi.
dengan kriteria durasi, b. Agar nyeri
hasil: frekuensi, berkurang
a. Pasien mampu kualitas dan c. Untuk
mengontrol factor mengontrol
nyeri. presipitasi. nyeri
b. Pasien b. Kurangi factor d. Untuk
melaporkan presipitasi mengurangi
nyeri berkurang nyeri. nyeri
dengan skala c. Ajarkan teknik
nyeri (0-10) non
menggunakan farmakologi
manajemen untuk
nyeri. mengontrol
c. Menyatakan nyeri.
rasa nyaman d. Berikan
setelah nyeri analgesic
berkurang. untuk
mengurangi
nyeri
2. Konstipasi NOC NIC a. Untuk
berhubungan dengan a. Bowel Constipation/ mengetahui
penurunan tonus otot Elimination Impaction pasien
abdomen b. Hydration Management konstipasi atau
Setelah diberikan a. Monitoring tidak.
asuhan keperawatan tranda dan
b. Untuk
selama 2 x 24 jam, gejala
mengetahui
diharapkan pasien konstipasi.
bising usus.
tidak konstipasi, b. Monitoring
dengan kriteria bising usus. c. Menambah
hasil: c. Dukung intake intake cairan
a. Pasien cairan. sehingga feces
bebas.dari d. Kolabotrasi lebih lembek.
konstipasi. pemberian
Untuk
b. Feces lunak dan laksatif.
mempermudah
berbentuk. e. Anjurkan
BAB
pasien diet
tinggi serat
d. Mneingkatkan
produksi ASI.
e. Meningkatkan
hubungan ibu
dan bayi sedini
mungkin.
k. Mencegah
pasien jatuh ke
dalam kondisi
kelebihan
cairan yang
beresiko
terjadinya
oedem paru.
l. Mengidentifika
si
keseimbangan
cairan pasien
secara adekuat
dan teratur.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan (intervensi) keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing
Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
Jhonson, Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis ,Missouri :Mosby.
NANDA International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Setiono, Wiwing. 2013. Laporan Pendahuluan Masa Nifas.(Online),
(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-masa-nifas-
post.html#.VWwo0fDA-W4), diakses 20 April 2016).
Yoga. 2013. Askep Post Partum.(Online),(http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-
post-partum-nifas.html, diakses 20 April 2016).