Anda di halaman 1dari 2

A.

Karakteristik Bahasa Arab Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat pada
bahasa-bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang fleksibel
dan mempunyai elastisitas yang tinggi. Namun struktur kalimath bahasa Arab tidak memerlukan
kata sarana yang menjelaskan hubungan antara subyek dan predikat. Gejala ini banyak
ditemukan pada buku-buku klasik yang juga dikenal dengan “kitab kuning”.Dalam menghadapi
masalah tersebut, penerjemahan huruf wawu sebagai kata sarana penghubung dapat dilakukan
dengan memakai tanda koma (,), bukan dengan memakai kata sarana dan kecuali pada rincian
yang terakhir. Apapun kata atau kalimat yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis
dapat memberikan makna secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat menangkap makna ini
secara utuh pula. Walaupun bahasa Arab itu mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas
untuk mengungkapkan makna agar dipahami oleh pendengar atau pembaca sehingga
menimbulkan dampak psikologis yang mendorongnya untuk bertindak jika orang Arab
membaguskan tuturan, memperindah ungkapan, dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini
semata-mata untuk mementingkan makna. Tatkala bahasa Arab merupakan bahasa yang jelas
dan terang, kahadiran i’rab menunjang kejelasan tersebut. Bahasa yang tidak mengenal i’rab
hanya mengandalkan pada isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau hubungan antara
frase dan klausa. Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada kata
tentang konsep haus, misalnya, yang erat kaitannya dengan kondisi alam orang Arab. Dalam
bahasa Indonesia khususnya, derajat kualitas semacam itu biasanya diungkapkan dengan kata
sarana yang menunjukkan perbandingan, misalnya kata lebih, amat, sangat, dan lain-lain. Bahasa
Arab adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim. Katanya selain bahasa Arab tak ada lagi
bahasa yang sanggup mengungkapkan satu makna dalam beragam kata. Yang dimaksud integrasi
dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki makna berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk
kata yang menunjukkan dua (mutsanna) secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam
bahasa Arab. Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata yang
berintegrasi, misalnya : ‫( األبوان‬ayah dan ibu), ‫( القمران‬matahari dan bulan) dan lain. Yang kedua
ungkapan istilah diambil dari kata lain yang kelihatannya tidak identik dengan dua kata yang
berintegrasi, misalnya, ‫( الثقالن‬jin dan manusia), ‫( الجديدان‬siang dan malam), dan lain sebagainya.
Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal istilah tashrif, yaitu bentukan kata tertentu ke
dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku. Pola-pola itu memiliki
arti dan memang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi dalam
bahasa Arab menjadikan analogi ini sebagai cirri khas bahasa ini.
Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu lughowi yang artinya
perubahan kata berdasarkan kata ganti (dhamir), dan istilahi yang artinya perubahan kata
berdasarkan jenis bentukan (shighat).Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan
kuat.Ini menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan kekuatan yang
menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh, tidak mudah tergoyahkan.
B. Karakteristik Bahasa Indonesia Dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah” dijelaskan bahwa bahasa
Indonesia memiliki hal-hal antara lain: 1. Aspek tata bahasa Indonesia meliputi penggunaan kata
dasar, pengimbuhan kata, kata pengulangan, dan penggabungan kata. Istilah singkatan ialah
bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan menurut tiga cara sebagai berikut : a. Istilah yang
bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk lisannya sesuai dengan
bentuk istilah lengkapnya. Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata. Bahasa Indonesia juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu dan
konteks ini akan menentukan ragam Bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang
menggunakan Bahasa Indonesia dalam orasi politik akan menggunakan ragam yang berbeda dari
orang lain yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah jum’at atau bahan kuliah.
Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang
digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas, menghindari
kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang
digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi, ragam bahasa
Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa Indonesia baku. Bahasa yang
cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang
disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Gagasan akan mudah dipahami
apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang
lain juga jelas. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata,
bentukan kata, dan kkalimat Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan
utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang
formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata
dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena
pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau
karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh
adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Ringkas dan
Padat Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan
penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang
berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai