Anda di halaman 1dari 14

MOTIVASI KEBERAGAMAAN

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI ISLAM

Diajukan Oleh :

Fitri Idani (210301020)

Mauidhatul Hasanah (210301005)

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

TAHUN 2022 M / 1443 H


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah


yang telah memberikan kita kemudahan serta kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hadist yang berjudul Motivasi Keberagamaan.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin Kami tidak sanggup menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad saw
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


ilmu dan pengalaman bagi pembaca. Bagi saya sebagai penyusun makalah masih
merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu Saya sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 10 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Keberagamaan (Religiusitas).....................................................3


B. Motivasi Keberagamaan...............................................................................4
C. Ciri-Ciri Motivasi Keberagamaan................................................................6
D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Keberagamaan.................................6
E. Bentuk Motivasi Beragama..........................................................................7
F. Analisa Penulis.............................................................................................7

BAB III PENTUP...................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Kritik dan Saran...........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia memiliki keterbatasan dalam banyak hal, baik


dalam mengenai sesuatu yang tampak maupun hal yang tidak tampak (gaib).
Manusia juga memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi
pada dirinya atau orang lain. Dengan keterbatasan itu membuat manusia
membutuhkan agama supaya dapat membantu serta memberikan pencerahan
spiritual terhadap dirinya. Manusia membutuhkan agama tidak hanya sekedar
untuk dirinya di hadapan tuhan. Melainkan juga untuk membantu dirinya dalam
menghadapi berbagai macam masalah yang tidak dapat dipahami.

Agama merupakan suatu hal yang mesti di ketahui apa makna yang
terkandung di dalamnya sebab agama menduduki suatu kodrat kejiwaan yang
berupa keyakinan. Dengan begitu, kuat atau rapuhnya suatu agama bergantung
kepada sejauh mana keyakinan itu tertanam dalam jiwa seseorang. 1
Dengan
mengetahui makna yang terkandung di dalam agama, maka seseorang yang
beragama akan dapat merasakan kelembutan dan ketenangan yang dapat di ambil
dari ajaran agama tersebut. Agama dalam pandangan islam, yaitu suatu ketentuan
ketuhanan yang di jadikan panutan oleh pemeluknya dan dapat mengantarkan
pemeluknya pada kebahagiaan dunia akhirat. Kebahagiaan tersebut merupakan
sebuah titik dimana seluruh umat manusia mendambakannya.

Selain dari pada itu, agama memberikan isyarat kepada manusia bahwa
ada Zat yang lebih unggul, Zat Yang Maha Segala-galanya. Dengan begitu
manusia perlu bersandar kepada Nya melalui medium beragama. Dengan kata lain
perlu bersandar serta bertawakal kepada Nya melalui agama karena agama
menjadi wadah untuk mengadu dan berkomunikasi terhadap Tuhan. Kepasrahan
kepada Tuhan didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia hanya bisa berusaha,
1
Joesef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), hal
16.

1
Tuhan yang menentukan. Maka dari itu pemakalah ingin membahas hal yang
berkaitan dorongan untuk melakukan suatu ibadah agar seorang dapat yakin
dalam melakukan suatu peribadatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan motivasi keberagamaan?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi motivasi beragama?
3. Apakah fungsi dari motivasi beragama?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi keberagamaan
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi beragama
3. Untuk mengetahui fungsi dari motivasi beragama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberagamaan (Religiusitas)

Agama disebut sebagai suatu ajaran yang diturunkan oleh Tuhan untuk
petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupan. 2 Ada juga yang menyebutkan
bahwa agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam
arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola
perilaku yang memenuhi untuk disebut agama yang terdiri dari simbol,
kepercayaan dan nilai-nilai spesifik yang dituangkan dalam komponen ritual.3

Agama memiliki bebrapa istilah seperti religion (Inggris), religie


(Belanda), religio (Latin), dien (Arab). Religie berarti melakukan suatu
peribadatan yang dikerjakan secara berulang-ulang dan tetap.4 Dari beberapa
istilah agama diatas kemudian muncul yang namanya religiusitas. Religiusitas
merupakan suatu hal yang dapat dilihat melalui aktifitas atau perilaku seseorang
yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut. Religiusitas
sering diidentikkan dengan keberagamaan. Keberagamaan dapat diartikan sebagai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa dalam
pelaksanaan ibadah dan akidah, serta seberapa dalam penghayatan atas agama
yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, keberagamaan dapat diketahui dari
seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama
Islam.5

2
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), hal 33.
3
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal 29.
4
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal 28
5
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), hal 71

3
B. Motivasi Beragama

Motivasi berasal dari bahasa latin yang diartikan sebagai arusgerak atau
dorongan untuk bergerak. Memberikan motivasi akan melepaskan energi sehingga
yang dimotivasi mampu tergerak.6 Motivasi juga disebutkan sebagai kekuatan
yang dapat menggerakkan, serta menstimulasi seseorang untuk dapat menjalankan
aktivitasnya dalam upaya mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu motivasi juga
merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan seseorang sebagai suatu
kebutuhan nyata yang ingin dicapai. Untuk mengetahui motivasi dalam diri
ditandai dengan timbulnya feeling dan awalnya melalui presepsi terhadap adanya
maksud atau tujuan. Umumnya motivasi berasal dari luar atau disebut juga
sebagai motivator dan ada juga berasal dari dalam diri sendiri.

Sedangkan beragama merupakan kata yang dapat diartikan sebagai


panduan, atau system yang mengendalikan kepercayaan kepada Sang Pencipta.
Beragama juga dapat diartikan sebagai seseorang yang melaksanakan aturan
hukum yang berkaitan antara manusia dengan manusia lainya. Dengan begitu
motivasi beragama dapat diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang
mendorong dirinya untuk mengerjakan suatu tindak keagamaan dengan tujuan
usaha tertentu sesuai dengan keyakinan keagamaanya. 7
Tujuan akhir perbuatan
dalam beragama didasari hanya untuk mencari ridho Allah swt, dalam bentuk
fitrah yang diberikan kepada seseorang. Dalam fitrah tersebut seseorang memiliki
tiga dasar pokok tujuan beragama yakni Iman, Islam, Ihsan sebagai tujuan hidup.

Motivasi beragama merupakan bagian yang tidak terlupakan dalam


pembangunan psikologis, dimana dengan beragama seseorang merasakan spirit-
spirit sebagai bagian dari kebutuhan terhadap agama. Motivasi beragama tidak
muncul dengan tiba-tiba, tetapi lebih banyak dipengaruhi kesadaran akan
pentingnya dimensi lain kerohanian. Upaya penghindaran diri dalam bahaya,
perasaan berdosa, dan bersalah, biasanya sering dengan hadirnya dimensi

6
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi dalam Prespektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), hal 23.
7
Bdariah, Belajar Berketuhanan, (Semarang: Temprina Media Grafika, 2011), hal 42.

4
spiritualitas agama yang dipercaya sebagai salah satu solusi yang dapat mengatasi
persoalan-persoalan yang menghinggapinya.8

Bagian dari motivasi orang beragama adalah sebagai upaya pemulihan


kondisi kejiwaan, misalnya stress, frustasi, bahkan para terapis dapat
menggunakan metode terapi agama untuk mengatasi persoalan psikologis
seseorang seperti depresi, serta gangguan psikologis. Seseorang yang dilanda
kemurungan, kegalauan, dan ketegangan dapat mengadukan persoalannya tersebut
kepada Tuhannya yang diyakini mampu memberikan kenyamanan, ketenangan,
dan kedamaian dalam hidupnya.

Motivasi beragama bisa juga muncul disebabkan datangnya perasaan takut


akan bahaya yang bakal menimpa dirinya, mungkin juga disebabkan oleh
kesalahan atau dosa-dosa yang diperbuatnya. Apabila rasa berdosa dan bersalah
menghinggapi dirinya, maka perasaan takut akan muncul. Perasaan takut dapat
diatasi dengan adanya rasa diampuni oleh Tuhan, yang secara psikologis
seseorang yang dihampit rasa takut, kemudian dapat pengampunan dari Tuhan,
maka perasaam takut secara bertahap akan pupus dalam dirinya. 9

Seseorang yang beragama dapat berperilaku layaknya seorang hamba


Tuhan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan pelanggaran untuk kemudian
menunaikan kewajiban-kewajiban yang mendatangkan kemashalatan bagi dirinya
dan lingkungannya. Karena agama sesungguhnya adalah seperangkat aturan yang
membantu umat mengeksplorasi kehidupan yang baik, sesuai kodrat
kemanusiaannya yang menimbulkan kenistaan dan menemukan kehidupan sejati
lahir dan batin.

8
Khairunnas Rajab, Psikologis Agama, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012), hal 36
9
Khairunnas Rajab, Psikologis Agama, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012), hal 37

5
C. Ciri-Ciri Motivasi Keberagamaan
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi ini menekankan
pada faktor dari dalam diri, sehingga yang menjadi dorongan utnuk mencapai
suatu tujuan ketenangan batin tidak perlu dari luar, karena ada pada dukungan
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang timbul karena disebabkan dorongan dari luar dirinya,10
seperti pada lingkungan kerabat yang selalu beribadah tepat pada waktunya yang
memberikan stimulus kepada anaknya untuk dapat beribadah tepat pada
waktunya.

D. Faktor yang mempengaruhi Motivasi keberagamaan


1. Faktor Internal
Faktor yang timbul dari dalam diri, seperti faktor hereditas yang diperoleh
dari orang tua (keturunan). Faktor ini cukup mempengaruhi seseorang. Ketika
keturunan berasal dari orang tua yang memiliki sifat tercela, maka akan ada sifat-
sifat tercela yang muncul pada keturunan tersebut. Faktor tingkat usia juga
mempengaruhi seseorang. Ketika usia seorang bertambah, maka akan berfikir
kritis dalam memilih. Seperti dalam memahami sebuah ajaran agama. Kemudian
ada faktor kepribadian dan kondisi jiwa. Faktor ini memberikan ciri khas pada diri
seseorang. Namun, akan timbul dari alam ketidaksadaran seseorang, seperti pada
pemilihan atau penentuan keyakinan dalam beragama.11

2. Faktor Eksternal

10
Hamalik, Proses Belajar & Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hal
52.
11
Nurul Khsrimah, Syatria Adymas Pranajaya, “Hubungan Motivasi Beragama dengan
Kematangan Beragama Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (Iain)
Samarinda, Taujihad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 1, No 2, (2020), hal 154

6
Faktor ini timbul karena pengaruh dari luar diri seseorang. Pertama faktor
lingkungan keluarga, yang dinilai paling penting dalam meletakkan dasar
perkembangan jiwa dalam beragama. Kedua, faktor lingkungan Pendidikan.
Seperti sekolah atau kampus sebagai tempat menuntut ilmu yang dapat
memberikan pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian seseorang
dalam keberagamaan. Ketiga, faktor lingkungan masyarakat yang umumnya dapat
memberikan pengaruh dari segi pergaulan dalam beragama.12

E. Bentuk Motivasi Beragama


1. Motivasi Rendah
Motivasi ini merupakan suatu dorongan untuk melakukan peribadatan
dengan mengikut sertakan sikap riya, sombong, takabur dalam dirinya. Seseorang
yang melakukan ibadah dengan harapan untuk kesenangan duniawi tidak akan
mendapat apa-apa, melainkan mendapat dosa karena melakukan segala sesuatu
untuk memperlihatkan dirinya agar keberadaaan amal ibadahnya diketahui oleh
orang lain.

2. Motivasi Tinggi
Motivasi ini merupakan sebauh dorongan untuk melakukan suatu ibadah
semata-mata karena Allah Swt. bentuk motivasi beragama ini ada pada orang
yang memiliki semangat membara untuk mengejar akhirat. Motivasi ini mesti
dimiliki oleh umat muslim. Seseorang yang bersungguh-sungguh untuk mengejar
akhirat, maka secara tidak langsung dunia juga mengikutinya.

F. Analisa Penulis

Keberagamaan yang dipahami dalam Islam menyangkut lima hal, yaitu


aqidah, ibadah, amal, akhlak (Ihsan) dan pengetahuan. Aqidah menyangkut

12
Nurul Khsrimah, Syatria Adymas Pranajaya, “Hubungan Motivasi Beragama dengan
Kematangan Beragama Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (Iain)
Samarinda, Taujihad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 1, No 2, (2020), hal 156

7
keyakinan kepada Allah, Malaikat, Rasul, dan seterusnya. Ibadah menyangkut
pelaksanaan hubungan antara manusia dengan Allah. Amal menyangkut
pelaksanaan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Akhlak merujuk pada
spontanitas tanggapan atau perilaku sesorang yang hadir padanya. Sementara
Ihsan merujuk pada situasi dimana seseorang merasa sangat dekat dengan Allah
swt. Ihsan merupakan bagian dari akhlak. Bila akhlak positif seseorang mencapai
tingkat yang optimal, maka seseorang dapat memperoleh berbagai pengalaman
dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan suatu akhlak tinggi.
Selain itu hal penting yang mesti diketahui dalam keagamaan Islam yakni
pengetahuan keagamaan seseorang.

Seseorang butuh yang namanya motivasi beragama agar dapat mendorong


dirinya untuk mendapatkan kepuasan serta ketenangan dalam beragama dengan
tujuan untuk mendapatkan ridho dari Sang Pencipta. Dalam bentuk fitrah-Nya
seseorang dapat memiliki dasar pokok tujuan dalam beragam yaitu Iman, Islam,
serta Ihsan. Iman menjadi sebuah fondasi dasar seseorang dalam beragama,
karena utama iman sebagai keyakinan dalam beragama. Islam yakni meyakini
rukun iman yang enam dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk beribadah.

Islam merupakan sikap tunduk atau berserah diri atau ketulusan diri
kepada Allah swt. dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi segala
laranganya untuk mencapai keselamatan hidup didunia dan diakhirat nanti.
Kemudian ada Ihsan. Ihsan menjadi salah satu rukun akan adanya tuhan didalam
hidup melalui penghayatan diri ketika menjalankan suatu peribadatan. Ihsan
terbagi menjadi empat bagian, yakni ihsan kepada Allah swt, ihsan kepada sesama
makhluk, ihsan kepada sesama manusia, serta ihsan terhadap diri sendiri. Iman,
Islam, dan Ihsan menjadi poin dasar seseorang dalam beribadah kepada Sang
Pencipta, Allah swt.

Secara psikologi dorongan dalam melakukan suatu peribadatan (motivasi


beragama) dapat memeberikan dampak bagi diri sendiri bahkan dalam

8
bermasyarakat, sebab agama berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) yang
berguna, seperti untuk terapi mental dan agama juga berfungsi sebagai motif
ekstrinsik (luar diri) dalam rangka menangkis bahaya negatif arus era global.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan motivasi keberagamaan adalah tingkah laku seseorang yang
mendorong dirinya untuk mengerjakan suatu tindak keagamaan dengan tujuan
usaha tertentu sesuai dengan keyakinan keagamaanya. Faktor yang mempengaruhi
motivasi beragama ada dua, faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang
dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang.

fungsi dari motivasi beragama itu sendiri sebagai penggerak dalam diri
seseorang yang memiliki suatu tujuan, dan membuat dirinya menjadi lebih fokus
terhadap tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan keyakinan keagamaanya.
Umumnya untuk melakukan suatu ibadah, seseorang mestinya mempunyai tujuan
salah satunya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan tersebut sebagai
provokasi munculnya tingkah laku atau suatu kegiatan dalam beribadah. Tanpa
adanya motivasi tidak akan timbul suatu kegiatan peribadatan. Selain itu, motivasi
beragama juga berfungsi sebagai penuntun seseorang. Maksudnya memusatkan
kegiatan kepada pencapaian arah tujuan yang diinginkan dalam konteks
keberagamaan.

B. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan dari makalah ini. Semoga dengan adanya


penjelasan tentang motivasi keberagamaan ini bermanfaaat sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Isi dari makalah ini
berasal dari berbagai sumber dan beberapa referensi. Apabila terdapat kesalahan
dan kekeliruan, penulis menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah.
Terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agus. Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi


Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006.

Bdariah, Belajar Berketuhanan, Semarang: Temprina Media Grafika, 2011.

Hamalik, Proses Belajar & Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012.

Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Ismail. Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis Refleksi Historis,


Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Mucharam. Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Mengembangkan Kreativitas


dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus, 2002.

Nurul Khsrimah, Syatria Adymas Pranajaya, “Hubungan Motivasi Beragama dengan


Kematangan Beragama Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah Institut Agama Islam
Negeri (Iain) Samarinda, Taujihad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 1,
No 2, (2020), hal 154

Prawira. Purwa Atmaja, Psikologi dalam Prespektif Baru, Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2014.

Rajab. Khairunnas, Psikologis Agama, Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012.

Sou’yb. Joesef, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.

11

Anda mungkin juga menyukai