Anda di halaman 1dari 20

PERSIAPAN UJIAN ANESTESI

1. Tujuan apa kita pre-op?


Untuk anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan progsosis
ASA dan merencanakan tindakan sesuai pembedahan.
Persiapan praanestesi meliputi:
1. Mengetahui status fisik (anamnesis, pemfis, rpk, rpo, rpp, rpa, penunjang, EBV, MABL, BB,
TB) dari pasien perioperatif
2. Mengetahui dan menganalisis jenis Operasi
3. Memilih jenis/teknik anestesi yang sesuai
4. Memprediksi kemungkinan nan penyulit apa yang akan terjadi selam bedah dan pasca
bedah
5. Mempersiapkan obat untuk mengatasi penyulit yang diprediksi

 Mengumpulkan data
 Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data
 Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi
 Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi
 Menentukan status fisik pasien
 Menentukan tindakan anestesi

2. Apa itu ASA? Sebutkan! Apa makna E pada asa?


=> Klasifikasi status fisik pra anestesi menurut ASA
ASA : American Society Anesthesia
Asa 1-5 (sesuai buku)
E sebagai Emergensi

PROGNOSIS ASA

- ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi.
- ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang
akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
- ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Tidak mengancam jiwa, dan mengganggu aktivitas. Misalnya diabetes
mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
- ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
- ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien
koma berat. Dalam 24 jam akan mengalami kematian
- ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk
kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

ASA 1 : Penderita normal dan sehat (Pasien Penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik)
ASA 2 : Pasien penyakit bedah diesrtai dengan penyakit sitemik ringan sampai sedang
ASA 3: Pasien Penyakit bedah dengan penyakit sistemik berat yang disebabkan karena
bebrbagai penyebab tetapi tidak mengancam jiwanya atau yang masih masih berkemapuan
dengan membatasi aktifitasnya.
ASA 4 : Dengan penyakit sistemik Bera yang secara langsung mengancam kehidupanya ( yang
sudah tidak berdaya dan membahayakan bagi hidupnya)
ASA%
ASA 5 : Pasien dengan penyait sistemik berat yang sudah tidak berdaya dan membahayakan bagi
hidunya.

Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat), mis:
operasi apendiks diberi kode ASA 1.E

3. Tujuan premedikasi?
Premedikasi adalah tindakan pemberian obat-obatan pendahuluan dalam rangka pelaksanaan
anastesia.
Tujuan (Buku kamar bius): (SEDATIF-ANALGETIK-RELAKSAN)
 Pasien Tidur, nyaman, tidak nyeri (sakit), tenang, rasa takutnya berkurang, tidur
 Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
 Mempermudah Induksi
 Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
 Menambah khasiat anestetika
 Menurunkan refleks” vagal yang tidak diinginkan. (CARI REFLEK VAGAL) (muntah,
bradikadi dan parasimpatis) => muntah kasih antimimetik (Ondansentron,
metroklopramid, domperidon) , Parasimpatis (SA anti kolinergik)

1. Memberikan rasa nyaman, menghilangkan rasa khawatir, memberikan ketenangan,


membuat amnesia, membuat analgesia dan mencegah muntah
2. Memperlancar induksi
3. Mengurangi dosis obat anastesia
4. Menekan refleks yang tidak diharapkan
5. Mengurangi sekresi saliva dan saluran napas
6. Mengurangi resiko aspirasi
7. Merupakan salah satu teknik anastesia

Obat Premedikasi diberikan :


1. Op Elektif : 30-60 Menit Pre Op (IM)
2. Op Emergency : segera sebelum Induksi (IV)

Atau di buku (kamar bius) :


 intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
 intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3-1/2 dari dosis
intramuscular)
 oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat
penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi.

1. hilangkan kegelisahan  Tanya jawab


2. ketenangan  sedative
3. ananlgesi  narko analgetik
4. amnesia  hiosin diazepam
5. turunkan sekresi saluran nafas  atropine, hiosisn
6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung  antacid
7. cegah reaksi alergi  anihistamin, kortikosteroid
8. cegah refleks vagal  atropine
9. mudahkan induksi  petidin, morfin
10. kurangi kebutuhan dosis anestesi  narkotik hypnosis
11. cegah mual muntah  droperidol, metoklorpamid

OBAT PREMEDIKASI :

4. Persiapan pasien Pre op di premed :


1. Puasa : (6 jam makan berat, minum bersih ,4 jam, Asi anak 4 jam )
2. Iv line untuk
 jalur obat,
 Resusitasi pengganti cairan,
 Akses Tranfusi
 Memasukan obat premedikasi
 Tpm , Lancar atau tidak, aboketnya ukuran, Infus setnya)

5. Sebutkan jenis golongan obat premed

1. Antikolinergik => Kompetitif inhibitor terhadap muscarinic dari acetilkolin.


(menekan/mengahambat aktivitas kolinergik atau parasimpatis)
 Tujuan :
 Mengrangi sekresi kelenjar
 Mencegah spaseme laring dan bronkus
 Mnecegah bradikardi
 Mengurangi motilitas usus
 Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat napas

 Efek samping:
- proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak sehingga
terjadi febris dan dehidrasi
- LES relaksasi
- Perubahan denyut jantung
- Midriasis dan siklopegia
- Naik suhu
- Sekresi jalan napas kering
 Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis:
dietileter atau ketamin

CONTOH :
 Atropin => 0,01 – 0,02 mg/kgbb
- Menembus barir lipid dan plasenta
- Efek cardiovagolitic
 Skopolamin => 0,3 mg IM
 Pengaruh kuat terhadap SSP
 Glikopirolat

2. Hipnotik –Sedatif

 Barbiturat : Fenobarbital (luminal) => anak ( 3-5 mg/kgbb) dan Dewasa (100-
200mg)
- menimbulkan sedasi (cukup dalam) , Analgesik (ringan), dan
- menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi
- depresan lemah nafas dan silkulasi
- Depresi korteks serebri cukup kuat
- mual muntah jarang

 Benzodiazepine :
Diazepam (5-10 mg atau premed 0,2 mg/kgbb, induksi 0,2-0,6mg/kgbb)
 Anti kolinergik lemah , tak berkhasiat analgetik
 Amnesia Anterograd
Midazolam (Premed 0,07-0,2 mg/kgbb IM , Induksi 0,15 - 0,45 mg/kg IV, Drips IV
0,03 -0,2 mg/kg/jam)
- Hipnotik – Sedatif
- Amnesia like anterograd
- Antropin like effect => HR naik
- Pelmas otot ringan => anti kejang
- Vasodilatasi Ringan => Kolaps
- Cepat melewati Barirer Plasenta

3. Analgetik-Narkotik
 Mophin 10x lebih kuat dibanding Petidihin, fentanyl 100x dari petidhin
- TUJUAN : Premedikasi, analgetik, suplemen anetesia atau analgetik,
analagetik pada tindakan endosskopi dan lainnya Suplemen sedasi dan anlagetik di
ICU

 Morphin
- Efek pada SSP : Depresi kesadaran, ansietas, sensasi nyeri, dan depresi respirasi
- STIMULASI PUSAT MUNTAH
- Depresi tonus vaskuler dan peristaltik (Hipotensi dan konstiapasi)
- Stimulasi bronkokonstriksi, bowel sfingter, biliary spasme, eroctor pylorym,
falopiian spasme
- HATI” PADA PASIEN ASMA
-
 Pethidin
- Efek samping : berkeringat hipotensi, vertigo, mual-muntah, berkeringan euforia,
mulut kering ggn penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop, sedasi
- Waktu paruh 5 jam,
- Kadar puncak di plasma dalam 45 menit, kadar dalam plasma menurun cepat
dalam 1-2 jam pertama kemudian penurunan kemabali lambat,
- 80 % hati dan 5-10% di ekresi utuh di ginjal
- Efektivitas lebih >> dari codein, tapi lebih <<< dari morfin
- Lebih efektif terhadap nyeri neuropatik
- Meninmbulkan efek => analgesia sedasi, euforia, depresi napas dan efek sentral
- Dosis : Premed (25-100 mg) ATAU (1-2 mg/kg bb)
Analgesia post op (50-100 mg IM/IV)
Mengurangi takipneu selama anastesi ( 10-20mg IV)
Pain Relief in Labour (75-100 mg IM)
 Fentanyl
- Lebih poten,
- Onset (IV dalam 30 detik dan IM < 8 menit)
- Efek Puncak (IV 5-15 mnt dan IM < 15 menit)
- Durasi (IV 30-60 menit dan IM 1-2 jam )
- Efek samping : Kekakuan otot, mata miosis, Hipotensi , Bradikardi, Depresi
pernapasan, pusing, kabur, kejang, mual emesis pengosongan lambung tertunda,
spasem traktus biliaris.
- Dosis : Analgesi (25 -100 mcg) atau (0,7-2 mcg/kgbb)
Induksi : 5 -40 Mcg/kg
Suplemen : 2-20 MCG/KG iv
Sifat fentanil ?
Analgetik masuk (fentanyl) => Propofol (kenapa di pilih dari yang lain)=> tertidur, napas kita
bisa kontrol dan kuasai napas=> Pelumpuh otot (NON DEPOLARISASI paling banyak di
gunakan Artacurium histamin rilis Kontra indikasi Pasien Asma, apalagi cepat muncul ruam
kemerahan) DAN (DEPOLARISASI : SUKSINIKOLIN sudah tidak beredar di indonesia) =>
Intubasi => maintanace (sevofluran dan isovluran)

Yang bisa di pake induksi (sevo, halotan (bronkodilator), desfluran) karena ada sifat yang
mendukung yaitu tidak iritatif.

Kalo di paksa induksi maka isofluran => batuk terus (iritatif)

Anastesi intravena yang ada efek Bronkodilator => Ketamin

Fentanil (opiod narkotik) lebih lebih populer : tidak meninggalkan sisa obat metabolik
100 x lebih kuat dari morfin

Petidin tidak di indikasi pada pasien bedah saraf.

Morfin kerjanya lebih lama, tapi depresi pernapasan kuat, konstipasi kuat, histamin rilis.
Pasien epidural => morfin bisa pake. Epidural bisa kateter kecil (continous) bisa ditambahkan
dan post op bisa pertahankan dan mainkan dosis maintance sampe 5 hari ( dengan morfin jika
mau lama, atau lokal anastesi)

4. Tranquilizer (antihistamin)
- Mempunyai efek sedatif, antihistamin, antimemtik, pengatur suhu
- Efek samping : Pyramidal exitasi, ikterik, agranulositosis, fotosensitif, pigmen
retinopati, hipotensi letargi, depresi respirasi naik dan perpanjang bila di berikan
bersama narkotik
- Kontraindikasi : riwayat kejang, eeg epileptic form dan epilepsi

 Phenothiazine : Phenergan => 1MG/KG ,UMUR > 60 TAHUN 25 MG


 Chlorpromazine : Largactil => 1MG/KG

5. Antiemetik
- Bedah saraf, laparasckopi, operasi mata, cito
- Ondan sentron 4-8mg IV dewasa
- Metocloropamide 10 mg iv dewasa
6. Profiklasis Aspirasi ( H2 bloker mengurangi isi labumbung) => Ranitidin, Anatasid
7. Neuroleptik
 Droperidol
 Dehydrobenzperidol => 0,1 – 0,15 mg/kg IV

5. Prinsip Anastesi ?
Pasien rilex, tenang, tidak cemas, nyaman, dan tidak nyeri

6. Induksi adalah?
=> membuat pasien tidak sadar atau tertidur sebelum anastesia
=> Teknik Induksi (Inhalasi, Intrvena, Campuran)
OBAT OBAT INHALASI :
a. N2O
b.

7. Sifat obat propofol dan ketamin? Apa keuntungan dan kerugian pada pegunaan ketamin
dan propofol?
Sesuai buku dr. Harry
Intinya ketamin lebih untung pada OP dengan pasien yang sedang dalam keadaan syok dan sesak karena
ketamin menimbulkan vasodilatasi
PROPOFOL KETAMIN
Merupakan Campuaran Emulsi lemak Merupakan rapid acting non barbiturat genaral
berwarna Putih anastesia
Obat Induksi (memiliki mula kerja yang cepat)
Efeknya adalah hipnotik (tidak mempunyai Memiliki sifat analgesik (sangat kuat, dan
efek analgetik maupun relaksasi obat) hipnotik kurang), anestetik, dan kataleptik
dengan kerja singkat
Kerugian : Keuntungan :
 Bekerja lebih cepat daripada Tiopental  Efek deperesi pernapasan ringan dan
(Mula kerja 11 detik) hanya sematara
 Konfusi pasca bedah minimal  Menimbukan efek dilatasi (merupakn
 Mual muntah pasca bedah minima obat pilihan pada pasien asma)
 Metabolisme : cepat dan lengkap oleh  Memiliki sifat simpatomimetik =>
hepar, sebagian besar di eliminasi oleh Meningkatkan tekanan darah (20-25%)
ginjal dan denyut jantung, CO (20%)
 Tidak mempengaruhi fungsi hepar  Jarang terjadi Aritmia

Kerugian : Kerugian :
 Suntikan IV sering menyebaban nyeri Kurang disukai sebagai induksi anestesia
sehingga beberapa detik sebelumnya dapat karena :
diberikan lidokain 1mg/KgBB secara IV  Takikardi
 TIO Menurun  Hipertensi
 Gula darah sedikit menurun  Hipersaliva => perlu atropin
 Efek antimimetik dan potensiasi dengan  Nyeri Kepala
vekuronium Pasca anastesia dapat menimbulkan :
 Mual muntah
 Pandangan Kabur
 Mimpi buruk (DISOIASI ANESTESI)

KI : Hipersensitivitas, Hipertensi
Ketamin => harus diberikan, sebaiknya
sebelumnya dberikan SEDASI midazolam atau
diazepam dengan dosis 0,1mg/kgBB IV
Mengurangi saliva => sulfat atropin 0,01
mg/kgBB
Dosis : Dosis :
 Induksi: (2-2,5 mg/KgBB)  Induksi: (1-2 mg/KgBB IV atau 1-2
 Pemeliharaan untuk anestesia IV Total : mg/KgBB IM), hamil (0,25-0,75 mg/Kg
infus IV 4-12mg/KgBB/jam IV)
 IV drips : Nafas Kontrol ( 1-2
Mg/kg/jam), Nafas Spontan : 2-3
mg/kg/jam
Sediaan : Proanes 1% MCT/LCT (20ml => Sediaan : Vial 100mg/ml
10mg/1ml)
- - Nistagmus
- Brnkodilator => cock buat pasien asma
- Katalepsi => Mata tetap terbuka
- Halusinasi

8. Konsep Nyeri
 Nyeri : pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
berikatan dengan kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan
jaringan atau suatu keadaan yang menunjukan kerusakan jaringan.
- Fx Nyeri : Proteksi (menghindar), defensif (immoblisasai supaya nyeri
berkurang), penunjang diagnostik (mengetahui lokasi daerah mana yang
terganggu)
- 4 Proses Nyeri : Transduksi (Stimulus), Transmisi (Salurkan inmpuls dari saraf
seonsorik perifer ke medulla spinalis) , Modulation (Megatur Intensitas nyeri),
Persepsi (hasilkan perasaan subjektif yang di kenal dengan nyeri)
- Pembagian nyeri
1. Nosiseptif (rangasangan nosiseptor oleh adanya kerusakan
jaringan)
2. Neurogenik (ggn pd jalur sensorik di semua tingkat dari saraf tepi
atau pusat)
3. Psikogenik ( sumber nyeri tidak terdekteksi)
- Nyeri Akut ( somatik dan viseral) , Kronik (menetap melampauai proses
penyembuhan 1-6 bulan)
- Derajad Nyeri => (VAS), Verbal rating sacale, NRS, Wong Beker
- Prinsip Penanganan
9. Pembagian analgetik?

Analgetik opioid dibagi 2


- opioid lemah : codein, tramadol (sintetik), Dihidrocodein
- opioid kuat : morfin, fentanil, phetidin, oxycodein

2 Analgetik non opioid


- General : Paracetamol, Aspirin
- NSAIDs : Celecoxib, Perecoxib, Refocoxib
- NSAID: ibuprofen, ketorolac, na dic, as mef, Naproxen, piroxicam, asmef

Parasetamol => komponen besic multimodal analgesi (tidak mencegah agregasi trombosit)
metabolisme di hati sehingga tidak diiritasi lambung, NSAID (mencegah agregasi trombosit) =>
menambah ggn perdarahan.

Moltimodal analgesia (Seperti drip fentanil atau petidin dan di ikuti ketoralac atau antarin
injeksi)
*di buku dr. Harry Aspirin di General analgetik tapi dokter bilang BUKAN

7. Sifat obat Opioid?


-->
*B jawab depresi nafas, sifat opium ma dokter bilang SALAH

8. Kenapa lebih memilih fenthanil dari pada phetidin? Kenapa dr. Anest jarang pakai tramadol?
Karena efek analgetik fenthanil lebih maksimal dan efek samping minimal
Tramadol kinerja obat menembus sawar barrier otak sehingga menyebabkan peningkatan resiko
mual muntah pasien. Jadi kesannya kita memberikan anti nyeri pada pasien namun membuat
pasien itu muntah (Sembuhin tapi membuat sakit baru)

10. Obat-obat Inhalasi

1. N20
- gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif
tidak larut dalam darah
- Efek :
o Analgesik sangat kuat setara morfin
o Hipnotik sangat lemah
o Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
o Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.  Bila murni
N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
o jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik
lain seperti halotan dan sebagainya
2. Halotan
- Tidak berwarna, mudah menguap, Tidak mudah terbakar/meledak, Berbau harum tetapi
mudah terurai cahaya
- Keutungan :
o Induksi cepat dan lancar
o Pemulihan relatif lebih cepat
o Tidak Menimbulkan mual dan muntah
o
- Kerugian :
o Batas keamanan sempit (mudah overdosis)
o Efek analgesi dan relakssasi kurang => perlu dikombinasikan dengan obat lain
o HIPOTENSI (krna depresi miokard dan vasodilatasi) dan HEPATOTOKSIK
o Mahal
o Aritmia jantung
3. Eter
- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana

4. Enfluran
- Turunan eter, cair, tidak berwarna , tidak iritatif, agak harum, lebih cepat dan stabil
dibandingkan dengan halotan.
 isomer isofluran
 tidak mudah terbakar, namun berbau.
 Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
 Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
iritatif dibanding halotan.

5. Isofluran
 Halogenasi Eter
 cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
 Iritatif jalan napas => batuk dan tahan napas
 menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
 Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran

6. Sevofluran
 tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
 Cair, bening, tidak eksplosif, tidak berbua, tidak iritatif
 tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
 Baik untuk indukasi
 Proses dan pemulihannya paling cepat dari semua obat-obat anastesia inhalasi yang ada
saat ini

7. Desfluran
 Halogenasi eter
- Sama dengan isofluran
- Mudah menguap

Anak :
a. Alternatif, bila iv line blm terpasang
b. Sevoflurane & Halothan
Sevoflurane  induksi halus, iritasi minimal

Halothan  bronkodilatasi, aritmogenik

Desflurane & isofluran  batuk, iritasi jahan nafas, laringospasme ↑

11. Obat-Obat Induksi Intravena


1. Ketamin/ketalar

- efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik  batuk saat anestesi  refleks vagal
- disosiasi  mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil
dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat,
hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum
yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv  depresi napas
- Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat
retikular otak

Indikasi:

 Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan
sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
 Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
 Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
 Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai
untuk induksi pada pasien syok.
 Untuk tindakan operasi kecil.
 Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
 Pasien asma

Kontra Indikasi

 hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg


 riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
 Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :

 Riwayat kelainan jiwa


 Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

2. Propofol (diprifan, rekofol)

 Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak kedelai
& postasida telur yg dimurnikan.
 Kdg terasa nyeri pd penyuntikan  dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol 
jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
 Analgetik tdk kuat
 Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
 Obat setelah diberikan  didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.
 Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.
 Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping

 bradikardi.
 nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
 Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
 Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
 Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,
syok hipovolemik.
3. Thiopental

 Ultra short acting barbiturat


 Dipakai sejak lama (1934)
 Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air

4. Pentotal

 Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.
Dipakai dilarutkan dgn aquades
 Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
 Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)
 Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi >
kecil, hitungan pemberian lebih mudah
 Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑)  efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp
sifat analgesik sangat kurang
 TIK ↓
 Mendepresi pusat pernapasan
 Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
 depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah  hipotensi. Dpt
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
 tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
 Dpt melewati ASI
 menyebabkan relaksasi otot ringan
 reaksi. anafilaktik syok
 gula darah sedikit meningkat.
 Metabolisme di hepar
 cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
 Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi

 syok berat
 Anemia berat
 Asma bronkiale  menyebabkan konstriksi bronkus
 Obstruksi sal napas atas
 Penyakit jantung & liver
 kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

12. Obat Mascle Relaxant


 Bekerja pd otot bergaris  terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula, otot
intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
 Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas  mandibula intercostalis
abdominal diafragma.
 Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
 Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk keluar
& terjadi relaksasi
 Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

Depolarisasi Non Depolarisasi

Sediaan Suksinilkolin, dekametonium Tubokurarin/kurare, Atrakurium


Besilat, vekuronium, matokurin,
alkuronium, Pankuronium
(Pavulon), galamin, fasadinium,
rekuronium,

Indikasi tindakan relaksasi singkat tindakan relaksasi yg lama.

pemasangan pipa pada geriatri, kelainan jantung,


endotracheal/spasme laring hati, ginjal yang berat

Durasi 5-10 mnt 30 mnt – 1 jam

Fasikulasi + -

Obat antagonis - + (antikolinesterase, mis:


prostigmin)

lewat barier plasenta - (aman pada SC)

Efek muskarinik < + (bradikardi, hipersekresi,


cardiac arrest)

Hiperkalemi + -

Pelepasan histamin + Tubokurarin/kurare(+)


(hipotensi,
hipersekresi asam Pankuronium (-)
lambung, spasme
bronkhus)

Efek samping - Menurunnya atau


meningkatnya HR dan BP
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus

 Durasi
 Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
 Short (10-15 menit) : mivakurium
 Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
 Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin

 Efek terhadap kardiovaskuler


 tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan
histamin dan (penghambatan ganglion)
 pankuronium : menaikkan tekanan darah
 suksinilkolin : aritmia jantung

Antikolinesterase

 antagonis pelumpuh otot non depolarisasi

1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)


2. pitidostigmin
3. edrofonium
- fungsi: efek nilotinik + muskarinik  bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi, bronkospasme,
miosis, kontraksi vesicaurinaria

- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)

13. Prinsip, Keuntungan, dan kerugian GA-RA?

General Anestesi Regional Anastesi


Prinsip : PASTI dan PASIEN TIDAK SADAR Prinsip: TIDAK PASTI dan PASIEN SADAR

Untung : Untung:
- px nyaman -Tidak perlu pemantauan ketat (pasien sadar =
- untuk px tidak kooperatif airway aman)
- untuk px alkoholic yang membutuhkan obat - Kalo ada sakit dia bisa omong
anastesi lebih lanjut - Sisi Ekonomi lebih murah
- komplikasi neurologi dan sirkulask terhindar - Keluhan dapat terdeteksi
- pemberian obat anastesi dapat berulang - Pemulihan lebih cepat
- Memungkinkan melakukan untuk op lama - Resiko aspirasi kecil
- untuk op yang luas
- Kontrol penuh ventilasi pasien
Rugi Rugi:
- Pengawasan ketat - Resiko komplikasi neurologi dan sirkulasi
- Sisi ekonomi lebih banyak ( biaya obat - Pasien tidak nyaman
banyak) - tidak bisa dalam waktu yang lama
- Sulit evaluasi keluhan (px tidak sadar) - tidak mampu untuk op lama dan luas
- Pemulihan lama - Sulit pada pasien tidak kooperatif
- Resiko aspirasi besar (PASIEN CITO) => - Pemberian obat anest tidak dapat berulang
tidak puasa - Kelainan neurologis
- resiko gagal napas
- sulit evaluasi penkes karena penyakit (ggn
SSP) atau karen DPO
Kontraindikasi :
- Gangguan Koagulasi atau yang
mendapat terapi antikoagulan
- Pasien menolak
- Hipovolemi berat, syok
- TIK naik
MINMAL TROMBOSIT : 75.000
Komplikasi :
- Total blok (blok spnial tingggi)
- Hipotensi
- Baradikardi
- Trauma pembuluh darah
- Trauma saraf
- Mual Muntah

- Nyeri tempat suntikan


- Nyeri punggung
- Nyeri Kepala (Post dural Puncture
Headache) => liquid serobrosinal bocor
dan habis dan tidak menahan gesekan
di otak
- Retensi Urin
- Menggigil pasca anastesia spinal

Cari lagi untung dan rugi semua karena b jawab itu dr. bilang MASIH KURANG
10. Kesulitan anestesi pada Anak?
Secara anatomi (Sesuai buku dr. Budi) dan psikologi rata" anak tidak kooperatif

11. Kenapa saturasi pada anak lebih cepat drop daripada dewasa? ( maksudnya saturasi
dewasa turun kek 98-96-92-.... Sedangkan anak 97- 67- 37)

--> kompensasi anak kurang baik, dari mengikuti perintah mengatur pola napas, lebih cepat
panik, VT kecil
*Sorry idk

12. Pasien laki" 60thn dengan BB 65kg rencana op dan dipuasakan 10jam. Berapakah
cairan puasa dibutuhkan?
Cairan puasa : 2cc x BBx lama puasa (jam)
= 2x65x10
= 1300cc
-) 50% jam I operasi = 650cc
-) 25% jam II operasi = 325cc
-) 25% jam III operasi = 325cc
Untuk pergantian cairannya 1300cc (cairan pengganti puasa)+ Cairan Maintanence + Vollume
Blode Loss

13. Rumus transfusi PRC dan WB?


Wb: 6 x ΔHb x BB
Prc: 3 x ΔHb x BB
1. albumin = ∆ albumin x BB x 0,8
2. koreksi asidosis metabolic
NaHCO3 = BE x 30% x BB

BE = Base Excess = jumlah asam basa yang harus ditambahkan supaya pH darah
meningkat

14. Lokasi SAB? Kenapa pada lokasi itu?


Antara L3-L4 karena diameter pada lokasi tsb lebih besar

15. Tatalaksana Syok Hipovolemik sesuai algoritma dan BHD pada kasus (Nanti dokter
kasih kasus cerita)

16. Muscular relaxant pembagian dan reverse?


--> Sesuai buku dr. Harry (Perhatikan FARMAKOLOGInya)

Tambahan soal dari ujian ka erwin:


1. Soal lebih mendalam tentang atropin

PENGELOLAAN DI RR

ALDRETTE SCORE (dewasa)

Pergerakan : gerak bertujuan 2

gerak tak bertujuan 1

tidak bergerak 0

Pernafasan : teratur, batuk, menangis 2

depresi 1

perlu bantuan 0

Warna kulit : merah muda 2

pucat 1

sianosis 0

Tekanan darah : berubah sekitar 20% 2

berubah 20 – 30% 1

berubah > 30% 0

Kesadaran : sadar penuh 2

bereaksi terhadap rangsangan 1

tidak bereaksi 0

Jika jumlah > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.

STEWARD SCORE (anak)


Pergerakan : gerak bertujuan 2

gerak tak bertujuan 1

tidak bergerak 0

Pernafasan : batuk, menangis 2

Pertahankan jalan nafas 1

perlu bantuan 0

Kesadaran : menangis 2

bereaksi terhadap rangsangan 1

tidak bereaksi 0

Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.

 Obat golongan antiemetik


 Cth soal: laki2 usia 55 tahun rencana reseksi usus, bb 70 kg, hb 10, HCT 34, WBC dbn,
faal koagulasi dbn. Rencana puasa 8 jam, pasien op delay jadi puasa 10 jam.
Pertanyaan: Bagaimana cara mengejar cairan puasa pada pasien tsb?
Bagaimana terapi cairan durante op?
 Rumus perhitungan transfusi HB
 Bagaimana mengetahui kualitas CPR yang anda lakukan?
 Perbedaan nyeri kronik dan nyeri akut

INGAT! JAGA MOOD DOKTER. MOOD DOKTER MENENTUKAN KELULUSAN

Anda mungkin juga menyukai