Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK 1

BLOK 25

LAPORAN PEMICU I

“Korban Pembunuhan”

DISUSUN OLEH :

Indah Nurhaliza

NIM 190600007

FASILITATOR

Nevi Yanti, drg., MKes., Sp. KG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Visum et Repertum adalah suatu keterangan dokter tentang apa yang dilihat
dan ditemukan di dalam melakukan pemeriksaan tentang orang yang luka atau
terhadap mayat yang merupakan keterangan tertulis.2 Visum et Repertum adalah
keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai
hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun
bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan. Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum
sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang
berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan
menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et Repertum menguraikan segala
sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam Pemberitaan, yang
karenanya dapat dianggap sebagai benda 2 R. Atang Ranoemihardja, 2003, Ilmu
Kedokteran Kehakiman, Tarsito, Bandung, hal. 18 bukti. Visum et Repertum juga
memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut
yang tertuang di bagian Kesimpulan. Dengan demikian Visum et Repertum secara
utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan
membaca Visum et Repertum dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada
perkara pidana yang menyangkut tubuh/jiwa manusia.

1.2. Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Korban Pembunuhan


Narasumber : Nevi Yanti, drg., MKes., Sp. KG(K); Agustinus Sitepu, dr.
M.Ked(For), Sp. F; Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG
Hari/Tanggal : Kamis / 1 Desember 2022
Jam : 13.30 – 15.30 WIB
Skenario :
Dijumpai sesosok jenazah tidak dikenal yang ditemukan di kebun sawit
Pamela Simalungun. Polisi membawa jenazah tersebut ke RS Bhayangkara Tk II
Medan dengan membawa surat permintaan visum untuk dilakukan pemeriksaan
jenazah dan identifikasi jenazah. Jenazah ditemukan sudah dalam keadaan
pembusukan lanjut berupa pembengkakan pada seluruh tubuh, perubahan warna
kehijauan pada hampir seluruh tubuh, dan adanya pengelupasan kulit. Di dalam tas
yang berada di sekitar mayat korban, dijumpai hasil ronsen foto intra oral periapical
seperti yang terlihat pada gambar. Hasil pemeriksaan rongga mulut seperti yang
tertera pada gambar di bawah ini

Pertanyaan:
1. Jelaskan syarat pembuatan Visum et Repertum !
2. Jelaskan etika penulisan Visum et Repertum !
3. Jelaskan bagian pembukaan Visum et Repertum !
4. Jelaskan bagian pendahuluan Visum et Repertum !
5. Jelaskan bagian hasil pemeriksaan Visum et Repertum !
6. Jelaskan bagian kesimpulan Visum et Repertum !
7. Jelaskan makna kalimat penutup Visum et Repertum !
8. Susunlah hasil pemeriksaan korban di atas sesuai dengan lembar pemeriksaan data
yang dikeluarkan oleh INTERPOL!
9. Buatlah odontogram pasien di atas!
10. Jelaskan peranan ronsen foto intra oral periapikal dalam proses identifikasi korban di
atas!
11. Jelaskan interpretasi pada radiograf periapikal di atas!
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan syarat pembuatan Visum et Repertum !


Visum Et Repertum dapat didefinisikan suatu keterangan tertulis yang dibuat
atas permintaan pihak kepolisian / pengadilan oleh dokter berdasarkan sumpah
kedokteran tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang
diperiksa berdasarkan pengetahuan kedokteran. Dalam hal ini, untuk kepentingan
pengadilan atau keterangan ahli mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan
kesehatan dan jiwa manusia. Pengertian yang berwajib tidak hanya meliputi polisi,
jaksa atau hakim, melainkan penyidik dan hakim pada tingkat pemeriksaan di sidang
pengadilan (Koeswadji H, 1996).
Syarat pembuatan Visum et repertum adalah sebagai berikut:
a. Permintaan visum et repertum dibuat secara tertulis dengan mengisi blangko-
blangko atau formulir yang telah disediakan diisi sesuai keadaan korban dan
tindak pidana yang sedang dihadapi. Pengisian formulir dilakukan secara jelas
atau tugas (pemeriksaan luar atau dalam keduanya) dan dilengkapi dengan
keadaan pada saat ditemukan.
b. Surat permintaan visum et repertum dikeluarkan dan ditandatangani oleh pejabat
tertentu dan kepala kepolisian militer yang pada dasarnya adalah pejabat yang
berwenang mengeluarkan dan menandatangani surat pengadilan, surat perintah
penangkapan, penahanan untuk korban mati dan pada bagian-bagian spesialis
sesuai keadaan yang diderita si korban (korban perkosaan ke bagian bidan, korban
lalu lintas ke bagian bedah).
c. Permintaan visum et repertumterhadap korban WNA, dilakukan sama terhadap
WNI, guna pemberitahua kepada kedutaan atau perwakilan Negara dari korban. d.
Permintaan visum et repertum dikirim dalam waktu 2x24 jam sejak terjadinya
peristiwa sampai hasil pemeriksaan ditemukan/diperoleh dokter (ahli kedokteran
kehakiman diperoleh data yang lebih objektif dan sehubungan tersangka dalam
waktu 2x24 jam harus sudah diperiksa.1
2. Jelaskan etika penulisan Visum et Repertum !
Etika penulisan Visum Et Repertum :
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan
keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et
repertum masing-masing asli
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.2

3. Jelaskan bagian pembukaan Visum et Repertum !


Bagian pembukaan pada visum et repertum hanya berisi kata “PRO
JUSTITIA” yang diletakkan di bagian pojok kiri atas. Kata ini menjelaskan bahwa
visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Dengan adanya kata Pro
Justitia, secara undang-undang Visum Et Repertum telah dinyatakan sebagai surat
resmi maka tidak diperlukan materai untuk menjadikannya berkekuatan hukum. Bila
dokter sejak semula memahami bahwa laporan yang dibuatnya adalah secara tidak
langsung partisipasinya dalam menegakkan hukum dan keadilan, maka saat mulai
memeriksa korban ia telah menyadari bantuan yang diberikan akan dipakai sebagai
salah satu alat bukti yang sah dalam menegakkanhukum dan keadilan.3

4. Jelaskan bagian pendahuluan Visum et Repertum !


Bagian pendahuluan pada visum et repertum berisi 3 komponen utama yaitu
dokter pemeriksa, penyidik yang meminta untuk dilakukan pemeriksaan dan
korban/tersangka yang diperiksa. Bagian ini berisi tentang siapa yang memeriksa,
tempat/instansi dilakukannya pemeriksaan, hari, tanggal dan jam pemeriksaan.
mengapa diperiksa, dan atas permintaan siapa visum itu dibuat. Nama penyidik,
instansi, nomor surat permintaan visum, tanggal permintaan. Data diri korban diisi
sesuai dengan yang tercantum dalam surat permintaan visum. Pada korban hidup, jika
dalam surat permintaan visum, pekerjaan korban tidak begitu jelas/tidak rinci maka
lakukan anamnesa untuk mengetahui secara rinci yang dilakukan korban dalam
pekerjaannya.4
Pendahuluan memuat : identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan
pukul diterimanya permohonan visum et repertum, identitas dokter yang melakukan
pemeriksaan, identitas objek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa,
alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan pemeriksaan,
alasan dimintakannya visum et repertum, rumah sakit tempat korban dirawat
sebelumnya, pukul korban meninggal dunia, keterangan mengenai orang yang
mengantar korban ke rumah sakit.5

5. Jelaskan bagian hasil pemeriksaan Visum et Repertum !


Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati
terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.
Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis
adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka
dengan titik anatomis permanen yang jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta
ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada
saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada pemeriksaan korban hidup,
bagian ini terdiri dari :
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu
hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya, alasan
tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian meliputi
juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal
ini perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang-tepat tidaknya
penanganan dokter dan tepat-tidaknya kesimpulan yang diambil.
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan
hal penting guna pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan jelas.
Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka
pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau
perawatan yang diberikan.5

6. Jelaskan bagian kesimpulan Visum et Repertum !


Bagian kesimpulan visum et repertum memuat hasil interpretasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter
pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya
visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis
luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan anamnesis yang
tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam
menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis hanya boleh dilakukan
dengan penuh hati-hati.
Kesimpulan visum et repertum adalah pendapat dokter pembuatnya yang
bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya
tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi, standar profesi dan ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan visum et
repertum haruslah dapat menjembatani antara temuan ilmiah dengan manfaatnya
dalam mendukung penegakan hukum.
Kesimpulan bukanlah sekedar resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke
arah interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuanketentuan hukum yang
berlaku. Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah visum et
repertum perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Penentuan derajat luka
sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman,
keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
sebagainya. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik,
psikis, sosial, pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun
jangka panjang. Dampak perlukaan ini memegang peranan penting bagi hakim dalam
menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa
keadilan.2
7. Jelaskan makna kalimat penutup Visum et Repertum !
Kalimat penutup visum et repertum memuat pernyataan bahwa keterangan
tertulis dokter tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima
jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan. Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et repertum.
Bagian ini sudah dibakukan berisi kata “Demikianlah visum et repetum ini dibuat
dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat
sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.” Bagian ini
mengingatkan para dokter bahwa laporan tersebut dibuat dengan sejujurjujurnya,
tidak ditambahi maupun dikurangi serta tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun,
laporan ini juga dibuat berdasarkan keilmuan yang sebaik-baiknya dan melaporkan
hasil pemeriksaan yang terkait dengan kasusnya, sementara yang tidak terkait
kasusnya akan tetap menjadi rahasia medis.
Laporan ini juga dibuat sesuai prosedur dalam kitab undang-undang hukum
acara pidana, untuk tujuan peradilan. Dengan kata lain, Pada bagian penutup berisi
landasan undangundang/peraturan, yaitu undang-undang no.8 tahun 1981 (KUHAP)
dan sumpah jabatan/dokter yang berisikan kesungguhan dan kejujuran tentang apa
yang diuraikan pemeriksa dalam visum et repertum.2

8. Susunlah hasil pemeriksaan korban di atas sesuai dengan lembar pemeriksaan


data yang dikeluarkan oleh INTERPOL!
9. Buatlah odontogram pasien di atas!
10. Jelaskan peranan ronsen foto intra oral periapikal dalam proses identifikasi
korban di atas!
Prosedur identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik hidup
maupun mati, yang dilakukan melalui perbandingan berbagai data dari individu yang
diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebut. Gigi dan
tulang fasial merupakan bagian tubuh yang tahan dari proses dekomposisi, beban
destruktif, dan suhu yang ekstrim. Radiografi menjadi alat bantu dalam bidang
forensik karena dapat memvisualisasikan struktur anatomi tersebut. Identifikasi
melalui radiograf telah lama digunakan karena metode ini sederhana, ekonomis dan
non invasif dalam melakukan identifikasi terutama untuk identifikasi jenazah melalui
perbandingan yang tepat antara radiografi antemortem dan postmortem Bentuk gigi
dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sehingga dapat dikatakan
tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda. Menjadikan
pemeriksaan gigi ini mempunyai nilai yang tinggi dalam hal penentuan identitas
seseorang.6
Pemeriksaan gigi ini menjadi lebih penting bila keadaan korban sudah rusak
atau membusuk, dimana dalam keadaan tersebut pemeriksaan sidik jari sudah tidak
memungkinkan untuk dilakukan, sehingga dapat dikatakan gigi merupakan pengganti
sidik jari. Penggunaan radiograf dapat membantu mengatasi kerancuan dalam proses
identifikasi. Radiografi dapat dijadikan acuan jika terjadi ketidaksesuaian antara
catatan gigi tertulis atau odontogram dengan radiograf antemortem subjek, karena
pemeriksaan ini memiliki potensi kesalahan yang minimal dibandingkan dengan
odontogram. Aplikasi radiografI tidak hanya untuk identifikasi individu, melainkan
untuk menentukan penyebab kematian, serta memprediksi usia, jenis kelamin bahkan
kelompok etnis tertentu.6

11. Jelaskan interpretasi pada radiograf periapikal di atas!


Interpretasi radiografi Gigi 11
• Mahkota : radiolusen pada 1/3 insisal bagian distal. Radiolusen pada servikal
bagian mesial mencapai pulpa.
• Akar : akar 1, Radiolusen pada saluran akar.
• Lamina dura : dalam batas normal
• Membrane Periodontal : dalam batas normal
• Furkasi : tidak ada
• Crest alveolar : radiolusen diffuse pada 1/3 servikal
• Periapikal : dalam batas normal
• Kesan : kelainan pada mahkota dan crest alveolar
• Suspek Radiodiagnosis : fraktur mahkota dan karies pulpa. Interpretasi radiografi

Interpretasi radiografi Gigi 21


• Mahkota : radiolusen pada servikal bagian mesial.
• Akar : akar 1.
• Lamina dura : menebal pada 1/3 apikal
• Membran Periodontal : terputus-putus pada pada 1/3 apikal bagian mesial
• Furkasi : tidak ada
• Crest alveolar : radiolusen diffuse pada 1/3 tengah akar bagian mesial
• Periapikal : akar 1,
• Kesan : kelainan pada mahkota dan crest alveolar
• Suspek Radiodiagnosis : karies servikal
BAB III

KESIMPULAN

VeR Ditulis atas kertas putih, tinta hitam Salah satu alat bukti. Oleh karena itu
ver harus dibuat oleh dokter yg telah disumpah. Visum ditulis dg bahasa indonesia
sederhana, karena yang membaca penyidik, jaksa. Hasil visum tidak bisa dikirim via
pos, harus dikirim langsung ke penyidik yang bersangkutan. Ditulis dengan
projusticia. Projusticia sah demi hukum. Pengganti materai yang digunakan pd 1950.
Jika dipake meterai terus, negara bisa rugi. Maka dibuatkan projusticia. Pendahuluan
ver merupakan identitas dari yang meminta visum/penyidik. Identitas dokter. Identitas
dari korban, ditemukan dimana, jam berapa, waktu ke rs. Hasil pemeriksaan
merupakan bagaimana terpenting VeR. Setiap apa yg dilihat dan ditemukan harus
dituliskan. Bagian ini bersifat objektif. Jika dimanipulasi, dapat terkena kasus
penipuan. Kesimpulan berisi pendapat dokter berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan. Bagian ini bersofat subjektif. Makanya, setiap orang bisa memiliki
kesimpulan yg berbeda. Makanya dr perlu membuat dengan cermat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widowati N dkk. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et Repertum Di Rumah


Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. Jurnal Kesehatan 2008;2(2):85-99.
2. Afandi D. Visum et Repertum Pada Korban Hidup. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan II FK UR. 2008.
3. Sianturi MB. Tingkat Kualitas Visum Et Repertum Perlukaan Pada Orang Hidup Di
Rumah Sakit Umum Haji Medan. Skripsi UMSU. 2020.
4. Petrus A, Mangoloi N. Menentukan Kualitas Visum Et Repertum Perlukaan Korban
Hidup Sebagai Dasar Pembuatan Kebijakan Di Rsup.H.Adam Malik Medan Sejak 1
Januari S.D 31 Desember 2018. FK USU. 2019.
5. Herkutanto. Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di Jakarta dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Maj Kedokt Indon, September 2004 ; 54 (9) : 355-60.
6. Sudhana JW. Odontologi Forensik Dalam Disaster Victim Identification (DVI). Jurnal
Ilmiah Kedokteran Gigi Terpadu 2016;2(1):29-35.

Anda mungkin juga menyukai