Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pengampu :
Ilah Muhafilah S.Kp., M.Kes
Ns. Seven Sitorus, M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep

Disusun Oleh:
Cindy Anggraini Paramitha (1032181019)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
JAKARTA TA. 2021-2022
Definisi

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua
– duanya (ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar
gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal
ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah
diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh
pankreas (Shadine, 2010)

Etiologi

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Diabetes
Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti
2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
Phatway

Menifestasi Klinis

1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. ambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

Data Penunjang

1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe
II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
1. PENGKAJIAN  PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
a. Airway +  cervical control
1) Airway                                   
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada rongga
mulut
2) Cervical  Control    : -
Breathing + Oxygenation
a) Breathing              : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
 KAD    : Pernafasan kussmaul
 HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)
b) Oxygenation : Kanula, tube, mask
Circulation + Hemorrhage control
a) Circulation              :
 Tanda dan gejala schok
 Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
b) Hemorrhage control : -
 Disability : pemeriksaan neurologis è GCS
 Allert                      : sadar penuh, respon bagus
 V : Voice Respon      : kesadaran menurun, berespon thd suara
 P : Pain Respons      : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
berespon thd rangsangan nyeri
 U : Unresponsive     : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
tdk bersespon thd nyeri

b. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan
atau penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
meningkat dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
c. Anamnese
1. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
2. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK)
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral).
5. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
6. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
7. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi
(tipe 2)
4. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
5. PK: Hipoglikemia
PK: Hiperglikemi
6. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

No Diagnose keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


( NANDA) (NOC) (NIC)
1 Resiko ketidakseimbangan Tingkat kadar gula darah Managemen
Kadar Glukosa Darah
Definisi : keadaan dimana hiperglikemia aktifitas :
berhubungan
tingkat glukosa di plasma
dengan Asupan Memantau peningkatan
dan urin dalam rentang
Makanan, gula darah
normal
Ketidakadekuatan  Memantau gejala
Indikator :
Monitor Glukosa hiperglikemia,
 Glukosa darah dalam
Darah, Kurangan poliuria, polidipsi,
batas normal
Ketaatan Dalam poliphagi, dan
Manajemen Diabetes  Glukosa urin dalam batas
kelelahan.
Definisi : resiko variasi normal
 Memantau urin keton
dari glukosa darah atau  Urin keton
 Memberikan insulin
tingkat gula dari 2) Manajemen Diabetes
yang sesuai
rentang normal secara mandiri
 Memantau status cairan
Definisi : melakukan
manajemen Diabetes  Antisipasi situasi dalam
secara mandiri, persyaratan
pengobatan dan pemberian insulin
pencegahan tehadap  Membatasi gerakan
perjalanan penyakit ketika gula
Indikator : darah diatas 250 mg/dl,
 Memantau glukosa darah terutama
dalam batas normal apabila terdapat urin
 Mengobati gejala dari keton
hiperglikemia  Mendorong pasien
 Mengobati gejala dari untuk memantau
gula darah
hipoglikemia b) Manajemen
3) Kurangnya pengetahuan hipoglikemia (2130)
tentang manajemen Aktivitas :
diabetes  Mengenali pasien
4) Ketidakadekuatan dengan resiko
dalam hipoglikemia
memantau gula darah 
5) Pengetahuan tentang Memantau gula darah
diet 
Memantau gejala
hipoglikemia
seperti:tremor,
berkeringat, gugup,
tacikardi, palpitasi,
mengigil,
perubahan perilaku,
coma.

Memberikan karbohidrat
sederhana
yang sesuai

Memberikan glukosa
yang sesuai

Melaporkan segera pada
dokter
 Memberikan glukosa
melalui IV
 Memperhatikan jalan
nafas
 Mempertahankan akses
IV
 Lindungi jangan sampai
cedera
 Meninjau peristiwa
terjadinya
hipoglikemia dan faktor
penyebabnya
 Memberikan umpan
balik
mengenai manajemen
hipoglikemia
 Mengajarkan pasien
dan keluarga
mengenai gejala, faktor
resiko,
pencegahan hipoglikemia
 Menganjurkan pasien
memakan
karbohidrat yang simple
setiap
waktu
2 Ketiakseimbangan nutrisi : Status nutrisi : sejauh Managemen nutrisi
kurang dari Kebutuhan mana tingkat nutrisi yang
aktivitas :
Tubuh tersedia untuk dapat
berhubungan dengan memenuhi Mengkaji adanya pasien
Ketidakmampuan kebutuhan proses alergi
Untuk Mengabsorbsi metabolik. terhadap makanan
Nutrisi Indikator :  Berkolaborasi dengan
Definisi : intake nutrisi  Intake nutrisi adekuat ahli gizi
tidak mencukupi untuk  Intake makanan adekuat untuk menentukan
memenuhi kebutuhan  Intake cairan dalam batas jumlah kalori
proses metabolik. normal dan jenis gizi yang
Batasan Karakteristik :  Energi cukup dibutuhkan
Nafsu makan menurun  Indeks masa tubuh dalam untuk memenuhi
Berat badan menurun batas normal kebutuhan gizi
(20% atau lebih 2) Status nutrisi : asupan pasien
dibawah ideal) makanan dan cairan  Mengatur pola makan
Kelemahan/ kerapuhan Definisi : jumlah makanan dan gaya
pembuluh kapiler dan cairan dalam tubuh hidup pasien
Penurunan berat badan selama waktu 24 jam.  Mengajarkan pasien
dengan intake makanan Indikator : bagaimana
yang cukup  pola makan sehari- hari
Kurangnya informasi Intake makanan melalui yang sesuai
Konjungtiva dan oral adekuat dengan kebutuhan
membran mukosa pucat  Memantau dan
 Intake cairan melalui
Tonus otot buruk mencatat masukan
oral
Melaporkan intake kalori dan nutrisi
adekuat
makanan yang kurang  Timbang berat badan

dari kebutuhan pasien dengan
Intake cairan melalaui
makanan yang tersedia interval yang sesuai
intravena dalam batas
normal  Memberikan informasi
3) yang tepat
Status nutrisi : intake tentang kebutuhan nutrisi
nutrisi dan
Definisi : intake nutrisi bagaimana cara
yang dibutuhkan untuk memenuhinya
memenuhi proses 
metabolic Membantu pasien untuk
Indikator : menerima
 Intake kalori dalam batas program gizi yang
normal dibutuhkan
 Intake protein dalam 2) Therapy nutrisi
batas Aktivitas :
normal 
 Intake lemak dalam batas Memantau makanan dan
normal minuman
 Intake karbohidrat dalam yang dimakan dan hitung
batas normal intake
 Intake serat dalam batas kalori sehari yang sesuai
normal 
 Intake mineral dalam Memantau ketepatan
batas normal anjuran diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
sehari-hariyang sesuai
 Berkolaborasi dengan
ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori
dan jenis gizi yang
dibutuhkan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
pasien
 Memberikan makanan
sesuai
dengan diet yang
dianjurkan
 Memantau hasil labor
Memberikan
 Mengajari kepada
keluarga dan
pasien secara tertulis
contoh diet
yang dianjurkan
3) Monitor Gizi
Aktivitas :
 Memantau berat badan
pasien
 Memantau turgor kulit
 Memantau mual dan
muntah Memantau
albumin, total protein,
Hb, hematokrit, dan
elektrolit
 Memantau tingkat
energi, lemah,
letih, rasa tidak enak
 Memantau apakah
konjungtiva
pucat, kemerahan, atau
kering
 Memantau intake
nutrisi dan kalori
3 Kekurangan Volume Keseimbangan cairan Manajemen Cairan
Cairan berhubungan Defenisi : keseimbangan Aktivitas :
dengan Kehilangan cairan di intraselluler dan  Mempertahankan
Volume Cairan Secara ekstraselluler di dalam keakuratan
Aktif tubuh catatan intake dan output
Definisi :penurunan Indikator :  Memonitor status
cairan Intravaskuler,  Tekanan darah dalam hidrasi
Interstisial, dan atau batas normal (kelembaban membran
Intrasel. Diagnosis ini  Keseimbangan intake mukosa,
mengacu pada dehidrasi dan nadi, tekanan darah
yang merupakan output selama 24 jam ortostatik ), jika
kehilangan cairan saja  Turgor kulit baik diperlukan
tanpa perubahan dalam  Membran mukosa  Memonitor vital sign
natrium. lembab  Memonitor hasil labor
Batasan Karakteristik :  Hematokrit dalam batas yang sesuai
 Perubahan status normal dengan retensi cairan
mental b) Hidrasi (BUN, Ht,
 Penurunan tekanan Definisi : kecukupan osmolalitas urin)
darah cairan di intraselluler dan  Memonitor masukan
 Penurunan volume/ ekstraselluler di dalam makanan/
tekanan nadi tubuh cairan dan hitung intake
 Penurunan turgor kulit/ Indikator : kalori
lidah  Turgor kulit baik harian
 Pengisian vena  Membran mukosa  Berkolaborasi untuk
menurun lembab pemberian
 Membran mukosa/  Intake cairan dalam batas cairan IV
kulit kering normal 2) Monitor Cairan
 Peningkatan hematokrit  Pengeluaran Urin dalam Aktivitas :
meninggi batas normal  Menentukan faktor
 Peningkatan denyut resiko dari
nadi ketidakseimbangan cairan
 Konsentrasi urine (polyuria,
meningkat muntah, hipertermi)
 Kehilangan berat badan  Memonitor intake dan
seketika output
 Kehausan  Memonitor serum dan
 Kelemahan jumlah
elektrolit dalam urin
 Memonitor serum
albumin dan
jumlah protein total
 Memonitor serum dan
osmolaritas
urin
 Mempertahankan
keakuratan
catatan intake dan output
 Memonitor warna,
jumlah dan berat
jenis urin.
3) Terapi Intravena
Aktivitas :
 Periksa tipe, jumlah,
expire date,
karakter dari cairan dan
kerusakanbotol
Tentukan dan
persiapkan pompa
infuse IV
 Hubungkan botol
dengan selang
yang tepat
 Atur cairan IV sesuai
suhu ruangan
 Kenali apakah pasien
sedang
penjalani pengobatan lain
yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
 Atur pemberian IV,
sesuai resep,
dan pantau hasilnya
 Pantau jumlah tetes IV
dan tempat
infus intravena
 Pantau terjadinya
kelebihan cairan
dan reaksi yang timbul
 Pantau kepatenan IV
sebelum
pemberian medikasi
intravena
 Ganti kanula IV,
apparatus, dan
infusate setiap 48 jam,
tergantung
pada protocol
 Perhatikan adanya
kemacetan aliran
 Periksa IV secara
teratur
 Pantau tanda-tanda vital
Batas kalium intravena
adalah 20
meq per jam atau 200
meq per 24
jam
Catat intake dan output
 Pantau tanda dan gejala
yang
berhubungan dengan
infusion
phlebitis dan infeksi lokal

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi


6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima


Medika

Anda mungkin juga menyukai