Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH KEPEMIMPINAN LURAH

TERHADAP PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM

MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota)

DISUSUN

OLEH

FANIE OKTALIANA

050903006

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………................... i

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… iv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. vii

ABSTRAK………………………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1

B. Perumusan Masalah………………………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 5

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 6

E. Kerangka Teoritis…………………………………………………….. 6

1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan……………………….. 6

2. Pajak Bumi dan Bangunan……………………………………… 11

2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan……………………… 11

2.2 Pengertian Obyek dan Subyek PBB………………………... 14

2.3 Proses Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan……………. 16

3. Kesadaran Masyarakat dalam Membayar PBB…………………. 18

4. Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap peningkatan Kesadaran

Masyarakat dalam Membayar PBB…………………………….. 21

F. Hipotesis……………………………………………………………. 28
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
G. Definisi Konsep…………………………………………………….. 28

H. Definisi Operasional…………………………………………………29

I. Sistematika Penulisan………………………………………………..31

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..33

A. Bentuk Penelitian……………………………………………………33

B. Lokasi Penelitian…………………………………………………….33

C. Populasi dan Sampel……………………………………………….. 33

Populasi………………………………………………………… 33

Sampel…………………………………………………………..33

D. Teknik Penentuan Skor…..………………………………………… 34

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 35

F. Teknik Analisa Data……………………………………………….. 36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……………………………. 39

A. Sejarah Ringkas Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan

Medan Kota………………………………………………………… 39

B. Visi dan Misi Kelurahan Kota Matsum 3…………………………... 40

C. Struktur Organisasi…………………………………………………. 40

D. Tugas Pokok dan Fungsi……………………………………………. 43

BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN………………………………. 48

A. Deskripsi Data Identitas Responden………………………………... 48

A.1 Karakteristik Responden……………………………………….. 48

A.2 Variabel Penelitian……………………………………………... 51

B. Kepemimpinan………………………………………………………. 52

Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
C. Kesadaran Masyarakat dalam Membayar PBB…………………... 58

D. Klasifikasi Data…………………………………………………… 68

BAB V ANALISA DATA………………………………………………….. 70

A. Kepemimpinan……………………………………………………. 70

B. Kesadaran Masyarakat dalam Membayar PBB………………….. 70

C. Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Tingkat Kesadaran

Masyarakat dalam Membayar PBB……………………………… 71

1. Pengujian untuk Korelasi Product Moment………………….. 72

2. Uji Signifikan…………………………………………………. 74

3. Koefisien Determinan………………………………………… 75

BAB VI PENUTUP…………………………………………………………. 76

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 76

B. Saran……………………………………………………………… 77

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 78

Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
ABSTRAK
PENGARUH KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP PENINGKATAN
KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN
(di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota)

Nama : Fanie Oktaliana


NIM : 050903006
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Dra. Elita Dewi M,Sp

PBB merupakan pajak langsung yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,


namun hasil penerimannya ditujukan untuk kepentingan masyarakat di daerah
yang bersangkutan dengan letak obyek pajak tersebut. Namun adanya
kecenderungan akan keengganan masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 dalam
membayar pajak tersebut yang dilihat dari berbagai hal yang menyangkut akan
kesadaran masyarakat itu sendiri. Mengingat pentingnya peran masyarakat dalam
menanggung pembiayaan Negara, maka diperlukan pengaruh kepemimpinan
Lurah untuk dapat memanfaatkan potensi Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di
daerahnya dan memotivasi aparatnya dan masyarakat agar dapat menjalankan
kewajibannya dalam membayar pajak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Kepemimpinan (X) adalah kemampuan seseorang dalam memimpin,
mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di kesatuannya ataupun
fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya. Kesadaran masyarakat dalam
membayar PBB (Y) adalah merupakan suatu rasa ingin ikut terlibat, baik mental
maupun emosional dalam diri seseorang dalam membayar PBB sebagai suatu
kewajiban, baik berupa partisipasi tenaga, pemikiran atau materi.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa
kuantitatif. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi
antar variable untuk membuktikan adanya pengaruh dari kepemimpinan terhadap
kesadaran masyarakat dalam membayar PBB.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan
menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya dikategorikan baik antara
pengaruh kepemimpinan terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar PBB
sebesar 0,561. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai positif sebesar 4,844, hal
ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh dari kepemimpinan
terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar PBB sebesar 31,47%, sehingga
hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara pengaruh dari kepemimpinan
terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar PBB.

Keywords : Kepemimpinan, Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB,


Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota.
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembangunan di daerah sebagai bagian integral dari

pembangunan nasional yang berdasarkan prinsip otonomi daerah dengan

pelaksanaan yang membuat masyarakat di daerah mandiri dalam melaksanakan

pembangunannya. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan

tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-

prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada

masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional

yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya

nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan. Untuk mencapai tujuan

tersebut telah dibentuk perangkat pemerintah baik dalam pelaksanaan asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kesemuanya itu

diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun 2004.

Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai

urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan

pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang

berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan

kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan
1
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
karakteristik daerah. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 pasal 12 dan

13 disebutkan tentang Dana bagi hasil dari penerimaan PBB dibagi antara daerah

provinsi, daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah. Penyaluran dana bagi hasil PBB

sebagaimana dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-Undang.

Sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Undang-Undang No. 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang dibentuk dengan asas

desentralisasi adalah daerah kabupaten dan kota berwenang untuk menentukan

dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi-aspirasi

masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004,

daerah kota dan kabupaten mempunyai perangkat daerah yaitu kecamatan yang

dipimpin oleh kepala kecamatan dalam tugasnya yang menerima pelimpahan

sebagian kewenangan dari Walikota atau Bupati, di dalam kecamatan juga

mempunyai perangkat yaitu kelurahan yang dipimpin oleh Lurah sebagai

penerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Camat. Sesuai

dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1007/KMK.0411985 tentang

pelimpahan wewenang pungutan pajak kepada Gubernur kepala pemerintahan

propinsi dan Walikota kepala pemerintahan kota dan Bupati kepala pemerintahan

kabupaten untuk selanjutnya diserahkan kepada organisasi dibawahnya sebagai

usaha mengoptimalkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak Bumi dan

Bangunan, untuk itulah peranan kepala daerah sangat dituntut keaktifannya dalam

hal pemungutan pajak ini.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu komponen yang

mendukung dan perimbangan mempunyai pengaruh terhadap besarnya bagian

2
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah penghasilan. Oleh karena itu

PBB perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal

penanganannya, sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang

besar pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mengingat pentingnya sumbangan

yang diberikan oleh penerimaan PBB bagi pembiayaan pembangunan, maka

pemungutan PBB harus dilakukan secara efektif, sehingga nantinya dapat

memenuhi target pemungutan yang telah ditetapkan.

Pajak Bumi dan Bangunan termasuk sumber keuangan negara dan

pemungutannya sudah didasarkan pada undang-undang, ini berarti bahwa

pemungutan pajak sudah disepakati bersama antara pemerintah dengan

masyarakat. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam negeri merupakan

sektor yang potensial, penerimaan dari sector pajak ini selanjutnya dimanfaatkan

oleh pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan umum.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat dalam peran sertanya

menanggung pembiayaan Negara, maka dituntut adanya kesadaran masyarakat

untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan benar sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, kenyataannya banyak

hambatan yang dihadapi dalam pemungutannya. Hal ini disebabkan karena

kurangnya kesadaran masyarakat dalam menbayar pajak, kondisi masyarakat yang

kurang atau bahkan tidak mengerti pajak, serta tingkat perkembangan intelektual

masyarakat, sehingga mereka tidak melaksanakan kewajibannya dalam membayar

pajak. Mengingat kesadaran masyarakat dalam membayar PBB sangat penting

3
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
untuk meningkatkan penerimaan Negara yang digunakan sebagian besar untuk

daerah wajib pajak itu sendiri.

Perlawanan pajak yang diikuti anggapan yang salah oleh masyarakat

tentang pajak bumi dan bangunan akan sangat merugikan bagi Negara, oleh

karena itu dalam rangka mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali

hambatan-hambatan tersebut maka perlu diusahakan suatu kondisi yang membuat

masyarakat wajib pajak menjadi sadar, mau dan mampu membayar pajak.

Memberikan bimbingan dan penerangan kepada masyarakat mengenai manfaat

pajak merupakan langkah yang paling penting dalam mensosialisasikan pajak

tersebut.

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini pada hal-hal yang terkait dengan

kesadaran masyarakat dalam membayar PBB, maka peneliti mengambil

Kelurahan Kota Matsum 3 sebagai lokasi penelitian. Kelurahan Kota Matsum 3

Kecamatan Medan Kota yang selama ini dikenal dengan pengelolaan pajak bumi

dan bangunannya berjalan baik, tidak luput dari adanya masalah dalam

pembayaran PBB oleh masyarakatnya. Adanya kecenderungan akan keengganan

masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 dalam membayar pajak tersebut harus

dilihat dari berbagai hal yang menyangkut akan kesadaran masyarakat itu sendiri.

Untuk menyikapi hal tersebut, maka diperlukan pengaruh kepemimpinan

Lurah sebagai kepala pemerintahan terdepan untuk dapat memanfaatkan potensi

Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di daerahnya dan memotivasi aparatnya dan

masyarakat agar dapat menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak.

Adanya sebagian besar masyarakat yang tidak memenuhi kewajibannya dalam

4
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
membayar PBB otomatis merupakan hambatan dalam pemungutan pajak.

Hambatan dalam pemungutan PBB ini bukanlah merupakan usaha nyata dari

masyarakat, namun karena kondisi masyarakat yang kurang sadar untuk

membayar pajak atau bahkan tidak tahu seluk beluk fungsi pembayaran pajak itu

sendiri. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan Lurah

Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3

Kecamatan Medan Kota”.

B. Perumusan Masalah

Beranjak dari uraian di atas,maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut “Adakah Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan

Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui adakah pengaruh kepemimpinan lurah terhadap

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) di Kelurahan Kota Matsum 3.

5
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan PBB. Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya perpajakan.

b. Kegunaan praktis

a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Lurah dalam menjalankan peran sebagai pemotivator untuk meningkatkan

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Sebagai bekal pengalaman dan pengetahuan dalam menghadapi tugas-tugas

dimasa yang akan datang.

E. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi

yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di

satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama

melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan,

(Kartono,1993:76). Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian

sebagai sifat, kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang

sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati, sehingga orang lain

6
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang

dikehendaki pemimpin tersebut.

Kepemimpinan dapat timbul apabila terdapat faktor-faktor yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut meliputi orang-orang,

bekerja dari sebuah posisi organisatoris, dan timbul dalam situasi yang spesifik

(Winardi,2000:48).

Menurut Tannenbaum, Weschler dan Massarik dalam Yuki (1994:5),

kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi

tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau

beberapa tujuan. Menurut Siagian (2002:62) Kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya

sedemikian rupa, sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin

meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.

Sunindhia (1993:4) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu

kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju

kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. Dari pengertian

diatas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-

aturan atau tata krama birokrasi.

Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan :

“Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Dia

menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia

mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di

bawah garis komandonya. Mereka berada disitu karena sudah diatur oleh yang

7
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
berwenang mengaturnya. Dinamakan pemimpin karena pada wujudnya ia

bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di

kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Kouzes dan Posner (2004:13)

ditemukan terdapat lima praktik kepemimpinan teladan, dan telah terbukti sangat

relevan dengan perkembangan kepemimpinan itu sendiri selama ini, adalah

sebagai berikut :

- Mencontohkan caranya

Gelar hanyalah sebuah pemberian, akan tetapi perilaku seseoranglah yang

akan membuat seseoarang tersebut mendapatkan penghargaan dari

lingkungannya. Seorang pemimpin teladan mengetahui bahwa mereka apabila

tetap memegang teguh komitmen dan ingin mencapai standar tertinggi,

mereka harus menjadi model dari perilaku yang mereka harapkan dari orang.

- Menginspirasikan visi bersama

Para pemimpin menginspirasikan visi bersama. Untuk membuat seseorang

menerima sebuah visi, pemimpin harus mengenali para pengikutnya dan

berbicara dalam bahasa mereka. Orang harus percaya bahwa pemimpin

mengerti kebutuhan mereka dan memperhatikan keinginan mereka.

- Menantang proses

Pemimpin adalah pionir, orang yang bersedia melangkah ke dalam situsi yang

tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk mencari inovasi, tumbuh, dan

melakukan perbaikan

8
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
- Memungkinkan orang lain bertindak

Pemimpin teladan memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka

memupuk kolaborasi dan membangun kepercayaan. Kerja tim melibatkan

semua pihak yang memiliki kewajiban untuk membuat proyek berhasil.

Kemampuan seorang pemimpin untuk memungkinkan orang lain melakukan

tindakan sangatlah penting.

- Menyemangati jiwa

Dalam hal ini pemimpin menyemangati jiwa para pengikutnya untuk terus

melangkah. Tindakan tulus dalam usaha untuk memperdulikan mereka dapat

mengangkat semangat dan membuat orang terus maju.

Adapun Menurut Hadari Nawawi (1995:74), secara operasional dapat

dibedakan atas fungsi pokok kepemimpinan:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),

bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,

melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan

perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi

orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi Konsultatif.

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah.

Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan

keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan

orang-orang yang dipimpinnya.

9
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
3. Fungsi Partisipasi.

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-

orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang

sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari

tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan

wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya

adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan

untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung

jawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan

perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin

seorang diri.

5. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus

mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi

yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara

maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat

mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan

pengawasan.

10
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2. Pajak Bumi dan Bangunan

2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Bermacam-macam definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang

perpajakan, namun kesemuanya mempunyai inti dan tujuan yang sama.

Soemahamidjaja dalam Brotodiharjo (1993:5), mengemukakan “Pajak

adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa

berdasarkan norma-norma hukum menetapkan biaya produksi barang-barang dan

jasa-jasa korektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Dari definisi di atas dicantumkan istilah iuran wajib, untuk memenuhi ciri

bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan wajib pajak

dengan maksud menghindari penggunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya yang

dimaksud dengan pajak menurut Soemitro (1992:15) adalah :

“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terhutang

oleh wajib yang membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mencapai

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Sri dan Suryo (2003:4) mengatakan pajak adalah :

1. Dipungut dari semua rakyat yang menurut Undang-Undang wajib membayar

pajak.

2. Dimasukkan untuk membayar kas negara (Anggaran Pendapatan Belanja

Negara / APBN).

3. Dapat dipaksakan pembayarannya karena diatur oleh Undang-Undang.

11
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
4. Digunakan untuk pembayaran umum, artinya tidak terbatas pada sebagian

orang saja tetapi menyeluruh untuk seluruh rakyat, baik untuk membayar

pajak maupun yang belum membayar pajak.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-

unsur sebagai berikut :

1. Lurah sebagai wakil rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran terserbut berupa uang

(bukan barang).

2. Berdasarkan Undang-Undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

3. Tanpa timbal jasa atau kontra prestasi dari negara secara langsung dapat

ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat di tunjukkan adanya kontra

prestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sedangkan yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan menurut Soemitro

(1992:75), bahwa Pajak Bumi dan Bangunan disingkat PBB, adalah pajak atas

harta tak bergerak yang terdiri dari tanah dan bangunan, sebenarnya sudah

tercakup oleh pajak kekayaan, sehingga jika PBB dipungut disamping pajak

kekayaan akan mencakup pungutan pajak ganda.

Menurut Munawir (1994:308), Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak

yang dipungut oleh pemerintah pusat dan hasil penerimaan hasil pajak ini

12
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
diarahkan kepada tujuan kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan

dengan objek pajak sehingga sebagian besar hasil penerimaan tersebut diserahkan

kepada pemerintah daerah.

Menurut Soemitro dan Muttaqin (2001:5), Pajak Bumi dan Bangunan

adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang di

pentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau

badan yang di jadikan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya

pajak.

Menurut Sri dan Suryo (2003:1), Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak

yang dikenakan atas bumi dan bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu kegiatan

administrasi dalam pemerintahan Indonesia yang di desentralisasikan ke daerah.

Pajak ini merupakan penerimaan daerah yang merupakan pembagian dari

pemerintah pusat. Penerapan atau pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan di

Indonesia di atur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan.

Yang dimaksudkan dengan bumi, berdasarkan Undang-Undang No.12

Tahun 1994, yaitu “Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di

bawahnya”. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk

rawa-rawa, tambak perairan) serta laut di wilayah Republik Indonesia. Sedangkan

tubuh bumi adalah segala yang dikandungnya yang memberikan manfaat bagi

kesejahteraan manusia. Adapun yang dimaksudkan dengan bangunan menurut

pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 adalah “Konstruksi teknik

13
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan”. Bangunan

disini diperuntukkan bagi tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang di

usahakan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang di kemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa PBB merupakan pajak atas bumi dan bangunan atau iuran

rakyat kepada negara yang diambil berdasarkan obyek pajak berupa tanah atau

perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan

penyelenggaraan pemerintahan.

2.2 Pengertian Obyek dan Subyek PBB

1. Obyek Pajak

Menurut Undang-Undang No. 12 Thun 1994 yang dimaksud dengan

obyek pajak adalah bumi dan atau bangunan yang berada di wilayah Republik

Indonesia, yang klasifikasinya diatur oleh Menteri Keuangan. Yang dimaksud

dengan bumi dan bangunan menurut nilai jauhnya digunakan sebagai pedoman,

serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terhutang. Pada dasarnya semua

tanah dan bangunan yang berada di wilayah Indonesia dapat di jadikan sebagai

obyek pajak. Namun terhadap tanah dan bangunan tertentu dapat di kecualikan

atau tidak di kenakan PBB menurut pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.12

Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk

mencari keuntungan yang dimaksud tidak untuk memperoleh keuntungan

adalah bahwa obyek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan umum

dan nyata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan.

14
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan

itu.

3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah pengembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara yang belum

dibebani suatu hak.

4) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan di Jakarta.

5) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat jenderal berdasarkan asas

perlakuan timbal balik.

2. Subyek pajak

Subyek pajak adalah setiap orang atau badan yang secara nyata

mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau

memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat atas bangunan. Artinya, sekalipun

orang atau badan menyewa atau hanya sekedar menumpang, namun jika secara

nyata memperoleh manfaat atas tanah dan bangunan tersebut maka wajib

menanggung atau membayar pajak.

Orang atau badan yang menjadi subyek pajak belum tentu merupakan

wajib pajak PBB. Subyek pajak (orang atau badan) baru merupakan wajib pajak

PBB kalau memenuhi syarat-syarat obyektif, yaitu merupakan obyek pajak yang

dikenakan pajak. Orang atau badan yang memiliki, menguasai atau memanfaatkan

tanah dan atau bangunan yang nilai jualnya kurang dari Rp. 8.000.000,- (delapan

juta rupiah) tetap merupakan subyek pajak tetapi bukan wajib pajak.

15
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Apabila suatu obyek belum jelas diketahui wajib pajaknya, Dirjen pajak

dapat menetapkan subyek pajak yang menjadi wajib pajaknya. Hal ini berarti

memberikan kewenangan kepada Dirjen pajak untuk menentukan obyek wajib

pajak, apabila suatu obyek pajak belum jelas wajib pajaknya. Jika memenuhi

syarat-syarat obyektif, yaitu mempunyai obyek Pajak Bumi dan Bangunan yang

dikenakan pajak.

2.3 Proses Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan ada beberapa tahap yang

perlu dilaksanakan untuk sampai pada pembayaran mulai dari tahap pendaftaran,

penyampaian Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP), penyampaian Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), sampai dengan penyampaian Surat

Ketetapan Pajak (SKP) (Soemitro,2001:56). Adapun tahap-tahap tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendaftaran

Dalam rangka pendataan obyek pajak maka subyek pajak yang memiliki atau

mempunyai hak atas obyek pajak, menguasai atau memperoleh manfaat dari

obyek pajak PBB, wajib mendaftarkan obyek pajak dengan mengisi SPOP

dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak tempat obyek pajak berada.

Data yang harus didaftarkan dapat dilihat pada SPOP tersebut, dan tata cara

pendaftaran obyek kena pajak diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan

No.19/KMK/04/Tahun 1986 tanggal 19 Januari 1986.

16
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
b. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP)

SPOP harus di isi dengan jelas , benar, lengkap, dan tepat, dan waktu serta

ditanda tangani dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) kali setelah tanggal diterimanya SPOP oleh wajib pajak.

Berdasarkan pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 yang

dimaksud dengan jelas dan benar adalah :

a. Jelas adalah penulisan data yang di minta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun

wajib pajak sendiri.

b. Benar berarti data yang di laporkan harus sesuai dengan kendala yang

sebenarnya seperti luas tanah dan bangunan, tahun dan harga perolehan dan

seterusnya sesuai dengan kolom-kolom atau pertanyaan yang ada pada SPOP.

Apabila SPOP terlambat di kembalikan atau pengisiannya tidak benar atau

tidak lengkap dan atau melampirkan data yang tidak benar dengan sengaja maka

wajib pajak yang bersangkutan dikenakan denda administrasi dan kepadanya akan

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), bukan Surat Pemberitahuan Pajak

Terhutang (SPPT).

a. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)

SPPT merupakan ketetapan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi wajib

pajak. SPPT ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan data yang

diperoleh dalam SPOP yang dimasukkan oleh wajib pajak.

17
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
b. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Setelah SPOP, Direktorat Jenderal Pajak dapat mengeluarkan surat Ketetapan

Pajak (SKP) dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah di tegur secara tertulis tidak di

sampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah

SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak (pajak yang tertuang seharusnya)

lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung.

Batas waktu penulisan atau pembayaran hutang pajak ditetapkan

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal SPPT diterima oleh wajib

pajak. Bagi wajib pajak yang membayar kurang dari pajak yang tertuang pada saat

jatuh tempo, menurut pasal 11 ayat (3) Undang-Undang No. 12 Tahun 1994

dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung sejak

tanggal jatuh tempo sampai dengan pembayaran untuk jangka waktu 24 (dua

puluh empat) bulan. Jika hutang pajak itu ternyata belum di bayar pada waktu

pengecekan atau pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak yang

mengadministrasikan hutang pajak itu akan di keluarkan Surat Tagihan Pajak

(STP) sebesar dan sejumlah pajak yang belum dibayar ditambah dengan denda

sebesar 2% (dua persen) tiap bulan selama terlambat membayar.

3. Kesadaran Masyarakat dalam Membayar PBB

Berbicara mengenai sadar dan kesadaran yang dikaitkan dengan

masyarakat adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan

merasa tahu, ingat kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat akan keadaan

18
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
dirinya. Kesadaran diartikan keadaan tahu, mengerti dan merasa (Purwadarminta,

1982:1049). Selanjutnya sadar (kesadaran) di definisikan sebagai sikap atau

perilaku untuk mengetahui atau mengerti, taat dan patuh kepada peraturan dan

ketentuan perundangan yang ada, juga merupakan sikap atau perilaku mengetahui

atau mengerti, taat dan patuh pada adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam

masyarakat (Widjaja;1984:14).

Atau dapat disebutkan kesadaran bersifat statis yaitu sesuai dengan

peraturan perundangan berupa ketentuan-ketentuan dalam masyarakat dan

kesadaran dinamis yang menitik beratkan pada kesadaran yang timbul dari dalam

diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral, yang merupakan sikap batin yang

tumbuh dari rasa tanggung jawab. Masyarakat sebagai kelompok yang

mendasarkan kehidupan atas kepentingan bersama memerlukan apa yang disebut

keseimbangan akan kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Adanya kedua hal

itu diharapkan akan mampu mewujudkan pelaksanaan hak-hak dan kewajiban

masyarakat dalam memenuhi kepentingannya. Masyarakat adalah kumpulan

orang yang ada pada waktu tertentu, bisa panjang atau pendek, berada bersama-

sama di suatu tempat dengan tujuan yang sama (Soemitro, 1988:46). Rakyat

Indonesia merupakan sejumlah besar orang yang ada di Indonesia, untuk jangka

panjang mempunyai tujuan tertentu yang bertekad untuk mendirikan negara

merdeka yang berdaulat untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan

sejahtera.

Dari definisi yang telah diuraikan diatas maka kesadaran masyarakat

diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti, dan mampu oleh masyarakat untuk

19
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
menyeimbangkan, menyelaraskan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

peraturan perundangan yang di dukung oleh adanya etika dan moral masyarakat

tersebut. Adanya kesadaran masyarakat itu akan mendorong keinginan yang kuat

untuk menimgkatkan dan mengembangkan kepentingan bersama guna mencapai

kehidupan yang lebih baik.

Berkaitan dengan masalah pembayaran PBB, maka dalam

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat perlu

lebih dikaitkan dengan gambaran kehidupan suatu masyarakat yang beraneka

ragam. Keanekaragaman itu berhubungan dengan faktor golongan sosial, politik

atau ekonomi, serta tingkat pendidikan, sifat dan bentuk pekerjaan yang

dilakukan. Dengan demikian seperti yang dinyatakan oleh Satjipto, Rahardja

(Wiwoho, 1990:91) bahwa tinggi rendahnya kesadaran masyarakat dalam

membayar PBB sesungguhnya bersumber pada sifat keanekaragaman masyarakat

itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam

membayar PBB akan diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Struktur Sosial Masyarakat

- Lingkungan dan kekayaan kultural yang berkaitan dengan mentalitas

masyarakat

- Tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang tujuan adanya PBB

- Kehidupan ekonomi masyarakat, apakah ia mampu atau tidak untuk

membayar PBB (Soekanto, 1996:21)

20
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2. Sikap Petugas dalam menagih PBB

- Cara petugas bersikap dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat

akan kewajibannya dalam membayar PBB

- Usaha yang dilakukan petugas agar wajib pajak dapat menerima penjelasan

tugasnya dalam menagih PBB (Wiwoho, 1990:127)

3. Pelayanan Pemerintah

- Usaha pemerintah dalam mensosialisasikan PBB

- Insentif pembayaran pajak, berupa pelayanan pemerintah yang lebih baik

- Keadilan perlakuan bagi wajib pajak, disesuaikan dengan kemampuan

membayar dari masyarakat (Wiwoho, 1990:99)

4. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak

- Adanya aspek kemudahan dalam memahami peraturan dan pengisian

formulir PBB (Indra Ismawan, 2000:83)

- Proses pembayaran PBB yang mudah diikuti wajib pajak (Wiwoho,

1990;100)

5. Sanksi

- Pengetahuan wajib pajak tentang sanksi

- Penerapan sanksi secara tegas dan adil (Mardiasmo, 2002:39)

4. Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap peningkatkan Kesadaran

Masyarakat dalam Pembayaran PBB

Pengaruh kepemimpinan lurah ini merupakan kepemimpinan formal yang

perilaku kepemimpinannya hanya fokus terhadap peraturan yang ada dan

21
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
menjalankan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pengaruh kepemimpinan lurah

dikategorikan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas yang ditugaskan,

dikarenakan kepemimpinan lurah merupakan kewenangan kepemimpinan yang

didapatnya dari jabatannya sebagai lurah, yang merupakan bagian dari sistem

peranan formal. Kewenangan tersebut merupakan kekuasaan legitimasi. Artinya

kekuasaan yang melekat pada jabatan tersebut untuk meyakinkan bahwa individu

yang berada dalam jabatan di bawahnya telah memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh peraturan yang ada.

Lurah merupakan Kepala Kelurahan yang merupakan perangkat

Kecamatan yang membantu sebagian tugas camat seperti yang tercantum dalam

Peraturan Pemerintahan No. 73 Tahun 2005. Dengan demikian lurah juga

termasuk salah satu pemimpin birokrasi.

Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan :

“Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Dia

menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia

mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di

bawah garis komandonya. Mereka berada disitu karena sudah diatur oleh yang

berwenang mengaturnya. Dinamakan pemimpin karena pada wujudnya ia

bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di

kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.

Menurut Miftah Thoha perilaku kepemimpinan ada dua macam, yaitu :

a. Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, ciri-cirinya :

1. Meminta dan kadang-kadang memberi keterangan (informasi).

22
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2. Mengarahkan memperjelas peran yang harus dilakukan.

3. Menyimpulkan keterangan dan tugas yang dibebankan.

4. Memacu ke arah tercapainya tujuan.

5. Mengendalikan kegiatan secara keseluruhan.

Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ini merupakan pemipin

birokrasi seperti : Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Rektor, Dekan, Camat,

Lurah yang melakukan peranan formal sesuai yang ditugaskan.

b. Perilaku kepemimpinan yang memelihara tata hubungan kemanusiaan, ciri-

cirinya :

1. Mendorong terwujudnya peran serta (participation)

2. Dalam berkomunikasi lebih banyak menunjukkan sikap sebagai fasilitator.

3. Lebih menyukai usaha menurunkan tegangan tinggi (tension reliever).

4. Lebih bersikap sebagai pengamat terhadap proses pelaksanaan kerja dari

pada pengendali.

5. Lebih menyenangi pemecahan masalah antar pribadi.

6. Lebih bersikap mendukung dan memuji atas semua pelaksanaan kerja

bawahan.

Untuk perilaku kepemimpinan ini biasanya kepemimpinan non birokrasi (Miftah

Thoha,1997:145).

Jadi, pengaruh kepemimpinan lurah itu sendiri merupakan bagian dari

sistem pemerintahan formal yang di dapat dari wujud kewenangan jabatan dalam

hirarki pemerintahan di Indonesia. Kepemimpinan ini memang selalu diwujudkan

dalam suatu peranan formal yaitu jabatan sebagai Lurah.

23
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Menurut Terry (1991:142) dalam memotivasi terdapat beberapa asas dan

pengaruh kepemimpinan lurah dalam memotivasi masyarakat dalam

meningkatkan kesadaran terhadap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

mencakup beberapa hal, yakni :

1. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan segera sesuatu yang

berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan dengan jelas kepada masyarakat.

Komunikasi dapat dilakukan melalui meminta informasi ataupun penyampaian

informasi ataupun pemberian arahan dari lurah kepada masyarakat kelurahan.

Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami tentang prosedur pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta manfaat dari PBB itu sendiri. Dengan asas

komunikasi, kesadaran masyarakat akan semakin meningkat. Sebab semakin

banyak orang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya

terhadap hal tersebut.

Menurut Terry (1991:144), Komunikasi adalah merupakan cara untuk

memudahkan manajemen, akan tetapi bukan merupakan kegiatan yang berdiri

sendiri dan menjadi sebagian yang pokok dari segala sesuatu yang dikerjakan.

Berkomunikasi mengandung arti luas daripada sekedar mengatakan atau

menuliskan sesuatu di dalamnya juga tercakup suatu pengertian. Tidak ada

komunikasi apabila anda tidak mengerti dan kekurangan tersebut merupakan

penghalang utama dalam berkomunikasi.

24
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Komunikasi yang baik merupakan motivasi, seluruh komunikasi terjadi

dua arah, mendengarkan dan membaca adalah merupakan bagian-bagian penting

dari komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu sarana dalam memberikan aktivasi

terhadap aparat kelurahan dan masyarakat, ini dapat dilihat dari beberapa dimensi

berikut ini :

a. Memberikan Informasi

Memberi informasi merupakan suatu tugas seorang pemimpin dimana harus tetap

mengemban amanat masyarakat dan siap sedia kala dibutuhkan, serta sanggup

memberikan keterangan seputar pekerjaannya.

b. Stabilisator

Merupakan unsur penengah yang menjembatani antara masyarakat dengan

pemerintah dalam menangani konflik. Stabilisator menekankan pada kualitas

manusianya, yakni kualitas kedewasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas

tertentu yang di bebankan kepadanya.

c. Fasilitator

Sikap fasilitator menunjukkan adanya penghargaan yang hakikat terhadap

manusia sebagai pendukung utama organisasi, sikap fasilitator berasumsi bahwa

manusia itu berkembang sesuai dengan kodrat lahiriahnya. Tugas pemimpin

fasilitator hanya memperlancar dan mempermudah perkembangan tersebut.

2. Asas Mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan, dalam hal ini

masyarakat dan aparat untuk berpartisipasi dalam memberikan kesempatan

25
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
kepada mereka agar mereka merasa termotivasi. Dengan cara ini bawahan dalam

hal masyarakat dan aparat merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan meningkat (Hasibuan, 2003:45).

Dalam hal ini mengikutsertakan masyarakat dan aparat dapat dijelaskan

dalam dimensi sebagai berikut :

a. Mendorong untuk berpartisipasi

Mendorong untuk berpartisipasi merupakan suatu hubungan antar manusia,

dimana manusia satu mencoba menyadarkan ataupun mempengaruhi manusia

lainnya sehingga diharapkan mampu menyentuh dan menggugah perasaan.

Dalam meningkatkan partisipasi bukan semata-mata menyuruh atau memaksa

orang untuk melaksanakan kegiatan tertentu tetapi lebih menyentuh kepada hati

nurani.

b. Memberi perhatian timbal balik

Perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan

keinginan atau harapan dalam rangka pencapaian penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan, disamping berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh

bawahan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak atas Bumi dan

Bangunan atau iuran rakyat kepada negara yang diambil berdasarkan obyek

pajak berupa tanah atau perairan, Yang bertujuan untuk memberikan manfaat

bagi kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan.

26
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Indikator dari peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB meningkat.

Salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap arti penting pajak itu

sendiri, karena apabila masyarakat sebagai wajib pajak telah memahami arti

penting pajak maka akan timbul kesadaran dalam membayar pajak dan hal ini

tentu saja akan membantu kelancaran pelaksanaan pemungutan pajak.

2. Tercapainya taget yang ditetapkan.

Keberhasilan pemungutan PBB dapat tercapai apabila peran serta aktif

masyarakat sebagai wajib pajak didukung dengan kesiapan aparat pemerintah

sebagai petugas pemungut.

Menurut Siagian (1997:22), memberikan definisi keberhasilan sebagai

berikut : “Yang dimaksud keberhasilan atau berhasil adalah kesesuaian antara

rencana yang telah ditetapkan atau yang ditargetkan dengan hasil yang dicapai

pada saat dilaksanakan”.

Dengan melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah apa yang dilakukan oleh lurah dalam

melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pelaksanaan aktual jabatan yang di

pegangnya dalam rangka untuk mendorong atau mengajak aparat dan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

27
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti dan

memberikan alur untuk dapat membuktikan masalah yang diteliti. Pembuktian

dari hipotesa tersebut memerlukan teori yang didukung oleh data dan fakta yang

jelas. Berdasarkan dengan masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesa

sebagai berikut :

a. Hipotesis Alternatif (Ha).

Terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan lurah terhadap

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB.

b. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan lurah terhadap

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB.

G. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi pusat penelitian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995 : 33)

Adapun konsep dari penelitian ini adalah :

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu kapasitas yang mempunyai kemampuan

atau hak untuk mengarahkan, membimbing, atau mendorong seseorang untuk

melakukan segala sesuatu yang merupakan kebijaksanaan atau perintah untuk

tujuan tertentu.

28
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2. Kesadaran Masyarakat dalam membayar PBB

Kesadaran masyarakat diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti, dan

mampu oleh masyarakat untuk menyeimbangkan, menyelaraskan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan yang di dukung oleh adanya

etika dan moral masyarakat tersebut. Adanya kesadaran masyarakat itu akan

mendorong keinginan yang kuat untuk menimgkatkan dan mengembangkan

kepentingan bersama guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk mempermudah operasionalisasi

kerangka teori yang telah diajukan sebelumnya. Menurut Masri

Singarimbun(1989:46), definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dengan

pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang menjadi

pendukung untuk di analisa dari variabel-variabel tersebut.

Dalam penelitian ini, adapun pengaruh kepemimpinan lurah terhadap

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB adalah sebagai berikut:

1. Variabel Kepemimpinan (x) Indikatornya adalah :

- Memberikan motivasi kepada masyarakat, yaitu untuk mendapatkan hasil

yang baik secara optimal.

- Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin terhadap setiap keputusan yang

diambil.

29
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
- Keaktifan pemimpin dalam mendorong berpartisipasi dan memberi

perhatian timbal balik dengan masyarakat.

- Komunikasi, yaitu terdiri dari memberikan informasi, stabilisator,

Fasilitator.

2. Variabel Kesadaran Masyarakat dalam membayar PBB (Y), faktor-faktor

yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam membayar PBB akan diukur

melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Struktur Sosial Masyarakat

- Lingkungan dan kekayaan kultural yang berkaitan dengan mentalitas

masyarakat

- Tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang tujuan adanya PBB

- Kehidupan ekonomi masyarakat, apakah ia mampu atau tidak untuk

membayar PBB

2. Sikap Petugas dalam menagih PBB

- Cara petugas bersikap dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat

akan kewajibannya dalam membayar PBB

- Usaha yang dilakukan petugas agar wajib pajak dapat menerima penjelasan

tugasnya dalam menagih PBB

3. Pelayanan Pemerintah

- Usaha pemerintah dalam mensosialisasikan PBB

- Insentif pembayaran pajak, berupa pelayanan pemerintah yang lebih baik

- Keadilan perlakuan bagi wajib pajak, disesuaikan dengan kemampuan

membayar dari masyarakat

30
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
4. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak

- Adanya aspek kemudahan dalam memahami peraturan dan pengisian

formulir PBB

- Proses pembayaran PBB yang mudah diikuti wajib pajak

5. Sanksi

- Pengetahuan wajib pajak tentang sanksi

- Penerapan sanksi secara tegas dan adil

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi konsep, definisi

operasional dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample,

teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relevan

dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen

yang akan dianalisis.

31
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan

penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

32
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencari pengaruh

antara variable independen dengan variabel dependen.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan

Medan Kota.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90). Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Lingkungan 2 Kelurahan

Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota sebanyak 53 Kepala Keluarga.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91), merujuk pada pendapat Suharsimi

Arikunto (1994:104) yang mengatakan, apabila populasi kurang dari 100 orang,

33
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
maka diambil dari keseluruhannya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari

100 orang, maka sampel diambil sebesar 10%, 20%, 25%, atau lebih. Oleh karena

itu merujuk pada pendapat diatas dikarenakan populasi kurang dari 100 orang,

maka sampel penelitiannya sebanyak 100% atau keseluruhan populasi. Maka

sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 53 orang. Dengan 1 informan

yaitu Lurah Kota Matsum 3.

D. Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam

penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik

pengukuran skor yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai

jawaban kuesioner responden. Adapun skor yang ditentukan untuk setiap

pertanyaan adalah :

1. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5

2. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4

3. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3

4. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2

5. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1

Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari

masing-masing variable apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka

terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

Skor Tertinggi – Skor Terendah

Banyaknya Bilangan

34
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
5 −1
Maka diperoleh : = 0.80
5

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden

masing-masing variabel yaitu :

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23

Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42

Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-

keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian

untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Data primer tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap

sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi

penelitian, dalam hal ini adalah Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan

Medan Kota.

35
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
b. Metode Angket

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan secara

tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternatif

jawaban.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui :

a. Penelitian Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai

literatur seperti buku, dokumen, majalah dan berbagai bahan yang

berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yan diperoleh melalui poengkajian dan penelaahan

terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

F. Teknik Analisa Data

1. Untuk mengetahui koefisien korelasi variabel X terhadap Y digunakan rumus

Product Momen (Sugiyono, 2005 : 212) :

n ΣX iYi − (ΣX i )(ΣYi )


{n ΣX }{n Σ Y }
rxy =
− (ΣX i ) − (ΣYi )
2 2 2 2
i i

r = koefisien korelasi

x = variabel bebas

y = variabel terikat

36
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
n = jumlah populasi

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kemungkinan-

kemungkinan sebagai berikut :

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0) berarti hubungan

kedua variabel yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +) berarti kenaikan nilai variabel

yang satu, diikuti nilai variabel yang lain dan kedua variabel memiliki

hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negatif (r = -), berarti kedua variabel negatif

dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya

variabel yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah

antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan

penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Tinggi
0.80 – 1.000 Sangat Tinggi

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang

diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel

korelasi. Tabel korelasi menentukan batas- batas r yang signifikan. Bila r tersebut

signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternatif dapat diterima.

37
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
2. Untuk menguji hipotesis, pengaruh antara pelayanan jasa (X) dengfan

kepuasan pelanggan (Y), maka diadakan pengujian dengan menggunakan rumus

“t” (Sugiyono, 2005 : 214 ) yaitu :

r n−2
t=
1− r 2

3. Koefisien Determinant

Teknik ini di gunakan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan nilai koefisien product moment Pearson (rxy )2 x 100%

D = (rxy )2 x 100%

D = Koefisien Determinant

Rxy = Koefisien Korelasi Moment antara x dan y

38
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Ringkas Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota

Kantor Kelurahan Kota Matsum 3 terletak di Jl. Ramlan Yatim No.1

Medan, sebelum Indonesia merdeka kampong Kota Matsum 3 adalah kawasan

kesultanan deli, setelah zaman merdeka kawasan ini menjadi perkampungan

wilayah. Pada tahun 1948 Kesultanan Deli menyerahkan daerah, khususnya

kampung Kota Matsum 3, diserahkan kepada pemerintah.

Selanjutnya, pada tahun 1980, oleh pemerintah kampung Kota Matsum 3

di ubah menjadi kelurahan Kota Matsum 3. Pada saat Kota Matsum 3 menjadi

kelurahan pada tahun 1980, kelurahan ini memiliki pemimpin yang disebut lurah,

lurah-lurah yang pernah menjabat dari tahun 1980 hingga sekarang, yaitu :

1. H. Syamsudin (lurah pertama di kelurahan Kota Matsum 3)

2. Sofyan Dev

3. Bani Rahmat

4. Yusuf Bastian

5. Sumiran

6. Suharto

7. Sofyan Ritonga

8. Zakaria Sag

9. Clara Patria SE (2004 s/d sekarang)

39
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Kota Matsum 3 adalah tempat perkumpulan pemuda-pemuda melayu yang

bertempat di jalan puri.

B. Visi dan Misi Kelurahan Kota Matsum 3

Visi Kelurahan Kota Matsum 3, terwujudnya Kelurahan Kota Matsum 3

sebagai kawasan jasa dan perdagangan dengan pemukiman yang bersih, tertib

serta berwawasan lingkungan.

Misi Kelurahan Kota Matsum 3,

• Mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan religious

• Meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur yang berwawasan lingkungan

• Menciptakan situasi yang aman, tertib, nyaman, dan kondusif

• Meningkatkan kinerja aparatur kelurahan untuk selalu dapat memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan hal yang sangat penting bagi

organisasi. Dengan adanya organisasi sebagai wadah kerjasama dari berbagai

orang atau pegawai untuk mencapai tujuan tertentu, maka setiap pegawai yang

berkerja dalam organisasi tersebut secara jelas akan mengetahui kedudukan dan

kewenangannya, tugas fungsi, serta tanggung jawabnya, sistem komunkasi dan

bagaiman system control dijalankan. Dengan demikian akan dapat diketahui oleh

pegawai apa yang harus dilaksanakan, dan kepada siapa dia harus bertanggung

jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut. Sehingga dari bagan struktur

40
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
organisasi tersebut akan diperoleh gambaran dari aktifitas secara keseluruhan dan

dari struktur organisasi dapat menunjukan dengan jelas arus dari wewenang dan

tanggung jawab masing-masing anggota organisasi sesuai dengan fungsinya tiap

jabatan dan terlihat jelas pembagian tugas masing-masing.

a. Lurah

b. Ph. Sekretaris

c. Seksi Kelurahan

• Seksi Pemerintahan (Kasi Pemerintahan)

• Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Kasi Trantib)

• Seksi Pembangunan (Kasi Pembangunan)

• Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kasi Kesra)

• Seksi Umum (Kasi Umum)

Adapun bagan struktur organisasi Kantor Kelurahan Kota Matsum 3

Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dihalaman berikut.

41
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
LURAH
Clara Patria, SE
NIP 050.032.994

Ph.Sekretaris
Tommy Prayoga,SSTP
NIP 010.269.606

Sek.Pemerintahan Sek.Trantib Sek.Kesra Sek.Umum Sek.Pembangunan


Febrina Devi Syamsul Nasution Marakutip Cesilia Tidora Rosul Siregar
NIP 400.029.120 NIP 010.133.107 NIP 400.029.930 NIP 400.051.990 NIP 010.369.707

II
Masdar Harahap

Sumber : Peraturan Daerah Kota Medan No. 7 Tahun 2001

42
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota
Matsum 3 Kecamatan Medan Kota), 2009.
D. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Lurah

Lurah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan. Lurah melaksanakan urusan pemerintahan

yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas pokok, lurah

mempunyai tugas :

1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pelayanan masyarakat

4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, lurah melakukan koordinasi

dengan Camat dan instansi vertikal yang berada di wilayah kerjanya.

2. Sekretariat

Sekretaris Kelurahan mempunyai tugas membantu Lurah dalam

melaksanakan tugas penyelenggaraan Pemerintahan dan memberikan pelayanan

administrasi kepada seluruh perangkat/aparatur Kelurahan. Dalam

menyelenggarakan tugas, Sekretaris Kelurahan mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana, pengendalian pelaporan dan mengevaluasi pelaksanaan

program ditingkat Kelurahan

43
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
b. Penyelenggaraan urusan administrasi Keuangan yaitu menyusun anggaran,

penatausahaan dari penyusunan pertanggung jawaban keuangan

c. Menyelenggarakan urusan umum yang meliputi surat menyurat, kearsipan,

kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga kelurahan

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Lurah

3. Seksi Kelurahan

a. Seksi Pemerintahan

Seksi Pemerintahan mempunyai tugas membantu Lurah dalam

merumuskan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintahan.

Dalam menyelenggarakan tugas, Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan umum ditingkat Kelurahan

2. Penyelenggarakan administrasi pertanahan/ keagrariaan

3. Penyelenggaraan administrasi kependudukan dan Catatan Sipil

4. Penyiapan dan Penyelenggaraan kegiatan Pemilihan Umum, Pemilihan

Kepala Daerah sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Lurah.

b. Seksi Ketentraman dan Ketertiban

Seksi Ketentraman dan Keteriban mempunyai tugas membantu Lurah

dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan urusan ketentraman dan ketertiban umum. Dalam penyelenggaraan

tugas, Seksi Ketentraman dan Keteriban umum mempuyai fungsi:

a. Pembinaan keteriban dan ketentraman kemasyarakatan

44
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
b. Pengamanan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan

Keputusan Walikota

c. Pembinaan pengawasan terhadap pelaksanaan pengamanan swakarsa

masyarakat ditingkat lingkungan

d. Pelaksanaan pembinaan kerukunan hidup inter dan antar umat beragam

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Lurah.

c. Seksi Kesra dan Pelayanan Umum

Seksi kesra dan Pelayanan Umum mempunyai tugas membantu Lurah

dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan urusan Kesra dan Pelayanan Umum. Dalam menyelenggarakan tugas,

Seksi Kesra dan Pelayanan Umum mempunyai fungsi :

a. Pendataan terhadap anak usia sekolah, sarana dan prasarana sebagai penunjang

kegiatan pendidikan

b. Pembinaan dan pengawasan terhadap generasi muda, keolahragaan,

kebudayaan, kepramukaan, peranan wanita serta agama dan kemasyarakatan

lain

c. Pelaksanaan program kegiatan kesehatan masyarakat, keluarga berencana,

sesuai program instansi terkait

d. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam, penyelenggaraan pembinaan

pelayanan kebersihan , keindahan, pertamanan dan sanitasi

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh lurah.

45
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
d. Seksi Ekonomi dan Pembangunan

Seksi Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas membantu Lurah

dalam penyiapan bahan, perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan urusan ekonomi dan pembangunan. Dalam menyelenggarakan tugas,

Seksi Ekonomi dan Pembangunan mempunyai fungsi :

a. Perencanaan, Pengkoordinasian, Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan

Pembangunan diwilayah Kelurahan

b.Pelaksanaan Fasilitasi pembangunan prasarana dan pengembangan

perekonomian kelurahan

c. Pengkoordinasian, Pembinaan dan Pengawasan serta Pelaporan langkah-

langkah penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan

lingkungan

d. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak bumi dan bangunan serta

pajak lainnya dilingkungan wilayah kerjanya

e. Pembinaan dan Pengembangan Perindustrian, Perdagangan,

Pertambangan/galian C, Koperasi, UKM dan golongan ekonomi lemah

f. Pembinaan, pembangunan serta pemantauan kegiatan

g. Peningkatan pelaksanaan pembangunan swadaya masyarakat

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh lurah

46
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
e. Kepala Lingkungan

Kepala Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan tugas Kepala

Kelurahan dalam wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut Kepala

Lingkungan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Kelurahan dalam

wilayah kerjanya

47
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB IV

PENYAJIAN DATA PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer

yang telah diperoleh dari lapangan. Data primer ini diperoleh melalui kuesioner

yang didistribusikan kepada 53 Kepala keluarga Lingkungan 2 Kelurahan Kota

Matsum 3 Kota Medan sebagai responden termasuk didalamnya teknik

wawancara yang dilakukan kepada masyarakat yang berurusan dengan

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Kota Matsum 3.

Adapun data diatas terdiri dari :

1. Kriteria Responden

2. Variabel Penelitian:

1. Variabel Bebas (x) Kepemimpinan

2. Variabel Terikat (y) Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB

A. Deskripsi Data Identitas Responden

A.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dimaksudkan untuk mengidentifikasi responden,

sehingga lebih memudahkan dalam penganalisaan dan memudahkan pemahaman

atas objek penelitian. Data identitas responden mencakup distribusi data

responden menurut jenis kelamin, usia, pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan seperti dibawah ini.

48
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat

dari tabel berikut ini.

Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Laki-laki 45 84,91
2 Perempuan 8 15,09
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Menurut data diatas diketahui bahwa laki-laki berjumlah 45 orang

(84,91%) dan wanita jumlahnya 8 orang (15,09%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden di lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum

3 lebih banyak laki-laki dan selebihnya perempuan.

2. Usia

Tabel 2: Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia

No Kelompok Umur Jumlah Persentase


1 26 s/d 30 Tahun 1 1,9
2 31 s/d 35 Tahun 2 3,8
3 36 s/d 40 Tahun 12 22,6
4 41 s/d 45 Tahun 10 18,9
5 45 s/d 50 Tahun 13 24,5
6 50 Tahun keatas 15 28,3
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Menurut tabel diatas, adalah kelompok umur 50 Tahun keatas 15 orang

(28,3%), menyusul kelompok umur 45 s/d 50 Tahun sebanyak 13 orang (24,5%),

kelompok umur 36 s/d 40 Tahun sebanyak 12 orang (22,6%), dan kelompok umur

41 s/d 45 Tahun sebanyak 10 orang (18,9%) , dan terakhir kelompok umur 26 s/d

30 Tahun sebanyak 1 orang (1,9 %).

49
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
3. Tingkat Pendidikan

Tabel 3: Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1 SD 6 11,3
2 SMP 2 3,8
3 SMU 23 43,4
4 Akademi (D3) 7 13,2
5 Sarjana (S1) 15 28,3
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan mayoritas

responden adalah tamat SMU, yakni sebanyak 23 orang (43,4%), kemudian di

ikuti oleh responden yang tamat sarjana (S1), yakni sebanyak 15 orang (28,3%)

dan selebihnya berpendidikan tamat akademi (D3) sebanyak 7 orang (13,2%),

tamat SD sebanyak 6 orang (11,3%), dan tamat SMP sebanyak 2 orang (3,8%)

4. Mata pencaharian penduduk

Tabel 4: Distribusi responden menurut pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Wiraswasta 15 28,3
2 Pedagang 9 17,0
3 Pensiunan 10 18,9
4 PNS 12 22,6
5 Lain-lain 7 13,2
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

pekerjaan sebagai wiraswasta, yakni sebanyak 15 orang (28,3%), dan selebihnya

di ikut i oleh responden yang bekerja sebagai PNS, yakni sebanyak 12 orang

(22,6%), pensiunan sebanyak 10 orang (18,9%), pedagang sebanyak 9 orang

50
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
(17,0%), dan jenis pekerjaan lain-lain sebanyak 7 orang (13,2%). Adapun jenis

pekerjaan lain-lain terebut adalah terdiri dari supir, buruh, dan pegawai swasta.

5. Penghasilan Penduduk

Tabel 5: Distribusi responden menurut tingkat penghasilan

No Penghasilan Jumlah Persentase


1 >Rp.3.500.000 5 9,4
2 Rp.2.500.000-Rp.3.500.000 11 20,7
3 Rp.1.500.000-Rp.2.500.000 13 24,6
4 Rp.500.000-Rp.1.500.000 14 26,4
5 <Rp.500.000 10 18,9
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

penghasilan sebesar Rp. 500.000-Rp.1.500.000, yakni sebanyak 14 orang

(26,4%), dan diikuti oleh responden yang memiliki penghasilan sebesar

Rp.1.500.000-Rp.2.500.000, yakni sebanyak 13 orang (24,6%), responden yang

memiliki penghasilan Rp.2.500.000-Rp.3.500.000, sebanyak 11 orang (20,7%),

responden yang memiliki penghasilan <Rp.500.000, sebanyak 10 orang (18,9%),

dan responden yang memilki penghasilan >Rp.3.500.000, sebanyak 5 orang

(9,4%).

A.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian berisikan aspek-aspek yang diteliti yaitu factor-faktor

yang mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pembayaran PBB di

Kelurahan Kota Matsum 3 Kota Medan. Data masing-masing factor tersebut akan

disajikan sesuai dengan indicator-indikator, yaitu : struktur social masyarakat,

sikap petugas dalam menagih PBB, pelayanan pemerintah, prosedur yang

sederhana dan memudahkan wajib pajak, dan san


51
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
B. Kepemimpinan (variabel X)

Data tentang Kepemimpinan diperoleh dari pertanyaan 1 - 7 pada angket.

Hasil jawaban responden disajikan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 6: Distribusi jawaban responden tentang pemberian motivasi lurah dalam


pembayaran PBB
No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase
Pert.
1 Selalu 17 32,1
Jarang 35 66,1
Sangat jarang 1 1,8
Pernah -
Tidak pernah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa 35 responden (66,1%) yang

menyatakan Lurah jarang memberikan motivasi kepada masyarakat dalam

pembayaran PBB, dan 17 responden (32,1%) mengatakan bahwa Lurah selalu

memberikan motivasi kepada masyarakat dalam pembayaran PBB, dan 1

responden (1,8%) mengatakan sangat jarang lurah memberikan motivasi kepada

masyarakat dalam pembayaran PBB.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama bahwa masyarakat diberikan motivasi oleh Lurah dalam

pembayaran PBB tidaklah selalu, tetapi jarang karena keterbatasan waktu lurah

tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian motivasi kepada masyarakat

dalam pembayaran PBB yang dilakukan oleh lurah, jarang dilakukan.(Sumber :

Interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

52
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 7: Distribusi jawaban responden tentang pertanggung jawaban oleh Lurah

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
2 Selalu 13 24,5
Jarang 38 71,7
Sangat jarang 2 3,8
Pernah -
Tidak pernah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa 38 responden (71,7%) yang

menyatakan Lurah jarang mempertanggung jawabkan setiap keputusan/ kebijakan

yang dibuatnya, dan 13 responden (24,5%) mengatakan bahwa Lurah selalu

mempertanggung jawabkan setiap keputusan/ kebijakan yang dibuatnya, dan 2

responden (3,8%) mengatakan Lurah sangat jarang mempertanggung jawabkan

setiap keputusan/ kebijakan yang dibuatnya. Dapat disimpulkan bahwa setiap

keputusan/ kebijakan yang dibuat oleh Lurah Kota Matsum 3 masih belum

maksimal dipertanggungjawabkan, hanya sebagian keputusan/ kebijakan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Tabel 8: Distribusi jawaban responden tentang realisasi keputusan yang dibuat


oleh lurah

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
3 Selalu -
Jarang 35 66,1
Sangat jarang 18 33,9
Pernah -
Tidak pernah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

53
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Dari tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa 35 responden (66,1%) yang

menyatakan Lurah jarang merealisasikan setiap keputusan/ kebijakan yang

dibuatnya, dan 18 responden (33,9%) mengatakan bahwa Lurah sangat jarang

merealisasikan setiap keputusan/ kebijakan yang dibuatnya. Dapat disimpulkan

bahwa setiap keputusan/ kebijakan yang dibuat oleh Lurah Kota Matsum 3 masih

belum maksimal terealisasikan, hanya sebagian keputusan/ kebijakan yang telah

terealisasikan.

Tabel 9: Distribusi jawaban responden tentang keaktifan lurah

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
4 Selalu 3 5,6
Jarang 35 66,1
Sangat jarang 15 28,3
Pernah -
Tidak pernah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa 35 responden (66,1%) yang

menyatakan Lurah aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam

membayar pajak, dan 15 responden (28,3%) mengatakan bahwa Lurah sangat

jarang aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar pajak,

dan 3 responden (5,6%) mengatakan bahwa Lurah selalu aktif mengajak

masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar pajak.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama bahwa Lurah sesekali aktif mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi dalam membayar pajak, dan karena keterbatasan waktu lurah, maka

lurah lebih sering diwakili oleh aparat bawahannya untuk turun ke masyarakat

54
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
dalam mengajak masyarakat berpartisipasi dalam membayar pajak. Dapat

disimpulkan bahwa Lurah jarang aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi

dalam membayar pajak (Sumber : Interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

Tabel 10: Distribusi jawaban responden tentang sistem komunikasi lurah

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
5 Sangat baik 1 1,9
Baik 28 52,8
Cukup baik 24 45,3
Kurang baik -
Tidak baik -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa 28 responden (52,8%) yang

menyatakan system komunikasi lurah dalam memberikan informasi kepada

masyarakat dalam hal pembayaran PBB sudah baik, dan 24 responden (45,3%)

mengatakan bahwa system komunikasi lurah dalam memberikan informasi kepada

masyarakat dalam hal pembayaran PBB cukup baik, dan 1 responden (1,9%)

mengatakan bahwa system komunikasi lurah dalam memberikan informasi kepada

masyarakat dalam hal pembayaran PBB sangat baik.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama bahwa dalam system komunikasi lurah dalam pemberian

informasi kepada masyarakat dalam hal pembayaran PBB sudahlah baik dan

sangat terarah. Dapat disimpulkan bahwa system komunikasi Lurah dalam

pemberian informasi kepada masyarakat dalam hal pembayaran PBB terlaksana

dengan baik. (Sumber : Interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

55
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 11: Distribusi jawaban responden tentang sitem komunikasi lurah sebagai
stabilisator

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
6 Sangat baik 4 7,5
Baik 46 86,8
Cukup baik 3 5,7
Kurang baik -
Tidak baik -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa 46 responden (86,8%) yang

menyatakan system komunikasi lurah sebagai stabilisator (unsur penengah antara

masyarakat dengan pemerintah) terlaksana dengan baik, dan 4 responden (7,5%)

mengatakan bahwa system komunikasi lurah sebagai stabilisator (unsur penengah

antara masyarakat dengan pemerintah) terlaksana dengan sangat baik, dan 3

responden (5,7%) mengatakan bahwa system komunikasi lurah sebagai

stabilisator (unsur penengah antara masyarakat dengan pemerintah) terlaksana

dengan cukup baik.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama bahwa dalam system komunikasi lurah sebagai

stabilisator (unsur penengah antara masyarakat dengan pemerintah) sudah

terlaksana dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa system komunikasi Lurah

sebagai stabilisator (unsur penengah antara masyarakat dengan pemerintah)

terlaksana dengan baik. (Sumber : Interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

56
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 12: Distribusi jawaban responden tentang system komunikasi lurah sebagai
fasilitator

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
7 Sangat baik 7 13,2
Baik 39 73,6
Cukup baik 7 13,2
Kurang baik -
Tidak baik -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa 39 responden (73,6%) yang

menyatakan system komunikasi lurah sebagai fasilitator (mempermudah,

memperlancar kegiatan masyarakat) terlaksana dengan baik, dan 7 responden

(13,2%) mengatakan bahwa system komunikasi lurah sebagai fasilitator

(mempermudah, memperlancar kegiatan masyarakat) terlaksana dengan sangat

baik, dan 7 responden (13,2%) mengatakan bahwa system komunikasi lurah

sebagai fasilitator (mempermudah, memperlancar kegiatan masyarakat) terlaksana

dengan cukup baik.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama bahwa dalam system komunikasi lurah sebagai fasilitator

(mempermudah, memperlancar kegiatan masyarakat) sudah terlaksana dengan

baik. Dapat disimpulkan bahwa system komunikasi Lurah sebagai fasilitator

(mempermudah, memperlancar kegiatan masyarakat) terlaksana dengan baik.

(Sumber : Interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

57
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
C. Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB (variable Y)

Data tentang kesadaran masyarakat dalam mambayar PBB diperoleh dari

pertanyaan 8 - 20 pada angket. Hasil jawaban responden disajikan dalam tabel-

tabel berikut.

Tabel 13: Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan sebagai wajib pajak
PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert.
8 Sangat mengetahui 24 45,3
Mengetahui 27 50,9
Cukup mengetahui 2 3,8
Kurang mengetahui -
Tidak mengetahui -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden (50,9%) yang

menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengetahui

kewajibannya sebagai wajib pajak PBB, dan 24 responden (45,3%) mengatakan

bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 sangat mengetahui kewajibannya

sebagai wajib pajak PBB, dan 2 responden (3,8%) mengatakan bahwa

masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 cukup mengetahui kewajibannya sebagai

wajib pajak PBB. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan

Kota Matsum 3 mengetahui kewajibannya sebagai wajib pajak PBB.

58
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 14: Distribusi jawaban responden tentang tujuan dari pembayaran PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
9 Sangat mengerti 20 37,7
Mengerti 31 58,5
Cukup mengerti 2 3,8
Kurang mengerti -
Tidak mengerti -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa 31 responden (58,5%) yang

menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengerti akan tujuan

pembayarn PBB, dan 20 responden (37,7%) mengatakan bahwa masyarakat

Kelurahan Kota Matsum 3 sangat mengerti akan tujuan pembayarn PBB, dan 2

responden (3,8%) mengatakan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3

cukup mengerti akan tujuan pembayaran PBB. Dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengerti akan tujuan

pembayaran PBB.

Tabel 15: Distribusi jawaban responden tentang keberatan atas beban PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
10 Sangat sering -
Sering 32 60,4
Cukup sering 21 39,6
Kadang-kadang -
Tidak pernah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 14 diatas dapat diketahui bahwa 32 responden (60,4%) yang

menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 sering merasa

59
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
keberatan atas beban PBB, dan 21 responden (39,6%) mengatakan bahwa

masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 cukup sering merasa keberatan atas beban

PBB. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum memiliki

tingkat kesadaran terhadap pembayaran PBB masih kurang, karena masih banyak

yang merasa sering keberatan atas beban PBB nya.

Tabel 16: Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian tarif PBB dengan
kemampuan ekonomi

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
11 Sangat sesuai -
Sesuai 35 66,1
Cukup sesuai 18 33,9
Kurang sesuai -
Tidak sesuai -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 15 diatas dapat diketahui bahwa 35 responden (66,1%) yang

menyatakan bahwa tarif PBB sudah sesuai dengan kemampuan ekonominya, dan

18 responden (33,9%) mengatakan bahwa tarif PBB cukup sesuai dengan

kemampuan ekonominya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Kota

Matsum 3 sebagian besar menyatakan tarif PBB sudah sesuai dengan kemampuan

ekonominya, tetapi banyak juga yang menyatakan keberatan atas beban PBB.

Tabel 17: Distribusi jawaban responden tentang kemudahan membayar PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
12 Sangat mudah -
Mudah 27 50,9
Cukup mudah 26 49,1
Kurang mudah -
Tidak mudah -
Jumlah 53 100

60
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 16 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden (50,9%) yang

menyatakan bahwa merasakan mudah dalam membayar PBB dengan adanya

petugas Kelurahan yang bertugas menagih PBB, dan 26 responden (49,1%)

mengatakan bahwa merasakan cukup mudah dalam membayar PBB dengan

adanya petugas Kelurahan yang bertugas menagih PBB.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama, lurah mengajak aparatnya untuk memberikan kemudahan

terhadap setiap kegiatan masyarakat termasuk dalam hal kemudahan membayar

PBB, dan aparat yang dapat memenuhi target PBB yang ingin dicapai, maka

Lurah memberikannya penghargaan. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Kelurahan Kota Matsum 3, sebagian merasakan kemudahan dalam membayar

PBB, dan sebagian masyarakat lainnya merasakan cukup mudah dalam membayar

PBB.

Tabel 18: Distribusi jawaban responden tentang sikap ramah dan simpatik
petugas PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
13 Sangat ramah dan simpatik 5 9,4
Ramah dan simpatik 43 81,2
Cukup ramah dan simpatik 5 9,4
Kurang ramah dan simpatik -
Tidak ramah dan simpatik -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 17 diatas dapat diketahui bahwa 43 responden (81,2%) yang

menyatakan bahwa petugas kelurahan yang menagih PBB bersikap ramah dan

simpatik dalam menagih PBB, dan 5 responden (9,4%) mengatakan bahwa


61
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
petugas kelurahan yang menagih PBB bersikap sangat ramah dan simpatik dalam

menagih PBB, dan 5 responden (9,4%) mengatakan bahwa petugas kelurahan

yang menagih PBB bersikap cukup ramah dan simpatik dalam menagih PBB.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyrakat Kelurahan Kota Matsum 3

menyatakan bahwa sikap petugas kelurahan penagih PBB bersikap ramah dan

simpatik.

Tabel 19: Distribusi jawaban responden tentang adanya usaha pemerintah


mensosialisasikan PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
14 Ada usaha 16 30,2
Ada usaha, tetapi belum maksimal 32 60,4
Kadang-kadang 5 9,4
Kurang ada usaha -
Tidak ada usaha -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 18 diatas dapat diketahui bahwa 32 responden (60,4%) yang

menyatakan bahwa dalam mensosialisasikan PBB dengan jalan memberikan

penyuluhan-penyuluhan tentang fungsi dan manfaat pembayaran PBB, pemerintah

sudah ada usaha, tetapi belum maksimal, dan 16 responden (30,2%) mengatakan

bahwa dalam mensosialisasikan PBB dengan jalan memberikan penyuluhan-

penyuluhan tentang fungsi dan manfaat pembayaran PBB, pemerintah sudah ada

usaha, dan 5 responden (9,4%) mengatakan bahwa dalam mensosialisasikan PBB

dengan jalan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang fungsi dan manfaat

pembayaran PBB, pemerintah ada usaha, tetapi kadang-kadang.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama, bahwa usaha dari pemerintah dalam mensosialisasikan


62
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
PBB sudah ada usaha tetapi belum maksimal pelaksanaannya. Dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 menyatakan bahwa

dalam mensosialisasikan PBB dengan jalan memberikan penyuluhan-penyuluhan

tentang fungsi dan manfaat pembayaran PBB, pemerintah sudah ada usaha, tetapi

belum maksimal dilakukan. (Sumber; interview dengan Lurah Kota Matsum 3)

Tabel 20: Distribusi jawaban responden tentang pemahaman masyarakat


terhadap pentingnya PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
15 Sangat memahami -
Sudah memahami 34 64,2
Cukup memahami 19 35,8
Kurang memahami -
Tidak memahami -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 19 diatas dapat diketahui bahwa 34 responden (64,2%) yang

menyatakan bahwa sudah memahami pentingnya fungsi dan manfaat PBB,

dengan adanya usaha dari pemerintah dalam mensosialisasikan PBB, dan 19

responden (35,8%) mengatakan bahwa cukup memahami pentingnya fungsi dan

manfaat PBB, dengan adanya usaha dari pemerintah dalam mensosialisasikan

PBB. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 sudah

memahami pentingnya fungsi dan manfaat PBB, dengan adanya usaha dari

pemerintah dalam mensosialisasikan PBB.

63
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 21: Distribusi jawaban responden tentang usaha pemerintah dalam
mensosialisasikan PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
16 Sudah sangat maksimal 2 3,8
Sudah maksimal 50 94,3
Cukup maksimal 1 1,9
Kurang maksimal -
Tidak maksimal -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 20 diatas dapat diketahui bahwa 50 responden (94,3%) yang

menyatakan bahwa usaha pemerintah dalam mensosialisasikan PBB sudah

maksimal, dan 2 responden (3,8%) mengatakan bahwa usaha pemerintah dalam

mensosialisasikan PBB sudah sangat maksimal, dan 1 responden (1,9%)

mengatakan bahwa usaha pemerintah dalam mensosialisasikan PBB cukup

maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3 juga

berpendapat yang sama, bahwa usaha pemerintah dalam mensosialisasikan PBB

itu sudahlah maksimal, dalam hal pemberian penyuluhan serta pemahaman

tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Dapat disimpulkan bahwa usaha pemerintah

dalam mensosialisasikan PBB itu sudah maksimal. (Sumber: interview dengan

Lurah Kota Matsum 3)

64
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 22: Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan prosedur
Pembayaran PBB

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
17 Sangat mengetahui 1 1,9
Mengetahui 46 86,8
Cukup mengetahui 6 11,3
Kurang mengetahui -
Tidak mengetahui -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 21 diatas dapat diketahui bahwa 46 responden (86,8%) yang

menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengetahui adanya

prosedur pembayaran PBB, dan 6 responden (11,3%) mengatakan bahwa

masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 cukup mengetahui adanya prosedur

pembayaran PBB, dan 1 responden (1,9%) mengatakan bahwa masyarakat

Kelurahan Kota Matsum 3 sangat mengetahui adanya prosedur pembayaran PBB.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3, juga

berpendapat sama, lurah memberitahukan tentang adanya prosedur pembayaran

PBB dan memberikan pengetahuan tentang prosedur pembayaran PBB tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengetahui

adanya prosedur pembayaran PBB. (Sumber: Interview dengan Lurah Kota

Matsum 3)

65
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Tabel 23: Distribusi jawaban responden tentang kemudahan memahami prosedur
pembayaran PBB

No Pert Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


18 Sangat mudah 3 5,7
Mudah 42 79,2
Cukup mudah 8 15,1
Kurang mudah -
Tidak mudah -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari table 22 diatas dapat diketahui bahwa 42 responden (79,2%) yang

menyatakan bahwa masyarakat mudah memahami dan mengikuti prosedur

pembayaran PBB tersebut, dan 8 responden (15,1%) mengatakan bahwa

masyarakat cukup mudah memahami dan mengikuti prosedur pembayaran PBB

tersebut, dan 3 responden (5,7%) mengatakan bahwa masyarakat sangat mudah

memahami dan mengikuti prosedur pembayaran PBB tersebut. Dapat disimpulkan

bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 dapat dengan mudah memahami

dan mengikuti prosedur pembayaran PBB tersebut.

Tabel 24: Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan adanya sanksi


terhadap pelanggaran norma perpajakan

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
19 Sangat mengetahui 9 17,0
Mengetahui 36 67,9
Cukup mengetahui 8 15,1
Kurang mengetahui -
Tidak mengetahui -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

66
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Dari tabel 23 diatas dapat diketahui bahwa 36 responden (67,9%) yang

menyatakan bahwa masyarakat mengetahui tentang adanya sanksi terhadap

pelanggaran norma perpajakan ,dan 9 responden (17,0%) mengatakan bahwa

masyarakat sangat mengetahui tentang adanya sanksi terhadap pelanggaran norma

perpajakan, dan 8 responden (15,1%) mengatakan bahwa masyarakat cukup

mengetahui tentang adanya sanksi terhadap pelanggaran norma perpajakan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Lurah Kota Matsum 3, juga

berpendapat yang sama, lurah memberikan pemahamam terhadap masyarakat

tentang adanya sanksi terhadap pelanggaran norma perpajakan. Dapat

disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 mengetahui adanya

sanksi terhadap pelanggaran norma perpajakan. (Sumber: Interview dengan Lurah

Kota Matsum 3)

Tabel 25: Distribusi jawaban responden tentang dorongan untuk membayar PBB
pada saat jatuh tempo

No Pilih Jawaban Frekuensi Persentase


Pert
20 Ya, sangat terdorong 22 41,5
Ya, terdorong 31 58,5
Cukup terdorong -
Kurang terdorong -
Tidak terdorong -
Jumlah 53 100
Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari tabel 24 diatas dapat diketahui bahwa 31 responden (58,5%) yang

menyatakan bahwa dengan adanya sanksi tersebut, masyarakat terdorong untuk

membayar PBB pada saat jatuh tempo, dan 22 responden (41,5%) mengatakan

bahwa dengan adanya sanksi tersebut, masyarakat sangat terdorong untuk

membayar PBB pada saat jatuh tempo. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat
67
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Kelurahan Kota Matsum 3 sebagian besar terdorong membayar PBB pada saat

jatuh tempo, dan sebagian lainnya merasa sangat terdorong membayar PBB pada

saat jatuh tempo.

D. Klasifikasi Data

Jawaban responden dari masing masing variable diklasifikasikan atas :

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Maka terlebih dahulu

ditentukan dengan skala interval dengan rumus

SkorTertinggi − SkorTerendah
BanyaknyaBilangan

1. Klasifikasi Data Variabel X

Data skor masing-masing responden setiap pertanyaan angket dari variable

kepemimpinan dapat dilihat pada lampiran 2

Skor tertinggi : 32

Skor terendah : 23

Banyaknya bilangan : 5

32 − 23 9
= = 1,8 (dibulatkan 2)
5 5

Berdasarkan lampiran 2 maka dapat diklasifikasikan data sebagaimana

pada tabel berikut:

Tabel 26
Klasifikasi Data Variabel Kepemimpinan
No Skor F % Klasifikasi
1 31 - 32 1 1,9 Sangat tinggi
2 29 - 30 8 15,1 Tinggi
3 27 – 28 26 49,0 Sedang
4 25 – 26 16 30,2 Rendah
5 23 – 24 2 3,8 Sangat Rendah

68
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 53 responden, 26 responden

(49,0%) memiliki skor 27 - 28, 16 responden (30,2%) memiliki skor 25 – 26, 8

responden (15,1%) memiliki skor 29 – 30, 2 responden (3,8%) memiliki skor 23 –

24, dan 1 responden (1,9%) memiliki skor 31 – 32. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Kepemimpinan Lurah Kota Matsum 3 dikategorikan sedang.

2. Klasifikasi Data Variabel Y

Data skor masing-masing responden setiap pertanyaan angket dari variable

Kinerja Organisasi dapat dilihat pada lampiran 3

Skor tertinggi : 60

Skor terendah : 46

Banyaknya bilangan : 5

60 − 46 14
= = 2,8 (dibulatkan 3)
5 5

Berdasarkan lampiran 3 maka dapat diklasifikasikan data sebagaimana

pada tabel berikut:

Tabel 27
Klasifikasi Data Variabel Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB
No Skor F % Klasifikasi
1 58 – 60 3 5,7 Sangat tinggi
2 55 - 57 6 11,3 Tinggi
3 52 – 54 21 39,6 Sedang
4 49 - 51 16 30,2 Rendah
5 46 – 48 7 13,2 Sangat Rendah

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 53 responden, 21 responden

(39,6%) memiliki skor 52 - 54, 16 responden (30,2%) memiliki skor 49 - 51, 7

responden (13,2%) memiliki skor 46 - 48, 6 responden (11,3%) memiliki skor 55 -

69
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
57, dan 3 responden (5,7%) memiliki skor 58 - 60. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan dikategorikan sedang.

70
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB V

ANALISA DATA

A. Kepemimpinan

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variable bebas yakni

kepemimpinan lurah di Kelurahan Kota Matsum 3 dikategorikan sedang, hal ini

dikarenakan kepemimpinan lurah di Kelurahan Kota Matsum 3 memiliki system

komunikasi yang baik, system komunikasi tersebut antara lain; system

komunikasi lurah dalam memberikan informasi kepada masyarakat dalam hal

pembayaran PBB, system komunikasi lurah sebagai stabilisator (unsur penengah

antara masyarakat dengan pemerintah), dan system komunikasi lurah sebagai

fasilitator (mempermudah, memperlancar kegiatan masyarakat). Akan tetapi

Lurah Kota Matsum 3 jarang memberikan motivasi kepada masyarakat dalam

pembayaran PBB, jarang dapat mempertanggung jawabkan dan merealisasikan

setiap keputusan/ kebijakan yang di buatnya, hanya sebagian keputusan/ kebijakan

saja yang dapat dipertanggung jawabkan dan direalisasikan, keaktifan lurah dalam

mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar pajak juga jarang

dilakukan, ini dapat menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang

Pajak Bumi dan Bangunan.

B. Kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan sebagai variable terikat pada Kelurahan

71
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Kota Matsum 3 dikategorikan sedang. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran

masyarakat Kelurahan Kota Matsum 3 cukup baik dengan bukti, masyarakat

mengetahui kewajibannya sebagai wajib pajak, masyarakat mengerti akan tujuan

pembayaran PBB, masyarakat berpendapat bahwa tarif PBB sudah sesuai dengan

kemampuan ekonomi mereka, masyarakat merasakan kemudahan dalam

membayar PBB, masyarakat cukup memahami pentingnya fungsi dan manfaat

PBB, masyarakat juga mengakui adanya usaha pemerintah dalam

mensosialisasikan PBB, masyarakat mengetahui adanya prosedur pembayaran

PBB dan mudah memahami dan mengikuti prosedur pembayaran PBB tersebut,

masyarakat juga mengetahui adanya sanksi terhadap pelanggaran norma

perpajakan dan terdorong membayar PBB pada saat jatuh tempo, akan tetapi juga

ada sebagian besar masyarakat merasakan keberatan atas beban PBB, karena

sebagian lainnya hanya mengikuti prosedur dan tidak memahaminya dengan

benar.

C. Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Tingkat Kesadaran

Masyarakat dalam Membayar PBB

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Kepemimpinan (X)

dengan Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB (Y), maka dapat dilihat

dengan menggunakan rumus korelasional product moment, kemudian untuk

menguji hipotesis maka digunakan rumus “t”, dan selanjutnya untuk melihat

seberapa besar pengaruh kepemimpinan lurah (X) terhadap kesadaran masyarakat

dalam membayar PBB (Y), maka digunakan rumus Koefisien Determinant.

72
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepemimpinan lurah

(X) dan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB (Y) , maka digunakan

rumus product moment (Sugiyono, 2005;212) untuk mencari koefisien

koefisien korelasi antara kedua variable tersebut.

Dari tabel diatas diketahui :

ΣΧ = 1445

ΣΥ = 2744

ΣΧ 2 = 39543

ΣΥ 2 = 142524

ΣΧΥ = 74958

Maka Koefisien Korelasinya (rxy ) adalah :

N .Σ ΧΥ − (Σ Χ )(Σ Υ )
r xy =
{N .Σ Χ2
}{
− (Σ Χ ) 2 N .Σ Υ 2 − (Σ Υ ) 2 }
53.74958 − (1445)(2744)
r xy =
{53.39543 − (1445) }{53.39543 − (2744) }
2 2

3972774 − 3965080
r xy =
{2095779 − 2088025}{7553772 − 7529536}
7694
r xy =
{7754}{24236}
7694
r xy =
187925944

3322
r xy =
22065.014

r xy = 0,561

73
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Hasil perhitungan diatas akan memperlihatkan kemungkinan-

kemungkinan sebagai berikut :

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = o) berarti hubungan

kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai variable

yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable memiliki hubungan

positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua variable

negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu diikuti menurunya

variable yang lain.

Dari perhitungan diatas maka diperoleh rxy = 0,561 adalah bernilai positif,

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua

variable berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau

interprestasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:214)

Tabel 28
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien korelasi
Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Dari ketentuan diatas jelaslah nilai koefisien korelasi yang diperoleh r xy =

0,561 berada diantara 0,40 – 0,599 dengan pengertian tingkat hubungan kedua

variable adalah sedang. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa terdapat

74
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
pengaruh Kepemimpinan lurah terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar

PBB di Kelurahan Kota Matsum 3.

2. Uji Signifikan

Untuk menguji signifikan antara variabel X dan variabel Y dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus

r n−2
t=
t − r2

0,561 53 − 2
maka : t=
1 − (0,561)
2

0,561 51
=
1 − 0,3147

0,561x7,141
=
0,6853

4,006
=
0,827

= 4,844

Berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis :

- jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternative ditolak

- jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternative diterima

Dari tabel distribusi t lampiran 5 pada taraf 5% (0,05) dengan dk 51

diketahui t-tabel = 2,00 sedangkan t- hitung yang diperoleh = 4,844, dengan

demikian t-hitung > t-tabel (4,844>2,00), maka Ho ditolak Ha diterima, dengan

75
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
demikian terdapat pengaruh antara kepemimpinan lurah terhadap kesadaran

masyarakat dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum 3.

3. Koefisien Determinan

Dengan Koefisien determinan kita dapat mengetahui berapa besar

persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk itu kita dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

KP = (rxy ) x 100%
2

= (0,561) x 100%
2

=0,3147 x 100%

=31,47%

Dari perhitungan diatas maka besar pengaruh kepemimpinan lurah

terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum

3 sebesar 31,47% berarti 68,53% lagi yang mempengaruhi kesadaran masyarakat

dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum 3 diprngaruhi oleh faktor-

faktor lain, seperi faktor efektifitas kinerja aparat, pendidikan masyarakat, dll.

76
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kepemimpinan lurah di Kepemimpinan Lurah Kota Matsum 3 dikategorikan

sedang. Ini dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat dalam membayar PBB,

seharusnya Lurah Kota Matsum 3 harus mengikutsertakan masyarakat dalam hal

pembayaran PBB, karena masyarakatlah yang dapat memenuhi target pencapaian

PBB yang ingin dicapai, dan juga jarangnya pemberian motivasi oleh lurah

terhadap masyarakat dalam hal pembayaran PBB, serta jarang adanya

pertanggung jawaban dan realisasi setiap keputusan yang dibuat lurah, tetapi

dalam hal sistem komunikasi, menerima masukan-masukan dan saran, lurah di

Kelurahan Kota Matsum 3 tergolong baik.

2. Kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum 3

dikategorikan sedang. Ini dikarenakan masyarakat di Kelurahan Kota Matsum

belum dengan benar memahami tentang pembayaran PBB, karena masih banyak

yang keberatan dengan beban PBB nya. Tetapi dalam hal mengetahui sebagai

wajib pajak PBB dan mengerti tujuan dari PBB tersebut masyarakat Kelurahan

Kota Matsum 2 masih pada taraf yang baik.

3. Berdasarkan perhitungan rumus dan ketentuan yang dipakai, Dengan

demikian dapat disebutkan bahwa terdapat pengaruh Kepemimpinan lurah

terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum

77
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
4. Pengaruh yang terdapat pada Kepemimpinan lurah terhadap kesadaran

masyarakat dalam membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum 3. Hal ini

memberi kesimpulan bahwa apabila kepemimpinan lurah ditingkatkan maka

otomatis dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB.

Besar pengaruh kepemimpinan lurah terhadap kesadaran masyarakat dalam

membayar PBB di Kelurahan Kota Matsum 3 sebesar 31,47%.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis sebagai bahan masukan untuk

lebih meningkatkan mutu dan manfaat dari penelitian ini,

1. Lurah Kota Matsum 3 harus lebih tanggap terhadap aspirasi mayarakat dan

juga harus lebih aktif mengajak masyarakat dalam berpartisipasi membayar PBB

sehingga Lurah Kota Matsum 3 dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

membayar PBB.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam membayar

PBB di Kelurahan Kota Matsum 3 sebaiknya lebih diperhatikan lagi oleh

pemerintah untuk dapat dicari setiap solusi terhadap kekurangan faktor- faktor

tersebut demi meningkatkan penerimaan PBB.

3. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan daerah,

lurah sebaiknya lebih menunjukkan insentif pembayaran PBB pada masyarakat

melalui pelayanan pemerintah yang lebih baik.

78
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo, Santoso, 1993, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung.

George R. Terry, 2005, Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, S.P, 2004, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan

Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta.

Kartono, 1984, Pemimpin dan Kepemimpinan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kouzes & Posner, 2002, Leadership The Challenge, Airlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan edisi revisi, Andi, Jakarta.

Munawir, 1994, Perpajakan, Liberty, Yogyakarta.

Nawawi, Hadari, 1983, Administrasi & Organisasi Bimbingan, Ghalia Indonesia,

Jakarta

Nazir, Moch, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Poedarminta, WJS, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahuk Jannah, 2005, Metode Penelitian

Kuantitatif, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Rivai, Veithzal, 2002, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, PT. Raya

Grafindo Persada, Jakarta.

Siagian, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.

Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, 1992, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Press co, Jakarta.

79
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.
Soemitro, Rochmat dan Muttaqin, Zainal, 2001, Pajak Bumi dan Bangunan, PT.

Refika Aditama, Bandung.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Sunindhia, Y.w. Ninik Widyawati, Dra, 1993, Kepemimpinan Dalam Masyarakat

Modern, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutarto, 1991, Dasar-dasar Kepemimpinan Dalam Organisasi, Gajahmada

University press, Yogyakarta.

Toha, Miftah, 1987, Prospektif Perilaku Birokrasi, Rajawali press, Jakarta.

Widjaya, HW, 1984, Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila, Era

Swasta bekerja sama dengan Pemda DKI Jakarta.

Winardi, Dr, 2000, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Wiwoho B. (Editor), 1990, Prospek dan Faktor Penentu Reformasi Perpajakan,

Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Yayat M. Herujito, 2006, Dasar-Dasar Manajemen, Grasindo, Jakarta.

Yukl, Gary, 1994, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prenhall Indonesia, Jakarta.

80
Fanie Oktaliana : Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Di Lingkungan 2 Kelurahan Kota Matsum 3 Kecamatan Medan Kota),
2009.

Anda mungkin juga menyukai