Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun Oleh :

Nama : RIDHO PREDIANSAH


Nim : 202204091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL


Gambar 2.1

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan
kebawah oleh hati.Kutub atasnya terletak setinggi iga ke 12, sedangkan kutub atas
ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan
dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan
psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal.Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas)
dilindungi oleh iga dan otot- otot yang meliputi iga, seangkan di anterior (bawah)
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon,
dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas,
jejunum dan kolon.
a. Struktur Ginjal terdiri atas:
1) Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7
hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan
beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian,
yaitu korteks dan medula ginjal.
2) Ginjal terdiri dari :
a) Bagian dalam (internal) medula.
Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara
18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya
mengahadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa
henle, vasa rekta dan diktus koligens terminal.
b) Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansia kortekalis berwarna coklat merah.konsistensi lunak dan
bergranula.Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung
sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis, dan
bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis.Mengandung
glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus
koligens
b. Struktur Mikroskopik Ginjal

1) Nefron

Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan

(nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang

membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron

Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu nefron

dapat menerangkan fungsi ginjal.

2) Glomerulus

Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut

glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari

ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui

dinding kapiler glomerular setiap menit.Plasma yang tersaring masuk ke

dalam tubulus.Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu

besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.

3) Tubulus kontortus proksimal

Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah

disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian besar dari


filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapiler-

kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal.Panjang 15 mm dan diameter

55μm.

4) Ansa henle

Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron

ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan

kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total

panjang ansa henle 2-14 mm.

5) Tubulus kontortus distalis.

Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar

kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada

tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20

ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam

tubulus proksimal.

6) Duktus koligen medulla

Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan secara halus dari
ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi
dan mensekresi kalsium
c. Fungsi Ginjal

Beberapa fungis ginjal adalah :

1) Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh

Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine

yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat)

menyebabkan urin yang dieksresikan jumlahnya berkurang dan

konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat

dipertahankan relatif normal.engatur keseimbangan osmotic dan


keseimbangan ion.

Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran

yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau

penyakit perdarahan, diare, dan muntah- muntah, ginjal akan meningkatkan

sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K, Cl, dan fosfat.

2) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh

Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed diet) akan

menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini disebabkan

oleh hasil metabolisme protein. Apabila banyak memakan sayuran, urin

akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi

urine sesuai dengan perubahan pH darah.

3) Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan kreatinin)

Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-

obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia lain (pestisida)

4) Fungsi hormonal dan metabolism

Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting dalam

mengatur takanan darah (sistem rennin-angiotensin- aldosteron) yaitu untuk

memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Ginjal juga

membentuk hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D aktif) yang

diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.

5) Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin, angiotensin dan

aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan darah

6) Pengeluaran zat beracun

Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau zat

kimia asing lain dari tubuh (Muttaqin, 2011).


B. DEFINISI
Chronik kidney disease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksikuremik)
di dalam darah (Arif muttaqin, 2014).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan
progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk
dalam Dwy Retno Sulystianingsih, 2018).
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan
masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang
semakin meningkat, pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita
gagal ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan
terapi pada perawatan penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di
sebut sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal.
Terapi pengganti yang sering di lakukan adalah hemodialisis dan peritonealialisa.
Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan metode perawatan
yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis (Arliza dalam Nita
Permanasari, 2018).
C. ETIOLOGI
Chronik kidney disease (CKD) dapat disebabkan oleh berbagai penyakit.CKD berasal dari
diabetic nefropati, penyakit hipertensi, infeksi ginjal atau glomerulonefritis, penyakit ginjal
bawaan atau polisiklik, ataupun penyakit lainnya. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan
dua penyebab terbesar dari penyakit ginjal tahap akhir, sedangkan yang lainnya adalah
penyakit infeksi (glomerulonefritis, pyelonefritis), penyakit vascular sistemik (hipertensi
renovaskular intrarenal), nefrosklerosis, hiperparatiroidisme, dan penyakit saluran
kencing(Lewis & Jackson, 2012).
a. Pre Renal
1) Diabetes Melitus Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kelainan metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin dan
gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein.
2) Hipertensi Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal disamping
faktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit ginjal, hiperglikemia dan faktor lain.
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah rusak.Akibatnya fungsi ginjal
menurun hingga mengalami gagal ginjal.
3) Zat toksik (zat racun)
b. Renal
1) Glomelurinefritiss
Glumeluronefritis adalah penyakit parenkim ginjal progesif yang sering berakhir
dengan CKD, disebabkan oleh respon imunologik.
2) Gangguan kongenital dan herediter
Misalnya: Gangguan penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.
3) Nefropati toksik
Misalnya: Penyalahgunaan analgesic, nefropati timah.
4) Batu ginjal
c. Post Renal
1) Nefropati obtruktif
Misalnya : traktus urinarius bagian atas (adanya batu, neoplasma fibrosis
retroperitoneal, traktus urinarius), bagian bawah (hipertrofi prostat, stuktur uretra,
leher vesika urinaria, dan uretra).
D. KLASIFIKASI
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus
secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih
dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage
5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
a. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
1) Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
a) Kreatinin serum dan kadar BUN normal
b) Asimptomatik
c) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2) Stadium II : Insufisiensi ginjal
a) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
b) Kadar kreatinin serum meningkat
c) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan) Ada 3 derajat insufisiensi
ginjal:
a. Ringan :40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang :15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat :2% - 20% fungsi ginjal normal
3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
a) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
b) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
c) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
b. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian
CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
1) Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2)
3) Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2)
5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periode bulanan hingga
tahun.Pada tahap awal, seringkali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang
tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien
asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatinin serum normal. Ketika penyakit
berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan beberapa manifestasi
insufisiensi ginjal dapat muncul.Serangan berikutnya pada ginjal di tahap akhir ini
(misalnya infeksi, dehidrasi, diabetes melitus atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan memicu gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut.Kadar
serum kreatinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oliguria, dan manifestasi
uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari 10% normal dan
terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan fungsi ginjal. Dengan
adanya fungsi ginjal yang terganggu mengakibatkan ketidakseimbangan volume
cairan dan terganggunya produksi eritropoetin.Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme tubuh serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Copstead &
Banasik, 2014).
Patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai dari fungsi renal menurun, produk
akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis.Gangguan Klirens renal, banyak masalah muncul pada gagal
ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan
urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus
(akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar
kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN)
biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari
fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.BUN tidak
hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme (Jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.Retensi cairan dan
natrium, ginjal juga tidak mampu mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit seharihari tidak terjadi.Pasien sering menahan natrium dan cairan,
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi
peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan
semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari 19 kerusakan nefron dan
secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi penumpukan
metabolik-metabolik yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi
sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ
tubuh(Smeltzer & Lewis, 2013).
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIS
Karena pada chronis kidney disease (CKD) setiap sistem tubuh dipengaruhi
oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian, tingkat kerusakan, dan kondisi
lain yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada chronis kidney disease (CKD)
antara lain terjadi pada system kardiovaskuler, dermatologi, gastrointestinal,
neurologis, pulmoner, muskuloskletal, dan psiko-sosial menurut (Padila, 2014) di
antaranya adalah:
a. Kardiovaskular
1) Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sistem renin angiotensin aldosteron.
2) Gagal jantung kongestif
3) Edema pulmonari, akibat cairan yang berlebih
b. Dermatologi, seperti preuritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.
c. Gastrointestinal, seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai
dengan terjadi muntah.
d. Neuromuskuler, seperti terjadi perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedutan otot sampai tremor.
e. Pulmonar, adanya pernafasan dangkal, adanya spuntum kental dan liat, sampai
terjadi edema pulmoner.
f. Muskulosklental, seperti terjadi pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon
dihidroksi kolekalsi feron.
g. Hematologi ,pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat penurunan produksi eritropoetin, lesi gastroinstetinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
gastrointestinal perdarahan sekunder dari trombosintopenia.
h. Psikososial, terjadi penurunan tingkat kepecayaan diri, danansietas.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium :
1) Hematologi
a) Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
b) Gas Darah Arteri : pH kurang dari 7,2 (normal 7,35-7,45) c) Darah
lengkap (Hb, leukosit, trombosit, eritrosit)
2) Kimia Klinik
a) Kalium : meningkat (normal 3,53-5,53 mEq/L)
b) Magnesium/fosfat : meningkat (normal 1,0-2,5 mg,dl)
c) Kalsium : menurun (normal 9-11 mg/dl) d) Protein : (khususnya albumin) :
menurun (normal 4-5,2 g/dl)
d) Ureum dan kreatinin : meningkat, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes klirens kreatinin
yang menurun.
Nilai normal :
- Laki-laki : 97-137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2
- Wanita: 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
(1) Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan.
(2) Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) atau CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus:
(3) Clearance reatinin (ml/menit) = (140-umur) x berat badan (kg) 72 x
creatinin serum
(4) Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.
(5) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunya dieresis.
(6) Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada CKD
(7) Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
(8) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
(9) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).
(10) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
(11) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.
(12) Alkalosis metabolikSuatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolic terjadi jika
tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh asupan basa meningkat.
b. Radiologi : foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya
batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostikakan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
c. Intra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai sistem pelviokalisisdan ureter.
d. USG : Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat.
e. EKG : Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin.Seluruh faktor yang berperan pada CKD dan faktor
yang dapat dipulihkan, diidentifikasi dan ditangani.
Penatalaksanan penyakit CKD(Colvy, 2014). Tindakan konservatif, untuk
meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
1) Pembatasan protein, tidak hanya mengurangi kadar BUN, tetapi juga
mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi ion hidrogen
yang berasal dari protein. Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan
sampai 60-80 g/hari, apabila penderita mendapatkan pengobatan dialisis
teratur. Rasional: Untuk membatasi produk akhir metabolisme protein yang
tidak dapat di ekskresi oleh ginjal. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin
dalam darah, mencegah/mengurangi penimbunan garam/air dalam tubuh.
2) Diet rendah kalium, Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal
ginjal lanjut.Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80
mEq/hari.
3) Diet rendah natrium, Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g
Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,
edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
4) Pengaturan cairan,, Merupakan tindakan untuk mengobservasi intake dan
output cairan pada klien. Cairan yang diminum penderita gagal 27 ginjal tahap
lanjut harus diawasi dengan seksama.Parameter yang tepat untuk diikuti selain
data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah
pengukuran berat badan harian.Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban
sirkulasi menjadi berlebihan dan edema.Sedangkan asupan yang terlalu
rendah, mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.
b. Transplantasi ginjal, Suatu metode terapi dengan cara mencangkong sebuah ginjal
sehat yang diperoleh dari donor ginjal. Ginjal yang dicangkok ini selanjutnya akan
mengambil alih fungsi ginjal yang sudah rusak. Orang yang melakukan donor
harus memiliki kriteria ginjal yang sama dengan penderita.
c. Hemodialis (cuci darah dengan mesin dialise), adalah dialisis dengan
menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai “ginjal buatan”. Pada proses
ini darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser.Hemodialisa
digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau berpenyakit akut yang
membutuhkan dialisis waktu singkat.
d. Pencegahan dan pengobatan komplikasi
1) Hipertensi, dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan, pemberian
diuretik seperti furosemide (Lasix), pemberian obat antihipertensi seperti
metildopa (aldomet), propranolol, klonidin (catapres), apabila penderita sedang
mengalami terapi hemodialisa, pemberian antihipertensi dihentikan karena dapat
mengakibatkan hipotesi dan syok yang diakibatkan oleh keluarnya cairan
intravaskuler melalui ultrafiltrasi.
2) Hiperkalemia,, Merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila K+ serum
mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat di obati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena,
yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian Kalsium
Glukonat 10%.
3) Anemia, diakibatkan penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya
adalah pemberian hormon eritropoetin, yaitu rekombian ertropoeitin (r-EPO),
selain dengan pemberian vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi darah.
4) Asidosis, biasanya tidak diobati kecuali HCO3 plasma turun dibawah angka 15
mEq/L apabila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3
(Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat
mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor dengan seksama.
5) Diet rendah fosfat, dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat di dalam
usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus dimakan bersama dengan seksama.
6) Pengobatan hiperurisemia dan pemberian alupurinol. Obat ini mengurangi kadar
asam urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang
dihasilkan tubuh.
J. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis lainnya, penderita CKDakan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut (Suwitra, 2013) antara lain adalah:
a. Hiperkalemia akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat ritensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosterone.
d. Anemia akibat penurunan hormon eritropoetin
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolic akibat ritensi fosfat, kadar kalium
serum yang rendah, metabolisme kadar vitamin D yang abnormal dan
meningkatkan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen.
f. Uremia akibat peningkatan kadar ureum dalam tubuh
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebih
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual dan muntah
i. Hiperparatiroid dan hiperfosfatemia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY DISEASE(CKD)

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak terjadi pada usia 30-
60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), pekerjaan,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS,
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan
denga pasien, pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum masuk
ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan
utama bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK,
gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit
(Muttaqin, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan kesadaran,


perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan
tidak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal


akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit
diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes
melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.

c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan


1) Persepsi Terhadap Penyakit

Biasanya persepsi pasien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan


yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol, dan
obat-obatan dalam kesehari-hariannya.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme

a) Pola Makan

Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat


badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b) Pola Minum

Biasnya pasien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernafasan ammonia).
3) Pola Eliminasi

a) BAB

Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi


b) BAK

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400 ml/hari sampai anuria,
warna urin keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
4) Pola Aktivitas/Latihan

Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan


biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasnya pasien
kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan
mempertahankan fungsi, peran dalam
keluarga.
5) Pola Istirahat Tidur

Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya nyeri panggul,


sakit kepala, dan kram otot/kaki (memburuk pada malam

hari).
6) Pola Kognitif-Persepsi

Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada
tingkat ansietas sedang sampai berat.
7) Pola Peran Hubungan

Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya seharihari karena
perawatan yang lama.
8) Pola Seksualitas/reproduksi

Biasanya terdapat masalah seksual berhubugan dengan penyakit yang diderita


pasien.

9) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

a) Bdody Image/Gambaran Diri

Biasanya mengalami perubahan ukuruan fisik, fungsi alat terganggu,


keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh,
prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh.
b) Role/peran

Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang


diderita
c) Identity/identitas diri

Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu


menerima perubahan, merasa kurang mampu
memiliki potensi.
d) Self Esteem/Harga Diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri,
mengecilkan diri, keluhan fisik.
e) Self Ideal/Ideal

Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya.

10) Pola Koping-Toleransi Stres

Biasanya pasien mengalami faktor stres, contoh finansial, perasaan tidak


berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta
perubahan proses kognitif.
11) Pola Keyakinan Nilai

Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

a) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat

b) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana


dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, TD meningkat

2) Kepala

a) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering sakit
kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat

c) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva


anemis dan sklera ikterik.
d) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien bernafas
pendek.
e) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi dan nafas berbau.
f) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi

g) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan

3) Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah
bening.
4) Dada/Thorak

a) Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul

(cepat/dalam)
b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi : biasanya sonor

d) Auskultasi : biasanya vesikuler

5) Jantung

a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat

b) Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2 linea dekstra


sinistra
c) Perkusi : biasanya ada nyeri

d) Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung yang cepat

6) Perut/Abdomen

a) Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan


cairan, pasien tampak mual dan muntah
b) Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
c) Perkusi : biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites

d) Auskultasi : biasanya bising usus normal, antara 5-35


kali/menit
7) Genitourinaria

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi abdomen,


diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning pekat.
8) Ekstremitas

Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram otot,


kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan gerak
sendi.
9) Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area
ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,


ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat
kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan proses fikir dan disorientasi.
Pasien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada klien dengan gagal ginjal
kronik yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1) Gangguan pertukaran gas b.d. ekspansi paru turun d.d. retensi CO2
2) Pola napas tidak efektif b.d. hambatan upaya napas d.d. pola napas abnormal
3) Perfusi perifer tidak efektif b.d. volume vaskuler turun d.d. perfusi turun
4) Gangguan intergritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi
5) Defisit nutrisi b.d nafsu makan menurun
6) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
7) Hipervolemia b.d kelebihan asupan natrium
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Luaran intervensi
1 Gangguan pertukaran gas b.d. Gangguan pertukaran gas (L.01003) Pemantauan respirasi (I.08242)
ekspansi paru turun d.d. retensi CO2 1) Definisi: eliminasi karbondioksida pada membran Definisi : mengumpulkan dan menganalisis
alveolus-kapiler dalam batas normal data nyeri
2) Ekspektasi: menurun a. Observasi
3) Kriteria Hasil - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya napas
Kriteria hasil IR-ER - Monitor pola napas (seperti
Dispnea 1 2 3 4 5 bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Bunyi napas 1 2 3 4 5 kussmaul, cheyne-stokes, biot,
tambahan ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
Keterangan : - Monitor adanya produksi sputum
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien - Monitor adanya sumbatan
pada saat pengkajian). - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah - Auskultasi bunyi napas
dilakukan intervensi). - Monitor saturasi oksigen
Meringis,kesulitan tidur, gelisah - Monitor nilai AGD
1 : Meningkat - Monitor hasil x-ray toraks
2 : Cukup Meningkat b. Terapeutik
3 : Sedang - Atur interval pemantauan respirasi
4 : Cukup Menurun sesuai kkondisi pasien
5 : Menurun - Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2. Pola napas tidak efektif b.d. Pola napas (L.01004) Menejemen jalan napas (I.01012)
4) Definisi: inspirasi/ekspirasi yang memberikan ventilasi Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
hambatan upaya napas d.d. pola
adekuat kepatenan jalan napas
napas abnormal 5) Ekspektasi: membaik a. Obesrvasi
6) Kriteria Hasil - Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
Kriteria hasil IR-ER - Monitor bunyi napas buatan
Frekuensi napas 1 2 3 4 5 (mis.gurgling, mengi, wheezing,
Kedalaman napas 1 2 3 4 5 ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna,
Keterangan : aroma)
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien b. Terapeutik
pada saat pengkajian). - Pertahankan kepatenan jalan napas
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah - Posisikan semi fowler/fowler dengan
dilakukan intervensi). head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
1 : Memburuk curiga trauma servikal)
2 : Cukup memburuk - Berikan minum air hangat
3 : Sedang - Lakukan fisioterapi dada
4 : Cukup membaik - Lakukan penghisapan lendir
5 : Membaik kurang dari 15 detik
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d. Perfusi perifer (L.02011) Menejemen sensasi perifer(I.06195)
1. Definisikeadekuatan aliran darah pembuluh darah Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
volume vaskuler turun d.d. perfusi
distal untuk menunjang fungsi jaringan ketidaknyamanan pada perubahan sensasi
turun 2. Ekspektasi: meningkat perifer
3. Kriteria Hasil a. Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan
Kriteria hasil IR-ER sensasi
Pengidsian kapiler 1 2 3 4 5 - Identifikasi alat pengikat, prosthesis,
Akral 1 2 3 4 5 sepatu, dan pakaian
Turgor kulit 1 2 3 4 5 - Periksa perbedaan sensasi tajam
dan tumpul
- Periksa kemampuan
Keterangan : mengidentifikasi lokasi
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien - Monitor perubahan kulit
pada saat pengkajian). b. Terapeutik
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah - Hindari pemakaian benda-benda
dilakukan intervensi). yang berlebihan suhunya
1 : memburuk c. Edukasi
2 : Cukup Memburuk - Anjurkan penggunaan termometer
3 : Sedang - Anjurkan penggunaan sarung
4 : Cukup membaik tangan termal saat memasak
5 : Membaik d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Kolaborasi pemberian
kortikosteloid
4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125) Perawatan integritas kulit (I.14539)
perubahan sirkulasi. 1) Definisi : keutuhan kulit (dermis atau epidermis)/ Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,otot,
menjaga keutuhan, kelembapan dan mencegah
tendon,tulang,kartilago,kapsul sendi atau ligamen)
2) Ekspetasi : meningkat perkembangan mikroorganisme.
3) Kriteria hasil a. Observasi:
Kriteria hasil IR-ER - monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Kerusakan jaringan 1 2 3 4 5 dan sistemik
Kerusakan lapisan 1 2 3 4 5 b. Terapeutik:
kulit - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
Kemerahan 1 2 3 4 5 baring
c. Edukasi:
Keterangan : - Anjurkan menggunakan pelembab
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien - Anjurkan minum air putih yang
pada saat pengkajian).
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah banyak
dilakukan intervensi).
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
5. Defisit nutrisi b.d nafsu makan Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
1) Definisi: keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
menurun
kebutuhan metabolisme asupan nutrisi yang seimbang
2) Ekspektasi: Membaik a. Observasi
3) Kriteria Hasil - Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi makanan
Kriteria hasil IR-ER - Identifikasi makanan yang disukai
Berat badan 1 2 3 4 5 - Identifikasi kebutuhan kalori dan
Frekuensi makan 1 2 3 4 5 jenis nutrien
Nafsu makan 1 2 3 4 5 - Identifikasi perlunya penggunaan
selang NGT
Keterangan : b. Terapeutik
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada saat - Lakukan oral hygiene sebelum
pengkajian). makan.
ER: Expectation rate (target yang diinginkan setelah - Fasilitasi menentukan pedoman
dilakukan intervensi). diet
1 : Meningkat - Sajiakan makanan secara menarik
2 : Cukup Meningkat dan susu yang sesuai
3 : Sedang - Berikan makanan yang tinggi serat
4 : Cukup Menurun untuk mencegah konstipasi.
5 : Menurun c. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi penberian medikasi
sebelum makan
6. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan Toleransi aktifitas (L.05047) Menejemen energi (I.05178)
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
1. Definisi: respon fisiologis terhadap aktivitas
membutuhkan tenaga penggunaan energi untuk mengatasi
2. Ekspektasi : menurun /mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
3. Kriteria Hasil proses pemulihan.
a. Observasi:
Kriteria hasil IR-ER - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
yang mengakibatkan kelelahan
Dispnea setelah 1 2 3 4 5
aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan
Perasaan lemah 1 2 3 4 5 emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Keterangan : - Monitor lokasi dan
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada saat ketidaknyamanan selama
pengkajian). melakukan aktivitas
ER: Expectation rate (target yang diinginkan setelah b. Terapeutik
dilakukan intervensi).
- Sediakan lingkungan nyaman dan
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat rendah stimulus
3 : Sedang - Lakukan latihan rentang gerak
4 : Cukup Menurun pasif dan aktif
5 : Menurun - Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap.
7. Hipervolemia b.d kelebihan asupan Keseimbangan cairan (L.05047) Managemen hipervolemia (1.03114)
natritum 1. Definisi: ekuilibrium antara volume cairan diruang intra Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
selular dan ekstra selular tubuh kelebihan volume cairan intravaskuler dan
ekstraseluler serta mencegah terjadinya
2. Ekspektasi : meningkat
komplikas.
3. Kriteria Hasil a. Observasi
- Periksa tanda gejala hipervolemi
Kriteria hasil IR-ER - Identifikasi penyebab hipervolemi
Asupan cairan 1 2 3 4 5 - Monitor status himodinamik
Keluaran urin 1 2 3 4 5 - Monitor intake dan output cairan
Kelembapan membran 1 2 3 4 5 b. Terapeutik
mukosa - Timbang berat badan tiap hari
pada waktu yang sama
Keterangan : - Batasi asupan cairan dan garam
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada saat - Tinggikan kepala tempat tidur 30-
pengkajian). 40 drajat
ER: Expectation rate (target yang diinginkan setelah c. Edukasi
dilakukan intervensi). - Anjurkan melapor jika haluaran
1 : Meningkat <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
2 : Cukup Meningkat - Anjurkan lapor jika BB bertambah
3 : Sedang lebih dari 1kg dalam 1hari
4 : Cukup Menurun d. Kolaborasi
5 : Menurun - Kolaborasi pemberian deuretik.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana
tindakan yang telah ditetapkan, meliputi tindakan dependent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan,
mendokumentasikan keperawatan, memberikan asuahan keperawatan dan
pengumpulan data
5. Evaluasi
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analis.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta : Selemba Medika

Herdmand.T, Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis

Keperawatan defenisi dan klarifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC

Retno, Dwy, 2014. „Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal

Kronik Dalam Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Intake Cairan’. [Online]

Jurnal. Dari Jurnal. Media.Neliti.Com/Media/Publications/219966-None.Pdf (26

Desember 2018)

Permana, Sari, 2012. „Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Chronic Kidney

Disease Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Moewardi Surakarta’. [Online] Jurnal.

Dari Jurnal. http://Eprints.Ums.Ac.Id/22368/10/Naskah_Pdf (29 Desember

2018)

Anggraini, Fany, 2016. ‘Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal

Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan’. [Online] jurnal. Dari jurnal.

https://media.neliti.com/media/publications/108386-ID-pemantauan- intake-

output-cairan-pada-pas.pdf (28 Desember 2018)

Delima, 2014, ‘Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol di Empat

Rumah Sakit di Jakarta’. [online] jurnal. Dari jurnal.

https://media.neliti.com/media/publications/74905-ID-faktor-risiko- penyakit-

ginjal-kronik-stu.pdf. (29 Desember 2018)


LEMBAR KONSUL

Hari /Tanggal Revisi TTD


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC

KIDNEY DISEASE (CKD)

Disahkan pada tanggal : November 2022

Di : Banyuwangi

Mahasiswa,

Ridho Prediansah

NIM. 2022.04.091

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

……………………….. ………………………..

Kepala Ruangan,

………………………..

Anda mungkin juga menyukai