Anda di halaman 1dari 61

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN

PETANI TERHADAP KONSUMSI HASIL PRODUKSI PADI SAWAH


DI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

RTS MAWADDAH WAROHMAH HS

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani Terhadap Konsumsi Hasil

Produksi Padi Sawah Di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Idris Sardi, S.P, M. Si.

selaku dosen pembimbing skripsi I dan Ibu Aulia Farida, S.P, M. Si. selaku dosen

pembimbing II serta Bapak Dr. Ir. Edison, M. Sc. selaku dosen pembimbing

akademik dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi

dan saran dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis

sampaikan kepada kedua orang tua, kakak dan abang serta segenap kerabat

keluarga yang tiada henti dan senantiasa memberikan do’a dan dukungan serta

dorongan baik moril maupun materil selama ini. Berikut terimakasih kepada

sahabat serta teman-teman yang telah memberikan semangat, dukungan serta

motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari pada kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan

proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini berguna bagi pihak yang

membutuhkan dan bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... vi
I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan............................................................ 7
1.3.1. Tujuan Penelitian......................................................... 7
1.3.2. Kegunaan Penelitian.................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 9
2.1 Konsep Usahatani.................................................................. 9
2.2 Usahatani Padi Sawah............................................................ 10
2.2.1. Budidaya Padi Sawah.................................................. 10
2.2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi.................................... 11
2.3 Faktor-Faktor Produksi Usahatani......................................... 12
2.3.1. Lahan........................................................................... 13
2.3.2. Tenaga Kerja............................................................... 13
2.3.3. Modal........................................................................... 14
2.3.4. Manajemen.................................................................. 14
2.4 Konsep Keputusan................................................................. 15
2.5 Proses Pengambilan Keputusan............................................. 17
2.6 Konsumsi Sendiri................................................................... 19
2.7 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan.......... 21
2.8 Penelitian Terdahulu.............................................................. 28
2.9 Kerangka Pemikiran............................................................... 30
2.10 Hipotesis................................................................................ 33
III.METODE PENELITIAN............................................................... 34
3.1 Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 34

ii
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data................................ 35
3.3 Metode Penarikan Sampel..................................................... 35
3.4 Metode Analisis Data............................................................. 37
3.4.1. Analisis Deskriptif....................................................... 37
3.4.2. Analisis Data............................................................... 38
3.5 Skala Pengukuran................................................................... 41
3.6 Konsepsi Pengukuran............................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 45
Lampiran................................................................................................ 48

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah di
Provinsi Jambi Tahun 2014-2018........................................................... 3
2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah
Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi Tahun 2018................................ 4
3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018............... 5
4. Rincian Jumlah Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah di Daerah
Penelitian................................................................................................. 37
5. Model Analisis Uji Chi-Square dengan Kontingensi 2×2....................... 38

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pemikiran........................................................................... 32

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Produksi Padi Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014 -
2018............................................................................................. 48
2. Kuesioner Penelitian................................................................... 49

vi
I. PENDAHULUAN

1.3.1. Latar Belakang

Pertanian adalah salah satu faktor terpenting dalam kesejahteraan

masyarakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris yang

masyarakatnya bergantung pada hasil bercocok tanam. Indonesia sangat

berpotensi dalam sumberdaya pertanian karena memiliki sumberdaya alam yang

melimpah, sebagai negara dengan iklim tropis dengan keanekaragaman hayati

nomor dua terbesar di dunia setelah negara Brasil. Artinya, negara Indonesia

memiliki beragam sumber komoditas pertanian seperti tanaman pangan,

perkebunan, hortikultura dan peternakan dengan banyak jenisnya. Bagi

pembangunan nasional sektor pertanian harus bisa setara dengan sektor industri

yang menjadi sektor utama dan tidak lagi menjadi sektor pembantu yang tidak

diutamakan, melihat pertanian merupakan salah satu faktor yang dapat

menyejahterakan rakyat.

Sektor pertanian berperan besar dalam menurunkan angka kelaparan dan

meningkatkan derajat hidup masyarakat, karena sektor ini bukan sekedar

memproduksi produk-produk pangan yang bisa dikonsumsi secara langsung,

melainkan juga berperan sebagai sumber pendapatan masyarakat dunia. Subsektor

pangan merupakan salah satu subsektor yang memiliki peranan penting dalam

pertanian, karena pangan merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar bagi

masyarakat Indonesia. Bahan pangan kini sudah berkembang menjadi komoditas

perdagangan yang strategis sehingga proses dalam produksi pangan merupakan

kegiatan yang sangat penting bagi manusia. Dengan berkembangnya bidang

1
2

perdagangan dan industri, terciptalah kompetisi dalam penggunaan serealia dan

komoditas lainnya untuk pangan dan non pangan yang menjadi semakin besar.

Melalui Upaya Khusus Peningkatan Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan

Kedelai Melalui Perbaikan Jaringan Irigasi dan Saran Pendukungnya yang dikenal

dengan Upsus Pajale yang dimulai pada tahun 2015, pemerintah berkomitmen

akan mewujudkan swasembada berkelanjutan untuk padi serta jagung dan kedelai.

Untuk mencapai harapan tersebut, maka dilakukan pembangunan pertanian dan

pangan secara bertahap. Indonesia sendiri berharap bisa berswasembada pangan

hingga dapat menjadi lumbung pangan dunia. Strategi dalam mencapai harapan

tersebut diarahkan pada pengendalian impor dan meningkatkan kapasitas

produksi. Penerapan strategi tersebut diharapkan efektif bagi upaya pencapaian

swasembada dan ekspor pangan menuju Indonesia sebagai lumbung pangan dunia

(Heriawan et al, 2019).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil padi di Indonesia

yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Provinsi Jambi memiliki peluang yang cukup

besar untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan meningkatkan produksi

pertanian untuk memenuhi kebutuhan yang besar dengan tersebarnya padi di

setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Sentra produksi padi di Provinsi Jambi

tersebar di Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten

Muaro Jambi dan kabupaten lainnya. Upaya yang terus dilakukan dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas padi sawah di Provinsi Jambi dapat

dilihat dari perkembangan luas panen, produksi hingga produktivitas lima tahun

terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 1.


3

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah di


Provinsi Jambi Tahun 2014-2018
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/ Ha)
2014 121.722 587.384 4,83
2015 102.207 485.989 4,75
2016 132.998 642.096 4,83
2017 140.129 678.127 4,84
2018 140.992 729.424 5,17
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi 2014-2018
Dari Tabel 1 dapat dilihat terjadinya peningkatan pada luas panen, produksi,

dan produktivitas padi di Provinsi Jambi dalam lima tahun terakhir. Meskipun

terjadi penurunan di tahun 2015 dengan luas panen sebesar 102.207 Ha, produksi

sebesar 485.989 Ton, dan produktivitas sebesar 4,75 Ton/Ha, tidak menjadi

penghalang untuk terus meningkatnya di tahun-tahun selanjutnya yang dapat

dibuktikan dengan selisih kenaikan luas panen sebesar 38.785 Ha, produksi

sebesar 243.435 Ton, dan produktivitas sebesar 0,42 Ton/Ha dari tahun 2015 ke

tahun 2018. Ini menandakan tujuan swasembada menuju lumbung pangan dunia

bisa tercapai jika peningkatan ini terus di pertahankan. Peningkatan pada

komoditas padi sawah ini dapat terwujud karena peran penting dari setiap

kabupaten yang tersebar di Provinsi Jambi yang dapat dilihat pada Tabel 2.
4

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah


Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi Tahun 2018
Luas Panen Produksi Produktivitas
Kabupaten
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Kerinci 39.064 230.020 5,89
Merangin 16.594 85.624 5,16
Sarolangun 8.404 32.558 3,87
Batanghari 8.544 38.112 4,46
Muaro Jambi 7.306 27.503 3,76
Tanjung Jabung Timur 22.591 97.983 4,34
Tanjung Jabung Barat 9.569 50.118 5,24
Tebo 7.638 46.840 6,13
Bungo 12.348 64.410 5,22
Kota Jambi 1.116 5.360 4,80
Sungai Penuh 7.818 50.896 6,51
Jumlah 140.992 729.424 55,38
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi 2018

Dilihat dari Tabel 2 Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu

kabupaten yang cukup banyak dalam menopang produksi padi di Provinsi Jambi

dan menjadikan Kabupaten Muaro Jambi menjadi salah satu sentra pangan di

Provinsi Jambi. Di Kabupaten Muaro Jambi terdapat berbagai jenis lahan yang

digunakan untuk menanam padi, seperti sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan,

sawah rawa lebak, dan sawah pasang surut. Sebagai kabupaten dengan

pengembangan tanaman pangan yang cukup baik menunjukan bahwa Kabupaten

Muaro Jambi memiliki potensi sebagai salah satu sentra pangan, terutama pada

komoditas padi. Berikut merupakan kondisi padi sawah di Kabupaten Muaro

Jambi yang dapat dilihat pada Tabel 3.


5

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah


Menurut Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018
Luas Panen Produksi Produktivitas
Kecamatan
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Sekernan 1.195 5.560 4,65
Maro Sebo 1.440 6.291 4,37
Jambi Luar Kota 432 1.897 4,39
Mestong - - -
Sungai Bahar - - -
Sungai Gelam - - -
Kumpeh Ulu 731 3.215 4,40
Kumpeh 2.402 9.395 3,91
Taman Rajo 63 256 4,06
Jumlah 6.263 26.614 25,79
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi 2018
Dapat dilihat pada Tabel 3 Kecamatan sekernan merupakan salah satu

wilayah di Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki lahan padi sawah dengan

produktivitas tertinggi di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 4,65 Ton/Ha. Ini

menunjukkan bahwa Kecamatan Sekernan sangat berpotensi dalam

mengembangkan komoditas padi sawah. Angka produktivitas yang tinggi jika

dibandingkan dengan kecamatan lain membuktikan bahwa Kecamatan Sekernan

dapat menghasilkan poduksi padi secara efektif meskipun luas panen Kecamatan

Sekernan bukanlah luas panen terluas di Kabupaten Muaro Jambi dengan luas

panen hanya sebesar 1.995 Ha.

Kegiatan pertanian yang dilakukan dalam mengembangkan komoditas padi

sawah di Kecamatan Sekernan ini dapat terwujud tentunya merupakan hasil peran

aktif dari petani dan PPL dalam melaksanakan tugasnya pada wilayah kerjanya.

Seharusnya keadaan ini dapat dijadikan peluang untuk petani memasarkan hasil

produksinya sehingga dapat membuat produk beras lokal dan rnencukupi

kebutuhan pangan daerah. Namun faktanya mayoritas petani di Kecamatan

Sekernan tidak menjual hasil produksi padi sawahnya melainkan hanya untuk
6

dikonsumsi sendiri. Hal ini menandakan bawah petani di Kecamatan Sekernan

merupakan petani subsisten.

Dalam usahatani unit produksi dan unit konsumsi tidak dapat dipisahkan,

hal tersebut seringkali membawa kesulitan dalam analisa usahatani. Pada

kenyataan dalam usahatani rakyat banyak sistem bertani yang tujuan utamanya

adalah untuk memenuhi keperluan hidup petani beserta keluarganya atau sering

disebut pertanian subsisten. Petani subsisten hanya akan menanami lahannya

dengan tanaman yang dibutuhkan untuk kebutuhan konsumsi pangan rumah

tangganya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan penelitian ini dengan

judul “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani Terhadap

Konsumsi Hasil Produksi Padi Sawah Di Kecamatan Sekernan Kabupaten

Muaro Jambi”.

1.3.2. Perumusan Masalah

Dalam berusahatani padi sawah selalu ada masalah yang menjadi tantangan

bagi setiap petani, salah satunya adalah bagaimana cara menghasilkan produksi

padi sawah yang optimal. Sebagaimana hasil produksi tersebut sangat berperan

dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari setiap petani dan keluarganya. Namun

hasil produksi tersebut mayoritas tidak dipasarkan oleh petani di Kecamatan

Sekernan melainkan hanya untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini menimbulkan

pertanyaan terkait petani yang hanya menjadikan hasil produksi padinya untuk

dikonsumsi sendiri.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan keputusan petani tidak

menjual hasil produksi padi sawahnya melainkan hanya dikonsumsi sendiri.


7

Dalam hal ini faktor yang diduga berhubungan dengan keputusan petani dalam

memilih mengkonsumsi sendiri hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi adalah faktor luas lahan, tingkat pendapatan, pengalaman

berusahatani, pengetahuan, lingkungan ekonomi, dan lingkungan sosial.

Berdasarkan uraian maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran usahatani padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi?

2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan

petani terhadap konsumsi hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi ?

3. Bagaimana hubungan faktor luas lahan, tingkat pendapatan, pengalaman

berusahatani, pengetahuan, lingkungan ekonomi, dan lingkungan sosial

dengan keputusan petani dalam memilih mengkonsumsi sendiri hasil

produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi?

1.3.3. Tujuan dan Kegunaan

1.3.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran usahatani padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keputusan

petani terhadap konsumsi hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi.


8

3. Untuk mengetahui hubungan faktor luas lahan, tingkat pendapatan,

pengalaman berusahatani, pengetahuan, lingkungan ekonomi, dan

lingkungan sosial dengan keputusan petani dalam memilih mengkonsumsi

sendiri hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro

Jambi.

1.3.5. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi tingkat sarjana

Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan kajian dalam

bidang yang serupa.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi para peneliti dan pihak yang

membutuhkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) dalam Shinta (2011), bahwa ilmu usahatani

adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya

yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi

pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Sedangkan menurut Prawirokusumo (1990) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani

merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat

atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu pertanian, peternakan,

atau perikanan. Selain itu juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian,

peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh

petani/peternak tersebut.

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagaimana ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang

mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien

mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

(Suratiyah, 2015).

9
10

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengolah faktor

produksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang dimiliki petani untuk memperoleh

pendapatan yang maksimal.

2.2 Usahatani Padi Sawah

Usahatani padi sawah merupakan usahatani dimana dalam proses

produksinya melibatkan sawah sebagai lahan, petani sebagai tenaga kerja, bibit,

pupuk, obat-obatan dan adanya pengairan disamping kemampuan manajerial

dalam mengkoordinasikan faktor-faktor produksi tersebut. Tinggi rendahnya

produksi ditentukan oleh penerapan teknologi yang baik, efektif dan efisien.

Upaya peningkatan produksi dengan menggunakan faktor produksi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan petani.

2.2.1. Budidaya Padi Sawah

Padi (Oryza Sativa L) merupakan tanaman pangan berupa rumput-rumputan,

family Gramineae (rumput-rumputan). Terdapat 25 spesies oryza, jenis yang

terkenal O.Sativa dengan dua subspecies yaitu yaponica (padi bulu) yang ditanam

di daerah sub tropis dan Indica yang merupakan jenis padi yang ditanam di

Indonesia. Adaptasi yaponica yang berkembang di Indonesia disebut subspecies

javanica. Berdasarkan sistem budaya, padi dibagi dua tipe yaitu padi sawah dan

padi gogo. Padi sawah merupakan padi yang ditanam di lahan yang selalu

tergenang, sedangkan padi gogo merupakan padi yang selalu ditanam di lahan

kering (Hidayati, 2016).


11

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari-hari pada kebanyakan

penduduk di Indonesia. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa

makan nasi dan tidak dapat digantikan oleh bahan makanan lain, oleh sebab itu

padi disebut juga makanan energi ( AAK, 1990 dalam Septiana, 2016). Padi

adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok

karbohidrat bagi penduduk. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai

pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai

akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri

pangan dan pakan (Yusuf, 2010 dalam Septiana, 2016).

Ciri khusus budidaya padi sawah adalah adanya penggenangan selama fase

pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang

berstruktur lumpur. Tahapan budidaya padi sawah secara garis besar adalah

penyiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman,

dan panen. Pemberian air pada tanaman padi disesuaikan dengan kebutuhan

tanaman yakni dengan mengatur ketinggian tanaman. Ketinggian genangan

berkisar 2-25 cm, karena jika berlebhian dapat mengurangi jumlah anakan. Prinsip

pemberian air adalah memberikan pada saat yang tepat, jumlah yang cukup,

kualitas air yang baik, dan disesuaikan fase pertumbuhan tanaman (Septiana,

2016).

2.2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan yang baik

rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah

hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. pada lahan basah

(sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi,
12

tetapi pada lahan kering tanaman padi memerlukan curah hujan yang optimum

lebih dari 1600 mm/tahun. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah

hujan lebih dari 200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun

hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang

optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24ºC - 29ºC. Tinggi

tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 mdpl. Tanaman

padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tanah yang baik untuk pertumbuhan

tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung

dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup.

Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara

18-22 cm dengan pH antara 4-7 (Hidayati, 2016).

2.3 Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Menurut Soekartawi (1987) dalam Saeri (2018), tersedianya sarana dan

faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan

tinggi. Namun, bagaimana petani mampu melakukan usahanya dengan

mengalokasikan faktor produksi yang tersedia secara efektif dan efisien. Apabila

petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga

mencapai produksi yang tinggi maka usahataninya tergolong ke dalam efesiensi

secara teknis. Apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian

rupa sehingga mendapatkan keuntungan yang besar maka usahataninya tergolong

ke dalam efisien secara alokatif. Petani dapat menempuhnya dengan cara membeli

faktor produksi dengan harga murah namun dapat menjual hasil usahataninya

dengan harga relatif tinggi. Apabila petani mampu meningkatkan produksinya


13

dengan menekan harga faktor produksinya namun harga jual tetap tinggi, maka

petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efesiensi ekonomi.

Semakin petani dapat mengefisiensikan faktor produksi yang tersedia secara

teknis maupun ekonomi, maka semakin tinggi produktivitas dari usahatani

tersebut. Namun, faktor produksi dala usahatani memiliki kemampuan terbatas

untuk berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu

dengan meningkatkan nilai produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat.

Berikut adalah uraian dari masing-masing faktor produksi dalam usahatani.

2.3.1. Lahan

Lahan (meliputi tanah, air dan yang terkandung di dalamnya) merupakan

salah satu unsur usahatani atau disebut juga faktor produksi yang mempunyai

kedudukan penting. Kedudukan penting dari lahan sebagai faktor produksi terkait

dengan kepemilikan dan pemanfaatannya sebagai tempat atau wadah proses

produksi berlangsung. Ditinjau secara fisik, kondisi dan sifat lahan sangat

beragam antara satu dengan tempat lainnya dapat berbeda. Secara ekonomi, lahan

mempunyai tingkat produktivitas yang berbeda antara satu agroekosistem dengan

agroekosistem lainnya atau bersifat spesifik lokasi.

2.3.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung

maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Tenaga kerja merupakan

subsistem usahatani yang apabila faktor tenaga kerja ini tidak ada maka usahatani

tidak akan berjalan. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik,

pikiran, serta kemampuan yang dimiliki tenaga kerja. Besar kecilnya peranan

tenaga kerja terhadap hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang
14

tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja dalam usahatani dibagi

atas tenaga kerja manusia, tenaga ternak dan tenaga mesin. Tenaga kerja manusia

bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga

diperoleh dengan cara upahan dan sambatan (Saeri, 2018).

2.3.3. Modal

Modal dari segi ekonomi merupakan salah satu faktor produksi yang berasal

dari kekayaan seseorang yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi

pemiliknya. Menurut Shinta (2011), terdapat beberapa contoh modal dalam

usahatani, seperti tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, saprodi,

piutang dari bank dan uang tunai. Sumber pembentuk modal dapat berasal dari

milik sendiri, pinjaman, warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal dari

kontrak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat

mengembalikan, sehingga angsuran menjadi dan dikuasai pemilik modal.

Produktivitas modal merupakan uang yang dikeluarkan untuk membeli

sesuatu barang, haruslah diperoleh barang yang mempunyai produktivitas yang

paling tinggi dengan tujuan untuk menguji produktivitas berbagai modal.

2.3.4. Manajemen

Menurut Shinta (2011), pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani

dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan

mengawasi faktor produksi yang dikuasai atau dimilikinya sehingga mampu

memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan restrukturisasi

produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar

memerlukan kemampuan manajemen usaha yang professional. Oleh sebab itu,

kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan


15

dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi

pasar, serta pemupukan modal atau investasi.

2.4 Konsep Keputusan

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang dihadapi

dengan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan

(Decision Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang

didasarkan atas criteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih

karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada satu keputusan

yang akan diambil (Dagun, 2006). Keputusan merupakan hasil dari pemecahan

masalah yang dihadapi secara tegas. Hal tersebut berhubungan dengan jawaban

mengenai pertanyaan-pertanyaan atas apa yang harus dilakukan dan seterusnya

mengenai unsur-unsur perencanaan, atau suatu keputusan merupakan jawaban

yang pasti atas pernyataan. Keputusan juga harus dapat menjawab pertanyaan

tentang apa yang seharusnya dilakukan dan dibicarakan dalam hubungannya

dengan perencanaan. Keputusan yang benar pada dasarnya dapat digunakan untuk

membuat rencana yang benar pula (Davis et al, 2007).

Menurut Nawawi (1993), keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir dalam

mempertimbangkan sesuatu yang dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga

dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau

beberapa alternatif yang dihadapai. Sementara itu, pengambilan merupakan proses

atau rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori

atau pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai paling

baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan

dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain.


16

Menurut Syamsi (2000) dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu

sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu

diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya. Keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan,

dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya terlebih dahulu harus diketahui dan

dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pada

pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang disajikan. Sedangkan Siagian

(2009) menyatakan keputusan merupakan implementasi dari visi dan misi yang

diharapkan, direncanakan dan disetujui dengan menjatuhkan pilihan pada salah

satu alternatif pemecah masalah. Keputusan pada dasarnya ialah pemilihan yang

secara sadar dijatuhkan pada salah satu alternatif yang tersedia.

Menurut Terry (2003), pengambilan keputusan merupakan pemilihan

alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif pemecahan yang tersedia.

Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan mental seorang petani dalam

mengatasi suatu permasalahan yang timbul serta dapat terjadi dalam setiap

kegiatan, baik dalam lapangan perusahaan maupun dalam lapangan pertanian.

Kemampuan seorang petani sebagian besar bernilai berdasarkan ketepatannya

dalam mengambil keputusan. Seorang petani yang mampu untuk mengambil

keputusan yang benar maka akan dinilai sebagai petani yang berhasil. Pilihan

yang diambil merupakan pilihan yang kurang tepat maka petani tersebut akan

dinilai kurang berhasil. Pengambilan keputusan mengharuskan individu yang

menghadapi keadaan-keadaan yang penuh dengan masalah akan berusaha untuk

mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan, memproses, menilai hasil

dan membuat keputusan.


17

2.5 Proses Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan yang diambil merupakan perwujudan kebijakan yang telah

digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada

hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Menurut Thohiron (2013)

dalam Rifai (2019), ada beberapa proses dalam pengambilan keputusan sebagai

berikut:

1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada.

Seringkali hal kedengarannya sederhana ini menjadi sumber kegagalan

pengambilan keputusan yang benar. Masalah yang sering muncul dalam

pengkajian fakta adalah pemimpin dan orang yang ada disekitarnya sering

membaurkan fakta dengan tafsiran tentang fakta tersebut. Sebuah perumusan yang

baik mengidentifikasikan semua elemen-elemen yang relevan, elemen yang

diabsen, dan elemen yang perlu ditambahkan.

2. Pengumpulan dan Penganalisis Data

Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang

dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Proses pemecahan masalah

dalam pengambilan keputusan ada tiga fase yaitu fase pengumpulan fakta, fase

penemuan ide, dan fase penemuan solusi. Fase pengumpulan fakta atau data

meliputi kegiatan mendefinisakn masalah serta mengumpulkan masalah serta

menganalisis data yang penting. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

pengumpulan data adalah dengan mulai dulu melihat masalah yang ada secara

luas dan kemudian melanjutkannya dengan menentukan sub masalah yang ada.

Fase penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide yang mungkin dipakai
18

dan kemudian mencari ide yang terbaik. Fase penemuan solusi meliputi kegiatan

mengidentifikasi dan mengevaluasi pemecahan yang mungkin dlakukan dan

bagaimana cara melakukannya.

3. Pembuatan Alternatif-alternatif Kebijakan

Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu

dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu

diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif

maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus dapat mengadakan

perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya

informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik.

4. Pemilihan Salah Satu Alternatif Terbaik

Pemilihan salah satu alternatif yang dianggap paling tepat untu memecahkan

masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau

rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena

hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.

Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan pemilihan alternatif

pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam lembaga

pendidikan. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak dapat dioperasionalkan

apabila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.

5. Pelaksanaan Keputusan

Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu

menerima dampak yang positif dan negatif. Ketika menerima dampak yang

negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan


19

pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti

ditanggapi oleh banyak orang malah ditangai oleh sedikit orang.

6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan

Setelah keputusan yang dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur

dampak dari keputusan yang telah dibuat, dan penilaian ulang pun perlu diadakan.

Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak

setelah pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat

yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.

2.6 Konsumsi Sendiri

Menurut Abraham (1994) dalam Susmextra (2019), menyatakan bahwa

kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni

kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen.

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua

pemenuhan kebutuhan diatasnya. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu

semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.

Konsumsi adalah penggunaan suatu barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Menurut Suparmoko (2001) dalam Susmextra (2019),

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi akan suatu barang yaitu selera, faktor

sosial ekonomi, kekayaan, keuntungan atau kerugian kapital, tingkat bunga dan

tingkat harga. Konsumsi sendiri disini yaitu kegiatan petani yang

membudidayakan padi sawah dalam mengkonsumsi beras hasil panen untuk

kebutuhan sehari-hari.

Menurut James C. Scott (1983), dalam etika subsistensi ada sebuah teori

mengenai prinsip “Dahulukan Selamat” bahwa petani lebih mengutamakan


20

menanam tanaman kebutuhan subsisten untuk dikonsumsi sendiri, keselamatan

utama keluarganya dari pada mereka memperoleh keuntungan, setiap musim

bergulat dengan lapar dengan konsekuensi, mempunyai pandangan yang sedikit

berbeda tentang pengambilan resiko keluarga petani yang harus hidup dengan

lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat penduduknya akan bekerja

keras dan lama agar tetap bisa mempertahankan kebutuhan subsistensinya.

James C. Scott juga menyatakan strategi bertahan hidup dalam masyarakat

petani memperhatikan etika subsistensi. Etika subsistensi merupakan perspektif

dimana petani yang tipikal memandang tuntutan yang tidak dapat dielakkan atau

sumberdaya yang dimilikinya dari pihak sesama dengan warga desa, tuan tanah,

ataupun pejabat. Ini berarti bahwa criteria petani tentang etika subsitensi adalah

apa yang tersisa setelah tuntutan dari luar terpenuhi apakah yang tersisa ini cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya dan bukannya tingkatan tuntutan-

tuntutan itu sendiri. Etika subsistensi merupakan cara atau prinsip dahulukan

selamat. Bahwa pada masyarakat petani mera lebih mengutamakan menanam

tanaman sesuai kebutuhan subsistensi untuk di konsumsi sendiri, keselamatan

keluarganya lebih penting dari pada mereka memperoleh keuntungan. Setiap

musim bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi, mempunyai pandangan

berbeda dengan pengambilan resiko keluarga petani yang harus hidup dengan

lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat penduduknya akan bekerja

keras dan akan lama agar dapat mempertahankan kebutuhan-kebutuhan

subsistensinya.
21

2.7 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan, apakah seseorang menolak atau menerima

suatu inovasi tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh

situasi intern orang tersebut misalnya sifat inovasi, umur, tingkat pendapatan dan

sebagainya serta situasi lingkungannya, misalnya frekuensi kontak dengan sumber

informasi, kesukaan mendengarkan radio atau menonton televisi, menghadiri

karya temu dan sebagainya (Soekartawi, 2005). Selanjutnya menurut Soekartawi

(1998), mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

seseorang menerima atau menolak suatu inovasi atau hal-hal baru adalah sifat dari

inovasi tersebut. Sifat inovasi tersebut terdiri dari keuntungan relatif,

kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas. Lebih lanjut menurut

Soekartawi (1998), terdapat beberapa karakteristik penerima inovasi (petani)

dalam suatu inovasi seperti umur, pendidikan, pengalaman berusahatani,

pendapatan, jumlah tanggungan, luas lahan, dan tingkat kosmopolitan.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani sebagai

berikut:

1. Faktor Intern

Menurut Soekartawi (1988) dalam Rifai (2019), semakin muda umur petani

biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui

sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi

inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal

adopsi inovasi tersebut. Umur dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam

bekerja. Dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar

seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006 dalam
22

Sianturi, 2017). Hal tersebut terutama berlaku pada pekerjaan fisik. Semakin berat

pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula

prestasinya (Suratiyah, 2008).

Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena

memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik (Lionberger dalam Mardikanto et

al, 1996). Petani yang menguasai lahan sawah yang luas akan memperoleh hasil

produksi yang besar dan begitu sebaliknya. Dalam hal ini, luas sempitnya lahan

sawah yang dikuasai petani akan sangat menentukan besar kecilnya pendapatan

usahatani. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit seringkali menjadi kendala

untuk mengusahakan secara lebih efisien. Dengan keadaan tersebut, petani

terpaksa melakukan kegiatan diluar usahataninya untuk memperoleh tambahan

pendapatan agar mencukupi kebutuhan keluarganya (Mardikanto, 1993).

Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani petani dengan

tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi

inovasi (Lionberger dalam Mardikanto et al, 1996). Menurut Sahidu (1998) dalam

Sianturi et al (2017), pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi

petani dan merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan,

kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi petani. Menurut Mosher (2002)

dalam Sianturi et al (2017), pada bidang pertanian pendapatan merupakan

produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan selama kegiatan usahtani. Pendapatan bersih adalah jumlah

penerimaan dikurangi jumlah biaya produksi. Dalam memperoleh pendapatan

bersih petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi

yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi
23

yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik,

mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang

efisien (Simanjuntak, 2004 dalam Sianturi et al, 2017).

Pendidikan, petani yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam

melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya, petani yang berpendidikan

rendah lebih sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi,

1988 dalam Rifai, 2019). Dalam Suhardiyono, (1990) dalam Susanti, (2008),

disampaikan menurut para ahli pendidikan mengenal tiga sumber pengetahuan

yaitu:

a. Pendidikan informal, adalah proses pendidikan yang panjang, diperoleh dan

dikumpulkan oleh seseorang, berupa pengetahuan, kketerampilan, sikap

hidup dan segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman pribadi sehari-hari

dari kehidupannya didalam masyarakat.

b. Pendidikan formal, adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang

kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah

sampai dengan perguruan tinggi.

c. Pendidikan nonformal, adalah pengajaran sistematis yang diorganisis diluar

sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi

keperluan khusus. Salah satu contoh pendidikan nonformal dalam pertanian

adalah penyuluhan pertanian.

Menurut Hasyim, (2006) dalam Sianturi et al, (2017) jumlah tanggungan

keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan

pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan akan

mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan


24

menambah pendapatan keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga akan

semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi.

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan dalam berusaha. Petani

yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan

yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 2005).

Pengalaman berusahatani, menurut Soekartawi, (2005) pengalaman

seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi

yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah

menerapkan inovasi dari pada pemula. Lubis, (2000) dalam Sianturi et al, (2017)

berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman yang relatif berhasil

dalam mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai sikap dan keterampilan

yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.

Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi

petani keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti

penyuluhan, frekuensi petani bertemu dengan tokoh innovator, Koran yang

dibaca, siaran televise yang ditonton dan siaran radio yang didengar (Soekartawi,

1988 dalam Rifai 2019). Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi

dan jarak yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Mosher, (1978) dalam

Sianturi et al, (2017) menjelaskan bahwa keterbukaan seseorang berhubungan

dengan penerimaan perubahan-perubahan seseorang untuk meningkatkan

usahatani mereka.

2. Faktor Ekstern

Lingkungan ekonomi, merupakan kekuatan ekonomi yang berada disekitar

seseorang. Menurut Mardikanto et al, (1996) menyampaikan bahwa kegiatan


25

pertanian tidak lepas dari kekuatan ekonomi yang berkembang sekitar masyarakat.

Kekuatan ekonomi tersebut meliputi : 1) Tersedianya dana atau kredit usahatani,

2) tersedianya sarana produksi dan peralatan usahtani, 3) perkembangan

pengolahan hasil, 4) pemasaran hasil.

Lingkungan sosial, petani sebagai pelaksana usahatani adalah manusia yang

disetiap pengambilan keputusan untuk usahatani tidak terlalu dapat dengan bebas

dilakukan sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan

disekelilingnya, jika ia ingin melakukan perubahan untuk usahtaninya, maka juga

harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh

lingkungan sosial (Mardikanto, 1993). Menurut Soekartawi (1988) dalam Rifai

(2019), lingkungan sosial yang mempengaruhi perubahan-perubahan itu adalah

family atau keluarga, tetangga, kelompok sosial dan status sosial.

Menurut Kotler et al (2005) dalam Suprayitno et al (2015), pengambilan

keputusan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:

1. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari

lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya merupakan penyebab paling mendasar

dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor kebudayaan meliputi kultur, sub-

kultur, dan kelas sosial. Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan

prilaku seseorang. Manusia perilakunya dipelopori dari lingkungan sekitarnya.

Tiap kultur memiliki sub kultur yang lebih kecil atau kelompok dengan sistem

nilai sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Sub kultur

mencakup asal kebangsaan, agama, kelompok sosial, dan wilayah geografik.


26

Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam kelas sosial

tidak ditentukan faktor tunggal seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai suatu

masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan interaksi formal maupun informal dalam

masyarakat yang relatif permanen yang anggotanya menganut minat dan perilaku

serupa dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Faktor sosial terdiri dari

kelompok referensi, keluarga dan pemimpin. Kelompok referensi adalah

kelompok rujukan yang merupakan titik pembanding atau rujukan langsung (tatap

muka) atau tak langsung dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang.

Keluarga memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku karena pada sebuah tatanan

keluarga apabila salah satu atau lebih anggota keluarga memiliki suatu kebiasaan,

maka anggota keluarga yang lain cenderung akan terbawa ataupun mengikuti

kebiasaan tersebut. Pemimpin adalah seseorang dalam suatu kelompok acuan

dikarenakan keterampilan khususnya pengetahuan, kepribadian, atau karakteristik

lainnya mampu mempengaruhi orang lain.

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang

berbeda dengan orang lain menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

bertahan lama terhadap lingkungan. Faktor pribadi terdiri dari usia dan tahap

siklus, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor Psikologi

Faktor psikologi sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal

dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh masa lampau atau
27

antisipasinya terhadap waktu yang akan dating. Faktor psikologi meliputi

persepsi, motivasi, pengetahuan, keyakinan dan sikap. Persepsi adalah suatu

proses yang mana seseorang memilih, mengorganisir dan mengintepretasikan

suatu stimulant menjadi gambaran berarti dan konsisten dengan apa yang telah

menjadi cara berpikirnya. Motivasi dikelompokkan atas teori isi atau faktor yang

mempengaruhi orang yang ingin melakukan sesuatu dan teori bagaimana orang

melakukan sesuatu.

Menurut Abraham Maslow terdiri dari lima tingkatan faktor motivator yaitu

Physiological needs sebagai tingkat motivasi yang paling bawah. Safety and

Security needs, Social needs, Ego needsi, dan Self actualization sebagai tingkat

motivasi yang paling tinggi. Secara teoritis bila motivasi telah terpenuhi maka

faktor motivasi akan naik ke tingkat yang lebih tinggi. Pembelajaran merupakan

hal yang menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.

Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan, stimulant, cues,

tanggapan dan penguatan. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang

dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan dan

kecenderungan yang konsisten atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau

ide.

Menurut Siagian (1991), ada faktor-faktor tertentu yang bersifat internal dan

eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Adapun

faktor internal tersebut antara lain: 1) Pengetahuan, pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan. 2) Kepribadian, kepribadian ini tidak tampak

oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan. Sedangkan faktor
28

eksternal antara lain: 1) Kultur, kultur yang dianut oleh individu bagaikan

kerangka bagi perbuatan individu. 2) Orang lain, dalam hal ini menunjuk pada

bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat)

dalam melakukan pengambilan keputusan.

Berdasarkan sumber yang didapat banyak faktor-faktor yang berhubungan

dengan pengambilan keputusan menurut para ahli. Dalam penelitian ini

didasarkan pada beberapa teori para ahli, yaitu difokuskan pada faktor luas lahan

menurut Mardikanto, et al (1996), faktor tingkat pendapatan menurut Mosher

(2002) dalam Sianturi et al (2017), faktor pengalaman berusahtani menurut

Soekartawi (2005), faktor lingkungan ekonomi menurut Mardikanto, et al (1996),

faktor lingkungan sosial menurut Soekartawi (1988) dalam Rifai (2019), dan

faktor pengetahuan menurut Siagian (1991).

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Sianturi (2017) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Keputusan Petani Dalam Melakukan Usahatani Sayuran

Hidroponik Di Kota Medan”. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah

30 petani yang melakukan usahatani sayuran hidroponik. Penarikan responden

dilakukan dengan prosedur Nonprobability Sampling karena jumlah populasi tidak

dapat diketahui dengan pasti sehingga pengambilan sampel dilakukan

menggunakan metode Snowball Sampling atau disebut metode bola salju. Hasil

penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan

keputusan petani dalam melakukan usahtani sayuran hidroponik di daerah

penelitian adalah pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan pendapatan.


29

Sedangkan faktor umur, lama berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga tidak

mempengaruhi keputusan petani di daerah penelitian.

Penelitian oleh Padillah, et.al (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Keputusan Petani Dalam Menerapkan Sistem Tanam Jajar

Legowo Pada Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan Di Desa Pudak Kabupaten

Muaro Jambi”. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 42 petani

yang menerapkan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah tadah

hujan. Penarikan responden dilakukan dengan metode simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan pengambilan keputusan petani dalam penerapan

sistem tanam jajar legowo pada lahan padi sawah tadah hujan di Desa Pudak

Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar berada pada kategori tinggi dan telah

menerapkan sistem tanam jajar legowo dengan benar. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pengambilan keputusan petani yaitu : faktor kebiasaan dan

kemauan, faktor pengetahuan dan faktor motif ekonomi. Faktor-faktor tersebut

berhubungan dan memiliki derajat hubungan yang nyata dengan keputusan petani

dalam menerapkan sistem tanam jajar legowo, sedangkan faktor pengalaman tidak

berhubungan dan memiliki derajat hubungan yang nyata terhadap pengambilan

keputusan petani dalam sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian.

Penelitian oleh Kusuma (2015) yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan

Dengan Motivasi Menyimpan Hasil Panen Padi Petani Di Kabupaten Seluma”.

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 60 petani yang menyimpan

hasill panen padi. Penarikan responden dilakukan dengan metode simple random

sampling. Hasil penelitian menunjukan frekuensi penjualan hasil panen yang

dilakukan petani rendah, sebaliknya tingkat motivasi petani dalam menyimpan


30

hasil panen padi adalah tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi

petani yaitu : faktor pendidikan non formal dan pengalaman usahatani. Faktor

pendidikan non formal dan pengalaman usahatani mempunyai hubungan nyata

dengan motivasi menyimpan hasil panen padi petani di Kabupaten Seluma.

Sebaliknya untuk faktor umur, pendidikan formal, luas lahan, jumlah tanggungan

keluarga, dan jumlah produksi sebelumnya tidak memiliki hubungan yang nyata

dengan motivasi menyimpan hasil panen padi di daerah penelitian.

Penelitian oleh Kurniawan (2016) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Keputusan Petani Dan Analisis Pendapatan Usahatani

Tembakau Voor Oogst Samporis Di Kabupaten Jember”. Responden yang diambil

dalam penelitian ini adalah 35 petani yang berusahatani tembakau Voor Oogst

Samporis. Penarikan responden dilakukan dengan metode multiple stage sample

dan metode proportionate random sampling. Hasil penelitian menunjukkan faktor

pendapatan dan luas lahan memiliki hubungan yang nyata dan memiliki hubungan

yang positif terhadap keputusan petani tembakau VO Samporis di Kabupaten

Jember, sedangkan faktor sumber modal, pengalaman, pendidikan, sumber

informasi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap keputusan petani di

daerah penelitian. Usahatani tembakau VO Samporis di Kabupaten Jember

menguntungkan petani dengan rata-rata pendapatan yang diterima petani adalah

sebesar Rp. 16.369.333/ha/musim. Penggunaan biaya produksi usahatani

tembakau VO Samporis sudah efisien, dengan nilai rata-rata R/C ratio lebih dari

satu yaitu sebesar 1,82.


31

2.9 Kerangka Pemikiran

Tanaman padi merupakan salah satu bahan makanan pokok masyarakat

Indonesia. Padi ini sendiri menjadi prioritas sebagai bahan pangan utama di

Indonesia. Hal tersebut menjadikan padi harus dapat diproduksi secara cukup

mengingat penduduk Indonesia sangat bergantung pada beras sebagai makanan

utama. Di Indonesia sendiri yang merupakan salah satu negara penghasil

komoditas padi, yaitu pada daerah Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Untuk daerah

sumatera Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di Sumatera yang

mengembangkan komoditas padi.

Pada Kabupaten Muaro Jambi di Kecamatan Sekernan merupakan wilayah

yang berpotensi dalam pengembangan usahatani padi sawah memingat

Kecamatan Sekernan merupakan kecamatan yang memiliki produktivitas padi

sawah tertinggi di Kabupaten Muaro Jambi. Namun meskipun memiliki

produktivitas yang tinggi, petani di Kecamatan Sekernan lebih memilih tidak

menjual hasil produksi padinya dan hanya untuk dikonsumsi sendiri. Berarti

adanya faktor-faktor yang menyebabkan petani memilih hal tersebut. Adapun

faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani terhadap konsumsi hasil

produksi padi diantaranya adalah kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi.

Dari uraian diatas, maka skema kerangka pemikiran yang dapat

menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani dalam

memilih mengkonsumsi sendiri hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada Gambar 1.


32

Petani Padi Sawah

Faktor yang berhubungan dengan


keputusan petani terhadap konsumsi
hasil produksi padi sawah :
Faktor Intern: Keputusan petani terhadap
1. Luas Lahan (Mardikanto, 1996) hasil produksi padi sawah
2. Tingkat pendapatan (Mosher,
2002)
3. Pengalaman Berusahatani
(Soekartawi, 2005)
4. Pengetahuan (Siagian, 1991)
Faktor Ekstern:
1. Lingkungan Ekonomi
(Mardikanto, 1996)
2. Lingkungan Sosial (Soekartawi
1988)

Uji Statistik

Berhubungan Tidak Berhubungan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Keputusan Petani Terhadap Konsumsi Hasil Produksi Padi Di

Kecamtan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi


33

2.10 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yang akan

dibuktikan kebenarannya. Diduga bahwa faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor

pribadi, dan faktor psikologi berhubungan dengan keputusan petani terhadap

konsumsi hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro

Jambi.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Kecamatan Sekernan memiliki produktivitas tertinggi di

Kabupaten Muaro Jambi, dan Kecamatan Sekernan merupakan salah satu sentra

padi sawah di Kabupaten Muaro Jambi dimana sebagian besar penduduk

menggantungkan kebutuhan makanan pokoknya pada usahatani padi sawah.

Adapun responden penelitian ini adalah petani yang berusahatani padi sawah di

Kecamatan Sekernan. Penelitian ini difokuskan pada keputusan petani yang tidak

menjual hasil panennya dan hanya untuk dikonsumsi sendiri sebagai kebutuhan

sehari-hari.

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal ______ sampai dengan ______.

Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Identitas petani sampel yang meliputi : Nama, umur, tingkat pendidikan,

jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani.

2. Petani sampel adalah petani yang tidak menjual hasil panen produksi padi

sawahnya dan hanya dikonsumsi sendiri.

3. Faktor yang berhubungan dengan keputusan petani terhadap konsumsi hasil

produksi padi sawah meliputi faktor luas lahan, tingkat pendapatan,

pengalaman berusahatani, pengetahuan, lingkungan ekonomi, dan

lingkungan sosial.

4. Data pendukung lainnya yang ada hubungannya dengan topik penelitian ini.

34
35

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Adapun sumber dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari pihak yang bersangkutan atau

langsung diperoleh dari responden penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan metode survey dan observasi. Metode survey merupakan metode

pengumpulan data primer dengan menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis,

dimana akan dilakukannya wawancara kepada petani untuk mendapatkan

informasi yang dibutuhkan. Sedangkan metode observasi adalah metode

pengumpulan data primer dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan

kejadian tertentu yang terjadi di lokasi penelitian secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau

dikumpulkan dari institusi terkait. Data sekunder merupakan data yang berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip atau data

documenter. Data sekunder ini didapatkan dari Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Perternakan Provinsi Jambi, Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi, Badan Pusat Statistik (BPS), Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sekernan, serta studi kepustakaan seperti buku,

penelitian terdahulu, serta publikasi lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.3 Metode Penarikan Sampel

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Desa Sekernan dan Desa Tunas

Mudo Kecamatan Sekernan, penetapan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja


36

(purposive). Adapun Desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian dipilih dengan

pertimbangan setiap desa di Kecamatan sekernan mengkonsumsi sendiri hasil

produksi padi sawahnya secara merata di setiap Desa, sehingga peneliti memilih

Desa Sekernan dengan tingkat produktivitas yang tergolong tinggi, dan Desa

Tunas Mudo dengan tingkat produktivitas yang tergolong rendah.

Petani yang berusahatani padi sawah di Desa Sekernan dengan jumlah

kelompok tani tanaman pangan sebanyak 10 kelompok dengan 239 anggota, dan

di Desa Tunas Mudo dengan jumlah kelompok tani tanaman pangan sebanyak 5

kelompok dengan 109 anggota. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode simple random sampling (Pengambilan sampel acak sederhana).

Metode penarikan sampel menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam

Susmextra (2019). Adapun ketentuan dalam rumus Slovin apabila sampel lebih

dari 100 orang maka diambil presisi 15-20%, atau jika sampel 50-100 orang maka

presisi yang diambil 10% dan jika sampel kurang dari 50 orang maka sampel

dapat diambil seluruhnya. Rumus penarikan sampel yang dapat digunakan sebagai

berikut:

N
n=
Nd ²+1

Dimana:

n= Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Presisi (ditetapkan 15%)

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebagi berikut:

N 348 348
n= = = = 39 responden
Nd ²+1 ( 348 ) × ( 0,15 ) + 1 8,83
2
37

Hasil dari perhitungan sampel menggunakan rumus diatas, maka diperoleh

penarikan sampel sebanyak 39 responden. Selanjutnya jumlah petani yang akan

dijadikan sebagai responden dari kelompok tani diambil melalui rumus metode

alokasi sampel proporsional (Nazir, 2011) yaitu:

¿= ¿ n
N

Dimana :

¿=Jumlah sampel perdesa

n=Jumlah sampel seluruhnya

¿=Jumlah sub sampel populasi

N=Jumlah total populasi

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh sampel untuk masing-masing

kelompok tani didaerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Jumlah Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah di Daerah
Penelitian
Desa Jumlah Populasi Jumlah Sampel
Sekernan 239 27
Tunas Mudo 109 12
Jumlah 348 39

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Deskriptif

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka analisis yang

dipergunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang

digunakan untuk mengolah data dengan cara menggambarkan atau

mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud untuk membuat

suatu kesimpulan yang bersifat umum (Slamet, 2006). Analisis deskriptif


38

berfungsi untuk menggambarkan dari setiap variabel, baik dari variabel bebas

maupun variabel terikat dan karakteristik responden.

3.4.2. Analisis Data

Analisis data merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis dan

menyederhanakan data yang diperoleh ke dalam bentuk yang mudah di baca,

dimengerti dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan

diolah secara tabulasi. Tabulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tabel

distribusi frekuensi dan analisis yang akan digunakan adalah analisis Chi-Square

(Siegel, 1997). Dengan tabel kontingensi 2×2 dengan rumus sebagai berikut.

N ( AD−BC ) ²
x ²=
( A + B ) (C + D ) ( A +C )( B+ D )

Sedangkan bila terdapat sel yang berisi frekuensi ≤ 5 digunakan rumus

sebagai berikut:

x ²=
[
N ( AD−BC ) −
N
2 ]
²

( A + B ) (C + D ) ( A +C )( B+ D )

Keterangan : N=Jumlah Sampel

Adapun tabel model analisis uji Chi-Square sebagai berikut:

Tabel 5. Model Analisis Uji Chi-Square dengan Kontingensi 2×2


Faktor Yang Keputusan Petani Jumlah
Berhubungan Tinggi Rendah
Tinggi A B A+B
Rendah C D C+D
Jumlah A+C B+D N

Nilai ( x 2 ) pada tabel dengan derajat bebas (db) = 1 pada tingkat kepercayaan

95% adalah 3,84. Dapat dibandingkan antara x ² hitung dengan x ² tabel dengan

keputusan sebagai berikut:


39

1. Terima H0 tolak H1 jika x ² hitung ≤ x ² tabel berarti tidak terdapat hubungan

yang nyata antara kedua variabel.

2. Tolak H0 terima H1 jika x ² hitung ≥ x ² tabel berarti terdapat hubungan yang

nyata antara kedua variabel.

Dimana:

H0 : Tidak terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani

terhadap konsumsi hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan

Kabupaten Muaro Jambi.

H1 : Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani terhadap

konsumsi hasil produksi padi sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten

Muaro Jambi.

Selanjutnya untuk mengukur derajat hubungan antara kedua variabel

digunakan koefisien kontingensi dengan rumus sebagai berikut:

Chit=
√ x²
x ²+ N

Dimana :

Chit=Koefisien Kontingensi

x ²=Nilai Chi-Square

N=¿ Jumlah Sampel

Cmax=
√ m−1
m
1

= =0,707
2

Dimana

m=Jumlah kolom/baris pada tabulasi silang

Dengan kategori :
40

a. Hubungan digolongkan lemah apabila nilai terletak antara 0 – 0,353

b. Hubungan digolongkan kuat apabila nilai terletak antara 0,353 – 0,707

Selanjutnya untuk mengukur keeratan hubungan digunakan formulasi

sebagai berikut :

Chit
r=
Cmax

Keterangan :

r =Koefisien keeratan hubungan

Chit=Koefisien kontingensi

Cmax=C Maximum

Selanjutnya untuk melihat adanya hubungan yang nyata atau tidak maka

digunakan formulasi pengambilan keputusan sebagai berikut :

Thit=
√ N−2
1−( r )
2

Dimana :

H0 :r=0

H1 :r≠0

Jika t hitung ( ≤ ttabel = ( ∝=5 % db=N −2 )) Terima H0

Jika t hitung ( ≥ ttabel = ( ∝=5 % db=N −2 ) ¿ Tolak H0

Dimana :

H0 : Tidak terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan keputusan petani terhadap konsumsi hasil produksi

padi sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor yang berhubungan

dengan keputusan petani terhadap konsumsi hasil produksi padi sawah


41

di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

3.5 Skala Pengukuran

Penelitian ini pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-

masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk

memahami permasalahan tersebut hanya mengandalkan pengalaman hidup sehari-

hari secara sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat

bagi pemahaman terhadap satu permasalahan (Uhar, 2012 dalam Susmextra,

2019). Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilakn data kuantitatif.

Parameter yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor

yang berhubungan dengan keputusan petani terhadap konsumsi hasil produksi

padi sawah. Skala pengukuran dengan tipe ini akan mendapatkan jawaban yang

tegas, yaitu “ya – kadang-kadang – tidak” ; “pernah – kadang-kadang – tidak

pernah” ; “baik – cukup baik – tidak baik” dan lain-lain. Data yang diperoleh

dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada

skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat

tidak setuju”, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau

“tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan

(Sugiyono, 2010).

Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat

dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan

terendah nol (ataupun dengan skor lainnya). Misalnya untuk jawaban setuju diberi
42

skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Pada penelitian ini untuk menentukan

parameter faktor yang berhubungan dengan keputusan petani digunakan skala

dengan nilai tertinggi sama dengan 5, sedang sama dengan 3, dan skor terendah

sama dengan 1.

3.6 Konsepsi Pengukuran

Batasan dari variable yang digunakan dalam penelitian ini, maka ada

beberapa istilah yang didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Petani adalah petani padi sawah yang mengkonsumsi hasil produksi padi

sawah di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.

2. Keputusan adalah pilihan yang dijatuhkan pada salah satu alternatif dari

berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan adalah hasil akhir dari

pemilihan beberapa opsi (mengkonsumsi dan tidak mengkonsumsi).

Keputusan diukur dengan skor

- Kategori Tinggi bila skor 106 - 175

- Kategori Rendah bila skor 35 - 105

3. Faktor adalah suatu fakta yang berhubungan atau berkaitan dengan fakta

lain. Faktor yang dimaksud dalam penelitian adalah :

a. Luas lahan sawah adalah suatu lahan garapan yang dikelola petani dan

dimiliki oleh petani serta keluarganya yang dinyatakan dalam satuan

hektar, yang diukur dari luas lahan yang diusahakan petani.

- Kriteria Tinggi bila ≥ rata-rata

- Kriteria Rendah bila ≤ rata-rata


43

b. Tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperleh petani

responden baik yang diperoleh dari pertanian maupun non pertanian,

dalam memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya, terutama

dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan pendidikan.

- Kriteria Tinggi bila ≥ rata-rata

- Kriteria Rendah bila ≤ rata-rata

c. Pengalaman berusahatani adalah lamanya seorang petani bekerja atau

berusaha dalam mengelola usahtani padi sawahnya yang dihitung

berdasarkan tahun. Pengalaman berusahatani diukur dengan skor

- Kriteria Tinggi bila skor 22 - 35

- Kriteria Rendah bila skor 7 - 21

d. Pengetahuan adalah pengetahuan petani terhadap harga hasil produksi

padi di lembaga pemasaran. Pengetahuan diukur dengan skor

- Kriteria Tinggi bila skor 16 - 25

- Kriteria Rendah bila skor 5 - 15

e. Lingkungan ekonomi adalah kekuatan kekuatan ekonomi yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mendorong atau menghambat

petani dalam pengambilan keputusan terhadap konsumsi hasil

produksi padi sawah. Diukur dengan indikator lingkungan ekonomi

berupa ketersediaan sarana produksi, jaminan pasar, jaminan harga

dan ketersediaan kredit bagi petani. Lingkungan ekonomi diukur

dengan skor

- Kriteria Tinggi bila skor 16 - 25

- Kriteria Rendah bila skor 5 - 15


44

f. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat disekitar petani

responden yang secara langsung maupun tidak langsung cepat

menolong atau menghambat petani dalam pengambilan keputusan

terhadap konsumsi hasil produksi padi sawah. Diukur dengan

indikator lingkungan sosial yang berupa pengaruh, dukungan dan

bantuan dari elemen masyarakat di sekitar petani yang meliputi

kerabat, tetangga, petani lain, kelompok tani dan aparat desa.

Lingkungan sosial diukur dengan skor

- Kriteria Tinggi bila skor 16 - 25

- Kriteria Rendah bila skor 5 - 15


45

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2015. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. Mujahid Press. Bandung.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Bekerja Sama Dengan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD. 2009. Budidaya Tanaman
Padi. Aceh.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2020. Statistik Indonesia 2020. Indonesia

Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengkajian


Kebudayaan Nusantara (LPKN). Jakarta.
Davis, dkk. 2007. Perilaku Dalam Organisasi. PT.Erlangga. Jakarta.

Heriawan, dkk. 2019. Menuju Balitbangtan Terdepan Dalam Penelitian Pangan


Dan Pertanian. IAARD PRESS. Jakarta.
Hidayati, Nurul. 2016. Buku Ajar Budidaya Tanaman Pangan. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2014-2018. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal. Indonesia
Kurniawan, Andi. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan
Petani Dan Analisis Pendapatan Usahatani Tembakau Voor Oogst
Samporis Di Kabupaten Jember. Skripsi Universitas Jember.
Kusuma, dkk. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Menyimpan
Hasil Panen Padi Petani Di Kabupaten Seluma. Jurnal Universitas
Bengkulu.
Mardikanto, dkk. 1996. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Pusat Penyuluhan
Kehutanan Departemen Kehutanan RI Bekerjasama Dengan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor

Padillah, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani


Dalam Menerapkan Sistem Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Sawah
Tadah Hujan Di Desa Pudak Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Universitas
Jambi.
Rifai, dkk. 2019. Proses Pengambilan Keputusan. Jurnal Universitas Negeri
Padang.
Saeri, Moh. 2018. Usahatani Dan Analisanya. Universitas Wisnuwardhana
Malang Press. Malang.
Scoot, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani. Lembaga Penelitian Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Septiana, Ade Fijar. 2016. Kajian Adopsi Inovasi Pola Tanam Jajar Legowo Pada
Usahatani Padi Sawah. Jurnal Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press. Malang
46

Siagian, Sondang P. (1991). Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara.


Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 1. Bumi
Aksara. Jakarta.
Sianturi, dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani
Dalam Melakukan Usahatani Sayuran Hidroponik Di Kota Medan. Jurnal
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Siegel. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gramedia.
Jakarta.
Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta.

Soekartawi. 1998. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan


Pertanian Kecil. Rajawali Press. Jakarta.
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta.
Bandung.
Suprayitno, dkk. 2015. Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi Dan Psikologi
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pada Restoran Gado-gado
Boplo (Studi Kasus: Restoran Gado-gado Boplo Panglima Polim Jakarta
Selatan). Jurnal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanti, Lisana Widi. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan


Keputusan Petani Dalam Penerapan Pertanian Padi Organic Di Desa
Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Jurnal Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Susmextra, Pramdika. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keputusan Petani Padi Sawah Dalam Mempertahankan Usahatani Padi
Varietas Lokal Di Kecamatan Gunung Raya. Skripsi Universitas Jambi.
Syamsi. 2000. Pengambilan Keputusan Dan Sistem Informasi. Edisi Kedua. Bumi
Aksara. Jakarta.
Terry, George. 2003. Prinsip-prinsip Management. Bumi Aksara. Jakarta.

Yuwono, Tribowo. 2016. Pembangunan Pertanian. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.
47

Lampiran 1. Produksi Padi menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2018


Tahun (Ha)
No. Provinsi
2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1.820.062 2.331.046 2.205.056 2.494.613 1.861.567
2 Sumatera Utara 3.631.039 4.044.829 4.609.791 5.136.186 2.108.285
3 Sumatera Barat 2.519.020 2.550.609 2.503.452 2.824.509 1.483.076
4 Riau 385.475 393.917 373.536 365.744 266.376
5 Jambi 664.720 541.486 752.811 782.049 383.046
6 Sumatera Selatan 3.670.435 4.247.922 5.074.613 4.943.071 2.994.192
7 Bengkulu 593.194 578.654 641.881 731.169 288.811
8 Lampung 3.320.064 3.641.895 4.020.420 4.248.977 2.488.642
9 Bangka Belitung 23.481 27.068 35.388 37.123 45.725
10 Kepulauan Riau 1.403 959 627 639 1.097
11 DKI Jakarta 7.541 6.361 5.342 4.238 4.899
12 Jawa Barat 11.644.899 11.373.144 12.540.550 12.299.701 9.647.359
13 Jawa Tengah 9.648.104 11.301.422 11.473.161 11.396.263 10.499.588
14 D.I. Yogyakarta 919.573 945.136 882.702 881.106 514.935
15 Jawa Timur 12.397.049 13.154.967 13.633.701 13.060.464 10.203.213
16 Banten 2.045.883 2.188.996 2.358.202 2.413.477 1.687.783
17 Bali 857.944 853.710 845.559 836.097 667.069
18 Nusa Tenggara Barat 2.116.637 2.417.392 2.095.117 2.323.701 1.460.339
19 Nusa Tenggara Timur 825.728 948.088 924.403 1.090.821 899.936
20 Kalimantan Barat 1.372.695 1.275.707 1.364.524 1.397.953 799.715
21 Kalimantan Tengah 838.207 893.202 774.466 771.893 514.769
22 Kalimantan Selatan 2.094.590 2.140.276 2.313.574 2.452.366 1.327.492
23 Kalimantan Timur 426.567 408.781 305.337 400.102 262.774
24 Kalimantan Utara 115.620 112.102 81.854 75.831 45.064
25 Sulawesi Utara 637.927 674.169 678.151 775.847 326.930
26 Sulawesi Tengah 1.022.054 1.015.368 1.101.994 1.144.399 926.979
27 Sulawesi Selatan 5.426.097 5.471.806 5.727.081 6.055.404 5.952.616
28 Sulawesi Tenggara 657.617 660.720 695.329 711.401 538.876
29 Gorontalo 314.704 331.220 344.869 350.193 269.540
30 Sulawesi Barat 449.621 461.844 548.536 667.100 316.478
31 Maluku 102.761 117.791 99.088 104.716 116.229
32 Maluku Utara 72.074 75.265 82.213 84.037 49.047
33 Papua Barat 27.665 30.219 27.840 29.516 24.967
34 Papua 196.015 181.769 233.599 257.888 223.199
Indonesia 70.846.465 75.397.841 79.354.767 81.148.594 59.200.534
Sumber: Statistik Pertanian Indonesia 2019
48

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani


Terhadap Konsumsi Hasil Produksi Padi Sawah Di
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi
Nama Peneliti : Rts Mawaddah Warohmah Hs
NIM : RRD1B016002
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat Agribisnis
Fakultas : Pertanian

Desa :........................................................................................
No. Sampel :........................................................................................

I. Identitas Petani
Nama :........................................................................................
Umur :........................................................................................
Jenis Kelamin :........................................................................................
Pendidikan Terakhir :........................................................................................
Jumlah Anggota Keluarga :........................................................................................
Jumlah Tanggungan :........................................................................................
Pekerjaan Lain :........................................................................................
Nama Kelompok Tani :........................................................................................

II. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani


1. Faktor Intern
A. Luas Lahan
1. Berapa luas lahan padi sawah yang Bapak/Ibu miliki?
......................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
Pertanyaan Terbuka
2. Apakah lahan padi sawah yang dikelola milik Bapak/Ibuk Sendiri?
......................................................................................................................
a. Ya 5
b. Sebagian 3
c. Tidak 1
49

B. Tingkat Pendapatan
1. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu selama satu bulan?
......................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
Pertanyaan Terbuka
2. Berapakah pengeluaran rumah tangga Bapak/Ibu selama satu bulan?
......................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
3. Apakah penghasilan Bapak/Ibu diperoleh dari hasil produksi padi sawah?
......................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
4. Apakah penghasilan Bapak/Ibu dari berusahatani padi sawah dapat
mencukupi kebutuhan keluarga?
......................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1

5. Apakah Bapak/Ibu memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi


kebutuhan keluarga?
......................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. tidak 1
6. Apakah penghasilan dari pekerjaan sampingan Bapak/Ibu dapat
memenuhi kebutuhan keluarga?
......................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
C. Pengalaman Berusahatani
1. Berapa lama Bapak/Ibu berusahatani padi sawah?
........................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
50

2. Berapakah hasil produksi padi sawah yang Bapak/Ibu dapatkan dalam satu
kali masa tanam?
......................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
3. Berapa kali panen yang dapat Bapak/Ibu lakukan dalam satu tahun?
........................................................................................................................
a. 2 kali 5
b. 1 kali 3
c. Gagal panen 1
4. Hasil produksi padi sawah yang Bapak/Ibu dapatkan dijual atau
dikonsumsi sendiri?
........................................................................................................................
a. Dikonsumsi sendiri 5
b. Kadang-kadang 3
c. Dijual 1
5. Jenis benih apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk berusahatani padi sawah?
........................................................................................................................
a. Bagus 5
b. Sedang 3
c. Tidak Bagus 1
6. Berapa biaya yang Bapak/Ibu keluarkan untuk menjalankan padi sawah?
........................................................................................................................
a. ≥ rata-rata 5
b. = rata-rata 3
c. ≤ rata-rata 1
7. Selama berusahatani padi sawah apakah Bapak/Ibu pernah mengalami
kendala?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1

D. Pengetahuan Petani
1. Apakah Bapak/Ibu tau harga jual hasil produksi padi dalam bentuk gabah
di pasaran?
........................................................................................................................
a. Sangat Tau 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak Tau 1
51

2. Apakah Bapak/Ibu tau harga jual hasil produksi padi dalam bentuk beras
di pasaran?
........................................................................................................................
a. Sangat Tau 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak Tau 1
3. Apakah ada pedagang pengumpul/tempat menjual hasil produksi yang
Bapak/Ibu ketahui?
........................................................................................................................
a. Ada 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak 1
4. Jika hasil produksi padi sawah Bapak/Ibu jual apakah dapat memenuhi
kebutuhan keluarga?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Cukup 3
c. Tidak Cukup 1
5. Berapakah pendapatan yang akan Bapak/Ibu peroleh dengan menjual hasil
produksi padi sawah?
........................................................................................................................
a. Tinggi 5
b. Sedang 3
c. Kecil 1

2. Faktor Ekstern
A. Lingkungan Ekonomi
1. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan sarana produksi untuk berusahatani padi
sawah?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
2. Bagaimana ketersediaan sarana produksi di lingkungan Bapak/Ibu?
........................................................................................................................
a. Tersedia 5
b. Kurang Tersedia 3
c. Tidak Tersedia 1

3. Apakah sarana produksi yang ada selalu tersedia ketika dibutuhkan?


........................................................................................................................
a. Ya 5
52

b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
4. Apakah di lingkungan Bapak/Ibu tersedia kredit untuk usahatani?
........................................................................................................................
a. Ada 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak 1
5. Bagaimana kemudahan dalam memperoleh kredit usahatani?
........................................................................................................................
a. Sangat Mudah 5
b. Cukup Mudah 3
c. Sulit 1
B. Lingkungan Sosial
1. Adakah anggota masyarakat di lingkungan Bapak/Ibu yang mendukung
dalam berusahatani padi sawah?
........................................................................................................................
a. Ada banyak 5
b. Cukup banyak 3
c. Tidak ada 1
2. Apakah anggota masyarakat di lingkungan Bapak/Ibu memberikan
bantuan untuk berusahatani padi sawah?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
3. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk
berusahatani padi sawah?
........................................................................................................................
a. Ada banyak 5
b. Cukup banyak 3
c. Tidak ada 1
4. Apakah Bapak/Ibu tergabung didalam kelompok sosial/organisasi?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
5. Apakah Bapak/Ibu memiliki status sosial/kedudukan di dalam suatu
kelompok di desa?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
53

Kuesioner Keputusan
1. Apakah menurut Bapak/Ibu dengan tidak menjual/mengkonsumsi sendiri
hasil produksi padi sawah merupakan pilihan yang tepat?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak 1
2. Apakah menurut Bapak/Ibuk dengan hanya mengkonsumsi sendiri hasil
produksi padi sawah akan mencukupi kebutuhan keluarga?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kurang Tau 3
c. Tidak 1
3. Apakah dengan mengkonsumsi sendiri hasil produksi padi sawah
membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
4. Apakah pernah ada pertimbangan untuk menjual hasil produksi padi
sawah sebelumnya?
........................................................................................................................
a. Ya 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak 1
5. Apakah Bapak/Ibu pernah menjual hasil produksi padi sawah selama
berusahatani?
........................................................................................................................
a. Sering 5
b. Kadang-kadang 3
c. Tidak pernah 1

Anda mungkin juga menyukai