Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(QC)
Salah satu upaya yang harus dilakukan laboratorium untuk menghasilkan hasil
pemeriksaan yang dapat dipercaya adalah dengan melakukan quality control (QC) yang dalam
arti luas adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan untuk menjamin hasil pemeriksaan
yang baik dan dapat dipercaya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang
memiliki hubungan dengan pelaksanaan QC di laboratorium.
Upaya untuk menjamin mutu pelaksanaan pelayanan laboratorium kesehatan diatur oleh
Departemen Kesehatan dalam PERMENKES 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Laboratorium
Kesehatan yang isinya mewajibkan laboratorium kesehatan mengikuti akreditasi secara nasional
maupun internasional. Salah satu persyaratan dalam Pedoman Akreditasi Nasional yang yang
diatur dalam PERMENKES Nomor 943/Menkes/SK/VIII/2002 adalah bahwa laboratorium wajib
mengikuti Program Pemantapan Mutu Eksternal. Keikutsertaan laboratorium swasta secara
khusus diatur dalam PERMENKES No. 04/Menkes/SK/I/2002.
Salah satu layanan akreditasi yang diberikan oleh KAN adalah akreditasi Laboratorium Penguji
(LP), yaitu akreditasi yang diperuntukkan bagi laboratorium yang mengoperasikan kegiatan
pengujian berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2017 “Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi”.
Dalam menjalankan operasionalnya, LP dipersyaratkan oleh KAN untuk menerapkan sistem
yang mengacu kepada persyaratan standar sebagai berikut
Tahap analitik merupakan kegiatan yang dapat dikendalikan oleh petugas laboratorium
untuk mencegah kesalahan acak yang berhubungan dengan ketelitian dan kesalahan sistematik
yang berhubungan dengan ketepatan hasil analisis laboratorium.
A Analitik (X2)
N Pengolahan Spesimen
Pemeliharaan/Kalibrasi Alat
T Pelaksanaan Pemeriksaan
A Pasca Analitik (X3)
Mutu Hasil Analisis
P Pencatatan Hasil Laboratorium Kimia
Pemeriksaan Klinik (Y)
A
N Pelaporan Hasil
Kontrol Ketelitian &
Ketepatan (X4)
M Pemantapan Mutu
U Internal /
T
Eksternal
Pengendalian Mutu dan Jaminan Mutu Hasil Pengujian
1. SAMPLING PLAN
Penyimpanan sampel sebelum analisis
Teknik pengawetan
2. SAMPLING ACTIVITY
Pada umumnya sampel air, tanah dan sorbent disimpan di lemari pendingin pada
suhu +4oC
Ekstrak sampel untuk analisa organik dan sampel jaringan (tumbuhan & hewan)
disimpan di dalam freezer
Sampel-sampel untuk analisa logam disimpan pada suhu ruang
Catatan : Tak ada satu metode pengawetan pun yang secara keseluruhan
memuaskan
3. SAMPLE RECEPTION
4. SAMPLE STORAGE
5. SAMPLE ANALYSIS/TEST
a. Data terkumpul sekitar pusat kuadran, akurasi dan presisi tinggi (bias dan kesalahan acak
kecil)
b. Data terkumpul pada satu sisi kuadran sehingg keberulangan sangat bagus, akurasi
rendah tetapi presisi tinggi (bias besar tetapi kesalahan acak kecil)
c. Data tersebar secara merata dengan sebaran yg sama dan juga ada pada pusat kuadran,
akurasi tinggi tetapi presisi rendah (bias kecil tetapi kesalahan acak besar)
d. Data trsebar secara tidak beratuan, akurasi dan presisi rendah (bias dan kesalahan acak
besar)
e. Presisi adalah tingkat kedapatulangan suatu rangkaian hasil pengujian diantara hasil-hasil
itu sendiri
• Partisipasi dalam uji banding antar lab atau program uji profesiensi
• Aktivitas penggunaan standard baik CRM atau SRM ditampilkan dalam bentuk grafik,
sehingga menampilkan kecendrungan hasil uji secara berkala
• Control chart yang dihasilkan memberikan gambaran performance laboratorium dari
waktu ke waktu
• Kecendrungan data harus diamati dan dievaluasi dengan baik, untuk mengidentifikasi
secara dini apakah terjadi kesalahan sistematik dalam rangkaian pengujian
• Melakukan analisis, pengujian, pengukuran parameter uji tertentu dari bahan uji yang
disiapkan oleh Badan Penyelenggara
• Tata cara analisis, pengujian, pengukuran serta pelaporan dilakukan sesuai dengan
instruksi yang diberikan oleh Badan Penyelenggara
• Menerima Laporan hasil evaluasi secara statistik dari Badan Penyelenggara terhadap
seluruh laboratorium peserta dibandingkan dengan true value
• Menerima atau menolak Laporan evaluasi hasil uji profisiensi dari Badan Penyelenggara
• Melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi Laporan Badan Penyelenggara secara
internal laboratorium sebagai bagian dari continues improvement
• Laporan uji profisiensi diterima sering terlambat oleh peserta, dengan demikian uji ini
tidak dapat dipakai untuk mensubstitusi internal QC guna memantau konsistensi mutu
hasil uji sehari-hari (rutin)
• Sifat bahan uji kadang-kadang kurang sesuai; hal-hal yang sulit dipenuhi adalah:
– Bahan uji harus mirip/menyamai contoh uji yang rutin dihadapi oleh laboratorium
peserta
– Spiking matriks sintetis atau matriks alamiah dengan analit yang akan diuji
Keterbatasan dana menyebabkan amat terbatasnya jenis pengujian yang dapat dicakup
– Bahan uji yang dipakai tidak/kurang mewakili contoh uji yang bervariasi yang
sehari-harinya dihadapi oleh laboratorium peserta
Salah satu layanan akreditasi yang diberikan oleh KAN adalah akreditasi L aboratorium Penguji
(LP), yaitu akreditasi yang diperuntukkan bagi laboratorium yang mengoperasikan kegiatan
pengujian berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2017 “Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi”.
Dalam menjalankan operasionalnya, LP dipersyaratkan oleh KAN untuk menerapkan sistem
yang mengacu kepada persyaratan standar sebagai berikut
1. Provider harus memiliki sistem yang memenuhi persaratan ini seperti, organisasi,
sistem manajemen, pengendalian dokumen, kaji ulang permintaan tender & kontrak,
subkontrak, pembelian, pelayanan kepada pelanggan, pengaduan, pengendalian
pekerjaan yang tidak sesuai, peningkatan, tindakan perbaikan, pencegahan,
pengendalian rekaman, audit internal dan kaji ulang manajemen.
2. Dalam menyiapkan bahan atau contoh uji untuk dikirim kepada laboratorium peserta,
provider harus dapat membuktikan bahwa semua aktivitas berkaitan dapat ditelusur
balik.
3. Terdapat kebijakan mutu dan sasaran mutu yang harus dicapai.
4. Dilaksanakan audit internal dan kaji ulang manajemen sebagai sarana melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan sistem.
5. Provider uji profisiensi atau subkontraknya harus mempunyai kompetensi terhadap
sifat-sifat dari bahan/barang yang dilakukan pengujiannya.
6. Provider uji profisiensi harus mempunyai personil manajerial dan teknis dengan
kewenangan, sumber daya dan personil teknis yang kompeten.
7. Manajemen provider uji profisiensi harus menetapkan kualifikasi minimum dan
pengalaman untuk posisi kunci guna memastikan program manajemen dapat
dijalankan.
8. Provider uji profisiensi harus menggunakan personil sendiri atau yang dikontrak.
9. Bila menggunakan personil kontrak, tenaga teknis tambahan perlu diadakan.
10. Provider harus meyakinkan bahwa personil kontrak disupervisi dan kompeten untuk
pekerjaannya.
11. Provider profisiensi harus memberikan wewenang tertentu kepada personil untuk :
12. Provider harus dapat melakukan pemutakhiran rekaman autorisasi yang relevan
13. Provider harus memformulasikan objektif dengan memperhatikan pendidikan,
training dan keahlian personil yang terlibat kegiatan uji profisiensi.
14. Provider harus memastikan terdapat cukup akomodasi untuk melaksanakan uji
profisiensi
15. Provider harus memastikan bahwa lingkungan tidak bertentangan dengan pelaksanaan
uji profisiensi
16. Akses masuk dan keluar akomodasi pelaksaan uji profisiensi dikendalikan
18. Terdapat pemisahan yang efektif antara pekerjaan yang saling mempengaruhi
19. Provider harus dapat menjamin bahwa peralatan yang digunakan uji profisiensi sudah
dilakukan validasi.
3. Bahan uji harus sesuai dengan, matriks, parameter dan konsentrasi yang akan diuji
4. Dalam skema uji profisiensi yang memerlukan peserta untuk menyiapkan atau manipulasi
atau kedua-duanya persiapan dan manipulasi bahan uji
1. Provider harus membuat informasi yang rinci dan tersedia tentang skema uji profisiens,
hal ini mencakup;
2. Skema uji profisiensi, lingkupnya dengan rinci, biaya bagi peserta, kriteria persaratan
tersedianya dokuemn untuk peserta, kerahasiaan, dan berapa lama skema ini dijalankan.
3. Peserta dapat diberitahu dengan segera oleh provider bila terjadi perubahan dalam skema
uji profisiensi;
4. Tersedia prosedur terdokumentasi sehingga peserta dapat mengajukan keberatan terhadap
hasil evaluasi;
5. Rekaman komunikasi yang relevan dengan peserta harus disimpan dan dipertahankan
secara memadai; dan
6. Bila provider mengeluarkan pernyataan tentang peserta atau unjuk kerja, harus
mengandung informasi yang cukup agar tidak menyesatkan
7. Identitas peserta pada skema uji profisiensi harus rahasia hanya diketahui oleh personil
yang terlibat pada skema ini;
8. Semua informasi dari peserta, oleh provider diperlakukan sebagai informasi rahasia;
9. Bila suatu badan memerlukan dengan hasil uji profisiensi, harus secara langsung
disediakan oleh provider, peserta harus diingatkan sebelumnya akan hal demikian; dan
Dalam situasi khusus, provider dapat menyampaikan hasil peserta langsung kepada
atasan peserta, peserta harus diinformasikan secara tertulis tentang hal.