Anda di halaman 1dari 34

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Air Minum Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2010). Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya (Pitojo, 2002) Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Standardisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat,

terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standardisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). Jenis-jenis air minum seperti yang dimaksud adalah meliputi:

Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;

Air yang didistribusikan melalui tangki air; Air kemasan; Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat (Waluyo, 2005).

B. Persyaratan Air Minum Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan

kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Syarat fisik (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, suhu

dibawah suhu udara diluarnya dan jernih) Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
b. Syarat kimiawi (air minum yang sehat harus mengandung

zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sisa chlor 0,2-0,5 ppm dan pH 6,5-8,2).

c. Syarat radioaktif (air tidak boleh melebihi nilai ambang batas).


d. Syarat bakteriologis (air untuk keperluan minum yang sehat

harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen, cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air minum tersebut. Dengan parameter MPN Coliform tinja maksimal 0/100 cc dan MPN Total Coliform maksimal 0/100cc). (Waluyo, 2005). C. Kualitas Fisik pada Air Minum Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut. a. Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang

berbahaya bagi kesehatan. b. Temperaturnya normal Air yang baik harus memiliki temperature sama dengan temperature udara (2026
O

C). air yang secara mencolok

memepunyai temperatur di atas atau di bawah te,peratur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenolyang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organic oleh mikroorganisme yang

10

menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

c. Rasanya tawar Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Timbulnya rasa pada air minum biasanya berkaitan erat dengan bau pada air tersebut. Pada air minum, rasa diupayakan agar menjadi netral dan dapat diterima oleh pengguna air. d. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organic yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. e. Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit f. Tidak mengandung zat padatan

11

Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, walaupun jernih, air yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air dididihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air minum. Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Air Secara Fisik (PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010) Parameter Fisik Warna Rasa dan Bau Temperatur Kekeruhan (Kusnaedi, 2010). Satuan TCU O 0 C NTU Kadar Maksimum yang Diperbolehkan 15 Tidak berbau dan berasa Suhu udara 3OC 5

D. Kualitas Bakteriologis pada air minum Ada pernyataan bahwa air jernih belum tentu bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur, ternyata sudah mengandung mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air yang kotor atau sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan sumbersumber lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil toksin, penyebab blooming, penyebab korosi, penyebab deteriorasi, penyebab

pencemaran ini adalah bakteri coli. Air minum menurut kandungan colitinja (sejenis bakteri pathogen yang berkembangbiak) dan coliform (bakteri yang digunakan

12

sebagai indicator kualitas kesehatan (saniter) dibedakan menjadi 5 katagori:


1)

Air minum kelas A

kategori baik

(tidak mengandung colitinja atau coliform).


2)

Air minum kelas B

kategori

kurang baik (mengandung colitinja 1-10/ 11-50 coliform).


3)

Air minum kelas C

kategori jelek

(mengandung colitinja 10-50/ 51-100 coliform).


4)

Air minum kelas D

kategori amat

jelek (mengandung colitinja 51-100/ 101-1000 coliform).


5)

Air minum kelas E

kategori amat

sangat jelek (mengandung colitinja >100/ >1000 coliform) (Waryati, 2007). Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan bakteri Coliform dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas (Depkes RI, 2002). Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonella typhi, vibrio chlotera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water). Serta tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, dadocera (Kusnaedi, 2010).

13

Tabel 2.2 Persyaratan

Kualitas

Air

Secara

Bakteriologi

(PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010) Parameter Bakteriologi E.Coli Total Bakteri Koliform Satuan Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel Kadar Maksimum yang Diperbolehkan 0 0

Bahaya laten yang selalu mengancam kita lewat media air bersih dan air minum ini adalah bakteri e.coli. Bakteri yang sangat identik dengan pencemaran tinja. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja. Bakteri Escherechia coli merupakan mikroorganisme normal yang terdapat dalam kotoran manusia, baik sehat maupun sakit. Escherichia coli (E. coli ) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, ditemukan oleh Theodor Escherich (tahun 1885). Hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan lainnya. Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain dari bakteri E. coli juga dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak (Munif, 2009). Escherichia Coli dan Coliform E.Coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan genus Escherichia. E.Coli. Merupakan suatu bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan

14

kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produkproduk susu. Morfologi dan identifikasi E.Coli yaitu, berbentuk batang pendek, bentuk coccid sering ditemukan pada pembenihan muda dan ada yang berbentuk spora, dapat bergerak aktif dan tak bergerak, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 44 oC untuk E.Coli dan suhu 37 oC untuk coliform. Ketahanan E.Coli yaitu, tahan berbulan-bulan dalam air dan tanah, tahan berminggu-minggu dalam pembenihan pada suhu kamar, mati dalam 15-20 menit pada suhu 26 oC E.Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan dan manusia. Jadi, dengan adanya E.Coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan E.Coli harus tidak terdeteksi dalam 100 ml air minum. Tipe-tipe penyakit yang disebabkan oleh E.Coli antara lain; penyakit menginitis, penyakit diarhea hebat pada anak-anak yang baru lahir, penyakit diarhea ringan pada anak-anak umur 2-3 tahun. Untuk mengetahui jumlah E.Coli di dalam contoh digunakan metoda Most Probabble Number (MPN). Pemeriksaan kehadiran bakteri E.Coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik digunakan untuk

15

menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam atau gas). Coliform merupakan suatu grup bakteri yang juga digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, usus, dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai berikut : berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37 oC. Adanya bakteri coliform dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi 2 grup, yaitu : a) Coliform fekal adalah kelompok bagian dari total coliform. Kelompok bakteri ini merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang, tidak membentuk spora, memfermentasikan laktosa pada inkubasi 44 oC selama 48 jam dengan menghasilkan gas. Spesies utama kelompok bakteri ini dalah Escherichia Coli yang merupakan jenis bakteri yang mengidentifikasikan pencemaran oleh kotoran hewan atau manusiadan pencemaran oleh bakteri patogen. b) Coliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes, yang biasanya ditemukan pada hewan-hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Penyakit menular yang disebarkan melalui air disebut penyakit bawaan air (water borne diseases), penyakit-penyakit tersebut hanya dapat menyebar apabila mikroorganisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi

16

kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang dapat disebarkan melalui air, yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa (Sembiring. 2008). E. Penyediaan Air Minum Air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar yang ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk kesehatan. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Banyak persoalan yang muncul dalam perlindungan air baku, air bersih, dan air minum; antara lain pemeliharaan, system distribusi, perlakuan terhadap air bahan baku, pengawasan, pelatihan petugas dan pendidikan bagi konsumen (Waluyo, 2005). Secara umum tatalaksana penyediaan air minum adalah sebagai berikut : 1) Air berasal dari sumber air yang berupa air permukaan

(sungai, danau, waduk) atau air dalam tanah (mata air, mata air dalam), dimasukkan melalui bangunan intake ke bangunan penjernih. Pada bangunan penjernih air diperlakukan dengan cara pengendapan secara fisik, kimiawi, filtrasi dan desinfektan. Air kemudian dimasukkan ke dalam bangunan penampung, untuk kemudian didistribusikan kepada pengguna air.
2)

Pada kasus tertentu, sesuai dengan ketersediaan dan

keberadaan air baku maka air yang dipersiapkan untuk air minum cukup perlakuan dengan penyaringan dilanjutkan dengan

17

desinfektan menggunakan ozonisasi, atau penyinaran ultraviolet. Teknologi penyiapan air minum komersial tersebut, dewasa ini telah dimanfaatkan untuk memproduksi air minum dalam kemasan.
3)

Teknologi penyiapan air minum terus berkembang pesat.

Menurut Dr. Kaseno peneliti dari PPP Biotek (Pusat Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi), bahwa teknologi membrane atau dikenal dengan teknologi reversr osmosis (RO) telah

dipergunakan untuk memproduksi air minum. Membrane yang dipergunakan memiliki tabung serapan membran sangat halus yaitu 0,0001 mikron, sehingga mampu menyaring bakteri yang berukuran 0,4 1,0 mikron, racun dan logam berat yang berukuran 0,01 0,001 mikron, dan virus yang berukuran antara 0,02 0,04 mikron (Pitojo, 2002). Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dari kegiatan pengolahan air minum adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Menurunkan kekeruhan. Mengurangi bau, rasa, dan warna. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme. Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air. Menurunkan kesadahan. Memperbaiki derajat keasaman (pH) (Kusnaedi, 2010).

18

Tujuan pengujian kebersihan air pada prinsipnya adalah untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme pathogen. Akan tetapi didalam praktek orang jarang sekali menemukan Shigella, Salmonella, atau Vibrio dari contoh air yang diselidiki. Oleh karena itu pengujian air didasarkan atas ada tidaknya bakteri dari koloni saja. Kehadiran bakteri kolon dalam suatu contoh air menunjukkan adanya

pencemaran (pollution) yang berasal dari kotoran manusia atau hewan, dan hal ini identik dengan adanya bakteri pathogen. Air minum dapat dipersiapkan dengan menggunakan air dari berbagai sumber air yang tersedia. Oleh karena itu, kualitas air dari masing-masing sumber tersebut tidak sama maka teknologi yang dipergunakan untuk menyiapkan air minum tersebut tidak selalu sama. Apabila air berasal dari sumber air baku yang memiliki kualitas baik maka teknologi yang dipergunakan untuk penyiapan air minum tersebut relative lebih sederhana sehingga kebutuhan dana pun relative lebih murah (Pitojo, 2002). F. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Depot Air Minum (DAM) adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004). Khususnya untuk air minum dalam kemasan botol maupun gallon, baik yang dikemas oleh pabrik maupun depot air minum isi ulang, kualitas air minum sangatlah ditentukan oleh beberapa hal: 1) Sumber Air Baku

19

Air yang baik dan layak untuk dikonsumsi adalah air yang sebelum melalui proses pengolahan, kandungan zat-zat yang terlarut, warna dan rasa didalamnya haruslah sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh DEPKES. Pemilihan sumber air yang baik dirasakan sangatlah menentukan untuk mendapatkan hasil produksi yang baik pula. 2) Mesin dan Alat-alat pendukung Mesin dan alat-alat pendukung untuk mengolah air baku menjadi air minum siap dikonsumsi haruslah memenuhi standar FOOD GRADE yang tidak merubah dan mencemari hasil olahan. Hal ini banyak diabaikan pada pengolahan air minum pada Depot Air Minum Isi Ulang,dengan alasan menekan harga pembuatan depot sehingga kualitas mesin dan alat-alat pendukung lainnya dibuat seadanya dan tidak memenuhi standar, contohnya dalam proses pengolahan air mereka banyak menggunakan pompa air yang biasa digunakan dirumah-rumah,yang sangat memungkinkan untuk terjadinya karat sehingga mencemari dan menurunkan kualitas air hasil produksi. 3) Sumber Daya Manusia Dalam proses produksi keterlibatan manusia sebagai kontrol dengan menggunakan ketelitian tenaga manusia masih sangatlah diperlukan, untuk pabrik pengolahan air minum dalam kemasan dengan merek terkenal sekalipun kadang kala hal ini masih menimbulkan masalah, pernah suatu saat di media online suatu

20

perusahaan complain terhadap salah satu produsen air minum dalam kemasan dengan merek terkenal yang menjadi

langganannya, karena didalam beberapa air minum didalam kemasan botol gallon yang masih tersegel terdapat benda asing yang melayang-layang, setelah dilakukan penelitian pihak produsen mengakui terjadi kelalaian di bagian control dan benda asing tersebut adalah potongan plastik bekas segel yang pada saat pembersihan botol tidak turut terbuang. 4) Penanganan pasca produksi Setelah hasil produksi siap untuk dipasarkan, faktor

penyimpanan dan perlakuan terhadap hasil produksi juga sangat menentukan kualitas air minum, seperti menjauhkan dari bendabenda yang berbau tajam dan hindari dari sinar matahari langsung ini dikarenakan sinar matahari dapat merangsang bakteri yang beterbangan diudara bebas dapat tumbuh dan berkembang, hal-hal tersebut sagatlah memungkinkan untuk menjadikan air dalam kemasan tersebut menjadi rusak. 5) Perilaku Konsumen Perlakuan konsumen terhadap air minum dalam kemasan juga sangat menentukan kualitas air, seperti membuka tutup dengan menggunakan pisau yang mana pisau tersebut tidak steril bahkan terkadang kotor, tidak menggunakan tisu pembersih yang biasa disertakan dalam pembelian air dalam kemasan gallon untuk mensterilkan botol gallon dan menaruh benda-benda, makan dan

21

minuman diatas botol gallon yang sudah di masukan kedalam wadah seperti guci/dispenser contohnya menaruh makanan yang berair dan disadari atau tidak air dari makanan tersebut tumpah dan mengalir turun hingga masuk kedalam wadah sehingga mencemari air yang berada didalam botol gallon tersebut (Akbar, 2009). Proses pengolahan air minum isi ulang umumnya bahan baku air berasal dari mata air pegunungan, air sumur, dan dari perusahaan air minum (PAM). Instalasi yang umumnya dimiliki berupa proses pengendapan (dengan cara menampung bahan baku air pada tangki dengan kapasitas besar), dilewatkan melalui penyaringan multimedia kemudian proses penyaringan sampai ke penyaringan ultra.

Dilanjutkan dengan proses disenfeksi yang dilakukan adalah pilihan proses ozonisasi, ultraviolet atau kombinasi keduanya (Amrih, 2005). Penyebab adanya bakteri Escherichia Coli pada air minum dapat dikarenakan antara lain: 1. Penggunaan ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas air dengan kecepatan air yang melewati penyinaran ultraviolet, akibat terlalu cepat maka bakteri tidak mati. Penyinaran UV (ultraviolet) akan merusak DNA bakteri tertentu dari Escherichia Coli tetapi DNA yang semula rusak dapat mengalami mekanisme perbaikan kembali setelah disinari visible light sehingga bakteri menjadi aktif kembali. 2. Kurangnya kebersihan depot dan ingkungan sekitar.

22

3. Peralatan yang digunakan dibawah standar minimum peralatan, antara lain tabung berisi pasir silica, karbon aktif, ultraviolet minimal type 5GPM dan penyaringan micro filter. 4. Kurangnya kesadaran pemilik depot untuk memeriksakan depotnya 3 bulan sekali ke dinas kesehatan setempat (Yusuf, 2008). Menurut Suprihatin (2004), keberadaan bakteri dalam air minum bisa disebabkan oleh sumber air baku yang tercemar misalnya depot air minum yang sumbernya dari PAM dan air sumur yang galiannya dekat dengan septictank, waktu pemaparan radiasi dengan sinar UV kurang memadai sehingga bakteri tidak terbasmi secara penyinaran, peralatan yang digunakan kualitasnya bervariasi dengan tidak semua memenuhi standar produk. Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu

menghilangkan semua jenis pollutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Proses pengolahan air pada depot air minum isi ulang terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi. Pertama, air akan melewati filter dari bahan silika untuk menyaring partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan mata saringan berukuran 10 mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri. Air yang keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung penampung air baku. Selanjutnya adalah

23

tahap mematikan bakteri yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar ultraviolet, ozonisasi dan Reversed Osmosis.

1. Ultraviolet (UV) Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Micro Watt detik per sentimeter per segi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk

menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi. 2. Ozonisasi

24

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman. Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Proses ozonisasi pertama kali diperkenalkan oleh Nies dari negeri Perancis sebagai metode untuk mensterilisasi air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi ini kemudian berkembang cepat. Hingga hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun telah terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum yang menggunakan sistem ozonisasi di Amerika Serikat. Desinfeksi dengan sistim ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat 3. Reversed Osmosis (RO)

25

Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui membran semipermiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran RO menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus. Bahan tambahan yang diperlukan dalam operasional unit pengolah air sistem RO antara lain : Kalium permanganate (KmnO4), anti scalant, anti fouling dan anti bakteri. Kalium permanganat digunakan sebagai bahan oksidator terhadap zat besi, mangan dan bahan organik dalam air baku. Sistem pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan (Sembiring, 2008) Berdasarkan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum, persyaratan hygiene sanitasi depot air minum, meliputi: a. Lokasi

26

Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan tidak pada daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah,

penumpukkan barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air minum. b. Bangunan 1. Bangunan DAM harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. 2. Tata ruang usaha Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari: a. b. c. d. 3. Lantai Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Bahan kedap air b. Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. c. Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan. d. Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu. 4. Dinding Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut ; Ruangan proses pengolahan. Ruangan tempat penyimpanan. Ruangan tempat pembagian/penyediaan. Ruang tunggu pengunjung

27

a. b.

Bahan kedap air. Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan

mudah dibersihkan. c. d. Warna dinding terang dan cerah. Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan

bebas dari pakaian tergantung. 5. Atas dan langit-langit a. Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor. b. Kontruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof). c. Bahan langit-langit, mudah dibersihkan, dan tidak menyerap debu. d. Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang. e. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai. 6. Pintu a. b. Bahan pintu harus kuat, tahan lama. Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah

dibersihkan. c. Pemasangannya rapih sehingga dapat menutup

dengan baik. 7. Pencahayaan Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux. 8. Ventilasi

28

a.

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur

ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara : b. c. Menjamin terjadinya peredaran udara dengan baik. Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air

minum. d. Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.

c. Akses terhadap fasilitas sanitasi Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut : 1. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah. 2. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan). 3. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan. 4. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air baku. d. Sarana pengolahan air minum 1. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti: Pipa pengisian air baku. Tendon air baku. Pompa penghisap dan penyedot.

29

2. Bahan

Filter. Mikro filter Kran pengisian air minum curah. Kran pencucian/ pembilasan botol. Kran penghubung (hose) Peralatan sterilisasi. sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang

mengandung unsure yang dapat larut dalam air, seperti Timah hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd). 3. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa). e. Air Baku 1. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri tentang Kesehatan dan

No.416/Menkes/per/IX/1990 pengawasan kualitas air.

syarat-syarat

2. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum. 3. Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara periodik. f. Air Minum

30

Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang

Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S.Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

g. Pelayanan Konsumen 1. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih. 2. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh

pengusaha/pengelola Depot Air Minum. 3. Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter. 4. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di Depot Air Minum (>1x24 jam). h. Karyawan 1. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular. 2. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemar. 3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).

31

4. Memakai pakaian kerja/ seragam yang bersih dan rapi. 5. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.
6. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk,

mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen. 7. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum. i. Pekarangan 1. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. 2. Selalu dijaga kebersihannya setiap saat. 3. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemar lainnya. j. Pemeliharaan 1. Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Melakukan sistim pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi : a. b. c. Tugas dan kewajiban karyawan. Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern. Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan

investigasi dan pembuktian (Depkes, 2006). Berikut adalah uraian detail tiap obyek pengawasan hygene sanitasi depot air minum:
1.

Bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air

minum harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih Peraturan

32

Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.
2.

Kualitas air minum yang dihasilkan harus sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
3.

Izin pengangkutan air mobil tanki dikeluarkan oleh instansi

terkait, misalnya Dinas pertambangan atau dinas lainnya.


4.

Zat-zat beracun yang dimaksud adalah Zn, Pb, Cu atau zat

lainnya yang dapat membahayakan kesehatan


5.

Bukti tertulis bisa berupa nota pembelian air baku dari

perusahaan pengangkutan air.


6.

Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam memungkinkan

berkembangnya mikroorganisme yang membahayakn kesehatan.


7.

Tandon penyimpanan air baku tidak terkena sinar matahari

secara langsung.
8.

Tandon air sebaiknya terbuat dari bahan food grade, seperti

stainless steel atau poly-vinyl-carbonate.


9.

Tabung filter air sebaiknya terbuat dari bahan food grade,

seperti stainless steel atau poly-vinyl-carbonate. Biasanya terdapat dua buah tabung yang berisi Pasir aktif dan karbon aktif. Tabung filter ini harus tahan tekanan tinggi.
10.

Sistim back washing adalah cara pembersihan tabung filter

dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik

33

sehingga kotoran atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar.
11.

Bahan wadah tabung mikro filter terbuat dari bahan food

grade. 12. Mikro filter terdapat lebih dari satu buah dengan ukuran

berjenjang dari besar ke kecil. Contoh 10m, 5m, 1m, 0,4m (micron).
13.

Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa

pakai ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.
14.

Pompa air tekanan

sebaiknya kurang

terbuat dari lebih

stainless,

dengan ini

kekuatan

3-5kg/cm2,

tekanan

dipergunakan untuk mendorong air melalui berbagai macam filter yang ada.
15.

Alat penunjuk tekanan air adalah alat yang berfungsi untuk

memonitor tekanan air hasil pemompaan dalam pipa penyalur.


16.

Pipa penyalur atau distribusi menggunakan bahan food

grade.
17.

Peralatan sterilisasi/desinfeksi harus ada pada sebuah depot

air minum, dapat berupa Ultra Violet atau Ozonisasi atau peralatan disinfeksi lainnya atau bisa lebih dari satu alat sterilisasi/desinfeksi yang berfungsi dan digunakan secara benar, contohnya jika kemmapuan peralatan tersebut 8GPM (gallon per minute) berarti

34

paling tidak, kran pengisian depot digunakan untuk mengisi sekitar 6-7 galon permenitnya.
18.

Masa efektif membunuh kuman adalah umur (life time) dari

peralatan sterilisasi/disinfeksi, masa efektif ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.
19.

Fasilitas pencucian botol (gallon) adalah sarana pencucian

botol untuk membersihkan botol yang terdapat pada depot.


20.

Fasilitas

pembilasan

botol

(gallon)

adalah

sarana

pembilasan botol untuk membilas bagian dalam botol. 21. Fasilitas pengisian adalah sarana pengisian produk air

minum kedalam botol (gallon) yang terdapat diruang tertutup.


22.

Setiap botol gallon yang telah diisi langsung beri tutup yang

baru dan bersih. Tetapi bukan dengan metode wrapping. 23. Pihak depot sebaiknya tidak membuat stock botol (gallon)

yang telah diisi, lebih dari 1x24 jam, botol yang telah diisi sebaiknya langsung dibawa oleh konsumen. 24.
25.

Prilaku hidup bersih dan sehat dari operator. Surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi

Depot Air Minum bisa didapat dari penyelenggara atau instansi yang melaksanakan kursus hygiene sanitasi depot air minum, seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Kab/kota atau asosiasi Depot Air Minum. 26. Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa

karena dapat mengotori dan merusak peralatan

35

27.

Lantai dibuat dengan kontruksi yang kuat, aman dengan

bahan tegel, porselen atau keramik/kedap air begitu juga dengan dinding dan langit-langit kuat dan kokoh.
28.

Cahaya yang ada tidak boleh menyilaukan karena dapat

mengganggu penglihatan atau tidak boleh terlalu redup yang dapat membuat mata lelah. 29. Akses terhadap fasilitas sanitasi adalah walaupun depot air

minum tidak memiliki sarana sanitasi seperti jamban, tetapi dilingkungan tersebut ada sarana sanitasi yang dapat digunakan, baik milik umum ataupun pribadi. 30. Dilingkungan depot air minum secara umum tidak terdapat

sampah yang berserakan dan barang-barang tertata dengan rapih. 31. Setiap pengisian bahan baku sebaiknya diambil contoh air

minum sebagai sampel kurang lebih sebanyak 1 liter disimpan selama 1x24jam setelah itu dapat dibuang (Depkes, 2006). Tempat yang terjamin hygiene dan sanitasinya, tenaga kerja yang sehat, berprilaku bersih dan sehat serta peralatan yang direkomendasikan aman serta air baku yang berasal dari sumber air bersih dan pengawasan yang terus menerus akan menjamin mutu air minum produksi depot air minum yang sehat dan aman (Depkes, 2006). Menurut Query (2008), hidupkan UV selama jam kerja (jam kerja jam 8 pagi s/d 10 malam, maka UV dihidupkan jam 8 pagi s/d 10

36

malam), atau lebih baik hidupkan 1 jam lebih awal sebelum kerja. Jangan menghidupkan UV hanya pada saat hendak mengisi saja. Tata cara pengawasan kualitas AMIU seperti diatur dalam PerMenKes 492/Menkes/Per/IV/2010, maka perlu dilaksanakan

kegiatan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada terjamin kualitasnya. Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang meliputi sebagai berikut : 1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi Pengawasan pada air minum perpipaan maupun air minum dalam kemasan dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan. 2. Pengambilan sampel Jumlah, frekuensi, dan sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan. Dengan ketentuan minimal sebagai berikut : a) Pemeriksaan kualitas bakteriologis Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum isi ulang adalah sebagai berikut : Air baku diperiksa minimal satu sampel tiap tiga bulan Air yang siap dimasukkan ke dalam botol isi ulang, minimal satu sampel sebulan sekali Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali

37

b) Pemeriksaan kualitas kimiawi Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut : Air baku diperiksa minimal satu sampel tiap tiga bulan Air yang siap dimasukkan ke dalam botol isi ulang, minimal satu sampel sebulan sekali Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali c) Pemeriksaan kualitas air minum dilakukan di lapangan, laboratorium dinas Kesehatan/Kota atau laboratorium lainnya yang ditunjuk. d) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa selambatnya 7 hari untuk pemeriksaan

mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi. e) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen. f) Parameter kualitas air yang diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter minimal yang harus

diperiksa di laboratorium adalah sebagai berikut : - Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan : Parameter mikrobiologi (E.Coli, total bakteri coliform) Kimia anorganik (arsen, flourida, kromium, kadmium, nitrit, nitrat, sianida, selenium)

38

- Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan : Parameter fisik (bau, warna, total zat padat terlarut, kekeruhan, rasa, suhu) Parameter kimiawi (aluminium, besi, kesadahan, klorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, sisa khlor, amonia) g) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut di atas, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut. h) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat. i) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum tersebut,maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jendral. G. Kerangka Teori

39

Landasan teori dari penelitian ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Kualitas Fisik Air Minum Perpipaan Kualitas Bakteri Kualitas Kimia Kualitas Air Minum

Kualitas Fisik

Air Produksi Air Baku

Air Minum Kemasan/isi ulang

Kualitas Bakteri Air Produksi Air Baku Kualitas Kimia Air Produksi

Gambar 2.3 Landasan Teori

Pengawasan kualitas air minum meliputi: 1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan atau

pemerintahan maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan system perpipaan. 2. Air minum yang diproduksi swasta oleh yang suatu perusahaan baik

pemerintahan

maupun

didistribusikan

kepada

masyarakat dengan kemasan dan isi ulang Air minum perpipaan, air minum kemasan dan air minum isi ulang harus dilaksanakan pemeriksaan yaitu pemeriksaan kualitas

40

bakteriologi,pemeriksaan kulitas kimia. Sampel pemeriksaan air minum kemasan dan isi ulang adalah air baku diperiksa minimal 1 sampai 3 bulan sekali, air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang minimal 1 bulan sekali dan air dalam kemasan minimal 2 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai