1.1 LATAR BELAKANG Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid. Di AS diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit jantung dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun ini. Di samping faktor risiko klasik (merokok, obesitas, kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, kurang aktivitas, diabetes mellitus, stres), hasil penelitian akhir-akhir ini menyebutkan bahwa reaksi peradangan (inflamasi) dari penyakit infeksi kronis mungkin juga menjadi faktor risiko. Meskipun begitu, hanya penyakit gigi kronis yang terbukti terkait dengan penyakit jantung. Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain dapat dijelaskan lewat teori fokal infeksi. Fokal infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit di tempat lain. Racun, sisa-sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi bisa Menyebar ke tempat lain di tubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit. Dampak sakit gigi pada jantung dapat berupa penyakit jantung koroner, peradangan otot, serta katup jantung (endokarditis).
1.2 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengeahui pengertian fokal infeksi. 2. Untuk mengetahui penyebab dan dampak dari fokal infeksi. 3. Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk mencegah fokal infeksi. 1.3 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan fokal infeksi? 2. Apakah penyebab dan dampak dari fokal infeksi? 3. Bagaimana cara untuk mencegah fokal infeksi?
disebut bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang dihasilkannya (endotoxin/exotoxin). Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel. Penelitian melibatkan 735 anak-anak yang menjalani perawatan gigi busuk, menemukan 9% anak-anak mengalami bakteriemia. Penelitian lain menunjukkan penyebaran bakteri setelah perawatan akar gigi. Dan, kurang dari 1 menit setelah prosedur rongga mulut, kuman dari gigi yang terinfeksi telah mencapai jantung, paru, dan sistem kapiler darah tepi.
Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke dalam aliran darah. Namun, pada kondisi kebersihan mulut kurang terawat, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat 2 - 10 kali lipat. Sehingga peluang terjadinya bakteriemia juga lebih besar. Selain aliran darah penyebaran toksin atau bakteri ini dapat juga melalui saluran limfe, hubungan langsung dengan saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Penyebaran bakteri ke daerah yang lain juga dapat menimbulkan penyakit misalnya pada mata, hidung, jantung, persendian, sakit kepala, penyakit pada saluran pencernaan. Keadaan ini biasa disebut sebagai fokal infeksi. Jadi, kelainan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan kelainan di tubuh adalah : A. Saku periodontal ( periodontal pocket ) B. Granulom atau kistom C. Sisa-sisa akar gigi D. Gigi gangren Pada anak-anak masa sekolah, kerusakan gigi dapat mempengaruhi kapandaian anak. Penyakit gigi tidak dapat menular ke orang lain, tapi dapat menular dari satu gigi ke gigi lain dalam mulut.
Nyeri dada juga terasa di bagian tengah dada selama beberapa menit. Setelah kejadian biasanya diikuti rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin, tungkai dan lengan menjadi dingin, napas terengah-engah, dan sesak napas. Angina berkepanjangan akan menjurus ke serangan jantung (miokard infark). Namun, penyakit jantung koroner sering berlangsung tanpa gejala dan tidak menimbulkan masalah sampai keadaannya sudah parah. Kemungkinan lain, reaksi peradangan yang disebabkan oleh penyakit gigi meningkatkan pembentukan plak yang memacu penebalan dinding pembuluh darah. Penelitian menunjukkan orang dengan penyakit gigi mempunyai risiko dua kali lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Jantung koroner terjadi karena adanya aterosklerosis atau penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah arteri koroner tersumbat. Pada umumnya aterosklerosis terjadi karena kolesterol tinggi, namun muncul hipotesis baru yang menyebutkan terjadinya aterosklerosis juga karena bakteri yang beredar dalam aliran darah lewat infeksi gusi berdarah. Jadi, bakteri yang terikut dalam aliran darah bisa memproduksi enzim yang mempercepat terbentuknya bekuan darah sehingga mengeraskan pembuluh darah jantung (aterosklerosis). Selain itu bakteri juga dapat menempel pada lapisan lemak pada pembuluh darah jantung
sehingga lapisan makin menebal. Hal ini tentu saja menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung, sehingga jantung tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Endokarditis Endokarditis bakterialis terjadi ketika bakteri dalam aliran darah tersangkut pada katup jantung abnormal hingga terjadi infeksi. Infeksi oleh bakteri yang terbawa darah tersebut dapat merusak atau menghancurkan katup jantung yang sudah abnormal, karena sebenarnya endokarditis ini jarang timbul pada orang dengan jantung yang masih normal. Pada dasarnya bakteri itu sendiri secara normal ada pada beberapa bagian tubuh, misalnya mulut dan sistem pernapasan bagian atas, saluran cerna dan kemih, serta kulit. Apabila terjadi perdarahan misalnya ketika kita menyikat gigi, maka bakteri mendapat kesempatan untuk masuk aliran darah menuju ke jantung. Gejala endokarditis berupa demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan embolisasi (penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya. Penyakit ini dapat berakibat fatal dan kadang kala memerlukan operasi katup jantung darurat dan pemberian antibiotika sebagai profilaksi pada orang yang menderita prolaps katup jantung, penyakit jantung rematik, dan kelainan jantung bawaan, sebelum mendapatkan tindakan pengobatan gigi. Penyakit saluran pernafasan Infeksi di mulut dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan bila bakteri terhisap masuk ke saluran pernafasan. Bahkan, bakteri dapat berkembang biak dan menyebar sampai ke paru-paru. Hasil penelitian menunjukkan, pasien dengan radang paru-paru kemungkinan besar juga menderita penyakit periodontal. Bayi prematur atau bayi kurang berat Sudah lama diketahui bahwa ibu hamil yang merokok, peminum alkohol, dan pemakai obat-obatan berisiko melahirkan bayi lahir prematur atau bayi lahir kurang berat. Tapi, sekarang ditemukan lagi bahwa ibu hamil dengan penyakit periodontal berisiko 7 kali lebih besar melahirkan bayi yang lahir lebih awal atau bayi
kecil. Penyakit periodontal akan meningkatkan derajat cairan biologis yang merangsang kelahiran
jangan lupa untuk menggosok gusi dengan lembut perlahan-lahan. Untuk gusi rahang atas, gerakan sikat gigi dari atas ke bawah, dan untuk gusi rahang bawah gerakan sikat gigi dari bawah ke atas. Hal ini dapat menghalangi terbentuknya karang gigi. 2. Rajin kontrol ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk membersihkan karang gigi. Sebab, hanya dengan alat-alat kedokteran gigi saja karang gigi dapat dibersihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Lippincott, J.B. 1961. Oral Medicine. Philadelphia : Montreal Tarigan, Rasinta. 1989. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : EGC http://gigi.poltekkes-pontianak.org/index.php? pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=24 http://www.mail-archive.com/atekbl@yahoogroups.com/msg00128.html http://indahserasan.wordpress.com/2007/08/30/kesehatan-gigi-dan-gusi-kenapabegitu-penting/ http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=08411&rubrik=sehat http://209.85.175.132/search?q=cache:YdJQP0kZnQUJ:www.dkkbpp.com/index2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id %3D221+focal+infection&hl=id&ct=clnk&cd=12&gl=id&client=firefox-a http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=474 http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0703/14/165252.htm