1
2012 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal Wajib di
Sekolah/Madarasah.
Mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa berkontribusi dalam membentuk
karakter positif peserta didik di sekolah. Berbagai pembelajaran mengenai materi
berkaitan dengan bahasa, sastra, budaya Jawa, dan aksara Jawa ditawarkan dengan
maksud agar peserta didik lebih mengenal, memahami, mencintai, dan mendorong
untuk melestarikan warisan leluhur. Pembelajaran Bahasa Jawa bersifat integratif,
artinya pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi berbahasa yaitu
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis sebagai kesatuan yang saling terkait.
Pembelajaran Bahasa Jawa bersifat fleksibel, artinya mampu mengikuti dan
menyesuaikan dengan kebutuhan, perkembangan zaman, dan kebijakan
pemerintah yang berlaku.
Pemerintah saat ini mengupayakan inovasi dan pengembangan
pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini
dilakukan pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Pemerintah menerapkan
terobosan baru program Sekolah Penggerak. Terobosan ini selanjutnya berdampak
pada perubahan dan pengembangan pada kurikulum di sekolah dengan istilah
Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Perubahan dan
pengembangan juga berdampak pada mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa.
Salah satunya berupa pengembangan kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka.
Muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka memiliki tugas dan
peran memperkenalkan peserta didik untuk mengenal diri, kearifan lokal yang
dimilikinya, dan mendukung setiap kompetensi yang sedang dipelajari di sekolah
dengan baik. Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa mengembangkan materi
bertujuan mempersiapkan peserta didik mampu mengembangkan rasa percaya diri,
menguasai kompetensi yang merefleksikan pengalaman, baik diri sendiri maupun
orang lain, mengungkapkan gagasan, pemikiran, perasaan, berpikir kritis, kreatif,
inovatif, dan warga Daerah Istimewa Yogyakarta yang menguasai berbagai jenis
literasi antara lain: baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya serta
kewargaan.
2
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Jawa pada
pembelajaran paradigma baru membentuk pribadi Pancasila yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri,
kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global atau dikenal dengan sebutan
Profil Pelajar Pancasila. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum muatan lokal
Bahasa Jawa mempertimbangkan tantangan, baik internal maupun eksternal.
Tantangan internal mengacu pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan
meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian. Sementara mengenai tantangan
eksternal meliputi perkembangan globalisasi dan berbagai isu terkait dengan
kemajuan ilmu teknologi, informasi perkembangan pendidikan di tingkat nasional
dan internasional. Perkembangan teknologi dan globalisasi akan mengubah pola
hidup dan budaya masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.
Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka
dikembangkan dengan penyempurnaan pada pola pikir, baik secara makro dan
mikro. Penyempurnaan pola pikir secara makro mengarah pada: 1) pembelajaran
berpusat pada peserta didik; 2) pembelajaran interaktif; 3) pembelajaran luring; 4)
pembelajaran aktif dengan pemdekatan sains; 5) belajar berbasis tim; 6)
pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pembelajaran berbasis kebutuhan
peserta didik; 8) pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiciplines); dan 9)
pembelajaran pasif menjadi kritis. Sedangkan pola pikir secara mikro yaitu
pembelajaran Bahasa Jawa mengacu pada: 1) pembentukan karakter, kepribadian,
dan penguat jati diri masyarakat Jawa yang tercermin melalui tetembungan dan
solah bawa; 2) sebagai upaya pengolahan kearifan budaya lokal untuk mendukung
pembangunan budaya nasional, watak, dan karakter bangsa; 3) sebagai penjaga
dan pemelihara kelestarian bahasa, sastra, budaya, dan aksara Jawa; 4) sebagai
upaya penyelarasan pemakaian bahasa, sastra, budaya, dan aksara Jawa sejalan
dengan perkembangan (ngenut ombyaking jaman); 5) sebagai proses pembiasaan
penggunaan bahasa Jawa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku; dan 6) sebagai
pelestari dan pengembang budaya Jawa.
Penguatan materi muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka
dilakukan dengan memperhatikan antara lain: 1) penggunaan unggah-ungguh
Bahasa Jawa ragam ngoko dan krama. Melalui pembelajaran unggah-unggah basa
3
diharapkan peserta didik mampu membiasakan diri untuk menerapkan kesantunan
berbahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan
dan pembiasaan, baik didalam proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran;
2) pemanfaatan hasil sastra Jawa modern, baik tertulis maupun lisan; 3)
pemanfaatan sastra klasik, baik lisan maupun tulis; 4) pemanfaatan teks non-sastra
sebagai peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung tuntutan dan
kebutuhan; dan 5) aksara Jawa sebagai pemertahanan jati diri masyarakat Jawa.
4
pengembangan karakter Pancasila. Selanjutnya, adapun karakteristik mata
pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa antara lain:
1. Mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa mencakup kemampuan reseptif
(menyimak, membaca) dan kemampuan produktif (berbicara, menulis);
2. Mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa menggunakan pendekatan dengan
metode utama berbasis genre melalui pemanfaatan tipe teks dan teks
multimodal (lisan, tulis, visual, audio, dan audiovisual). Model pembelajaran
menggunakan pedagogi genre yaitu: penjelasan (explaining, building the
context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan
pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang mendorong
peserta didik berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses
pembelajaran;
3. Mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa dibelajarkan untuk meningkatkan
pendayagunaan bahasa, sastra, budaya, dan aksara Jawa sebagai sarana
membangun karakter positif dan budi pekerti luhur.
Elemen Deskripsi
5
penting sebab kemampuan menyimak menentukan
tingkat kemampuan peserta didik memahami makna
(tersurat dan tersirat) paparan lisan, memahami ide
pokok dan pendukung pada konten informasi maupun
konteks yang melatari paparan tersebut. Komponen-
komponen yang dapat dikembangkan dalam menyimak
diantaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem
isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna,
dan metakognisi.
6
Menulis Kemampuan peserta didik menyampaikan gagasan,
tanggapan, dan perasaaan dalam bentuk tulis secara
fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau
menyampaikan perasaan sesuai konteks. Komponen-
komponen yang dapat dikembangkan dalam menulis
diantaranya menerapkan penggunaan ejaan, kata,
kalimat, paragraf, struktur bahasa (tata bahasa), makna,
dan metakognisi dalam beragam tipe teks (deskripsi,
laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur,
serta narasi).
Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa untuk
berkomunikasi sesuai tujuan dengan santun, menerapkan kaidah Bahasa Jawa yang
berlaku dan unggah-ungguh basa dengan baik dan benar. Peserta didik mampu
menganalisis dan mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai teks berita
berbahasa Jawa dan cerita wayang. Peserta didik mampu menganalisis,
menginterpretasikan, dan melagukan informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan dari berbagai teks tembang Macapat Asmaradana dan
Megatruh dan geguritan dalam bentuk aural, visual dan atau audiovisual untuk
menemukan makna tersurat dan tersirat. Peserta didik mampu mendeskripsikan,
menggunakan, dan menyajikan unggah-ungguh basa dan sesorah sesuai kaidah
kebahasaan untuk menyampaikan informasi secara lisan berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan. Peserta didik mampu menulis teks beraksara
Jawa dengan memperhatikan kaidah penulisan aksara Jawa untuk menyampaikan
gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara
logis, kritis, dan kreatif dan menulis teks cerita pengalaman dengan memperhatikan
kaidah kebahasaan.
7
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Menyimak Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi
berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan
yang akurat dari menyimak berbagai teks berita berbahasa Jawa
dan cerita wayang
Membaca Peserta didik mampu menganalisis, menginterpretasikan, dan
melagukan informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan dari berbagai teks tembang
Macapat Asmaradana dan Megatruh dan geguritan dalam
bentuk aural, visual dan atau audiovisual untuk menemukan
makna tersurat dan tersirat
Berbicara Peserta didik mampu mendeskripsikan, menggunakan, dan
menyajikan unggah-ungguh basa dan sesorah sesuai kaidah
kebahasaan untuk menyampaikan informasi secara lisan berupa
gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan
Menulis Peserta didik mampu menulis teks beraksara Jawa dengan
memperhatikan kaidah penulisan aksara Jawa untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan
tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dan
menulis teks cerita pengalaman dengan memperhatikan kaidah
kebahasaan
8
Ngayogyakarta, wacana beraksara Jawa, Kraton Ngayogyakarta, dan tembang macapat
Sinom untuk menemukan makna tersurat dan tersirat. Peserta didik mampu
mendeskripsikan dan menyajikan informasi berbagai jenis teks tentang pranatacara,
artikel yang memuat budi pekerti, dan upacara tradisional Jawa sesuai kaidah
kebahasaan untuk menyampaikan informasi secara lisan berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan. Peserta didik mampu menulis berbagai teks
berupa serat ulem, serat lelayu, cerkak, dan wacana beraksara Jawa berisi ajaran moral
secara logis, kritis, dan kreatif dengan memperhatikan kaidah kebahasaan dan kaidah
penulisan aksara Jawa sebagai refleksi dan karya aktualisasi diri di berbagai media.
9
moral secara logis, kritis, dan kreatif dengan memperhatikan
kaidah kebahasaan dan kaidah penulisan aksara Jawa sebagai
karya aktualisasi diri di berbagai media.
10