Anda di halaman 1dari 49

PRAKTIKUM IV

PEMERIKSAAN KADAR DISSOLVED OXYGEN (DO) DAN


BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA AIR
LIMBAH INDEKOS DE CANNE DI SAHABAT 4
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOTA MAKASSAR

NAMA : ANDI NURFAUZIAH AMAR


NIM : K0111 81 505
KELOMPOK : 1 (SATU)

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM IV
PEMERIKSAAN KADAR DISSOLVED OXYGEN (DO) DAN
BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA AIR
LIMBAH INDEKOS DE CANNE DI SAHABAT 4
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOTA MAKASSAR
DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN

NAMA : ANDI NURFAUZIAH AMAR


NIM : K0111 81 505
KELOMPOK : 1 (SATU)

Makassar, 25 Maret 2021

Mengetahui,

Koordinator Asisten Asisten

(AL RICHA NASIR, SKM., M.Sc.) (WULAN RAMADHANI JABALNUR)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
RahmatNya saya masih diberikan kesempatan untuk bisa menyelesaikan laporan
saya, yang berjudul ”Pemeriksaan Kadar Dissolved Oxygen (DO) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada Air Limbah Indekos De Canne di
Sahabat 4 Universitas Hasanuddin Kota Makassar“ dengan tujuan untuk
mengetahui kadar Dissolved Oxygen (DO) dan pada air limbah dan Biochemical
Oxygen Demand (BOD) pada air limbah kost di Kota Makassar.
Menyelesaikan laporan ini saya sadari sepenuhnya belum sempurna dari
harapan kita, oleh sebab itu saya mengharapkan kerendahan hati menerima
kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga kita terarah pada satu jalur
menuju kesempurnaan.
Laporan ini saya susun berdasarkan hasil praktikum kesehatan lingkungan
dan juga beberapa pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
praktikum ini. Semoga laporan ini dapat berguna dan membantu dalam kegiatan
belajar mengajar kesehatan lingkungan khususnya dalam materi pemeriksaan
kimia pada air. Kepada semua pihak yang telah berupaya membantu, saya
mengucapkan terimakasih.

Makassar, 25 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Percobaan............................................................................ 4
C. Prinsip Percobaan............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Air Limbah Kos ...................................... 5
B. Tinjauan Umum tentang Dissolved Oxygen (DO)........................... 7
C. Tinjauan Umum tentang Biochemical Oxygen Demand (BOD)..... 9
D. Tinjauan Umum tentang Metode Winkler....................................... 12
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan................................................................................ 15
B. Waktu dan Tempat Percobaan......................................................... 16
C. Prosedur Kerja................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................. 22
B. Pembahasan..................................................................................... 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 29
B. Saran................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah cair ataupun air buangan merupakan gabungan dari beberapa
cairan berserta sampah cair yang bersumber dari daerah komunal atau
pemukiman, industri, perdagangan, dan perkotaan, bergabung bersama
dengan air hujan, air permukaan, dan air tanah yang bisa jadi ada (1). Adanya
limbah cair mengakibatkan resiko negatif pada lingkungan dan khususnya
untuk kesehatan manusia, maka dari itu harus dilakukan sebuah pengelolaan
atas hadirnya limbah cair tersebut. Jenis dan karakteristik limbah cair
mempengaruhi tingkat dari toksisitas yang muncul (2).
Salah satu sumber limbah cair adalah limbah cair dari pemukiman.
Karakteristik atau sifat fundamental pada limbah pemukiman yang harus
diawasi meliputi kandungan parasit, virus, dan bakteri dalam komposisi yang
tidak sedikit sehingga dapat menyebabkan cepatnya penyebaran penyakit.
Umumnya, air limbah domestik meliputi senyawa yang cukup tinggi pada
polutan organik, serta mampu diolah menggunakan proses pengolahan yang
secara biologis. Sebelum dibuang ke aliran perairan atau saluran umum,
semua air limbah domestik wajib diolah sebelumnya hingga mencapai nilai
baku mutu yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Pengolahan bisa
dilakukan dengan cara terpadu maupun dengan cara individu. Pengolahan
pada air limbah pemukiman merupakan sistem pengolahan air limbah yang
prosesnya dilakukan secara bersama-sama atau kolektif sebelum limbah
dibuang pada air permukaan (3).
Manajemen sanitasi, utamanya pada air limbah pemukiman sangat
perlu untuk dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Air limbah pemukiman
berpotensi mencemari lingkungan serta berdampak pada kesehatan manusia
apabila tidak diolah dengan baik dan benar. Bank Dunia memprediksi bahwa
penyebab dari 120 juta gangguan kesehatan dan 50.000 kematian disebabkan

1
2

oleh sanitasi pada limbah yang buruk. Untuk negara Indonesia, ditaksir
bahwa bisa saja mengalami kerugian hingga Rp56 triliun ataupun (dalam
dollar) sebesar $4,2 miliar per satu tahun akibatnya buruknya kualitas sanitasi
limbah tersebut (4).
Air limbah pemukiman berkontribusi dalam peningkatan bahan
pencemar pada air, hal ini karena air limbah pemukiman menjadi polutan
terbesar yang masuk ke perairan. Ini terjadi akibat 60% hingga 80% dari air
bersih yang dipakai kemudian dibuang pada lingkungan menjadi air limbah.
Secara nasional, hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa sebanyak
62,14% rumah tangga sudah memiliki akses dan jangkauan terhadap sanitasi
yang layak, namun jumlah rumah tangga yang tetap melakukan pembuangan
air limbah pemukiman ke got ataupun saluran drainase mencapai 46,7% (5).
Informasi berupa data yang didapatkan dari unit Pelaksanan Teknis
Daerah Pengelolaan Air Limbah (UPTD PAL, 2018) Dinas Pekerjaan Umum
Kota Makssar, bahwa ada setidaknya 149 Unit IPAL Komunal pada tahun
2018 dengan kapasitas 30 - 100 sambungan rumah yang didapatkan dari
berbagai sumber dana dan program dari APBN dan APBD Kota Makassar
yang dikelola oleh masyarakat. Sekitar 60% dari 149-unit prasarana yang
digunakan telah dimanfaatkan dan sekitar 40% dalam keadaan rusak.
Khususnya pada Kecamatan Tamalate terdapat setidaknya 10 IPAL komunal
yang sudah didirikan dan terdapat 3 diantara IPAL tersebut yang tidak
digunakan (8).
Peranan oksigen di dalam air, yakni memainkan peranan untuk
menguraikan bahan-bahan kimia menjadi sebuah komponen yang bentuk dan
siftanya lebih sederhana. Oksigen mempunyai kemampuan untuk dapat
beroksida bersama zat pencemar menjadi bahan organik, maka zat pencemar
tadi menjadi tidak berbahaya. Oksigen juga dibutuhkan oleh beberapa
mikroorganisme, baik mikroorganisme jenis aerob maupun mikroorganisme
jenis anaerob untuk melakukan proses metabolisme. Dengan hadirnya
oksigen pada air, menandakan bahwa mikroorganisme menjadi giat untuk
3

melakukan proses penguraian kandungan pada dalam air sehingga perlu


dilakukan pemeriksaan kadar oksigen terlarut dalam air (9).
Konsentrasi oksigen terlarut atau umumnya disebut juga dengan
Dissolve Oxygen atau DO adalah parameter atau tolak ukur yang paling
banyak mendapat soroton karena mampu menggambarkan kualitas pada air
dan kesehatan pada suatu ekosistem di dalam air tersebut (10). Adapun BOD
atau umumnya disebut juga dengan Biochemical Oxygen Demand adalah
banyaknya oksigen yang diperlukan oleh suatu mikroorganisme aerobik
dalam menguraikan hampir seluruh zat organik yang terlarut pada dalam air
ataupun tersuspensi pada air . Kadar atau konsentrasi dari BOD adalah salah
satu acuan atau indikator yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur kejadian
pencemaran yang ada di suatu perairan (11).
Adapun penelitian lain mengenai pengukuran kadar DO dan BOD
pada air dilakukan oleh Tamamu Azizid Daroini dan Apri Arisandi (2020)
pada penelitian yang berjudul : “Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan” maka didapatkan
hasil pengukuran DO pada stasiun satu mempunyai rata-rata sebanyak 5,49
mg/l lalu untuk stasiun dua mempunyai DO sebanyak 4,58 mg/l. Maka dapat
disimpulkan bahwa nilai kadar oksigen yang terlarut dalam perairan di stasiun
satu tergolong cukup baik namun pada stasiun dua termasuk rendah, hal ini
tercermin pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 2004 yang menyatakan bahwa besar oksigen terlarut yang optimum
bagi biota laut harus melebihi dari 5 mg/l (12). Untuk air minum dan
peruntukkan lain yang mengisyaratkan baku mutu yang sama dengan air
minum adalah minimum 6mg/l sesuai dengan Peraturan Menteri Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sehingga hasil dari penelitian diatas tidak ada
yang layak untuk diminum (18).
Tingginya mikroorganisme dalam air merupakan tanda bahwa kadar
BOD yang ada pada dalam air juga tinggi. Mikroorganisme yang umumnya
terdapat dalam air seperti jenis bakteri kelompok Escherichia coli, Coliform,
4

dan Streptococcus faecalis. Apabila bakteri-bakteri tersebut masuk kedalam


saluran sistem pada pencernaan dalam jumlah yang cukup banyak bisa
berbahaya bagi kesehatan, seperti dapat mengalami penyakit pada pencernaan
yaitu diare (14). Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan
pemeriksaan kadar Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) pada air limbah indekos De Canne di Sahabat 4 Universitas
Hasanuddin Kota Makassar.

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari pemeriksaan kadar Dissolved Oxygen (DO) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air limbah indekos De Canne di
Sahabat 4 Universitas Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kadar Dissolved Oxygen (DO) pada air limbah kost di Kota
Makassar
2. Mengetahui kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air limbah
kost di Kota Makassar

C. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari pemeriksaan kadar Dissolved Oxygen (DO) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air limbah indekos De Canne di
Sahabat 4 Universitas Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1. Pada pengambilan sampel, botol sampel diisi penuh hingga tidak ada
rongga udara pada botol sampel.
2. Selama pemeriksaan DO dan BOD sampel harus bebas dari udara luar
untuk mencegah kontaminasi oksigen dari udara.
3. Waktu pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel dilakukan kurang
dari enam jam untuk menghidari pengurangan mikroorganisme.
4. Sampel yang dicampurkan larutan kimia dihomogenkan dengan cara
dibolak-balik.
5. Pada saat melakukan titrasi tidak boleh ada gelembung udara pada buret.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Air Limbah Kos


Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun 2016 yang
menetapkan bahwa yang dimaksud dengan air limbah rumah tangga atau air
limbah domestik merupakan air limbah yang bersumber dari hasil usaha dan
atau aktivitas pada pemukiman, perkantoran, perniagaan, rumah makan, kos
ataupun asrama, dan apartemen. Penyingkiran limbah domestik ke air sungai
mampu meningkatkan konsentrasi BOD pada air. muatan nilai BOD yang
tinggi dapat mengakibatkan pendangkalan, hal ini disebabkan karena
terjadinya sedimentasi. Persitiwa ini terjadi karena kadar oksigen yang
berkurang pada air yang masuk sehingga biota kemudian akan mengalami
kematian (28).
Air limbah yang berasal dari rumah tangga ataupun kos, yaitu air
limbah yang sumbernya berasal dari pemukiman atau tempat tinggal
penduduk. Biasanya air limbah ini meliputi ekskreta yakni air seni dan, air
bekas cucian pada dapur maupun pada kamar mandi, pembuangan tinja dan
umumnya mencakup beberapa bahan-bahan jenis organik. Kemudian air
limbah buangan ini akhirnya akan dialirkan ke sungai serta laut yang
kemudian akan dipakai oleh manusia lagi. Maka dari itu, air limbah yang
berasal dari kos ini perlu dan wajib untuk diolah dan ataupun dikelola dengan
yang baik sebelum dibuang ke aliran air (26).
Air limbah rumah tangga atau kos terdiri dari 3 fraksi atau komponen
penting, yang terdiri atas (17) :
1. Tinja atau feses, tinja ini berpotensi memiliki mikroba patogen penyebab
timbulnya suatu penyakit.
2. Air seni atau urine, umumnya air seni memuat Posfor dan Nitrogen, serta
kemungkinan kecil mengandung mikroorganisme.

5
6

3. Grey water, adalah air sisa mesin cuci, cucian dapur, serta kamar mandi.
Sullage adalah istilah lain dari Grey water.
Sistem pengolahan air limbah kos terbagi atas dua yakni sanitasi
sistem setempat atau disebut pula sebagai on site system dan sanitasi sistem
terpusat atau disebut pula off site system. Pada sistem setempat, pengelolaan
air limbahnya berlokasi di sebidang tanah yang dimiliki secara individual,
contohnya adalah septik tank. Kemudian pada sanitasi sistem terpusat,
pengolahan air limbah berlokasi di luar dari tempat asal limbah tersebut atau
pembuangannya mengalirkannya ke sebidang tanah yang berlokasi diluar
menggunakan pipa pada jarak tertentu. Lokasi yang digunakan dipakai secara
bersama kemudian disalurkan ke instalasi atau pada badan pengelola air
limbah tersebut (27).
Adapun yang menjadi karakteristik air limbah dibedakan atas 3 jenis,
yakni sebagai berikut (29) :
1. Karakteristik fisik, Karakter fisik ini meliputi air dan partikel padatnya,
utamanya adalah air dari limbah rumah tangga/kos atau pemukiman yang
memiliki warna yang sama seperti sabun, dan baunya dapat mengganggu
aktivitas.
2. Karakteristik kimia, Karakteristik kimia ini meliputi kandungan berbagai
zat kimia anorganik, yang sumbernya dari berbagai macam zat organik
seperti misalnya dari penguraian sampah, urine dan tinja, dan condong
bersifat basa.
3. Karakteristik bakteriologis, Karakteristik bakterilogis ini meliputi adanya
kandungan bakteri patogen, serta terdapat organisme coli pada sumber
limbah.
Air limbah domestik yang berasal dari pemukiman (termasuk
asrama/kos) yang apabila tidak diolah dengan baik dapat mengakibatkan
berbagai macam permasalahan untuk manusia dan di lingkungannya. Secara
umum, karakteristik dan sifat dari air limbah domestik yakni memiliki TSS
(Total Suspended Solid) 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466 mg/l,
serta Total Coliform 56-8,03x107 CFU/100 ml. Pengelolaan ulang pada air
7

limbah domestik bertujuan agar air limbah domestik bisa Kembali digunakan
sebagai air yang bersih serta bisa memenuhi standar dari baku mutu air yang
bersih (30).

B. Tinjauan Umum tentang Dissolved Oxygen (DO)


DO atau yang umumnya disebut dengan Dissolved Oxygen atau
oksigen yang terlarut dapat dijadikan sebagai salah satu parameter atau
indikator untuk menentukan kondisi di perairan tersebut tercemar ataupun
tidak tercemar. Oksigen terlarut atau DO merupakan banyaknya jumlah
oksigen yang dinyatakan dalam miligram yang terdapat pada tiap satu liter
air. Oksigen terlarut ini biasanya timbul atau muncul akibat dari difusi udara
lewat aliran air masuk, air hujan , air permukaan, dan juga dari hasil proses
ketika fotosintesis pada tumbuhan air ataupun plankton. Menurut peraturan
pemerintah No. 82 tahun 2001, standar DO yang diperbolehkan pada air
limbah yakni minimal sebesar 0 mg/l serta nilai maksimal yang
diperbolehkan yaitu sebesar 6 mg/l. Distribusi atau penyebaran DO secara
vertikal disebabkan oleh beberapa faktor yakni gerakan air, proses yang ada
di kehidupan dalam air, dan secara kimia oksigen tersebut digunakan dalam
pernapasan, yaitu suatu proses menguraikan zat-zat organik menjadi zat yang
lebih sederhana dimana zat-zat membutuhkan oksigen (15).
Oksigen terlarut ini merupakan indeks yang menjadi salah satu
indikator penting untuk mengevaluasi kualitas air dan konsentrasinya.
Dimana evaluasi ini sangat penting dalam proses produksi industri,
pemantauan lingkungan, budidaya, makanan, bidang lainnya. Karena
perubahannya adalah proses dinamis yang berkelanjutan, maka oksigen
terlarut konsentrasi perlu diukur secara akurat dalam waktu yang nyata (16).
Oksigen terlarut mempunyai peran yang sangat penting dalam
mengetahui suatu kualitas perairan. Fungsi dari oksigen terlarut yakni untuk
melakukan oksidasi pada bahan organik, dimana oksigen dalam air digunakan
oleh mikroorganisme pada perairan untuk dekomposisi suatu zat organik
menjadi zat anorganik .Selain itu, dalam suatu perairan, kandungan oksigen
8

memiliki fungsi sebagai oksidator dan reduktor pada bahan kimia sehingga
menjadi suatu senyawa dari kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
sebagai suatu nutrien yang diperlukan oleh organisme perairan (20).
DO sangat penting untuk menjalankan sistem pada saluran
pembuangan ataupun bangunan pada pengelolaan limbah cair. Air yang jenuh
akan oksigen biasanya adalah air bersih, tetapi secara cepat akan menjadi
habis atau kurang jika dimasukkan limbah organik ke dalamnya. Di wilayah
yang memiliki iklim yang panas dan memiliki saluran limbah cair yang
kemiringannya cukup, maka limbah cair dapat mencapai bangunan
pengelolaan dalam keadaan yang baik, walaupun tingkat kandungan
oksigennya mungkin menjadi sangat rendah. Banyaknya kadar atau
konsentrasi oksigen yang terdapat pada limbah cair memiliki variasi yang
bermacam-macam dan tidak stabil sama sekali. Untuk memelihara kandungan
oksigen yang terlarut dalam air, maka dilakukan pengolahan limbah cair
sehingga pada air, kandungan oksigen cukup mampu untuk mencegah adanya
suatu kondisi anaerobik (17).
DO atau oksigen terlarut adalah banyaknya jumlah miligram oksigen
yang larut pada air limbah ataupun air yang memiliki satuan yang dinyatakan
dengan miligram oksigen per liter (mg O2/L), hal ini sesuai dengan yang
disebutkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Air dan Air
Limbah. Analisa awal pada kadar kualitas air dapat dilakukan dengan
menentukan angka DO, sebab jika derajat atau jumlah DO pada air di suatu
tempat wilayah di bawah kriteria mutu air atau tidak sesuai baku mutu, maka
dapat mengindikasikan adanya penurunan pada kualitas air di wilayah
tersebut. Kurangnya angka DO tersebut dapat diakibatkan oleh adanya
cemaran pada air di wilayah tersebut (19).
Berdasarkan Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
bahwa pengendalian pada pencemaran air adalah upaya preventif yang wajib
dilakukan sehingga kualitas air mampu menjamin dan sesuai dengan baku
mutu air. Kadar DO yang diperbolehkan dalam peraturan ini yaitu (dalam hal
9

ini adalah kadar minimum) 6mg/l untuk kelas I, 4 mg/L untuk kelas II, 3
mg/L untuk kelas III dan 0 mg/L untuk kelas IV. Agar tidak terjadi kerusakan
pada lingkungan terutama biota air maka ditetapkan angka batas minimum
kadar DO dalam air (18).
Untuk melakukan penentuan pada besarnya DO atau oksigen dalam
air, maka dapat dilakukan melalui dua jenis atau metode, yang pertama yaitu
metode titrasi melalui cara winkler dan yang kedua dengan memakai metoda
elektrokimia, yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sebagai DO meter.
Metode titrasi melalui cara winkler biasnya banyak dipakai untuk menentukan
banyak jumlah kadar oksigen yang terlarut. Prinsipnya yang dilakukan adalah
dengan menerapkan titrasi iodometri (19).
Banyaknya jumlah oksigen yang larut dari tiap lapisan perairan
memiliki kadar yang berbeda-beda. Kandungan oksigen dalam air semakin
menurun apabila semakin dalam perairan tersebut. Hal ini terjadi karena
kurangnya cahaya matahari yang masuk sehingga proses fotosintesis tidak
dapat berjalan dengan baik serta oksidasi pada bahan-bahan organik dan
anorganik juga terganggu. Berbeda halnya dengan lapisan perairan di bagian
permukaan yang memiliki kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi
apabila dibandingkan dengan lapisan perairan bagian dalam maupun dasar
perairan dengan selisih antar lapisan yakni sekitar 0,5 mg/L (20).

C. Tinjauan Umum tentang Biochemical Oxygen Demand (BOD)


BOD atau umumnya disebut juga dengan Biochemical Oxygen
Demand adalah suatu karakteristik atau sifat yang menandakan banyaknya
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (bakteri
ataupun patogen) yang bekerja dengan cara mengurai atau merubah struktur
bahan organik dalam keadaan aerobik. Bahan organik yang siap
terdekomposisi adalah bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD. Nilai
atau derajat BOD tidak selalu menandakan berapa banyak jumlah bahan
organik yang sesungguhnya, namun hanya mengukur secara relatif banyaknya
jumlah oksigen yang diperlukan untuk proses oksidasi bahan buangan
10

tersebut. Prinsip dari pengukuran BOD itu sendiri yakni dengan mengukur
kandungan oksigen terlarut segera atau kandungan oksigen awal (DOi)
secepatnya setelah pengambilan sampel (21).
BOD merupakan banyaknya jumlah oksigen yang diperlukan oleh
bakteri ataupun mikroorganisme dalam melakukan proses penguraian atau
dekomposisi aerobik pada suatu bahan organik dari sebuah larutan. Meskipun
nilai BOD mengungkapkan berapa banyak jumlah oksigen dalam air, namun
untuk lebih mudahnya dapat juga dianggap sebagai deskripsi banyaknya
jumlah suatu bahan organik yang mudah terdekomposisi (biodegradable
organics) yang berada di suatu perairan. Proses penguraian bahan organik
oleh mikroorganisme mampu menurunkan kadar oksigen yang terlarut
dimana hal ini berperan dalam menurunkan bahan organik dalam suatu air
limbah. Sehingga dapat diketahui semakin tinggi konsentrasi bahan organik
dalam suatu air limbah maka semakin banyak juga oksigen yang diperlukan
oleh suatu mikroorganisme sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
penurunan jumlah oksigen terlarut (24).
Jika BOD meningkat, maka kinerja bakteri aerobik dalam memecah
suatu bahan buangan organik menjadi meningkat dan menyebabkan oksigen
terlarut dalam air menjadi menurun. Jika oksigen yang terlarut telah habis,
maka bakteri aerobik akan mati. Dalam kondisi seperti ini bakteri anaerobik
akan menggantikan bakteri aerobik yang bertugas untuk memecah suatu
bahan buangan organik yang terdapat di dalam perairan. Hasil dari
penguraian oleh bakteri anaerobik ini mengakibatkan bau yang tidak enak
seperti bau anyir atau berbau busuk (25).
BOD adalah salah satu indikator yang paling umum dipakai untuk
menilai suatu kualitas pada air. BOD memberikan informasi terkait fraksi
yang dapat terurai dan mengalir pada dalam air dari suatu bahan organik.
Konsentrasi BOD pada suatu aliran air dapat digolongkan sebagai indikator
pencemaran air, dimana jika tercemarnya suatu aliran air maka dapat
diketahui bahwa semakin tinggi BOD dalam air. Terkumpulnya BOD dari
berbagai sumber pencemar akan mengakibatkan beban pencemar kepada
11

kapasitas aliran air untuk dapat membaik kembali, maka dapat menurunkan
kekuatan atau daya tampung suatu beban tingkat pencemaran (22).
Kandungan BOD yang tinggi di suatu perairan menyebabkan kadar
oksigen dalam air berkurang, akibatnya penurunan habitat perairan dan
keanekaragaman hayati, sehingga mengganggu penggunaan air. Konsentrasi
pada BOD yang sangat tinggi pada badan air sebagian besar bersumber dari
sumber antropogenik (akibat aktivitas manusia), terdiri dari limbah domestik
dan ternak, emisi dari industri, dan luapan pada saluran pembuangan. Solusi
untuk mengurangi kadar BOD ini adalah saat diangkut melalui jaringan
sungai, konsentrasi BOD dapat dikurangi dengan degradasi mikroba atau
pemurnian sendiri pada aliran air dan pengenceran sebelum mencapai laut
(23).
Berdasarkan Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
bahwa. Kadar BOD yang diperbolehkan dalam peraturan ini yaitu 10 mg/l
untuk kelas I, 25 mg/L untuk kelas II, 50 mg/L untuk kelas III dan 100 mg/L
untuk kelas IV. Baku mutu BOD ini perlu diketahui agar dapat dilakukan
pengendalian pencemaran air yang merupakan upaya pencegahan yang harus
dilakukan agar kualitas air dapat terjamin dan sesuai dengan baku mutu air.
Selain itu, agar tidak terjadi kerusakan pada lingkungan terutama biota air
maka ditetapkan angka batas maksimum kadar BOD dalam air (18).
Tingginya kadar BOD dalam air mengindikasikan tingginya jumlah
mikroorganisme yang di dalam air, akibat dari tingginya BOD tersebut dapat
mengganggu kesehatan manusia. Kelompok Coliform, Escherichia coli,
Streptococcus, dan Staphylococcus terkandung di dalam BOD dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyakit pada sistem pencernaan
dan iritasi kulit. Bakteri E.coli jika telah masuk ke dalam tubuh bisa
mengakibatkan terjadi gangguan pencernaan misalnya diare, jenis bakteri
Streptococcus ketika masuk ke dalam pori-pori kulit bisa menimbulkan iritasi
kulit akibat kontak langsung terhadap air yang tercemar (14).
12

D. Tinjauan Umum tentang Metode Winkler


DO yang telah terkumpul dalam sampel air limbah dapat ditentukan
dengan metode winkler. Metode winkler bekerja dengan cara menangkap
kadar oksigen dalam sampel air dengan mereaksikannya dengan beberapa
reagen atau bahan yang dihasilkan dalam pembentukan senyawa asam dengan
adanya yodium. Larutan iodide lalu dititrasi dengan bahan penetral yang
sesuai. Perubahan warna yang menandakan titik akhir setara dengan jumlah
DO pada sampel air (31).
Prinsip analisa BOD memiliki metode yang sama dengan analisa pada
oksigen terlarut atau DO, yakni dapat menggunakan metode winkler dan
menggunakan prinsip titrasi iodometri. Terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan larutan NaOH-K1 pada air sampel yang akan dianalisis, dalam
penambahan larutan ini akan menghasilka endapan MnO2. Penambahan
H2SO4 atau HCl akan melarutkan kembali endapan yang terbentuk yang juga
membebaskan molekul iodium yang ekivalen dengan oksugen terlarut.
Langkah selanjutnya yaitu dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dan menggunakan
larutan amilum, reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut (32) :

MnCl2 + 2KOH → Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O (endapan)

MnO2 + 2 KI + 2 H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI


Metode titrasi melalui cara winkler biasanya lebih banyak digunakan
dalam menentukan DO atau kadar oksigen terlarut. Adapun prosedur dalam
metode winkler ini yakni yang pertama dilakukan persiapan dengan
menyediakan botol winkler lalu memasukkan botol winkler kedalam air
sampel hingga penuh dan dihindari adanya gelembung udara pada botol
winkler tersebut lalu botol ditutup rapat. Lakukan pengujian contoh uji segera
setelah contoh uji diambil. Setelah prosedur pengujian tadi maka yang
selanjutnya dilakukan adalah Penetapan larutan thiosulfat dengan kalium
13

dikromat. Kemudian dilanjutkan pada prosedur penetapan kadar oksigen


terlarut (33).
Prinsip yang digunakan dalam metode winkler adalah titrasi
iodometri, melalui metode ini, ditentukan suatu volume yakni volume pada
larutan natrium thiosulfat atau dilambangkan Na2S2O3 yang diapakai dalam
titrasi iodium (I2) yang telah dibebaskan. Sebelumnya larutan penyangga
fosfat yang sudah diaerasi menggunakan oksigen dimasukkan dengan larutan
MnSO4 serta larutan alkali iodida azida maka akan terbentuk suatu endapan
Mn(OH)3. Melalui penambahan H2SO4, endapan yang sebelumnya telah
terbentuk kemudian menjadi larut kembali dan melepaskan suatu molekul
iodium (I2) yang nilai atau ukurannya sebanding terhadap oksigen terlarut
tadi. Iodium yang dilepaskan ini kemudian dititrasi menggunakan larutan
natrium thiosulfat (Na2S2O3) hingga warnanya berubah seperti warna kuning
kecoklatan. Kemudian larutan diberikan indikator amilum ke larutan Iodium
lalu disambung dengan proses titrasi menggunakan larutan natrium thiosulfat
(Na2S2O3) hingga perubahan warna terjadi dari biru ke bening atau tidak
berwarna (34).
Karena titrasi winkler yang menggunakan prinsip titrasi iodometri,
maka ketika sampel air diambil, penganalisaan harus langsung dilakukan dan
tidak diperbolehkan untuk menyimpan sampel terlebih dahulu pada durasi
waktu yang tidak sebentar atau memakan waktu lama. Selain durasi pada
proses pengambilan sampel, yang perlu diperhatikan juga adalah botol yang
digunakan sebagai tempat mengambil sampel wajib untuk ditutup rapat lalu
diberi lakban. Hal ini dilakukan akibat sifat oksigen yang sangat sensitif
terhadap adanya tekanan atmosfer dan suhu (33).
Keunggulan metode winkler dalam menganalisis BOD yang terlebih
dahulu menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah jika dibandingkan dengan
metode DO meter, metode winkler lebih analitis, akurat dan tepat. Adapun
yang menjadi kelemahan metode winkler adalah dalam menganalisis oksigen
terlarut (DO) adalah pada saat menganalisa oksigen terlarut (DO), indikator
amilum harus ditambahkan saat akhir titrasi agar amilum tidak terenkapsulasi
14

dengan yodium, karena hal ini akan menyulitkan amilum untuk bereaksi dan
kembali ke kompleks aslinya (32).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Aerator 1 unit
b. Botol winkler 250 ml 2 buah
c. Bulb 3 buah
d. Buret 1 buah
e. Gelas beaker 1 buah
f. Gelas ukur 250 ml 1 buah
g. Gelas ukur 1.000 ml 1 buah
h. Inkubator 1 unit
i. Labu erlenmeyer 1 buah
j. Penjepit statif 1 buah
k. Pipet tetes 1 buah
l. Pipet ukur 3 buah
2. Bahan
a. Aquades secukupnya
b. Handscoon secukupnya
c. Indikator amilum 2% 0,5 ml/sampel
d. Kertas label secukupnya
e. Larutan H2SO4 1 ml/sampel
f. Larutan MnSO4 2 ml/sampel
g. Larutan pengencer 672 ml
h. Larutan pereaksi O2 2 ml/sampel
i. Larutan thiosulfat secukupnya
j. Sampel air 250 ml/botol winkler
k. Tisu secukupnya

15
16

B. Waktu dan Tempat Praktikum


1. Pengambilan Sampel
a. Waktu : Kamis, 18 Maret 2021 pukul 11.00 WITA
b. Tempat : Air Limbah Kos de Canne Jl. Sahabat 4 Kota Makassar
2. Pemeriksaan Sampel
a. Waktu : Kamis, 18 Maret 2021 pukul 14.00 WITA
b. Tempat : Laboratorium Terpadu Kimia Biofisika FKM Unhas
C. Prosedur kerja
1. Prosedur Pengambilan Sampel
a. Disiapkan 2 buah botol winkler.
b. Dibilas masing-masing botol winkler menggunakan air sampel sebanyak
tiga kali sebelum dimasukkan air sampel.
c. Diisi botol winkler satu per satu dengan sampel air hingga penuh dan
tidak terdapat gelembung udara.
d. Ditutup botol sampel dan dilakukan pemeriksaan segera.
1. Pemeriksaan Sampel
a. Pemeriksaan DO segera (DOs)
1) Disiapkan 2 botol winkler kemudian diberi label botol winkler I dan
botol winkler II.
2) Dihomogenkan botol winkler I yang berisi air sampel 250 ml yang
telah ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 sebanyak 2 ml dengan
cara dibolak-balik.
3) Didiamkan sampai membentuk endapan.
4) Dilakukan pemeriksaan lanjutan jika endapan berwarna cokelat yang
mengandung oksigen, sedangakan jika endapan berwarna putih tidak
mengandung oksigen atau DO sama dengan 0, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
5) Ditambahkan 1 ml larutan H2SO4 jika endapan yang terbentuk
berwarna cokelat dan dihomogenkan kembali dengan cara dibolak-
balik hingga air sampel berwarna kuning.
17

6) Diukur air sampel sebanyak 200 ml menggunakan gelas ukur dan


dipindahkan ke labu erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
amilum 0,5 ml hingga berubah warna menjadi biru tua.
7) Dititrasi air sampel dengan larutan thiosulfate hingga berubah warna
menjadi bening. Hasil titrasi dimasukkan ke dalam rumus:
volume botol winkler−4
V olume sampel= ×200 ml
volume botol winkler

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO s=
volu me sampel

Keterangan:
ml titrasi = Jumlah titrasi (ml)
N thiosulfate = 0,025 N
Volume sampel = Jumlah sampel yang digunakan (ml)
8) Dilihat hasil DOs pada tabel pengenceran untuk mengetahui tingkat
pengenceran sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tingkat Pengenceran
Kadar DO segera Tingkat pengenceran

>8,0 Tanpa Pengenceran

6,0 – 8,0 2 – 5 kali

5,0 – 6,0 5 – 10 kali

3,0 – 5,0 10 – 15 kali

1,0 – 3,0 15 – 20 kali

0,1 – 1,0 20 – 25 kali

0,0 – 0,1 25 kali

Sumber: Amqam dkk, 2021


b. Pemeriksaan DO air campuran segera (DOacs)
1) Disiapkan 2 botol winkler dan diberi label winkler I (DOacs3.28) dan
winkler II (DOacs).
18

2) Ditambahkan larutan pengencer hingga mencapai 700 ml pada sampel


air didalam gelas ukur 1.000 ml dan dimasukkan sampel air yang telah
dihomogenkan ke dalam botol winkler I dan botol winkler II hingga
penuh.
3) Diinkubasi botol winkler I pada suhu 28ºC selama 3 hari.
4) Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 sebanyak 2 ml pada botol
winkler II kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-balik dan
didiamkan sampai membentuk endapan.
5) Dilakukan pemeriksaan lanjutan jika endapan berwarna cokelat yang
mengandung oksigen, sedangkan jika endapan berwarna putih tidak
mengandung oksigen atau DO sama dengan 0, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
6) Ditambahkan 1 ml H2SO4 pada endapan yang berwarna cokelat dan
dihomogenkan kembali dengan cara dibolak-balik hingga air sampel
berwarna kuning.
7) Diukur air sampel sebanyak 200 ml menggunakan gelas ukur dan
dipindahkan ke labu erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
amilum 0,5 ml hingga berubah warna menjadi biru tua.
8) Dititrasi air sampel dengan larutan thiosulfat hingga berubah warna
menjadi bening. Hasil titrasi dimasukkan ke dalam rumus:
volume botol winkler−4
V olume sampel= ×200 ml
volume botol winkler

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO acs=
volu me sampel

Keterangan:
ml titrasi = Jumlah titrasi (ml)
N thiosulfat = 0,025 N
Volume sampel = Jumlah sampel yang digunakan (ml)
c. Pemeriksaan DO air pengencer segera (DOaps)
19

1) Disiapkan 2 botol winkler dan diberi label winkler I (DOaps3.28) dan


winkler II (DOaps).
2) Diisi botol winkler I dan botol winkler II dengan larutan pengencer
sampai penuh dan diusahakan larutan dalam botol tidak membentuk
gelembung udara.
3) Diinkubasi botol winkler I pada suhu 28oC selama 3 hari.
4) Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 pada botol winkler II
masing-masing sebanyak 2 ml kemudian dihomogenkan dengan cara
dibolak-balik dan didiamkan sampai membentuk endapan.
5) Dilakukan pemeriksaan lanjutan jika endapan berwarna cokelat yang
mengandung oksigen, sedangkan jika endapan berwarna putih tidak
mengandung oksigen atau DO sama dengan 0, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
6) Ditambahkan 1 ml H2SO4 pada endapan yang berwarna cokelat dan
dihomogenkan kembali dengan cara dibolak-balik hingga air sampel
berwarna kuning.
7) Diukur air sampel sebanyak 200 ml menggunakan gelas ukur dan
dipindahkan ke labu erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
amilum 0,5 ml hingga berubah warna menjadi biru tua.
8) Dititrasi air sampel dengan larutan thiosulfat hingga berubah warna
menjadi bening. Hasil titrasi dimasukkan ke dalam rumus:

volume botol winkler−4


V olume sampel= ×200 ml
volume botol winkler

ml titrasi × N thiosulfat ×8000


DO aps=
volume sampel

Keterangan:
ml titrasi = Jumlah titrasi (ml).
N thiosulfate = 0,025 N.
Volume contoh = Jumlah sampel yang digunakan (ml).
d. Pemeriksaan DO air campuran setelah inkubasi (DOac3.28)
20

1) Dikeluarkan botol winkler (DOac3.28) dari inkubator.


2) Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 sebanyak 2 ml pada botol
winkler kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-balik dan
didiamkan sampai membentuk endapan.
3) Dilakukan pemeriksaan lanjutan jika endapan berwarna cokelat yang
mengandung oksigen, sedangkan jika endapan berwarna putih tidak
mengandung oksigen atau DO sama dengan 0, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
4) Ditambahkan 1 ml H2SO4 pada endapan yang berwarna cokelat dan
dihomogenkan kembali dengan cara dibolak-balik hingga air sampel
berwarna kuning.
5) Diukur air sampel sebanyak 200 ml menggunakan gelas ukur dan
dipindahkan ke labu erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
amilum 0,5 ml hingga berubah warna menjadi biru tua.
6) Dititrasi air sampel dengan larutan thiosulfat hingga berubah warna
menjadi bening. Hasil titrasi dimasukkan ke dalam rumus:
volume botol winkler−4
V olume sampel= ×200 ml
volume botol winkler

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO acs=
volu me sampel

Keterangan:
ml titrasi = Jumlah titrasi (ml)
N thiosulfat = 0,025 N
Volume sampel = Jumlah sampel yang digunakan (ml)
e. Pemeriksaan DO air pengencer setelah inkubasi (DOap3.28)
1) Dikeluarkan botol winkler (DOap3.28) dari inkubator.
2) Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 pada botol winkler masing-
masing sebanyak 2 ml kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-
balik dan didiamkan sampai membentuk endapan.
21

3) Dilakukan pemeriksaan lanjutan jika endapan berwarna cokelat yang


mengandung oksigen, sedangkan jika endapan berwarna putih tidak
mengandung oksigen atau DO sama dengan 0, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
4) Ditambahkan 1 ml H2SO4 pada endapan yang berwarna cokelat dan
dihomogenkan kembali dengan cara dibolak-balik hingga air sampel
berwarna kuning.
5) Diukur air sampel sebanyak 200 ml menggunakan gelas ukur dan
dipindahkan ke labu erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
amilum 0,5 ml hingga berubah warna menjadi biru tua.
6) Dititrasi air sampel dengan larutan thiosulfat hingga berubah warna
menjadi bening. Hasil titrasi dimasukkan ke dalam rumus:

volume botol winkler−4


V olume sampel= ×200 ml
volume botol winkler

ml titrasi × N thiosulfat ×8000


DO aps=
volume sampel

Keterangan:
ml titrasi = Jumlah titrasi (ml).
N thiosulfate = 0,025 N.
Volume contoh = Jumlah sampel yang digunakan (ml).
f. Perhitungan BOD
Hasil dari semua perhitungan mulai dari DOacs, DOaps, DOac3.28,
DOap3.28 kemudian dimasukkan ke dalam rumus:

BOD3.28 = {(DOacs – DOac3.28) – (DOaps – DOap3.28)} × pengencer

Selanjutnya nilai BOD3.28 dikonversi ke BOD5.20 sebagai berikut:


Faktor BOD5.20
BOD5.20 = × BOD3.28
Faktor BOD3.28

Keterangan:
Faktor BOD5.20 = 1
22

Faktor BOD3.28 = 0,73


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah kelompok satu lakukan, diperoleh
hasil pemeriksaan Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand
(BOD) pada air limbah kos sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kadar Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD)
pada Air Limbah Kos
No. Pemeriksaan Hasil (mg/L)
1. DOs 0 mg/L
2. DOacs 12 mg/L
3. DOaps 8,1 mg/L
4. DOac3.28 6,1 mg/L
5. DOap3.28 7,3 mg/L
6. BOD3.28 127,5 mg O2/L
7. BOD5.20 173,4 mg O2/L
Sumber: Data Primer, 2021

Hasil pemeriksaan air limbah kos diperoleh kadar DO yaitu 0 mg/L, hal
ini dapat dilihat dari endapan air yang terbentuk berwarna putih menandakan
tidak terdapat oksigen dalam limbah tersebut sehingga pemeriksaan DO segera
tidak di lanjutkan. Hasil perhitungan DOacs yaitu 12 mg/L, dan hasil
perhitungan DOaps yaitu 8,1 mg/L. Hasil yang didapatkan setelah diinkubasi
yaitu DOac3.28 yaitu 6,1 mg/L dan DOap3,28 yaitu 7,3 mg/L. Berdasarkan data
diatas maka untuk mengetahui nilai DO dan BOD dimasukkan ke dalam
rumus:
1. Pemeriksaan DO
a. Perhitungan volume sampel
volume botol winkler - 4
Volume sampel = × 200 mL
volume botol winkler

250 - 4
= ×200 ml
250

= 0,984 × 200 ml

22
= 196,8 ml

23
23

b. Pemeriksaan DO Segera
ml titrasi × N thiosulfat × 8000
DO s =
volume sampel

0 m L × 0,025 × 800 0
=
196,8 m l

= 0 mg/L
c. Pemeriksaan DO air campuran segera (DOacs)

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO acs =
volume sampel

11,8 ml × 0,025 × 8000


=
196 ,8 ml
= 11,99 mg/L
= 12 mg/L
d. Pemeriksaan DO air pengencer segera (DOaps)

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO aps =
volume contoh

8 ml × 0,025× 8000
=
197,3
1600
¿
197,3
= 8,1 mg/L
e. Pemeriksaan DO air campuran setelah inkubasi (DOac3.28)

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO ac3.28 =
volume sampel

6 ml × 0,025 × 8000
=
196 ,8 mL
= 6,09 mg/L
= 6,1 mg/L
24

f. Pemeriksaan DO air pengenceran setelah di inkubasi (DOap3.28)

ml titrasi × N thiosulfat × 8000


DO ap3.28 =
volume contoh

7,2 ml × 0,025 × 8000


=
197,3
1440
¿
197,3
= 7,3 mg/L
2. Perhitungan BOD

BOD3.28 = {(DOacs – DOac3.28) – (DOaps – DOap3.28)} × pengenceran

= {(12 mg/L – 6,1) – (8,1 mg/L – 7,3 mg/L)} × 25


= {5,9 mg/L – 0,8 mg/L} × 25
= 5,1 × 25
= 127,5 mg O2/L

Faktor BOD 5.20


BOD5.20 = × BOD 3.28
Faktor BOD 3.28
1
= × 127,5
0,73
= 173,4 mg O2/L

B. Pembahasan
Tujuan dari Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengetahui kadar
Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air
limbah Indekos dimana pengambilan air sampel dilakukan di Indekos de Canne
Jl. Sahabat 4. Dalam proses pengambilan sampel, digunakan botol winkler 250
ml yang kemudian dibilas menggunakan air sampel sebanyak 3 kali dengan
tujuan agar tidak ada kontaminan lain yang menempel pada botol winkler
tersebut selain yang terkandung pada air sampel. Saat mengambil sampel,
diharuskan agar tidak ada gelembung udara yang masuk di dalam botol karena
25

oksigen yang dalam air juga dibutuhkan oleh mikroorganisme, baik pada
bakteri anaerob maupun aerob, dalam melakukan metabolisme. Dengan
hadirnya oksigen dalam air, maka mikroorganisme akan semakin profuktif
dalam menguraikan kandungan yang ada dalam air (6). Selain itu botol perlu
ditutup rapat karena sifat oksigen yang sangat sensitif terhadap adanya tekanan
atmosfer dan suhu (33).
Proses pemeriksaan DO dan BOD, menggunakan metode yang
digunakan ialah metode winkler karena metode winkler lebih analitis, akurat
dan tepat (32). Perhitungan BOD dilakukan dengan menghitung DO terlebih
dahulu. Adapun hubungan antara DO dan BOD adalah semakin rendah
kandungan DO pada air maka akan semakin menaikkan nilai BOD pada
perairan (12).
Proses pemeriksaan DO, dilakukan 5 kali pemeriksaan yang terdiri
dari pemeriksaan DO segera (DOs), pemeriksaan DO air campuran segera
(DOacs), pemeriksaan DO air campuran setelah inkubasi (DO ac3.28),
pemeriksaan DO air pengencer segera (DOaps) dan pemeriksaan DO air
pengencer setelah inkubasi (DOap3.28). Tahap pertama yakni pemeriksaan
kadar DO segera (DOs), disiapkan 2 botol winkler, kemudian diberi label
botol winkler I dan botol winkler II. Botol winkler I yang berisi sampel air
250 ml ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2 masing-masing sebanyak 2
ml. Tujuan ditambahkan larutan MnSO4 yaitu untuk mengikat oksigen
menjadi senyawa Mn(OH)2 yang nantinya akan mengalami oksidasi menjadi
MnO2berhidrat (7).
Sampel yang membentuk endapan berwarna putih kental berarti tidak
terdapat oksigen di dalam air sampel, sedangkan sampel yang membentuk
endapan berwarna coklat berarti terdapat oksigen di dalam air sampel. Pada
hasil pemeriksaan DOs didapatkan endapan berwarna putih, hal tersebut
mengindikasikan bahwa kandungan DO pada sampel air sebesar 0 mg/l. Jika
kadar DO adalah 0 maka dilakukan tingkat pengenceran sebanyak 25 sampai
100 kali. Sesuai dengan hasil yang didapatkan, maka untuk pemeriksaan ini
dilakukan tingkat pengenceran sebanyak 25 kali.
26

Botol winkler II untuk pemeriksaan DOacs diambil air sampel sebanyak


28 ml dan dimasukkan ke dalam gelas ukur berukuran 250 ml. Air sampel
diambil sebanyak 28 ml diperoleh ukuran gelas ukur yang ingin dicapai (700
ml) dibagi dengan tingkat pengenceran yaitu 25. Air sampel ditambahkan
larutan pengencer hingga mencapai ukuran 700 ml lalu dihomogenkan.
Fungsi dari larutan pengencer adalah agar oksigen yang tersisa masih cukup
hingga hari ketiga (35). Kemudian, air sampel tersebut di masukkan ke dalam
2 botol winkler secara pembagian secara merata dan diberi label winkler I
(DOacs 3.28) dan winkler II (DOacs).
Botol winkler I (DOacs 3.28) diinkubasi selama 3 hari pada suhu 28oC.
Sedangkan botol winkler II (DOacs) ditambahkan 2 ml MnSO4 dan pereaksi O2
sebanyak 2 ml kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-balik,
selanjutnya didiamkan sampai membentuk endapan. Endapan yang dihasilkan
adalah berwarna cokelat, hal tersebut mengindikasikan bahwa DOacs
mengandung oksigen dan pemeriksaan dilanjutkan. Endapan yang berwarna
cokelat ditambahkan 1 ml H2SO4 dan dihomogenkan kembali dengan cara
dibolak-balik hingga sampel air berwarna kuning. Tujuan dari
ditambahkannya asam sulfat atau H2SO4 agar dapat melarutkan endapan yang
terbentuk (7).
Air ampel kemudian ditambahkan indikator amilum 0,5 ml hingga
berubah warna menjadi biru tua. Tujuan dari ditambahkannya indikator
amilum sebelum titrasi dilakukan adalah agar tidak terbentuk ikatan iod-
amilum yang mampu mengakibatkan volume Na2S2O3 keluar lebih dibanding
yang seharusnya (34). Tahap selanjutnya adalah titrasi menggunakan larutan
thiosulfate. Proses titrasi dilakukan hingga air sampel pada labu erlenmeyer
berubah warna menjadi bening. Larutan thiosulfate berfungsi untuk mengikat
Iodida (I2) pada larutan dan menitrasinya kembali hingga berubah warna
menjadi bening (tidak berwarna) (7).
DOaps merupakan kontrol untuk mengetahui kadar BOD. Disiapkan 2
botol winkler, botol winkler 1 (DOap3.28) dan botol winkler 2 (DOaps). Kedua
botol winkler tersebut diisi larutan pengencer sampai penuh. Botol DOap3.28
27

dimasukkan ke dalam inkubator selama 3 hari pada suhu 28°C. Pada botol
DOaps dilakukan pemeriksaan dengan perlakuan yang sama dengan DOacs.
Berdasarkan pemeriksaan dan perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil DOs adalah 0 mg/l, DOacs dan DOaps adalah 12 mg/l dan 8,1
mg/l, DOac3.28 adalah 6,1 mg/l, DOap3.28 adalah 7,3 mg/l, dan hasil BOD 3.28 dan
BOD3.28 dikonvert ke BOD5.20 dan didapatkan hasil masing-masing 127,5 mg/l
dan 173,4 mg/l. BOD3.28 dikonversi ke BOD5.20 karena oksigen yang
dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan menginkubasikan
sampel air pada suhu 28°C dan 20°C selama tiga hari dan lima hari. Pada saat
pemeriksaan nilai BOD, suhu yang dipakai sebaiknya diusahakan konstan
pada suhu 20°C dimana suhu ini adalah suhu yang umum didapatkan di alam.
Tetapi, pada untuk Indonesia yang merupakan negara tropis, temperatur pada
inkubasi ini bisa jadi tidak tepat. Temperatur pada perairan tropis biasanya
sekitar 25 - 30°C (13).
Berdasarkan perhitungan DOs didapatkan oksigen terlarut 0 mg/l dan
pada pemeriksaan kadar BOD air limbah Indekos hasil yang didapatkan yaitu
173,4 mg/l. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa DO
yang didapatkan tidak sesuai dengan baku mutu karena tidak memenuhi
angka batas minimum pada mutu air yakni minimum 3 mg/L pada kelas.
Dapat disimpulkan juga bahwa BOD air tersebut tidak layak untuk digunakan
karena tidak sesuai dengan persyaratan baku mutu yang menetapkan nilai
sebesar 6 mg/L. Hal ini sesuai dengan yang tertulis pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (18).
Penelitian sejenis dilakukan oleh Yulia Khairina Ashar (2020) yang
berjudul “Analisis Kualitas (BOD, COD, DO) Air Sungai Pesanggrahan
Desa Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru Kecamatan Mas Kota
Depok” ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dapat diketahui kadar DO
dan BOD di titik 1 masing-masing 5 mg/L dan 12 mg/L. Kemudian di titik 2
diketahui kadar DO dan BOD nya masing-masing 5 mg/L dan 21 mg/L.
Maka kadar DO di titik 1 dan 2 memenuhi syarat dan kadar BOD di titik 1
28

dan 2 tidak memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (25).
Tingginya kadar BOD dalam air mengindikasikan tingginya jumlah
mikroorganisme yang di dalam air, akibat dari tingginya BOD tersebut dapat
mengganggu kesehatan manusia. Kelompok Coliform, Escherichia coli,
Streptococcus, dan Staphylococcus terkandung di dalam BOD dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyakit pada sistem pencernaan
dan iritasi kulit (14). Solusi untuk mengurangi kadar BOD ini adalah saat
diangkut melalui jaringan sungai, konsentrasi BOD dapat dikurangi dengan
degradasi mikroba atau pemurnian sendiri pada aliran air dan pengenceran
sebelum mencapai laut (23).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan kadar Dissolved Oxygen (DO)
dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air limbah kos adalah sebagai
berikut:
1. Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada air limbah kos yaitu sebesar 0 mg/L.
2. Kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air limbah kos yaitu
sebesar 173,4 mg O2/L.

B. Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan pada pemeriksaan kadar
Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air
limbah kos adalah sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah, Diharapkan kepada pihak pemerintah untuk
memperhatikan aspek yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi bahan
kimia maupun biologi pada air bersih serta diperlukan pemantauan dan
pengujian berkala untuk menjaga mutu air di daerah.
2. Kepada masyarakat, diharapkan untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga
kebersihan dari dan lingkungan sekitar sehingga mencegah tercemarnya air,
serta dapat menambahkan alat aerator dalam air sumur yang telah
ditampung untuk memperkaya kandungan oksigen terlarut atau Dissolved
Oxygen (DO) dalam air.
3. Kepada Institusi Universitas Hasanuddin diharapkan lebih memperhatikan
Laboratorium sehingga praktikan bisa menjalankan praktikum dengan
lancar.
4. Kepada asisten diharapkan dapat mendampingi dan mengarahkan praktikan
sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan yang
diharapkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmat B, Mallongi A. Studi Karakteristik Dan Kualitas BOD Dan COD


Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG. Pasewang Kabupaten
Jeneponto. J Nas Ilmu Kesehat. 2018;1(69):1–16.
https://journal.unhas.ac.id ( diakses 21 Maret 2021 )
2. Al Kholif M. Penurunan Beban Pencemar Pada Limbah Domestik Dengan
Menggunakan Moving Bed Biofilter Reaktor (Mbbr). Al-Ard J Tek
Lingkung. 2018;4(1):1–8. http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id ( diakses 21
Maret 2021 )
3. Sulistia S, Septisya AC. Analisis Kualitas Air Limbah Domestik
Perkantoran. J Rekayasa Lingkung. 2020;12(1):41–57.
http://ejurnal.bppt.go.id ( diakses 22 Maret 2021 )
4. Abfertiawan MS, Bao PN, Pahilda WR, Hakim MF, Keahlian K, Air R, et
al. Studi Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Setempat di Studi Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Setempat di Kota Denpasar. 2019;(December).
https://ejournal.undip.ac.id ( diakses 22 Maret 2021 )
5. Susanthi D, Purwanto MY, Suprihatin S. Evaluasi Pengolahan Air Limbah
Domestik dengan IPAL Komunal di Kota Bogor. J Teknol Lingkung.
2018;19(2):229. http://ejurnal.bppt.go.id ( diakses 22 Maret 2021 )
6. Arianto M, Hestina. Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) Pada Air
Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli
Utara. J Anal Lab Med USM-Indonesia [Internet]. 2017;2(1):422–33.
Available from: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id ( diakses 19 Maret 2021 )
7. Sihombing DLM, Andriani R, Prabowo R, Fahlevi MR, Franzela S, Wijaya
A, et al. Identifikasi Kualitas Air Muara Sungai Basko Grand Mall di
Kecamatan Padang Utara – Kota Padang. J Kapita Sel Geogr. 2019;2(6:
Juni 2019):32–8. http://ksgeo.ppj.unp.ac.id ( diakses 23 Maret 2021 )
8. B EA, Daud F, Bahri A. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Berbasis
Masyarakat di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. J Biol Teach Learn.
2020;3(1):77–81. https://ojs.unm.ac.id ( diakses 22 Maret 2021 )
9. Grace D, Aruan R, Siahaan MA, Farmasi F, Sari U, Indonesia M.
Penentuan Kadar Dissolved Oxygen ( Do ) Pada Air Sungai Sidoras Di
Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. J Anal Lab
Med. 2017;2(1):2–6. http://e-journal.sari-mutiara.ac.id ( diakses 19 Maret

30
2021 )
10. Sugianti Y, Astuti LP. Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan

Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum. J


Teknol Lingkung. 2018;19(2):203. http://ejurnal.bppt.go.id ( diakses 19
Maret 2021 )
11. Putra AY, Yulia PAR. Kajian Kualitas Air Tanah Ditinjau dari Parameter
pH, Nilai COD dan BOD pada Desa Teluk Nilap Kecamatan Kubu
Babussalam Rokan Hilir Provinsi Riau. J Ris Kim. 2019;10(2):103–9.
http://jrk.fmipa.unand.ac.id ( diakses 19 Maret 2021 )

12. Daroni TA, Arisandi A. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) Di


Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. J Ilm Kelaut dan
Perikan. 2020;1(4). https://journal.trunojoyo.ac.id ( diakses 19 Maret
2021 )
13. Ade P, Yulis R, Febliza A. Analisis Kadar DO , BOD , dan COD Air
Sungai Kuantan Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. 2018;(113):1–
3. http://jurnal.fkip.unila.ac.id ( diakses 22 Maret 2021 )
14. Rachmawati H. Pengaruh Kondisi Fisik Sumur dan Penurunan Kualitas Air
(BOD) terhadap Kejadian Penyakit (Studi Kasus Industri Soun di Desa
Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten). Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 2019;18(2):19–22. https://ejournal.undip.ac.id
( diakses 19 Maret 2021 )
15. Aryadi T. UJI Kualitas Limbah Cair Berdasarkan Parameter Do (Dissolved
Oxygen) Dan Bod (Biological Oxygen Demand) Pada Pabrik Mie Sohun
Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Skripsi. 2019;
http://repository.unwidha.ac.id/1770/ ( diakses 19 Maret 2021 )
16. Wei Y, Jiao Y, An D, Li D, Li W, Wei Q. Review of dissolved oxygen
detection technology: From laboratory analysis to online intelligent
detection. Sensors (Switzerland). 2019;19(18). https://www.mdpi.com
( diakses 19 Maret 2021 )
17. Khairunnisa. Proses Pengolahan Air Limbah Dan Penentuan Beberapa
Parameter Mutu Air Limbah Di Pdam Tirtanadi Ipa Limbah Cemara.
Skripsi. 2017;4–16. http://repositori.usu.ac.id ( diakses 19 Maret 2021 )
18. Pemerintah P. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
2001;(82):1–20. https://peraturan.bpk.go.id ( diakses 20 Maret 2021 )
19. Sutisna A. Penentuan Angka Dissolved Oxygen (Do) Pada Air Sumur
Warga Sekitar Industri Cv. Bumi Waras Bandar Lampung. J Anal Farm.
2018;3(4):246–51. http://ejurnalmalahayati.ac.id ( diakses 19 Maret 2021 )

31
20. Suhendar DT, Zaidy AB, Sachoemar S. Profil oksigen terlarut, total
padatan tersuspensi, amonia, nitrat, fosfat dan suhu pada tambak intensif
udang vanamei. J Akuatek. 2020;1(1):1–11. http://jurnal.unpad.ac.id
( diakses 20 Maret 2021 )
21. Nuraini E, Fauziah T, Lestari F. Penentuan nilai bod dan cod limbah cair
inlet laboratorium pengujian fisis politeknik atk yogyakarta. Integr Lab J.
2019;07(02):10–5. http://ejournal.uin-suka.ac.id ( diakses 19 Maret 2021 )
22. Sara PS, Astono W, Hendrawan DI. Kajian kualitas air di Sungai Ciliwung
dengan parameter BOD dan COD. Tek Kedokt Hewan, Kesehatan,
Lingkung dan Lanskap [Internet]. 2018;591–7. Available from:
https://core.ac.uk ( diakses 19 Maret 2021 )
23. Vigiak O, Grizzetti B, Udias-Moinelo A, Zanni M, Dorati C, Bouraoui F, et
al. Predicting biochemical oxygen demand in European freshwater bodies.
Sci Total Environ [Internet]. 2019;666:1089–105. Available from:
https://doi.org ( diakses 20 Maret 2021 )
24. Pramyani IAPC, Marwati NM, Yulianti AE. Efektivitas Metode Aerasi
Dalam Menurnkan Kadar Biochemical Oxygen demand (BOD) Air Limbah
Laundry. J Kesehat Lingkung. 2020;10(1):88–99. http://ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id ( diakses 20 Maret 2021 )
25. Khairina YA. Analisis Kualitas (BOD, COD, DO) Air Sungai
Pesanggarahan Desa Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru
Kecamatan Mas Kota Depok. karya Ilm. 2020;1–42.
http://repository.uinsu.ac.id ( diakses 20 Maret 2021 )
26. Permadi Mi. Pemanfaatan Bambu Air (Equisetum Sp.) Untuk Menurunkan
Kadar Timbal (Pb) Menggunakan Fitoremediasi Sistem Batch. tugas akhir
[Internet]. 2019;11(1):1–14. Available from: http://digilib.uinsby.ac.id
( diakses 20 Maret 2021 )
27. Khumaidi A, Rahayu T, Darmiyanti L. Sosialisasi Penanganan Air Limbah
Rumah Tangga Di Karawang. J SOLMA. 2019;8(2):287.
https://journal.uhamka.ac.id ( diakses 20 Maret 2021 )
28. Anwariani D. Pengaruh Air Limbah Domestik Terhadap Kualitas Sungai.
2019;(82). https://osf.io/preprints ( diakses 20 Maret 2021 )
29. Dahruji, Wilianarti pipit festy, Hendarto T. Aksiologiya : Studi Pengolahan
Limbah Usaha Mandiri Rumah Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di
Wilayah Kenjeran. Jurnal Pengabdian Kpd Masy. 2017;1(1):36–44.
http://journal.um-surabaya.ac.id ( diakses 20 Maret 2021 )
30. Karnaningroem AA dan N. Pengolahan Air Limbah Domestik
Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-
Arang Aktif. J Tek ITS. 2018;7(1). http://ejurnal.its.ac.id ( diakses 20

32
Maret 2021 )
31. Aniyikaiye TE, Oluseyi T, Odiyo JO, Edokpayi JN. Physico-chemical
analysis of wastewater discharge from selected paint industries in Lagos,
Nigeria. Int J Environ Res Public Health. 2019;16(7).
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov ( 20 Maret 2021 )
32. Ikhtiar M. Analisis Kualitas Lingkungan. STUDY Guid. 2017;(July):1–72.
https://simdos.unud.ac.id (diakses 20 Maret 2021)
33. Agung Sutisna. Penentuan Angka Dissolved Oxygen (Do) Pada Air Sumur
Warga Sekitar Industri Cv. Bumi Waras Bandar Lampung. J Anal Farm.
2018;3(4):1689–99. http://ejurnalmalahayati.ac.id ( diakses 20 Maret
2021 )
34. Andika Bayu , Puji Wahyuningsih RF. Penentuan Nilai Bod Dan Cod
Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku Mutu Air Limbah Di Pusat
Penelitian Kelapa Sawit ( Ppks ) Medan. Quim J Kim Sains dan Terap
[Internet]. 2020;2(1):14–22. Available from: https://ejurnalunsam.id
( diakses 21 Maret 2021 )
35. Santoso AD. Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas
Tambang Batubara Studi Kasus pada Danau Sangatta North PT. KPC di
Kalimatan Timur. J Teknol Lingkung. 2018;19(1):89.
http://ejurnal.bppt.go.id ( diakses 24 Maret 2021 )

33
LAMPIRAN

A. Alat

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Aerator Botol Winkler 250 ml Bulp

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.

34
Buret Gelas Beker 1000 ml Gelas Ukur

250 ml
Gambar 7. Gambar 8. Gambar
9.
Gelas Ukur 1000 ml Inkubator Labu
Erlenmeyer

Gambar 10. Gambar 11. Gambar


12.
Penjepit Statif Pipet Tetes Pipet Ukur
B. Bahan

35
Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.
Aquades Handscoon Indikator Amilum 2%

Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18.


Kertas Label Larutan H2SO4 Larutan MnSO4

Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21.


Larutan Pengencer Larutan Pereaksi O2 Larutan Thiosulfat

Gambar 22. Gambar 23.


Sampel Air Tisu

C. Prosedur Kerja

36
1. Prosedur Pengambilan Sampel

Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26.


Membilas Botol Sampel Mengisi Botol Sampel Menutup Botol Sampel

2. Pemeriksaan Sampel
a. Pemeriksaan Dissolved Oxygen Segera (DOs)

Gambar 27. Gambar 28 Gambar 29.


Memberi Label Menambahkan 2 ml Menambahkan 2 ml
Pada Botol Sampel Larutan MnSO4 Larutan Pereaksi O2

Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32.

37
Homogenkan Botol Diamkan sampai Hasil Endapan
Sampel Membentuk Endapan Berwarna Putih
b. Pemeriksaan DO Air Campuran Segera (DOacs)

Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35.


Tambahkan Larutan Air yang dihomogenkan Inkubasi Winkler I
Pengencer dimasukkan ke Winkler 3 hari, Suhu 28oC

Gambar 36. Gambar 37. Gambar 38.


Menambahkan 2 ml Menambahkan 2 ml Homogenkan Botol
Larutan MnSO4 Larutan Pereaksi O2 Sampel

Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41


Diamkan Sampai Tambahkan 1 ml Homogenkan Sampai

38
Berwarna Coklat Larutan H2SO4 Berwarna Kuning

Gambar 42. Gambar 43. Gambar 44.


Air Sampel Diukur Air Sampel Dipindahkan Tambahkan Indikator
Sebanyak 200 ml ke Labu Erlenmeyer Amilum 0,5 ml

Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47


Masukkan Larutan Air Sampel dititrasi Air Sampel Menjadi
Thiosulfat ke Buret dengan larutan Thiosulfat Bening
c. Pemeriksaan DO Air Campuran Setelah Inkubasi (DOac3.28)

Gambar 48. Gambar 49. Gambar 50.


Keluarkan Botol Winkler Menambahkan 2 ml Menambahkan 2 ml

39
Dari Inkubator Larutan MnSO4 Larutan Pereaksi O2

Gambar 51. Gambar 52. Gambar 53.


Homogenkan Botol Diamkan Sampai Tambahkan 1 ml
Sampel Berwarna Coklat Larutan H2SO4

Gambar 54. Gambar 55. Gambar 56.


Homogenkan Sampai Air Sampel diukur Air Sampel dipindahkan
Berwarna Kuning sebanyak 200 ml ke Labu Erlenmeyer

Gambar 57. Gambar 58. Gambar 59.


Tambahkan Indikator Masukkan Larutan Air Sampel dititrasi

40
Amilum 0,5 ml Thiosulfat ke Buret dengan larutan Thiosulfat

Gambar 60.
Air Sampel Menjadi
Bening

41
42
35

Anda mungkin juga menyukai