Anda di halaman 1dari 4

1

Mazhab-Mazhab Tasawuf Beserta Tokoh-tokohnya1

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

Jarang sekali dibahas seperti apa Mazhab atau aliran-aliran di dunia Tasawuf. Mungkin
kita hanya akrab dengan mazhab-mazhab di dalam Fiqih dan Ilmu Kalam. Dengan
mengetahui mazhab/aliran di dunia Tasawuf, kita akan mudah mengidentifikasi pemikiran,
gerakan maupun amaliah khas dari seorang tokoh Sufi. Dalam Tulisan kali ini, yang akan
dibahas hanyalah Mazhab-mazhab Tasawuf berserta tokoh-tokohnya di kalangan Sunni.
Adapun mengenai Syiah, lebih tepat bila diulas pada pembahasan tersendiri.

A. Mazhab/Aliran Dalam Tasawuf

Sewaktu dulu mengikuti mata kuliah Mistisme di Dunia Islam, dijelaskan oleh Wan
Jamaluddin, MA, PhD, bahwa di dunia Tasawuf atau mistisme dalam Islam setidaknya ada
3 macam aliran/mazhab, diantaranya:2

No Mazhab Tasawuf Ajarannya Tokoh-tokohnya

1 Tasawuf Akhlaqi Perbaikan akhlak Al-Ghazali

2 Tasawuf Falsafi Wahdatul wujud, Hulul, Ibn Arabi, al-Hallaj, dan


dan lain-lain Hamzah Fansuri

3 Tasawuf Irfani Makrifat Dzun nun al-Misri dan


Jalaluddin rumi

Adapun menurut versi pengasuh Dar al-Hasani di Kairo-Mesir, Syeikh Dr Rohimuddin


Nawawi dalam Seminar Tasawuf, beliau mengatakan bahwa tasawuf sejak munculnya
sampai hari ini terbagi dalam 4 macam Mazhab, diantaranya:

 Tasawuf Sunni

 Tasawuf Falsafi

1
Disampaikan pada pertemuan ke-6 ata kuliah akhlak-tasawuf di “TAI al-Yasini, Kab Pasuruan
2
Kuliah pertemuan ke- Mistisme di dunia Islam di Gedung Pascasarjana UIN Malang lt 1 Pk 13.30-
15.00 wib
2

 Tasawuf Amali (Thariqat)

 Tasawuf Salafi.3

Tasawuf Sunni dulunya dinamakan Tasawuf teori (nazhori). Karena belum menjadi
bentuk Tarekat. Ajarannya berawal dari Zuhud, kemudian Tasawuf dan berakhir pada
Akhlak. Mereka adalah sebagian Sufi abad ke 2 dan setelahnya sampai abad ke 4 H.
Mazhab berikutnya adalah Tasawuf Falsafi. Tokoh-tokohnya meramu antara zauq sufi
dengan pandangan logika, dalam ungkapan-ungkapan dzauqiyah digunakan istilah filsafat
yang disadur dari berbagai sumber. Akhirnya mereka berakhir pada akidah-akidah yang
diperselisihkan terutama Hulul dan Wihdatul wujud. Perlu diketahui, tokoh-tokoh mazhab
falsafi tidak punya madrasah dan pengikut yang banyak seperti Tasawuf Sunni.4

Selanjutnya Mazhab Tasawuf Amali (Tarekat). Dinamakan tasawuf amali adalah karena
sisi amal di dalamnya lebih dominan dari sisi nazhori (teori), akan tetapi tidak berarti
tasawuf ini kosong dari teori. Ciri khasnya ditandai dengan janji (Baiat) antara Syekh dan
muridnya untuk bertaubat, istiqomah, masuk kepada jalan Allah, senantiasa dzikir, beramal
dengan dasar-dasar tarekat yang harus diikuti serta melaksanakan wirid-wirid (rutin), hizib-
hizib Syekh pada waktu-waktu yang telah ditentukan.5

Terakhir adalah Mazhab Salafi. Dijelaskan oleh Dr Rohimudin Nawawi, Tasawuf model
ini mirip dengan tasawuf Sunni (nazhori) dalam berbagai hal, tetapi berbeda dengan tasawuf
sebelumnya (tasawuf amali/kolektif). Berorientasi mengembalikan tasawuf kepada model
tasawuf salaf Sunni yang berjalan secara individu. Tasawuf seperti ini ternyata diadopsi
oleh Imam Syahid Hasan al-Banna dalam Jamaahnya ”Ikhwanul Muslimin”.6

B. Tokoh Tasawuf yang Pertama

Bila diajukan sebuah pertanyaan, siapakah Tokoh Tasawuf pertama dalam Peradaban
Islam? Sebagian orang dengan gegabah akan menjawab Al-Ghazali, Abdul Qadir Jailani
(Pendiri Tarekat Qadiriyah) bahkan Ibn Athoillah (pengarang Kitab al-Hikam). Padahal

3
Rohimudin Nawawi, Tasawuf: Kembali Kepada Mazhab Shahih dan Otentik, dalam Seminar Tasawuf
di Auditorium Masjid Sabilillah, Malang (11 Maret 2014)
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.
3

Jauh sebelum mereka itu ada tokoh sekaliber Abu Dzar al-Ghifari. Abu Dzar ini sahabat
Nabi Muhammad saw yang kaya raya namun perilakunya Zuhud.

Abu Dzar ini selalu mengulang-ulang pesannya, dan bahkan diulang-ulang juga oleh para
pengikutnya, seolah lagu perjuangan. "Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang
menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan seterika api neraka,
menyeterika kening dan pinggang mereka di hari kiamat!". Abu Dzar telah mencurahkan
segala tenaga dan kemampuannya untuk melakukan perlawanan secara damai dan
menjauhkan diri dari segala kehidupan dunia. Ia menjadi maha guru dalam seni
menghindarkan diri dari godaan jabatan dan harta kekayaan.7

Tokoh Tasawuf setelah Abu Dzar adalah Hasan al-Bashri. Oleh Prof Abubakar Aceh dia
ditahbiskan sebagai pioneer atau sosok yang mula-mula merancang ilmu Tasawuf.dan
mengajarkannya kepada murid-muridnya seperti Malik bin Dinar, Sabit al-Banani,
Muhammad bin wasi’, Farqad as-Sanji, dll. Hasan al-Basri belajar Tasawuf dari Huzaifah
bin Yaman.8 Lantas siapakah Tokoh yang mempopulerkan sebutan “Sufi”? Jawabnya adalah
Abu Hasyim as-Sufi, mahaguru sufi yang berasal dari Kufah, Mawlana Abd ar-Rahman al-
Jami menetapkannya sebagai orang yang pertama kali memakai kata Sufi. Belum ada orang
sebelumnya yang memakai sebutan demikian. Paling tinggi, generasi sebelumnya hanya
disebut ahli zuhud, wara’i dan ahli tawakkal.9 Satu lagi yang tidak boleh kita abaikan adalah
Dzun nun al-Misri (165-245 H). Beliau inilah yang pertama kali membahas teori makrifat
secara detail.

C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Wanita

Dunia Tasawuf tidak selalu didominasi peran pria, tetapi di sana terdapat peran wanita
juga. Siapapun yang pernah mendalami ilmu Tasawuf akan hafal dengan sosok Rabiah al-
Adawiyah. Karena beliau dikenal sebagai pelopor teori Mahabbah (cinta).10 Di samping itu,
Rabiah adalah saripati dari kaum wanita Sufi. Maka dari itu, seorang Abu Abdurrahman As-
Sulami mengawali bukunya yang membahas profil 82 Sufi wanita dengan sosok Rabiah.

7
Lihat Biografi Abu Dzar al-ghifari dalam Hepi Andi Bastoni, 101 Sahabat Nabi, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2006)
8
Abubakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan tasawuf, (Solo: CV. Ramadhani, 1992), hal 48-49
9
Mawlana Abd ar-Rahman al-Jami, Pancaran ilahi Kaum Sufi, (Yogyakarta: Pustaka sufi, 2003), hal 3
10
Abdul Mu ’i Qa dil, Figur Wanita Sufi: Perjalanan Hidup Rabi’ah Al Adawiyah dan Cintanya
kepada Allah, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002)
4

Akan tetapi Tokoh Tasawuf wanita pertama bukanlah Rabiah, melainkan Mu’adzah binti
Abdullah al-Adawiyah. Beliau ini hidup di Bashrah sekitar 100 tahun sebelum Rabiah al-
Adawiyah.11

Mu’adzah al-Adawiyah sepanjang hidupnya terbiasa terjaga sepanjang malam untuk


sholat. Manakala rasa kantuk menyerang dirinya, dia akan bangun dan berjalan berkeliling
rumah sambil berkata, “Wahai diri (nafs), tidur abadi ada dihadapanmu. Jika aku mati,
tidurmu di kuburan akan lama, baik itu tidurmu yang menyedikan atau menyenangkan!”.
Dia akan terus menerus begitu sampai pagi tiba.12

Selain 82 sufi Wanita yang dibahas oleh as-Sulami, masih ada tokoh Sufi lainnya seperti
Sayyidah Nafisah. Beliau adalah cucu perempuan tertua dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Menurut Syeikh Fadhlala Haeri, Nafisah adalah seorang wanita yang sangat masyuhur
karena kesolehan, asketisme serta dikenal luas karena ibadah malamnya.13

Nafisah adalah sosok yang berhati-hati (wara'), tak terkecuali soal makanan. Ia tidak
pernah memakan apa pun kecuali dari harta suaminya. Ini berdampak pada kekuatan doa
yang ia panjatkan. Doa Nafisah terkenal mujarab. Konon, Imam Ahmad bin Hanbal pernah
sengaja meminta doanya.14

Konsep dan pola tasawuf yang ia tekuni tak anti sosial. Tokoh yang telah berhaji
sebanyak 30 kali ini adalah sosok yang peduli sesama, suka memberi, dan menolong mereka
yang membutuhkan atau teraniaya. Ia pernah menolong seorang hartawan yang terampas
haknya oleh pemerintah. Ia menentang keras kezaliman tersebut dan berjuang agar hak
tersebut dikembalikan. Perjuangannya terkabul, hartawan itu akhirnya memberikan hadiah
100 ribu dirham. Ini sebagai ucapan terima kasih. Ia terima hadiah itu dan membagikannya
untuk fakir miskin kendati ia sendiri hidup serba kekurangan. Wallahu’allam bishowwab

11
Rkia E. Cor ell, As-Sulami dan Sufi-“ufi Wa ita ya , dala Buku Abu Abdurrah a as-Sulami, Sufi-
Sufi Wanita, (Pustaka hidayah, 2004), hal 75.
12
Abu Abdurrahman as-Sulami, Ibid, hal 225
13
Syekh Fadhlala Haeri, Dasar-Dasar Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), hal 147
14
Nafisah Legenda Sufi Perempuan Kora Republika edisi Agustus

Anda mungkin juga menyukai