Anda di halaman 1dari 2

NAMA:SITTI KHAIRUNNISA

NIM:105401115321

kasus penyimpangan dari sila ke 3

Kerusuhan 22 Mei 2019 dalam Sudut Pandang Sila Ketiga Pancasila

Pemilu tahun 2019 memiliki ruang tersendiri dihati rakyat Indonesia. Pemilihan Presiden kali
ini diwarnai dengan perbedaan pilihan calon presiden, perbedaan pendapat dan strategi politik
dari masing-masing kubu pasangan calon presiden (paslon capres). Dari hari kehari masalah
demi masalah kian muncul, dari masing-masing paslon. Mulai dari paslon 01 difitnah bahwa
capresnya dia adalah antek asing, pki dan melakukan banyak kecurangan saat pemilu. Sedangkan
paslon 02 mengeklaim kemenangan sebanyak 62 % suara rakyat.

Hoax sangat cepat merambat dikalangan masyarakat Indonesia, terutama kalangan ekonomi
menengah kebawah. Masyarakat Indonesia suka menyebarkan berita-berita tanpa mengecek
kebenarannya terlebih dahulu. Hoax adalah sarana paling ampuh untuk menjatuhkan lawan
dalam kompetisi pemilu 2019. Hal ini diciptakan untuk kepentingan sebagian orang demi
menimbulkan persepsi opini masyarakat tentang pemilu 2019.

Akhir-akhir ini perhatian masyarakat Indonesia sedang dialihkan dari hasil quick count tim BPN
paslon 02 yang mengeklaim kemenangan sebanyak 62%. Hasil quick count tim BPN Paslon 02
menimbulkan perpecahan antar pendukung kedua paslon. Kini hadirlah tragedi kerusuhan di
wilayah Jatibaru Tanah Abang. Sebanyak 6 orang meninggal dan 200 orang luka-luka akibat
kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Kerusuhan ini diadakan untuk menolak hasil keputusan KPU
untuk memenangkan paslon 01. Massa berdatangan dari berbagai penjuru untuk melakukan
demo. Perpecahan terjadi sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 22 Mei 2019, massa bergerak anarkis
sehingga timbulah korban jiwa.

Akibat dari kerusuhan ini mencederai simbol pancasila pada sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia.
Hal ini tentu sangat disayangkan karena hanya menganggap pancasila sila ke-3 sebatas simbol
saja bukan dimaknai secara mendalam hal-hal yang terkandung didalamnya. Sudahkah kita
sebagai rakyat Indonesia mengamalkan sila ke- 3 yang bisa mempererat bangsa Indonesia dari
perpecahan. Sila ke-3 dalam Pancasila dapat merefleksikan semangat bhineka tunggal ika yang
selama ini digaungkan oleh rakyat Indonesia. Sekelompok orang yang memiliki kepentingan
akan Negara ini membuat opini-opini atau garakan yang bisa menggeser makna dari sila ke-3.

Melihat kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2019, membuktikan bahwa Pancasila belum
menjadi alat gerak bagi setiap rakyat Indonesia. Beberapa kelompok yang berusaha mengubah
landasan Negara Indonesia akan selalu bergerak untuk memprovokasi rakyat bahwa
pemerintahan saat ini tidak becus mengurus Negara, sehingga timbulah perpecahan yang
memang sengaja diciptkan oleh sebagian kelompok tertentu. Peristiwa ini membuktikan bahwa
kita gagal untuk memaknai Pancasila dalam kehidupan kita.

Dengan demikian, setiap rakyat Indonesia wajib mengamalkan Pancasila dalam hidupnya bukan
hanya sekedar dihafal. Menjadikan Pancasila sebagai penuntun langkah bangsa Indonesia
kedepan demi mewujudkan cita-cita bangsa.

Sumber : https://www.kompasiana.com/natalia14/5ce67ac76b07c5211c4b5cae/kerusuhan-22-
mei-2019-dalam-sudut-pandang-sila-ke-3-pancasila

Anda mungkin juga menyukai