UTS
Sistem internal Perdesaan
kota Struktur internal 7. Von Thunen
(Pertanian)
Agregat 8. Monosentrik
(sistem) Perkotaan
10. Rank Size
Ranking kota 9. Polisentrik
Rule
Struktur eksternal 11. Hierarkis
(sistem kota) (Christaller,
Hubungan antar Losch)
kota
12. Jejaring
PENDAHULUAN
Kegiatan ekonomi tidak sekedar berada pada titik tetapi dalam
ruang
Setiap kegiatan ekonomi mengkonsumsi lahan
Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan penggunaan ekslusif
sejumlah lahan
Pada umumnya, tidak lazim dua kegiatan ekonomi yang berbeda
menduduki lahan yang sama. Kec. penggunaan mixed use
Konstelasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang beragam dalam ruang akan
membentuk suatu pola guna lahan
Persoalan keputusan setiap pengguna lahan:
Dimanakah akan berlokasi?
Berapa luas lahan yang diperlukan?
PENDAHULUAN
Ruang kota menawarkan dua hal: lahan dan lokasi.
Lahan: suatu kegiatan mendapatkan nilai guna (utility) dari suatu lahan
sesuai dengan nilai lokasi lahan tersebut
nilai guna lahan dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu/perusahaan untuk
membayar (ability to pay) lahan tsb.
Lokasi: faktor lokasi yang paling penting adalah keterpusatan (centrality)
Karena jalur transportasi cenderung terkumpul di pusat kota, maka keterpusatan identik
dengan aksesibilitas.
Kemampuan perusahaan untuk membayar nilai guna lahan terkait erat
dengan keterpusatan lokasi.
Semakin jauh lokasi lahan dari pusat kota, semakin tinggi ongkos transportasi dan
semakin rendah kemampuan untuk membayar lahan.
Akibatnya, fungsi penawaran lahan, harga lahan dan, akhirnya, kepadatan penduduk
menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota.
MODEL VON THUNEN
Johann Heinrich von Thunen (1780-1850), seorang tuan tanah
dan ahli ekonomi terkemuka asal Jerman
Pada tahun 1826 von Thunen menulis buku berjudul Der Isolierte
Staat, yang ditulis pada era agraris Jerman
Melalui bukunya, von Thunen adalah penemu model sewa lahan
pertanian yang kelak menjadi dasar model-model guna lahan
perkotaan dan perdesaan, khususnya model struktur ruang
perkotaan konsentrik
Model ini menjustifikasi lokasi beragam kegiatan ekonomi
berdasarkan ongkos mengirimkan produknya ke pusat kota
Sewa lahan bervariasi menurut tabungan biaya transportasi
sehingga jenis (nilai) kegiatan ekonomi berstratifikasi menurut
jarak ke CBD (pusat kota)
Kegunaan awal model von Thunen
Menentukan kegunaan yang optimal untuk lahan sebagai fungsi jarak
ke (pusat) kota
Menetapkan nilai moneter lahan (sewa lahan)
ASUMSI
1. Kota terletak pada dataran yang seragam dan homogen
dimana lahan memiliki tingkat kesuburan yang sama di
semua tempat
2. Kota menganut sistem pasar tunggal yang pusatnya berada
di tengah dataran (CBD)
3. Harga pasar diasumsikan telah ditentukan (eksogen)
Jual-beli antar petani lokal tidak signifikan dan dilakukan secara barter
Permintaan lokal diabaikan
4. Biaya produksi sama di semua tempat
5. Biaya transportasi hasil produksi panen di semua titik adalah
tetap per unit jarak ke pasar (ongkos transportasi sebagai
fungsi linear terhadap jarak)
Tidak mempertimbangkan dampak jaringan transportasi alamiah
maupun buatan
Variasi tarif ongkos transportasi antar jenis hasil panen menjadi faktor
kritis pembentukan pola guna lahan
ASUMSI
5. Pemilik lahan menyewakan lahan kepada petani yang mau
membayar dengan harga tertinggi
6. Terdapat beberapa kategori petani dengan setiap kategori
menghasilkan produk dengan harga pasar, hasil panen, dan
tarif biaya transportasi berbeda
7. Tidak ada skala ekonomi dalam produksi
Biaya produksi dan hasil panen per unit luas terlepas dari luas
lahan pertanian
Luas lahan pertanian tidak mempengaruhi produktivitas
KONSEP MATEMATIS
Untuk suatu komoditas per unit pada suatu unit luas lahan pertanian:
atau:
Karena harga pasar dan ongkos produksi per unit komoditas dan per unit jarak adalah
konstan untuk komoditas yang sama, maka:
dimana ongkos transportasi ditentukan oleh jarak lokasi lahan pertanian dari CBD
FUNGSI MATEMATIS (LENGKAP)
R = (p-c)q – tqD
y = A – Bx
Kuliah 8:
Struktur Ruang Internal Kota
Monocentric city
Struktur perkuliahan
2. Lokasi industri
Pendekatan (Weber)
neoklasik 3. Wilayah pasar
(Hotelling)
Individu 4. Pendekatan lain
(perilaku, struktural,
institusional,
evolusioner)
5. Dispersi
1. Lokasi dalam Pola ruang
ruang 6. Aglomerasi
Sistem internal kota Perdesaan
7. Von Thunen
(Pertanian)
Struktur internal
8. Monosentrik
Agregat
(sistem) Perkotaan
9. Polisentrik
Ranking kota 10. Rank Size Rule
Struktur eksternal 11. Hierarkis
(sistem kota) (Christaller,
Hubungan antar Losch)
kota
12. Jejaring
Model von thunen
Aplikasi untuk pola guna lahan
perkotaan (non-pertanian)
◦ Terdapat titik pusat dalam
ruang (pusat kota/ CBD) di
mana di sekitarnya pola guna
lahan terbentuk
◦ Pengguna lahan menghargai
akses ke CBD sehingga mau
membayar lebih untuk ruang
yang dekat dengan CBD
◦ Di sekitar CBD terjadi
mekanisme pasar dimana
persil lahan akan menjadi milik
penawar tertinggi (highest
bidder)
Pusat kota (CBD)
Central Business District
(CBD) atau pusat kota
adalah
◦ Kawasan di mana berbagai
pelaku ekonomi bertemu untuk
melakukan usaha
◦ Tempat di mana proporsi besar
masyarakat bekerja
◦ kawasan yang berfungsi sebagai
titik kunci (titik awal) yang
dapat mendefinisikan jenis-jenis
guna lahan lain disekitarnya
◦ Pusat/ inti dari pola ruang
perkotaan
Pusat kota (CBD)
Ciri-ciri CBD:
◦ Terdapat konsentrasi bangunan tinggi di mana keuangan dan
kegiatan jasa lainnya berlokasi
◦ KLB tertinggi
◦ Harga sewa lahan tertinggi
Kota satu pusat (monocentric city)
Pengembangan model sewa lahan pertanian (von Thunen)
Harga sewa lahan perkotaan cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya jarak dari CBD
◦ Kota sebagai pusat permukiman
kepadatan kawasan perumahan cenderung menurun seiring dengan jaraknya
dari CBD
◦ Kota sebagai pusat pekerjaan/ usaha
Model kota permukiman sederhana
Terdapat kawasan-kawasan yang terpisah (seggregated
zones) antara penduduk berpendapatan tinggi dan
rendah
◦ Pemisahan spasial penduduk menurut pendapatan terjadi karena
perbedaan kebutuhan dan preferensi antara rumah tangga
berpendapatan tinggi dan rendah
◦ Kawasan-kawasan non-perumahan cenderung memisah
berdasarkan perbedaan jenis-jenis kegiatan ekonominya
Model kota permukiman sederhana
Sebagian besar kawasan perkotaan terdiri dari
lahan permukiman
◦ Lahan permukiman = lahan yang digunakan oleh
rumah tangga
◦ Lahan non-permukiman = lahan yang digunakan oleh
perusahaan (pelaku usaha)
Asumsi dasar: lahan dialokasikan untuk
penggunaan yang berbeda-beda melalui
mekanisme pasar
◦ Belum ada pengaruh peran pemerintah/ perencanaan
Asumsi 1
CBD sebagai orientasi utama kegiatan bagi rumah tangga
◦ Setiap rumah tangga berlokasi pada jarak d dari CBD
◦ Semua pekerjaan berlokasi di CBD sehingga setiap rumah tangga
harus membayar ongkos ulang-alik sesuai dengan jarak d
Rumah tangga memperoleh utilitas U dari konsumsi sejumlah
z (barang gabungan non-lahan) dan sejumlah q (lahan)
◦ U (Utilitas) = ukuran kesejahteraan materi yang diperoleh rumah
tangga dari mengkonsumsi barang
◦ Rumah tangga tidak memperoleh utilitas langsung dari lokasi relatif
terhadap CBD
◦ U = f(z,q)
Setiap rumah tangga memiliki pendapatan tetap Y yang
jumlah totalnya harus dibayarkan habis untuk pembelian
barang z, sewa lahan q, dan biaya ulang-alik d
◦ 𝑌 = f(z, q, d)
Persamaan 1
Jika:
◦ p = harga satuan barang gabungan non-
lahan
◦ r = sewa lahan per unit luas
◦ t = tarif transport ulang-alik per kilometer
maka:
◦ 𝑌 = f(z, q, d) = pz + rq + td
Asumsi 2
Peningkatan ongkos transportasi bersifat linear
terhadap jarak
◦ Biaya ulang-alik meningkat secara proporsional terhadap
jarak
Tingkat konsumsi rumah tangga (z dan q) adalah tetap
dan diketahui
◦ Rumah tangga tidak dapat mensubstitusi lahan dengan
barang lainnya
Harga satuan barang gabungan non-lahan p dan tarif
transportasi per unit jarak t sudah ditentukan
(exogenous)
Harga sewa lahan per unit luas r belum ditentukan/
perlu dihitung (endogenous)
◦ Harga sewa lahan ditentukan melalui mekanisme pasar
Grafik 4b
Jika T memiliki akses
terhadap kendaraan
pribadi sementara R
tidak, maka kurva R akan
semakin curam di daerah
yang tidak memiliki akses
transport umum
Guna lahan oleh perusahaan
Konsep utilitas pada rumah
tangga setara dengan
konsep keuntungan pada
perusahaan
Bandingkan 3 perusahaan
dengan kegiatan berbeda:
keuangan, industri, dan
pertanian dalam hal
◦ Kebutuhan intensitas
interaksi
◦ Wujud dan sifat produk
Ongkos transport
Tempat penyimpanan
◦ Bagaimana grafik sewa lahan
yang terbentuk?
Asumsi guna lahan perusahaan
Jumlah faktor produksi yang tetap
Harga produk industri tetap
Pasar di pusat kota sangat kompetitif
Pemasaran produk membutuhkan ongkos
transportasi
Perusahaan terikat dalam subtitusi faktor
Harga sewa lahan perusahaan
𝑃𝑓 F – 𝐶𝑓 (u) – 𝑡 WFu
𝑅𝑓 (u) = 𝑓
𝑇𝑓 (𝑢)
Keterangan:
Rf(u) : harga sewa lahan yang juga merupakan
fungsi dari jarak
Pf F : total pendapatan perusahaan
Cf(u) : ongkos penyediaan input nonlahan
yang bergantung pada jarak
tfWFu : ongkos perjalanan dinas ke pusat kota
Tf(u) : jumlah lahan yang digunakan oleh
perusahaan
Model Guna Lahan Kota Burgess dan Hoyt
Desentralisasi perkotaan
5. Dispersi
1. Lokasi dalam Pola ruang
ruang 6. Aglomerasi
Sistem internal kota Perdesaan
7. Von Thunen
(Pertanian)
Struktur internal
8. Monosentrik
Agregat
(sistem) Perkotaan
9. Polisentrik
Ranking kota 10. Rank Size Rule
Struktur eksternal
(sistem kota) 11. Hierarkis (Christaller, Losch)
Hubungan antar
kota
12. Jejaring
Desentralisasi perkotaan
Adalah kecenderungan penduduk dan/ atau pekerjaan
untuk memencar menjauhi CBD
◦ Penduduk suburbanisasi
◦ Pekerjaan post-suburbanisasi
Mengapa terjadi desentralisasi
perkotaan?
Teori konvensional (neoklasik)
Teori kritis (Marxis, institusional)
Mengapa terjadi desentralisasi
perkotaan?
Perkembangan teknologi (grafik)
◦ Teknologi transportasi
◦ Teknologi rumah tangga
◦ Teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi transportasi
Penurunan ongkos transportasi
menyebabkan kurva penawaran
sewa lahan menjadi landai dan
batas kota meluas.
Teknologi transportasi
menyebabkan terjadinya
“penurunan” ongkos transportasi
Mengapa?
◦ Ketika memilih moda transportasi,
sebagian besar orang tidak hanya
mempertimbangkan biaya yang
langsung yang dikeluarkan tetapi juga
biaya implisit, yakni biaya waktu
perjalanan
◦ Dengan waktu tempuh perjalanan
lebih cepat berarti kesejahteraan
materi meningkat, mis. memiliki
waktu lebih untuk berekreasi,
beristirahat, dan melakukan aktivitas
lain
Teknologi rumah tangga
Lemari es. Mengapa?
Dengan teknologi lemari es,
orang dapat menyimpan bahan
makanan lebih banyak dan
lebih lama sehingga frekuensi
kebutuhan untuk bepergian ke
pasar (CBD) menurun
Ini berarti nilai kesejahteraan
untuk berada di dekat CBD
berkurang
Teknologi informasi dan komunikasi
◦ Apakah TIK dapat mengurangi
frekuensi perjalanan ke CBD?
◦ Online shopping
Mengapa terjadi desentralisasi
perkotaan?
Namun, nilai komunikasi tatap
muka masih sangat penting
untuk kegiatan tertentu (front
office) yang menuntut
pertukaran informasi yang
sangat rumit, mis. jasa
konsultasi, jasa keuangan
Mengapa terjadi desentralisasi
perkotaan?
◦ Akumulasi modal
◦ Konflik kelas
◦ Kontrol sosial
◦ Konteks politik: fragmentasi
Desentralisasi perkotaan
Desentralisasi perkotaan adalah trend umum dengan
penduduk dan/ atau pekerjaan menjadi lebih menyebar
menjauhi pusat kota
Pola umum desentralisasi
◦ Polycentric city
◦ Sprawling city
Polycentric city
Membentuk sub-pusat (konsentrasi) baru dengan kepadatan tinggi
di luar pusat kota
Edge City (Garreau, 1991)
Edge city: pengumpulan pusat usaha, belanja dan hiburan di
luar pusat kota lama yang sebelumnya berfungsi sebagai
kawasan perumahan atau perdesaan
Kriteria edge city:
1. Memiliki luasan ruang perkantoran yang setara dengan
standar pusat kota yang baik
2. Memiliki jumlah pertokoan setara shopping mall skala sub-
wilayah kota
3. Jumlah penduduk yang meningkat di pagi hari dan menurun
di malam hari (jumlah pekerjaan lebih banyak daripada
jumlah rumah)
4. Tempat tujuan akhir perjalanan harian (melayani semua
kebutuhan hiburan, perbelanjaan, rekreasi dst)
5. Berumur kurang dari 30 tahun (kota baru)
Edge city
Sprawling city
Perkembangan acak, berkepadatan rendah keluar CBD
Edgeless cities: tempat-tempat pekerjaan baru menyebar di luar
CBD tanpa membentuk konsentrasi/ sub pusat baru
Edgeless City (Lang, 2003)
Edgeless cities terdiri dari kawasan perkantoran
yang terletak di luar pusat kota yang menyebar
secara acak, tidak teratur, tanpa ujung/ batas fisik
yang jelas.
Edgeless city
Tampak sebagai bangunan-bangunan yang terisolasi yang
tidak ramah pejalan kaki, sulit dijangkau transportasi
umum, dan bukan kawasan campuran
Edgeless city biasanya ditemukan di luar kawasan
perkotaan dengan harga lahan yang rendah dan
peraturan zonasi yang longgar
Kota Baru
“Kota baru”: proyek
perumahan berskala besar (di
atas 500 hektar) yang
dilengkapi dengan berbagai
fasilitas perkotaan
(perbelanjaan, sekolah,
hiburan, rekreasi)
Kota baru mandiri: kota baru
yang dilengkapi pusat-pusat
pekerjaan (perkantoran,
industri)
Proyek-proyek “kota baru” di Jabodetabek
Kawasan industri
Kawasan industri: tempat pengumpulan kegiatan industri
yang dilengkapi infrastruktur dan fasilitas penunjangnya
dan dikelola oleh suatu perusahaan
Ekonomi Ekonomi
Urbanisasi Lokalisasi
Ekonomi Urbanisasi:
Melakukan cost savings
Ekonomi Ekonomi Lokalisasi:
Melakukan cost savings
dengan menempatkan
industri yang berbeda-beda dalam Aglomerasi dengan menempatkan
perusahaan-perusahaan
satu lokasi bersama dengan jenis industri yang
yang berdekatan. Lokasi sama bertempat di suatu
dari satu industri menarik lokasi yang sama dan
industri lainnya. berdekatan.
Ekonomi urbanisasi ini
menumbuhkan large diverse cities
.
Localization Dan
Urbanization
Economies
: Distribusi Barang Lokal Kota Kecil
Produksi Barang ke Kota Besar
Lokal
: Pergerakan orang dari Kota Kecil
ke Kota Besar untuk memperoleh
Ilustrasi: Kebutuhannya
Kota Kecil
Lokal
URBANISASI
C
Kota Kecil
Ketersediaan
Lapangan Kerja di
Lokal
Tiga hipotesis
distribusi ukuran
kota, yaitu:
1. Primate
2. Uniform
3. Intermediate
• Semakin besar suatu kota, semakin sedikit kota dengan jumlah penduduk yang mirip
• Semakin rendah ranking kota, semakin kecil perbedaan ukuran antara dua kota yang
terdekat rankingnya
Idealnya, perkalian antara ranking dan ukuran adalah sama untuk semua kota di
suatu wilayah:
Pn = P1(n)-1
Pn = P1(n)-B
↔ ln Pn = ln P1 - B(ln n)
• Distribusi ukuran kota yang baik memiliki nilai B (eksponen ranking) mendekati
1,0.
• Distribusi ukuran kota di suatu negara dikatakan primate jika gap antara kota
terbesar dengan kota-kota lainnya sangat besar B > 1,0.
• Primate city = keadaan di mana jumlah penduduk kota terbesar di suatu negara
setidaknya dua kali lebih besar dari kota terbesar keduanya
Large Primary Cities
“Di negara berkembang, kota terbesar relatif mempunyai populasi yang besar
pula”
Fenomena statistik?
2000000
0
Jumlah Penduduk Real
Jumlah Penduduk
Ideal
Kota
Semakin besar ukuran suatu pusat pelayanan, semakin besar pula jarak
antar sesama pusat pelayanan yang memiliki orde yang sama.
Semakin besar ukuran suatu pusat pelayanan, maka akan semakin
besar spesifikasi penyediaan barang dan jasa atau semakin banyak
jumlah retail dan jasa yang ditawarkan atau ditemukan pada pusat
pelayanan tersebut.
Semakin besar ukuran suatu pusat pelayanan, maka akan semakin
besar pula wilayah pemasaran dari pusat pelayanan tersebut.
Semakin besar ukuran suatu pusat pelayanan, maka akan semakin
tinggi orde dari fungsi yang disediakan oleh pusat pelayanan tersebut.
Semakin besar ukuran suatu pusat pelayanan, maka akan semakin
sedikit jumlah pusat pelayanan dengan orde yang sama.
Konfigurasi keruangan