Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Sehat

diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan

sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan

keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya

terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau

tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu

bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008).

Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana

tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas

normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang

lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi

pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join

National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of

Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal

< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan

diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan

ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥

1
160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2

jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur,

serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam

rongga kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan sekitar

972 juta orang atau 26,4 % penduduk bumi mengidap hipertensi dengan

perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Dari 972 juta pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada pada negara

berkembang termasuk Indonesia. jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia

terus meningkat, di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk menderita

hipertensi. Pada tahun 2002 di Amerika sekitar 49.707 (99,41%) orang

meninggal akibat hipertensi. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih

penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi,

tahun 2005 prevalensi hipertensi sebesar 21,7 %. Prevalensi  hipertensi di

Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand tahun 1989  mencapai

17%, Malaysia  tahun 1996 mencapai 29,9%, Philippina tahun 1993 mencapai 

22%, dan Singapura tahun 2004 mencapai  24,9% ( Purwanto, 2012 ).

Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) dikalangan penduduk

umur 25 tahun keatas menunjukan bahwa 27% laki- laki dan 29% wanita

menderita hipertensi, 0,3% mengalami jantung iskemik dan stroke. Terdapat

50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya

bertambah berat karena tidak mengubah dan menghindari faktor risiko. Hasil

survey tersebut Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, jadi banyak

2
diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90%

hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga

sulit untuk mencari bentuk intervensinya (Aditama, 2007).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi

hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18

tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan. Data

Riskesdas 2007 juga menyebutkan penyakit hipertensi sebagai

penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di

Indonesia (Depkes RI,2003).

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi jawa Tengah,

kasustertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus

(19,56%)dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau

kota lain diJawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus

keseluruhan di kotaSemarang terdapat proporsi yang lebih besar yaitu 53,69.

Sedangkan kasustertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar

36.002 kasus (10,49%)dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di

Kabupaten Banyumasadalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit

dijumpai di Kabupaten Tegalyaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus

hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan provinsi

Jawa Tengah, 2004).

3
Di Kabupaten Kendal, data dari Dinas kesehatan Kabupaten Kendal dari

tahun ke tahun menunjukan proporsi kasus hipertensi mengalami peningkatan,

dibandingkan kasus penyakit tidak menular secara keseluruhan. Tahun 2008

proporsi kasus hipertensi sebanyak 6,2% meningkat menjadi 6,57% di tahun

2009 (DKK Kab. Kendal, 2013).

Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah satunya

karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan

anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan

perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana

keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan

dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan

anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu

anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan

terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian

keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan

hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak,

2010).

Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan

dengan keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi

faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena

keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita

hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih

besar dari keluarga. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan

4
terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang

penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada

penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar dan

tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang

hipertensi yang dimiliki penderita tentang penyakit hipertensi sangatlah

diperlukan, dimana sebuah keluarga yang mempunyai anggota yang menderita

hipertensi harus memberikan perhatian dan perawatan agar tercapai status

kesehatan yang baik. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik

dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga

untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita

hipertensi (Notoatmodjo, 2003)

Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara

penanganan yang harus dilakukan. Perawatan kesehatan pada penderita

hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan

setempat. Kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh

penderita hipertensi (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus

karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.B

Dengan Hipertensi di Dusun Taman Sari, Desa Payung, Kecamatan Weleri,

Kabupaten Kendal ”.

5
B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penulis studi kasus ini meliputi :

1. Lingkup mata ajar

Asuhan keperawatan Keluarga pada Ny. S Di keluarga Ny. S dengan

Hipertensi termasuk dalam keperawatan keluarga.

2. Lingkup kasus

Lingkup kasus yang diambil penulis dalam laporan ini membahas asuhan

keperawatan Keluarga Pada Ny. S dengan Hipertensi dengan proses

keperawatan.

3. Lingkup waktu

Asuhan keperawatan dilaksanakan selama seminggu pertemuan pada

tanggal 20 November 2017

4. Lingkup asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan

evaluasi keperawatan.

6
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan “Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada Ny. S Dengan Hipertensi di Desa Wonua

Morome, Kec puriala”.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada keluarga Ny. S dengan salah satu

anggota keluarga menderita Hipertensi.

b. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah

dikumpulkan pada keluarga Ny. S dengan salah satu anggota

keluarga hipertensi.

c. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga Ny. S

berdasarkan interprestasi data yang ditentukan.

d. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis

kepada keluarga Ny. S dengan salah satu anggota keluargahipertensi.

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada

keluarga Ny. S dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.

7
D. Manfaat Penulisan

1) Bagi Penulis

Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang anggota keluarga

ada yang menderita Hipertensi.

2) Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai sarana atau bahan pertimbangan asuhan keperawatan secara

professional,khususnya asuhan keperawatan klien dengan Hipertensi

khususnya pada keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit

Hipertensi.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi tenaga kesehatan lain dapat menambah

wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga

yang anggota keluarganya menderita Hipertensi.

4) Bagi masyarakat

Hasil seminar ini dapat digunakan oleh keluarga atau anggota keluarga

sebagai bahan informasi mengenai penyakit Hipertensi dan penanganan

pada Hipertensi. Sehingga keluarga atau anggota keluarga, dapat turut

serta dalam melaksanakan penanganan Hipertensi secara farmakologi dan

non farmakologis yang tepat untuk Hipertensi. Dapat menambah

pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan pada perawatan Hipertensi.

8
E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini, penulis telah menguraikannya menjadi 5 Bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,

metode pengumpulan data.

BAB II : KONSEP DASAR, berisi tentang pengertian, anatomi fisiologi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,penatalaksanaan, komplikasi,

pengkajian fokus, pathwayskeperawatan, fokus intervensi dan rasional.

BAB III : TINJAUAN KASUS, berisi tentang pengkajian, pathways

keperawatan, diangnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

dan evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAN, berisi tentang kesenjangan antara tinjauan

kasus dengan konsep dan teori,

BAB V : PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dan saran.

9
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Medik

A. Pengertian

Hipertensi adalah sebagian peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia

A.price)

B. Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah

toraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar

300g. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai

oksigen dan zat nutrisi lain seperti mengangkut karbondioksida dan

sampah hasil metabolisme.

Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik

dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih

kecil karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding

jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan

untuk penyemburan berikutnya.

10
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebutsebagai

mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,

yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.

Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing tersusun atas

dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan

dan kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan

darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yangdatang dari

vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah

kemudian dikosongkan ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4

bagian yaitu: katup trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup

pulmonalis dan katup aorta (Brunner & Suddarth, 2001).

C. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

1. Hipertensi Primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,

hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. angiotensin dan peningkatan

Na+Ca intraseluler. faktor-faktor yang meningkatkan resiko : Obesitas,

merokok, alcohol dan polisitemia.

11
2. Hiperetnsi sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom

cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi

pada usia lanjut dibedakan atas :

a) Hiperetensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekana diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg

b) Hipertensi sitolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

c) kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun. Kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya

efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e) Meningkatnya resitensi pembuluh darah perifer.

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal < 120 < 80

2. Normal 120-129 80-84

3. High normal 130-139 85-89

4. Hipertensi

12
Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (Berat) 180-209 100-119

Grade 4 (sangat >210 >120

berat)

D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksidan relaksasi

pembuluhdarah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis

di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya neropinefrin mengakibatkaan kontriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokontriktor.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenaljuga

terangsang, mengakibatkan penambahan aktifitas vasokontriksi konteks

13
adrenal mengsekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubelusginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung

mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan

gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

14
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran Menurun

F. Komplikasi

1) Stroke

Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi diotak, stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahinya berkurang.

2) Infark miokardium

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai

cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

15
3) Gagal ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus.

Rusaknyaglomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,

nefron akan terganggu dan menjadi hipoksia dan kematian.

4) Kerusakan otot.

Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang

intestinum diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya

kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corvin, 2000).

16
17

G. Pemeriksaan Menunjang

1) Pemeriksaan Laboraturium

a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti

hipokoagulabilitas, anemia.

b) BUN/keratin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal

diantara DM.

2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

5) Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katub,

pembesaran jantung.

17
18

H. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai

dan mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pendekaatan non farmakologis, termasuk

penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,

latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan

pada setiap therapy antihipertensin. Apabila penderita hipertensi ringan

berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah

diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95mmhg dan diastoliknya diatas 130

sampai 139mmHg (Mansjoer, 2000).

18
19

II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien.

Tahap pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,

hipertrofi/rigiditas ventricular, iskemia miokard

2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia

3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

4. Deficit pengetahuan

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

6. Resiko Cidera

19
20

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi

keperawatan Hasil

1. Penurunan curah Noc : Nic :

jantung b.d  Cardiac pump Cardiac Care

peningkatan effectiveness  Evaluasi adanya

afterload,  Circulation status nyeri dada

vasokontriksi,  Vital sign status (Intensitas, lokasi,

hipertrofi/rigidas durasi)

ventrikuler, iskemia Kriteria Hasil  Catat adanya

miokard  Tanda vital dalam distritmia jantung

rentang normal  Catat adanya

(atekanan darah, nadi, tanda dan gejala

respirasi) penurunan cardiac

 Dapat mentoleransi output

aktivitas, tidak ada  Monitor status

kelelahan kardiovaskular

 Tidak ada edema  Monitor status

paru, perifer, dan pernafasan yang

tidak ada asites menandakan gagal

 Tidak ada penurunan jantung

kesadaran  Monitor abdomen

sebagai indicator

20
21

penurunan perfusi

 Monitor balance

cairan

 Monitor adanya

perubahan tekanan

darah

Vital sign Monitor


2.
 Monitor TTV

 Catat adanya

fluktuasi tekanan

darah

 Monitor kualitas

dari nadi

 Monitor jumlah

dan irama jantung

 Monitor bunyi

jantung

 Monitor frekuensi

dan irama

pernapasan

 Monitor sianosis

perifer

21
22

 Identifikasi

penyebab dan

perubahan vital

sign

Nic :

Pain manajement :
3.
 Lakukan
Noc :
pengkajian nyeri
 pain level
secara
 pain control
komprehensif
 comfort level
termaksud lokasi,

karakteristik,
Kriteria Hasil :
durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol
kualitas dan faktor
Nyeri akut b.d nyeri (tahu penyebab
presipitasi
peningkatan tekanan nyeri, mampu
 Observasi reaksi
vaskuler serebral menggunakan
nonverbal dari
dan iskemia tekhnik
ketidaknyamanan
nonfarmakologi
 Gunakan tekhnik
untuk mengurangi
komunikasi
nyeri, mencari
terapeutik untuk
bantuan)

22
23

 Melaporkan bahwa mengetahui

nyeri berkurang pengalaman nyeri

dengan pasien

menggunakan  Kaji kultur yan

manajemen nyeri mempengaruhi

 Mampu mengenali respon nyeri


4.
nyeri (skala,  Evaluasi

intensitas, frekuensi pengalaman nyeri

dan tanda nyeri) masa lampau

 Menyatakan rasa  Kontrol

nyaman setelah lingkungan yang

nyeri berkurang) dapat dapat

mempengaruhi

nyeri seperti suhu

ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

 Ajarkan tentang

tekhnik

nonfarmakologi

 Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

23
24

 Kolaborasi dengan

dokter jika ada

keluhan dan
5.
tindakan nyeri

tidak berhasil.\

NIC

Peripheral

Sensation

Management

(Manajemen

sansasi perifer)

Resiko  Monitor adanya

ketidakefektifan daerah tertentu

perfusi jaringan otak yang hanya peka


NOC
terhadap
 Circulatioan status
panas/dingin/tajam
 Tissue Prefusional : /tumpul
cerebral
 Monitor adanya
 paretase
Kriteria Hasil :
 Instruksikan
 Mendemonstrasiaka

24
25

n status sirkulasi yan keluarga untuk

ditandai dengan : mengobserfasikan

 Tekanan systole kulit jka ada isi atau

daan diastole dalam laserasi

rentang yang di  Gunakan sarung

harapkan tangan untuk

 Tidak ada ortostatik proteksi

hiertensi  Batasi gerakan

 Tidak ada tanda – pada kepala,leher

tanda peningkatan dan punggung

tekanan intracranial  Monitor

(tidak lebih dari 15 kemampuan bab


6. mmhg)  Kolaborasi

 Mendesmontrasikan pemberian

kemampuan kognitif analgetik

 yang ditandai  Monitor adanya

dengan: tromboplebitis

 Berkomunikasi  Diskusikan

dengan jelas dan mengenai penyebab

sesuai dengan perubahan sensasi

kemampuan

 Menunjukkan

perhatian

25
26

konsentrasi dan

orientasi

 Memproses

informasi

 Membuat keputusan

dengan benar

 Menunjukkan fungsi
NOC :
sensori motorik
Teaching : disease
cranial yang utuh :
process
tingkat kesadaran
 Berikan penilaian
Deficit pengetahuan membai , tidak ada
tentang tingkat
gerakan gerakan
pengetahuan
involunter
pasien tentang

proses penyakit

yang spesifik

 gambarkan tanda
NIC :
dan gejala yang
 knowledge : disease
biasa muncul
process
pada penyakit,
 knowledge : health
dengan cara yang
behavior
tepat.
Kriteria Hasil :
 identifikasi
 pasien dan keluarga
kemungkinan

26
27

mengatakan penyebab dengan

pemahaman tentang cara yang tepat

penyakit, kondisi,  sediakan bagi

prognosis, dan keluarga atau SO

program pengobatan. informasi tentang

 pasien dan keluarga kemajuan pasien

mampu melaksanakan dengan cara yang

prosedur yang tepat.

dijelaskan secara  diskusikan

benar perubahan gaya

 pasien dan keluarga hidup yang

mampu menjelaskan mungkan di

kembali apa yang di perlukan untuk

jelaskan perawat/tim mencegah

kesehan lainnya. komplikasi di

masa yang akan

datang dan proses

pengontrolan

penyakit

 diskusikan pilihan

terapi atau

penanganan

27
28

NOC :

Activity Therapy

 Kolaborasikan

dengan tenaga

rehabilitasi medic
Intoleransi aktivitas
dalam
b.d kelemahan,
merencanakan
ketidakseimbangan
program terapi
suplai dan
yang tepat
kebutuhan oksigen.
 bantu klien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang
NIC : mampu dilakukan
 Energy conservation  bantu untuk
 Activity tolerance memilih

 self care : ADLs aktivitas

Kriteria Hasil : konsisten

 berpartisipasi dalam yang sesuai

aktivitas fisik tanpa dengan

disertai peningkatan kemampuan

tekanan darah, nadi fisik,

dan RR psikologi

 mampu melakukan dan social

28
29

aktivitas sehari hari  bantu untuk

(ADLs) secara mengidentifi

mandiri kasi dan

 Tanda tanda vital mendapatkan

normal snmber yang

 Energy psikomotor diperlukan

 Level kelemahan untuk

 Mampu berpindah: aktivitas

dengan atau tanpa yang di

bantuan alat ingikan

 status  bantu untuk

karidiopulmunari mendapatkan

adekuat alat bantuan

 Sirkulasi status baik aktivitas

seperti kursi
 Status respirasi :
roda, krek
pertukaran gas
 bantu untuk
ventilaasi adekuat
mengidentifi

kasi aktivitas

yang disukai

 bantu klien

untuk

membuat

29
30

jadwal

latihan

waktu luang

 bantu pasien

untuk

mengem

bangkan

motivasi diri

dan

penguatan

30
31

Ketidakefektifan

koping

NOC

 Decision making

 Role inhasmet

 Sosial support
NIC
Kriteria hasil
Dicision making
 mengidentifikasi
 menginformasikan
pola koping yang
pasien
efektif
alternative atau
 mengungkapkan
solusi lain
secara verbal
penanganan
tentang koping yang
 memfasilitasi
efektif
pasien untuk

membuat

31
32

penurunan stress keputusan

 klien mengatakan  bantu pasien

telah menerima mengidentifikasi

keadaannya keuntungan,

 mamu kerugian dari

mengidentifikasi keadaan

strategi tentang

koping Role inhancemet

 bantu pasien untuk

identifikasi

bermacam-macam

nilai kehidupan

 bantu pasien

identifikasi

strategi positif

untuk mengatur

pola nilai yang

dimiliki

Coping

enhancement

 Anjurkan pasien

untuk

32
33

mengidentifikasi

gambaran

perubahan peran

yang realistis

 Gunakan

pendekatan tenang

dan meyakinkan

 hindari

pengambilan

keputusan pada

saat pasien berada

dalam stress berat

 berikan informasi

actual yang terkait

dengan diagnosis,

terapi dan

prognosis

Anticipatory

Guidance

33
34

D. Impelementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.

implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status ksehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkankriteria hasil

yang diharapkan

E. Evaluasi

34
35

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah

dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Kepala Keluarga

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny S

2. Umur : 85 Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

35
36

5. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia

6. Pendidikan :-

7. Pekerjaan : Petani

8. Alamat / No. Tlp. : Blok B Desa Wonua Morome Kec.


Puriala

9. Kompoisis Keluarga :

Imunisasi
Hub.
No Nama Umur JK Pnddk Polio DPT Hepatitis Ket
Klg BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1. Ny M 50 P Anak TT - - - - - - - - - - - - S

2. An. W 14 L Cicit SMP - - - - - - - - - - - - S

3. An. I 11 L Cicit SD - - - - - - - - - - - - S

4.

5.

Keterangan :

TT : Tidak tamat S : Sehat

BS : Belum sekolah KS : Kurang Sehat

Smtr : Sementara

36
37

10. Genogram ( gambarkan genogram keluarga klien) : Minimal 3 generasi

85

60 54 52 48 39

Keterangan :

= Laki – laki

= Perempuan

X = Meninggal

= Ada Hubungan Pernikahan

= Klien / Pasien

----- = Tinggal serumah

G1 = Generasi pertama meninggal karena usia dan tidak ada penyakit menular

G2 = Generasi kedua ialah klien dan tidak ada penyakit menular

G3 = Generasi ketiga ialah anak klien dan tidak memiliki penyakit menular

37
38

11. Tipe keluarga


Keluarga Ny. S termasuk dalam Tipe Keluarga besar dikarenakan Ny.
S tinggal bersama Anak, dan Cicit-cicitnya
12. Suku bangsa
Keluarga Ny S menganut suku bangsa Bugis Makassar
13. Agama
Keluarga Ny S menganut kepercayaan Islam

14. Status sosial ekonomi keluarga


- Ny S mengatakan memiliki pendapatan perbulan ± Rp. 600.000
- Ny S mengatakan penghasilan keluarga untuk biaya sehari – hari tidak
mencukupi, Ny S juga mengatakan untuk menutupinya biasanya anak
Ny S bekerja mencetak batu bata, bercocok tanam dan meminjam di
tetangga.
- Ny S mengatakan tidak mempunyai tabungan
- Ny S mengatakan yang sering membantu keuangannya ialah anak Ny S
- Ny S mengatakan yang mengelola keuangan keluarga ialah anak kedua
Ny S
15. Aktivitas rekreasi keluarga
- Ny S mengatakan kebiasaan rekreasi dalam keluarga tidak menentu
- Ny S mengatakan waktu senggang digunakan dengan cara menoton TV
di tetangga
16. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
- Keluarga Ny S berada dalam tahap perkembangan VIII dimana berada
dalam tahap Lansia
- Keluarga Ny S mengatakan tahapan yang belum terpenuhi ialah masalah
kesehatan
17. Riwayat keluarga inti

38
39

Ny S mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular dan penyakit


keturunan baik dari Alm. suami Ny. S maupun Ny. S
18. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. S mengatakan setahun yang lalu ia pernah masuk di rumah sakit
dengan keluhan Apendisitis dan menjalani pembedahan.

B. LINGKUNGAN
1. Perumahan
1.1 Jenis rumah
Keluarga Ny. S memiliki jenis rumah semi Permanen
1.2 Luas bangunan
Keluarga Ny. S memiliki luas bangunan ± 10 X 15 m2
1.3 Luas penerangan ± 7 X 15 m2
1.4 Status rumah
Keluarga Ny. S mengatakan Status Rumah yang mereka tampati ialah
milik pribadi
1.5 Atap rumah
Keluarga Ny. S memiliki atap rumah Seng / Abses
1.6 Ventilasi rumah
Keluarga Ny. S memiliki Ventilasi Rumah
1.7 Bila ada berapa luasnya
Keluarga Ny. S memiliki ventilasi rumah > 10% luas lantai

39
40

1.8 Keluarga Ny. S cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
1.9 Keluarga Ny. S memiliki Penerangan Listrik
1.10 Keluarga Ny. S memiliki Lantai Plaster dan berdebu
2. Denah rumah : Digambarkan di halaman berikutnya
3. Pengolahan sampah
- Keluarga Ny. S mengatakan tidak mempunyai tempat pembuangan
sampah
- Keluarga Ny. S mengatakan biasanya mengelola sampah dengan
membakarnya
4. Sumber air
- Keluarga Ny. S mengatakan sumber air yang mereka gunakan ialah
Sumur Gali
- Keluarga Ny. S mengatakan sumber air minum yang mereka gunakan
ialah Sumur Gali dan air hujan
5. Jamban Keluarga
- Keluarga Ny. S memiliki WC sendiri dan jenis jambannya ialah leher
angsa
- Jarak antara Sumber Air dan Tempat Penampungan Tinja ≥ 10 meter

6. Pembuangan air limbah


Keluarga Ny. S memiliki SPAL dengan kondisi terbuka, kemana
pembuangannya di alirkan ke halaman depan rumah.
7. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
- Keluarga Ny. S sering mengikuti perkumpulan social di masyarakat
diantaranya Majelis Ta’alim, Kelompok tani, dan lain – lain
- Keluarga Ny. S memanfaatkan fasilitas kesehatan yang berada di desa
tersebut diantarnya fasilitas PUSKESMAS namun sesekali jika memiliki
uang berlebih.
- Keluarga Ny. S mengatakan jarak antara puskesmas dan rumah sangat
jauh dan biasa di jangkau dengan naik Ojek

40
41

8. Karakteristik tetangga dan komunitas


Keluarga Ny. S dengan tetangganya sering berkumpul bersama pada saat
kerja bakti, membantu pada saat pernikahan dan lain –lain
9. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny. S tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat tinggal mereka
hanya menetap di satu tempat tinggal yaitu Desa Wonoa Morome Kec.
Puriala
10. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny. S sering berkumpul pada saat kerja bakti, pernikahan dan lain
– lain . interaksi terhadap warga / masyarakat terjalin dengan baik
11. System Pendukung Keluarga
Keluarga Ny. S semua anggota keluarganya saling membantu dan saling
menyayangi.

C. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi keluarga
Bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa daerah bugis dan
Indonesia
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Jika ada masalah, keluarga menyelesaikan dengan cara bermusyawarah dan
keluarga Ny. S yang mendominasi dalam pengambilan keputusan adalah
anak Ny. S yaitu Ny. M

3. Struktur Peran
a. Ny. S : Menjadi anggota masyarakat dan perkumpulan di
lingkungan tempat tinggalnya, dan menjadi kepala keluarga.
b. Ny. M : Menjadi anggota masyarakat dan perkumpulan di
lingkungan tempat tinggalnya, serta menjadi tulang punggung keluarga.
c. An. W : Menjadi anggota masyarakat, membantu memenuhi
kebutuhan keluarga.

41
42

d. An. I : Menjadi anggota masyarakat, membantu memenuhi


kebutuhan keluarga.
4. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma budaya yang di anut oleh keluarga Ny. S adalah Suku bugis
dan memiliki keyakinan beragama Islam.
D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga Ny. S saling memberikan perhatian dan kasih saying, nampak
rukun dan harmonis, saling menghormati satu sama lain.
2. Fungsi Sosial
- Keluarga Ny. S dalam waktu senggang ialah berkumpul bersama dan
nonton TV dirumah tetangganya.
- Keluarga Ny. S menjalin interaksi yang baik dalam keluarga maupun
masyarakat, dan masing-masimg dalam keluarga Ny.S selalu
memperhatikan dan menerapkan etika/sopan santun dalam berperilaku.
- Keluarga Ny. S yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah
anak dari Ny.S yaitu Ny.M
- Partisipasi keluarga Ny.S dalam kegiatan social adalah mengikuti rapat
dibalai desa dan pengajian yang diadakan oleh masyarakat setempat.
3. Fungsi keperawatan kesehatan
- Keluarga Ny.S paham akan masalah kesehatan namun masih kurang
mengerti dengan apa factor penyebab atau pencetus dari penyakit
tersebut
- Kemampuan Keluarga Ny.S dalam pengambilan keputusan tindakan
kesehatan yaitu dengan langsung kefasilitas kesehatan.
- Keluarga Ny. S kurang dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat
di karenakan penanggulangan SPAL yang kurang baik dan juga
pemeliharaan kebersihan rumah yang baik.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Ny. S khususnya Ny. S tidak ada keinginaan untuk menambah
jumlah anak.

42
43

2. Fungsi ekonomi
- Ny. S sekarang tidak bekerja lagi, dan hanya berharap pada anaknya
yaitu Ny.M untuk memenuhi kebutuhan dengan bekerja mencetak bata.
- Keluarga Ny. S tidak memanfaatkan sumber dimasyarakat.

STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang


- Stress jangka pendek yang sering muncul dalam keluarga Ny. S ialah
mengenai pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan karena pendapatan
yang tidak menentu yang dimili oleh Keluarga Ny. S
- Stress jangka panjang yang sering muncul ialah masalah kesehatan
2. Kemampuan berospon terhadap maslah
Keluarga Ny. S kemampuan dalam berespon masalah sangat baik
dikarenakan dalam penyelesaian masalah baik stress jangka pendek maupun
panjang selalu di atasi dengan baik.

PEMERIKSAAN FISIK

No. Sistem Ny. S Ny. M An. W An. I

TD : 110/90
TD : -
TD : 150/90 TD : 120/80 mmHg
mmHg mmHg S : 37,5
S : 37,0
1. TTV S : 36,7 S : 36,5 RR : 20
RR : 22
x/menit
RR : 24 x/menit RR : 22 x/menit x/menit
N : 78
N : 68 x/menit N : 64 x/menit N : 60
x/menit
x/menit

Mesocepal, rambut Mesocepal, kulit


Mesocepal, Sering Mesocepal,
putih, Tidak ada kepala kotor, rambut
2. Kulit / Kepala sakit kepala, tidak tidak ada nyeri
nyeri tekan, kulit kotor, Tidak ada nyeri
ada nyeri tekan tekan
rambut kotor tekan

3. Mata Simetris, Isokor, Simetris, Isokor, Simetris, Isokor, Simetris, Isokor,


Ananemis, Ananemis, pandangan Ananemis, Tidak ada

43
44

pandangan kabur, gangguan


kabur, Pandangan kabur
sering berair penglihatan

Simetris, tidak
Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
ada gangguan
4. Telinga gangguan gangguan gangguan
pendengaran,
pendengaran, kotor pendengaran, kotor pendengaran, kotor
kotor

Simetris tidak ada Simetris tidak ada Simetris tidak ada Simetris tidak
5. Hidung
gangguan gangguan gangguan ada gangguan

Kotor, Gigi
Kotor, Gigi tanggal, Kotor, Gigi utuh tidak Kotor, Gigi utuh,
6. Mulut utuh, tidak
tidak berbau berbau tidak berbau
berbau

Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak
7. Dada
gangguan gangguan gangguan ada gangguan

Simetris, tidak ada


gangguan, nampak Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak
8. Abdomen
bekas luka post op gangguan gangguan ada gangguan
App

Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak


9. Punggung Bungkuk
gangguan gangguan ada gangguan

Simetris, nyeri pada Simetris, ada nyeri


Simetris, tidak ada Simetris, tidak
9. Ekstremitas sendi kaki dan lutut pada sendi kaki dan
gangguan ada gangguan
kanan dan kiri lutut kanan dan kiri

10. Kesimpulan

B. HARAPAN KELUARGA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA
Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, bisa
memberikan informasi kesehatan dan membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada keluarga.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1) Analisa Data

44
45

No. Data Masalah Kesehatan Masalah


Keperawatan

1. Subjektif : Ketidakmampuan keluarga Ny. Nyeri akut


S merawat anggota keluarganya
a) Ny. S mengatakan
yang mengalami penyakit
sering sakit kepala
hipertensi
b) Ny. S mengatakan
sering mengalami
tegang pada leher
c) Ny. S mengatakan
tidak napsu makan

Objektif :

a) Klien nampak lemas,


dan memijat lehernya
b) TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,0
c) Nampak berjalan
mondar-mandir
d) Ekspresi gelisah
e) Porsi makan tidak di
habiskan

2. Subjektif : Ketidakmampuan keluarga Ny. Ansietas


S mengatasi keluhan dan
a) Ny. S mengatakan
memahami penyakit hipertensi
khawatir dengan
penyakitnya, dan
takut akan
membahayakan

45
46

dirinya.
b) Ny. S mengatakan
bingung bagaimana
mengatasi
keluhannya

Objektif :

a) Klien nampak cemas


b) Klien nampak
berjalan mondar-
mandir
c) TD : 150/100 mmHg

3. Subjektif : Ketidakmampuan keluarga Ny. Ketidakefektifan


S mengatasi masalah yang di koping
a) Ny, S mengatakan
hadapi
dirinya sering
merasa cepat lelah,
letih
b) Ny. S mengatakan
enggan untuk
meminta bantuan
kepada anak-
anaknya.
c) Ny. S mengatakan
sulit tidur,
terbangun-bangun
dan gelisah
d) Ny. S mengatakan
sudah lama
merasakan
penyakitnya, sekitar

46
47

3 tahun terakhir,
namun tidak pernah
berobat kerumah
sakit, untuk
mengurangi beban /
keluhan tersebut ia
hanya mengonsumsi
obat warung jika
memiliki uang lebih,
namun jika tidak ia
hanya tidur dan
sering marah-marah

Objektif :

a) nampak lemah, letih


b) nampak bingung
c) nampak berjalan
mondar-mandir
d) TD : 150/100 mmHg

47
48

2) Perumusan Diagnosis Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan (PES)

1. Nyeri akut di keluarga Ny. S khususnya Ny. S berhubungan dengan Ketidakmampuan


keluarga Ny. S merawat anggota keluarganya yang mengalami penyakit hipertensi

2. Ansietas pada Ny. S di keluarga Ny. S berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


Ny. S mengatasi keluhan dan memahami penyakit hipertensi

3. Ketidakefektifan koping pada Ny. S di keluarga Ny. S berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga Ny. S mengatasi masalah yang di hadapi

3) Penilaian (Scoring)Diagnosis Keperawatan


a) Nyeri akut di keluarga Ny. S khususnya Ny. S berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga Ny. S merawat anggota keluarganya yang
mengalami penyakit hipertensi

No. KRITERIA N B SCORE PEMBENARAN


I O
L B
A O
I T

1 Sifat Masalah
3/3 x
Skala :
1=1
- Tidak/kurang sehat : Aktual 3
- Ancaman Kesehatan : Resiko
- Keadaan Sejahtera : Potensial 2 1

2 Kemungkinan Masalah Diubah :

Skala :

48
49

- Mudah 2 1/2 x
- Sebagian
2=1
- Tidak Dapat 1 2

3 Potensial Masalah Dicegah :

Skala :

- Tinggi 3
- Cukup 2/3 x
- Rendah 2 1 1=
1 2/3

4 Menonjolnya Masalah

Skala :

- Masalah berat/dirasakan oleh 2


keluarga, harus segera ditangani
- Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani 2/2 x
- Masalah tidak dirasakan
1=1
1 1

Jumlah - - 3 2/3

b) Ansietas pada Ny. S di keluarga Ny. S berhubungan dengan Ketidakmampuan


keluarga Ny. S mengatasi keluhan dan memahami penyakit hipertensi

NoKRITERIA N B SCORE PEMBENARAN


I O
L B
A O
I T

49
50

1 Sifat Masalah
3/3 x
Skala :
1=1
- Tidak/kurang sehat : Aktual 3
- Ancaman Kesehatan : Resiko
- Keadaan Sejahtera : Potensial 2 1

2 Kemungkinan Masalah Diubah :

Skala :

- Mudah 2
- Sebagian 1/2 x
- Tidak Dapat 1 2 2=1
0

3 Potensial Masalah Dicegah :

Skala :

- Tinggi 3
- Cukup 1/3 x
- Rendah 2 1 1=
1 1/3

4 Menonjolnya Masalah

Skala :

- Masalah berat/dirasakan oleh 2


keluarga, harus segera ditangani
- Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani 2/2 x
- Masalah tidak dirasakan
1=1
1 1

Jumlah - - 3 1/3

50
51

c) Ketidakefektifan koping pada Ny. S di keluarga Ny. S berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga Ny. S mengatasi masalah yang di hadapi

No KRITERIA N B SCORE PEMBENARAN


I O
L B
A O
I T

1 Sifat Masalah
2/3 x
Skala :
1=
- Tidak/kurang sehat : Aktual 3
- Ancaman Kesehatan : Resiko 2/3
- Keadaan Sejahtera : Potensial 2 1

2 Kemungkinan Masalah Diubah :

Skala :

- Mudah 2
- Sebagian 1/2 x
- Tidak Dapat 1 2 2=1
0

3 Potensial Masalah Dicegah :

Skala :

- Tinggi 3
- Cukup 2/3 x
- Rendah 2 1 1=
1 2/3

4 Menonjolnya Masalah

Skala :

- Masalah berat/dirasakan oleh 2


keluarga, harus segera ditangani
- Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani
- Masalah tidak dirasakan

51
52

2/2 x
1=1
1 1

Jumlah - - 2 4/6

4.) Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1. Nyeri akut di keluarga Ny. S khususnya Ny. S 3 2/3


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Ny. S
merawat anggota keluarganya yang mengalami penyakit
hipertensi

2. Ansietas pada Ny. S di keluarga Ny. S berhubungan 3 1/3


dengan Ketidakmampuan keluarga Ny. S mengatasi
keluhan dan memahami penyakit hipertensi

3. Ketidakefektifan koping pada Ny. S di keluarga Ny. S 2 4/6


berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Ny. S
mengatasi masalah yang di hadapi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

52
53

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut b.d Ketidakmampuan keluarga Ny. S merawat


anggota keluarganya yang mengalami penyakit hipertensi
........................................................................................................

Tujuan Kriteria Standar Intervensi

Noc : Kriteria Hasil : Nic :


 Mampu Pain manajement
 pain level mengontrol nyeri  Lakukan
 pain control (tahu penyebab pengkajian nyeri
 comfort level nyeri, mampu secara
menggunakan komprehensif
tekhnik termaksud
nonfarmakologi lokasi,
untuk karakteristik,
mengurangi durasi, frekuensi,
nyeri, mencari kualitas dan
bantuan) faktor presipitasi
 Melaporkan  Observasi reaksi
bahwa nyeri nonverbal dari
berkurang ketidaknyamana
dengan n
menggunakan  Gunakan tekhnik
manajemen nyeri komunikasi
 Mampu terapeutik untuk
mengenali nyeri mengetahui
(skala, intensitas, pengalaman
frekuensi dan nyeri pasien
tanda nyeri)  Kaji kultur yang
 Menyatakan rasa mempengaruhi
nyaman setelah respo nyeri
nyeri berkurang)  Ajarkan tentang
tekhnik
nonfarmakologi
 Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
 Kolaborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil.

53
54

2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas b.d Ketidakmampuan keluarga Ny. S


mengatasi keluhan dan memahami penyakit hipertensi.

Tujuan Kriteria Hasil Standar Intervesi


 Anxiety self-  Klien mampu Nic :
Anxiety Reduction
control mengidetifkasi dan (penurunan
 Anxiety Level menggunakan gejala kecemasan) :
 Gunakan
 Coping cemas
pendekatan yang
Mengidentifikasi, menenangkan
mengungkapkan  Jelaskan semua
dan menunjukan prosedur dan apa
yang dirasakan
tekhnik untuk selama prosedur
mengontrol cemas  Teani pasien untuk
 Vital sign dalam memberikan
keamanan dan
batas normal
mengurangi takut
 Postur tubuh,  Identifikasi tingkat
ekspresi wajah, kecemasan
 Bantu pasien
bahasa tubuh dan
mengenal situasi
tingkat aktivitas yang menimbulkan
menunjukan kecemasan
berkurangnya  Dorong pasien
untuk
kecemasan
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instrusikan pasie
menggunakan

54
55

tekhnik relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

3. Ketidakefektifan koping b.d Ketidakmampuan keluarga Ny. S mengatasi masalah


yang di hadapi

Tujuan Kriteria Standar Intervensi


 Decision  Mengidentifikasi Nic :
Dicision making :
making koping yang
 Mengimformasikan
 Role inhasmet efektif pasien alternative
 Sosial support  Mengungkapkan atau solusi lain
penanganan
secara verbal
 Memfasilitasi
tentang koping pasien untuk
yang efektif membuat keputusan
 Bantu pasien
 Mengatakan
mengidentifikasi
penurunan stress keuntungan,
 Klien mengatakn kerugian, dari
keadaan
telah menerima
 Bantu pasien
tentang keadaanya identifikasi strategi
 Mampu positif untuk
mengidentifikasi mengatur pola nilai
yang dimiliki
strategi tentang
 Anjurkan pasien
kopig

55
56

untuk
mengidentifikasi
gambaran
perubahan peran
yang realistis
 Gunakan
pendekatan tenang
dan yang
meyakinkan
 Hindari
pengambilan
keputusan pada saat
pasien berada dalam
stress berat
 Beran informasi
actual yang terkait
dengan diagnosis,
terapi dan prognosis

4. IMPLEMENTASI

No. Tanggal & Waktu No. Diagnosa Keperawatan Implementasi

1.

2.

5. EVALUASI

56
57

No. Tanggal & Waktu No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. S:

O:

A:

P:

2. S:

O:

A:

P:

No. KRITERIA NILA BOBO SCORE PEMBENARAN


I T

1 Sifat Masalah

Skala :

- Tidak/kurang sehat : Aktual 3


- Ancaman Kesehatan : Resiko
- Keadaan Sejahtera : Potensial 2 1

2 Kemungkinan Masalah Diubah :

Skala :

- Mudah 2
- Sebagian
- Tidak Dapat 1 2

57
58

3 Potensial Masalah Dicegah :

Skala :

- Tinggi 3
- Cukup
- Rendah 2 1

4 Menonjolnya Masalah

Skala :

- Masalah berat/dirasakan oleh 2


keluarga, harus segera ditangani
- Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani
- Masalah tidak dirasakan

1 1

Jumlah - -

58

Anda mungkin juga menyukai