Anda di halaman 1dari 8

Naufal Ramadhan

Kelas D Palembang
03051382025086
Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat untuk
mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah
kendali ini dapat dipraktekan secara manual untuk mengendalikan sistem kontrol.
Dalam sistem yang otomatis alat ini banyak digunakan didalam bidang industri
dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk mempermudahkan produksi.
Sistem pengendali ini merupakan sebuah sistem yang mempertahankan sebuah
nilai keluaran dari suatu variabel proses sesuai dengan yang dinginkan (set point).
Tujuan dari sistem pengendalian yaitu untuk menjaga kualitas dan kuantitas suatu
proses. Beberapa alasan sebuah industri memerlukan suatu sistem pengendali.
Pertama, karena sistem ini dapat mengurangi human error yang dihasilkan pada
saat pengoperasian sistem dan meningkat tingkat keamanan bagi pekerja. Kedua,
sistem otomatis dari sistem pengendalian mengurangi jumlah operator sehingga
akan menekan biaya pengeluaran. Ketiga, menerapkan sistem ini tentu akan lebih
efisien karena dengan menggunakan kontrol, maka setiap perubahaan akan di
respon lebih cepat dan akurat di bandingkan dengan operator manual.
Transormasi laplace merupakan metode untuk menyelesaikan persamaan linear,
diferensial, integral dengan efisien. Sebagai contoh diberikan suatu fungsi dari waktu
f(t) dengan transformasi laplace diubah menjadi f(s)

Atau bisa juga dituliskan dalam bentuk

Persamaan dalam fungsi waktu ditranformasikan menjadi fungsi s (space).


Persamaan Integral :

Contoh soal:
Tentukan transformasi laplace dari fungsi berikut ini: f(t)=1
gunakan persamaan umum untuk transformasi laplace

Kita masukan nilai dari fungsi f(t) ke persamaan diatas dan ingat bahwa:AA
Terdapat beberapa jenis sistem pengendalian, dalam hal ini terdapat berbagai
klasifikasi sistem pengendalian. Salah satunya yaitu on-off kontrol sistem dan
modulating kontrol sistem. Sistem pengendalian on-off biasa dikenal sebagai sistem
pengendalian digital, binary, diskrit, dan juga sekuensial. Sedangkan modulating
kontrol sistem meliputi seperti sistem pengendali analog dan kontinyu. Selain itu
terdapat pula beberapa sistem pengendali yaitu pengendalian open loop dan close
loop dan ada pula sistem pengendalian bertingkat seperti cascade, ratio,
feedforward, maupun split range. Selain itu terdapat pula beberapa sistem
pengendali yaitu pengendalian open loop dan close loop
Closed loop control system adalah sistem pengontrolan dimana besaran keluaran
memberikan efek terhadap besaran masukan sehingga besaran yang dikontrol
dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan melalui alat pencatat (indicator
atau recorder).
Contoh dari sistem ini adalah rice cooker. Ketika memasak nasi, Thermostat
pada rice cooker akan membaca dan mengatur tingkatan suhu pada
mode cook dan warm.
Saat suhu mencapai nilau tertinggi maka akan tercbaca oleh thermostat dan
otomatis berpindah ke mode warm. Sistem ini biasanya menggunakan banyak
sensor, desain lebih rumit dan kemungkinan terjadinya error dapat diatasi. Contoh
lain dari sistem ini adalah pendingin ruangan (AC), lampu otomatis, dan setrika
listrik.
open loop control system adalah sistem kontrol di mana keluaran tidak memberikan
efek terhadap besaran masukan, sehingga variabel yang dikontrol tidak dapat
dibandingkan dengan harga atau variabel yang diinginkan.
Contoh dari sistem ini adalah mesin cuci. Mesin cuci akan terus bekerja menggiling
dan mengeringkan pakaian sesuai perintah (tidak berubah). Namun keluaran dari
mesin cuci (tingkat kebersihan pakaian) tidak akan mempengaruhi sistem.
Sistem ini didesain lebih sederhana dan murah sehingga kemungkinan error lebih
besar. Contoh lain sistem ini adalah kipas angin, televisi, dan lampu lalu lintas.
Fungsi Transfer
Secara fisik, suatu sistim kendali merupakan sekumpulan komponen-komponen dan
rangkaian-rangkaian yang terhubung bersama untuk melakukan suatu fungsi
berguna. Tiap komponen dalam sistim mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Sebagai contoh, tinjau sensor suhu yang mengubah besaran derajat ke
tegangan (volt) atau motor listrik mengubah tegangan (volt) menjadi putaran per
menit (RPM). Untuk menjelaskan kinerja dari keseluruhan sistim diperlukan suatu
notasi yang seragam sehingga dapat dilakukan perhitungan terhadap efek gabungan
dari komponen-komponen yang berbeda-beda di dalam sistim. Kebutuhan ini
mendasari diperlukannya analisa Fungsi Transfer.
Fungsi Transfer adalah suatu hubungan matematis antara input dan output dari
komponen sistim kendali. Secara spesifik, fungsi transfer dinyatakan dalam bentuk
output dibagi input, yang dinyatakan dalam bentuk,
Secara teknis, fungsi transfer harus menjelaskan karakteristik time-dependent dan
karakteristik steady-state dari suatu komponen. Sebagai contoh, sebuah motor
dapat memiliki lonjakan arus start awal yang melewati nilai pada keadaan steady-
state. Notasi matematik yang memperhitungkan kinerja time-dependent jauh
melampaui cakupan dari materi ini, sehingga dalam uraian ini hanya dibahas/ditinjau
fungsi transfer pada keadaan steady-state, yang dikenal pula sebagai gain, yang
dinyatakan dalam bentuk,

Contoh Soal
Sebuah potensiometer digunakan sebagai sensor posisi (lihat Gambar 1.3(b). Pot
dikonfigurasi sedemikian sehingga pada rotasi 0° menghasilkan keluaran tegangan
0V dan pada 300° menghasilkan tegangan sebesar 10V. Tentukan Fungsi Transfer
dari potensiometer.
Jawaban:
Fungsi transfer adalah output dibagi input. Dalam kasus ini, input dari potensiometer
adalah “posisi dalam derajat,” dan output adalah tegangan dalam Volt:

Fungsi transfer dari suatu komponen merupakan suatu bilangan yang penting.
Bilangan ini memberikan kemampuan untuk menghitung output dari komponen
dimaksud jika diketahui inputnya. Caranya adalah dengan mengalikan fungsi
transfer dengan input, seperti yang ditunjukkan pada Contoh 1.4.

Contoh Soal
Untuk suatu sensor pengukuran suhu, input adalah besaran suhu, dan output adalah
besaran tegangan. Fungsi transfer dari sensor dinyatakan sebagai 0.01V/deg.
Carilah tegangan keluaran dari sensor pada suhu 600°F.
Jawaban:

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, fungsi transfer dapat digunakan untuk
menganalisa keseluruhan sistim yang terdiri dari komponen-komponen. Keadaan
yang sering ditemukan adalah terdapat serangkaian komponen yang dihubungkan
secara seri dimana output dari satu komponen menjadi input bagi komponen lain
dan masing-masing komponen memiliki fungsi transfernya. Gambar 1.4(a)
memperlihatkan diagram blok dari situasi ini. Diagram ini dapat diubah menjadi
sistim dengan blok tunggal yang memiliki TFtot, yang merupakan produk dari
keseluruhan fungsi-fungsi transfer individual. Konsep ini diilustrasikan dalam
Gambar dan dinyatakan dalam persamaan.

Dimana:
TFtot = fungsi transfer steady-state total keseluruhan sistim (ikal tertutup)
TF1, TF2, … = fungsi-fungsi transfer individual
Konsep ini dijelaskan dalam Contoh dibawah ini

Tinjau sistim yang ditunjukkan pada Gambar 1.5. Sistim terdiri dari sebuah motor
listrik yang menggerakan kombinasi roda-roda gigi yang digunakan untuk
menggerakan winch. Masing-masing komponen memiliki karakteristiknya sendiri-
sendiri: motor (dalam kondisi ini) berputar dengan kecepatan putar 100 RPMm untuk
setiap Volt (Vm) yang diberikan; poros output dari kombinasi roda-roda gigi berputar
sejauh 1½ dari kecepatan putar motor; winch (dengan diameter poros 3 inchi)
mengubah gerakan berputar (rpmw) menjadi gerakan lurus (linier). Masing-masing
fungsi transfer individual diberikan sebagai berikut:
Menggunakan Persamaan 1.3, dapat dihitung fungsi transfer dari sistim. Jika
perhitungan benar maka ini akan terlihat pada satuan akhir yang diperoleh.

Dengan mengetahui fungsi transfer total dari sistim, dapat dihitung output untuk
input dari sistim. Sebagai contoh, jika input kepada sistim sebesar 12V (ke motor)
maka output kecepatan dari winch dihitung sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai