Anda di halaman 1dari 21

PERBANGDINGAN PENGENDALIAN

PEKERJAAN TANAH LUNAK YANG TEBAL


PADA PEMBANGUNAN HORIZONTAL BUILDING
DAN HIGH RISE BUILDING
KELOMPOK 1 :

1. ANTONIUS MENDROFA (205103279)

2. RANI RISTY FAUZI (205103195)

3. LANJAR ADITA R (205103265)

4. FLORIDA MARGARETA T (205103190)

5. SETIA INDAH MELATI (205103277)


LATAR BELAKANG
Pada tahap konstruksi banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Hal ini berikaitan dengan project control yang bertujuan untuk mendapat langkah yg efektif dan effisien
dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang dipertimbangkan mulai dari kondisi lahan, jenis bangunan,
waktu, biaya, sumber daya, metode pelaksanaan, dan lain sebagainya. Pada pelaksanaannya bangunan
infrastruktur banyak dibangun pada tanah lunak yang tebal, sehingga masalah penurunan yang
berlebihan menjadi penting dan harus dicari solusinya. Pada lokasi tersebut, sebelum dilakukan
pembangunan infrastruktur, umumnya dilakukan lebih dulu perbaikan tanah guna menjamin stabilitas
jangka pendek maupun jangka panjangnya. Cara-cara perbaikan tanah yang yang lazim dilakukan dapat
berupa pembongkaran dan penggantian, prapembebanan, drainase vertikal, injeksi, stabilisasi tanah,
perkuatan tanah dan lain-lainnya. Pemilihan perbaikan jenis tanah juga dipengaruhi oleh jenis bangunan
yang dibangun dan pondasi yang digunakan. Perbedaan jenis bangunan kemungkinan akan memerlukan
penanganan yang berbeda meskipun dibangun pada lokasi yang sama. Dalam ini lebih khusus akan
dibahas tentang “PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERBAIKAN TANAH LUNAK YANG
TEBAL PADA PEMBANGUNAN HORIZONTAL BUILDING DAN HIGH RISE BUILDING”
PENDAHULUAN
Pada lokasi tanah lunak yang tebal sebelum dilakukan pembangunan infrastruktur, umumnya
dilakukan lebih dulu perbaikan tanah guna menjamin stabilitas jangka pendek maupun jangka
panjangnya. Cara-cara perbaikan tanah yang yang lazim dilakukan dapat berupa pembongkaran dan
penggantian, prapembebanan, drainase vertikal, injeksi, stabilisasi tanah, perkuatan tanah dan lain-
lainnya. Pemilihan perbaikan jenis tanah juga dipengaruhi oleh jenis bangunan yang dibangun dan
pondasi yang digunakan. (Hardiyatmo, H.C.). Peran pondasi pada pembangunan struktur awal pada
gedung menjadi sangat penting karena pemilihan jenis pondasi yang sesuai akan memperlancar
proses pekerjaan gedung tersebut, sehingga diperlukan perencanaan yang baik. Perencanaan yang
baik tidak hanya merencanakan dari segi teknis, tetapi banyak faktor yang perlu diperhatikan dan
ditinjau kembali agar perencanaan jenis pondasi yang akan digunakan tersebut dapat direncanakan
secara optimal dan efisien. (Sembiring, C., 2019)
PENDAHULUAN
HIGH RISE BUILDING
High Rise Building (bangunan tinggi) adalah bangunan atau struktur tinggi dengan jumlah
lantai >6 lantai, tinggi >20 m (sumber : http://sibima.pu.go.id/).
Pembangunan sebuah Gedung bertingkat secara rinci membutuhkan proses analisis yang
Panjang dan rumit serta mempunyai syarat perencanaan maupun pelaksanaanya. Salah
satunya adalah tentang pemilihan jenis pondasi yang digunakan. Pondasi tiang digunakan
untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. (Hardiyatmo,
H.C. 2002). Sedangkan menurut A Puri dan R. Ardiansyah (2008) Pondasi tiang pancang
dengan kedalaman maksimal tanah lapisan pendukung berada pada kedalaman 6-40 m dari
top soil
PENDAHULUAN
HORIZONTAL BUILDING
Pada konstruksi horizontal building umumnya luas tanah yang digunakan untuk bangunan
cukup besar. Jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi dangkal. Mengingat parameter yang
ada terkait kondisi tanah unak yang tebal dengan daya dukung yang rendah maka diperlukan
penanganan kondisi tanah yang lebih spesifik. Menurut Hary Cristiadi H. Salah satu alternatif
cara perbaikan tanah yang sering digunakan dalam pembangunan pada tanah lunak adalah
drainase vertikal. Dalam perkembangannya, pada waktu sekarang ini, drainase vertikal
konvensional dikombinasikan dengan prapembebanan vakum. Beberapa keuntungan dapat
diperoleh dari cara ini, antara lain tinggi timbunan sebagai preload dapat direduksi dan masalah
ketidakstabilan lereng timbunan saat pembangunan dapat diminimalkan.
ISU / FOKUS
1. Jenis perbaikan tanah apa yang cocok digunakan untuk pembangunan high rise building
dan horizontal building pada tanah lunak?
2. Bagaiman perbandingan penanganan kondisi tanah yang ada pada lokasi proyek?

TUJUAN & MANFAAT


Project control perlu dilakukan dengan tujuan dan manfaat untuk :
1. Untuk mengidentifikasi kendala yang akan muncul pada proyek
2. Untuk menentukan langkah penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi proyek
3. Untuk memilih metode pelaksanaan yang tepat
4. Untuk mengontrol agar proyek berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
TEORI & METODE
1. METODE OPEN-CUT
2. PVD +VACUUM
ANALISIS
HORIZONTAL BUILDING
Pada pembangunan horizontal building seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait kondisi
tanah lunak yang tebal dan penggunaan pondasi dangkal maka perbaikan tanah tidak bisa dilakukan
dengan metode open cut. Perlu dilakukan perbaikan tanah secara khusus untuk meningkatkan
kestabilan tanah (Hardiyatmo, H.C.).
Perbaikan tanah lunak dengan drainase vertical pracetak (Prefabricated Vertical Drain, PVD)
merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan. Pemasangan PVD ke dalam tanah
mereduksi lintasan drainase, sehingga mempercepat konsolidasi. Seperti halnya pada penggunaan
drainase vertikal PVD konvensional, perbaikan tanah dengan konsolidasi vakum dikombinasikan
dengan drainase vertikal ini juga bertujuan untuk mempercepat konsolidasi selama masa konstruksi,
sehingga ketika bangunan sudah selesai dibangun, penurunan sudah sangat kecil.
ANALISIS
HORIZONTAL BUILDING
Kelebihan dari percepatan konsolidasi dengan metode vacuum preloading dengan PVD, konsolidasi
menjadi lebih cepat oleh pengaruh kecepatan aliran rembesan air ke arah radial yang lebih cepat
akibat tekanan vakum. Keuntungan dari cara tersebut, tinggi timbunan dan gerakan lateral tanah
dapat direduksi, sehingga problem ketidakstabilan lereng dapat dikurangi. Pada lempung lunak yang
tebal dimana timbunan relatif tinggi tidak dapat dibangun tanpa menyebabkan gangguan stabilitas
(gerakan lateral tanah besar), aplikasi kombinasi drainase vertikal dengan tekanan vakum sering
lebih ekonomis. Dalam beberapa proyek, penghematan biaya perbaikan tanah dengan menggunakan
metode vacuum preloading ini dapat mencapai 30% (Hardiyatmo, H.C., )
Tekanan vakum yang diterapkan bisa sampai 90 kPa, walaupun dalam praktek tekanan vakum yang
sering digunakan hanya sekitar 80 kPa (Chu et al., 2008).
ANALISIS
HORIZONTAL BUILDING

Berikut adalah bagan alir pelaksanaan


Pekerjaan PVD + Vacuum

Sumber : Metode Pelaksanaan


Pekerjaan PVD+Vacuum
Proyek Pembangunan Tol TB-KA
VGF JAPEK 2
ANALISIS
HORIZONTAL BUILDING

Berikut adalah skema pelaksanaan


Pekerjaan PVD + Vacuum

Sumber : Metode Pelaksanaan


Pekerjaan PVD+Vacuum
Proyek Pembangunan Tol TB-KA
VGF JAPEK 2

Skema System Vacuum


ANALISIS
HIGH RISE BUILDING
Pada pembangunan high rise building seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait kondisi
tanah lunak yang tebal maka akan digunakan pondasi dalam (tiang pancang) (Hardiyatmo, H.C.
2002). Banyak alternatif yang bisa diambil untuk melaksanakan proyek di lapangan diantaranya
pelaksanaan dengan metode konvensional (open cut), metode cut and cover, metode up down yang
tentunya disesuaikan dengan kondisi medan yang ada.
a) Metode Bottom Up (Konvensional) (Sumargo, dkk. 2008)
Pada metode ini dapat dilaksanakan dengan metode Open Cut. Metode ini merupakan yang
paling sederhana yaitu dengan melakukan penggalian dari level permukaan tanah (ground
level) sampai pada level kedalaman tanah dasar (base level). Pekerjaan konstruksi dimulai dari
level kedalaman tanah dasar berlanjut ke atas sehingga metode ini dikenal dengan metode
Bottom-Up. Kemudian lubang galian disekeliling basement diurug. metode ini biasanya
digunakan pada proyek yang mempunyai lahan cukup luas dengan kondisi tanah sedang/baik
dan jumlah lantai basement kurang dari dua lantai.
ANALISIS
HIGH RISE BUILDING
b) Metode Cut and Cover (Sumargo, dkk. 2008)
Pada metode open cut ini, dilakukan pemasangan dinding penahan tanah berupa Sheet Pile
Walls atau Continues Bored Pile Walls. Terlebih dahulu dilakukan penggalian dimulai dari
tanah permukaan sampai dengan tanah dasar basement. Pekerjaan konstruksi dilakukan mulai
dari tanah dasar dilanjutkan ke atas. Biasanya metode ini diterapkan pada konstruksi
terowongan (Tunnel Construction), misalnya konstruksi rel kereta api bawah tanah, saluran air
bawah tanah pada daerah perkotaan yang padat. Metode ini cocok diterapkan pada lahan yang
sempit atau kondisi tanah jelek/sedang.
c) Metode Konstruksi Up-down (Sumargo, dkk. 2008)
Pada prinsipnya pelaksanaan metode ini dimulai dari lantai dasar (ground floor) dan berakhir
pada lantai basement. Sebelum penggalian dilakukan pemasangan dinding penahan tanah
berupa dinding diafragma terlebih dahulu. Pada metode ini diperlukan teknik pelaksanaan
yang khusus karena pekerjaannya berbeda tidak seperti pada metode konvensional.
ANALISIS
HIGH RISE BUILDING
Tabel 1 memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan dari metode open cut, up-down dan semi
up-down pada pembangunan gedung dengan 2 basement dan satu semi basement.
ANALISIS
HIGH RISE BUILDING
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Metode Up-down pada proyek konstruksi lebih efektif apabila
diterapkan pada proyek yang memiliki setidaknya 3 (tiga) tingkat bangunan ke bawah basement atau
±10 m [Nova, 2002]. Adapun faktor penting lainnya yang harus dipertimbangkan termasuk kondisi
tanah, susunan tempat dan garasi. Metode ini cocok untuk diterapkan pada proyek dengan tanah
sedang/baik dengan lahan sempit dan sangat terbatas sehingga tidak mungkin untuk dilakukan secara
konvensional. Metode ini cocok untuk diterapkan pada proyek yang terletak dipusat perkotaan yang
padat. Spesifikasi tanah diperlihatkan pada Tabel 2
ANALISIS
HIGH RISE BUILDING
Pada pelaksanaan menggunakan metode semi up-down terdapat pengurangan biaya sebesar (±7%)
pada pekerjaan struktur jika dibandingkan dengan metode konvensional bottom up (open cut), dengan
waktu pelaksanaannya sekitar 365 hari kalender. Sedangkan metode konvensional bottom up (open
cut) memerlukan waktu pelaksanaan sekitar 730 hari kalender. (Sumargo, dkk. 2008)

Catatan : unntuk tanah jelek harus ada


proteksi sekeliling bangunan jadi tidak
memungkinkan untuk menghemat sekaligus
biaya dan waktu, walaupun memungkinkan
faktor resiko akan sangat tinggi
(Sumargo, dkk. 2008)
HASIL DAN DISKUSI
1. Perbaikan tanah lunak yang tebal pada Horizontal Building tidak memungkikan dilakukan dengan
metode open cut karena harus dilakukan penanganan khusus untuk menstabilkan kondisi tanahnya.
2. Perbaikan tanah lunak yang tebal pada Horizontal Building dilakukan dengan metode PVD+Vacuum
yang memberikan penghematan biaya hingga 30%
3. Perbaikan tanah lunak yang tebal pada High Rise Building dilakukan dengan metode open cut karena
tidak memerlukan perbaikan tanah lunak karena pembangunannya menggunakan metode Semi Up-
down
4. Metode konstruksi Semi Up-Down merupakan pengembangan dari metode up-down karena konsep
dasarnya berasal dari metode up-down yaitu pekerjaan struktur bawah dikerjakan bersamaan dengan
struktur di atasnya dengan modifikasi pada beberapa pekerjaan, diantaranya pekerjaan galian,
pekerjaan DPT dan pekerjaan kondisional lain. Metode semi up-down ini merupakan gabungan dari
metode Buttom Up yaitu metode penggalian memakai cara Open Cut dan metode Up-Down.
HASIL DAN DISKUSI
5. Pada pelaksanaan menggunakan metode semi up-down terdapat pengurangan biaya sebesar (±7%)
pada pekerjaan struktur jika dibandingkan dengan metode konvensional bottom up (open cut).
6. Pada pelaksanaan menggunakan metode semi up-down waktu pelaksanaannya sekitar 365 hari
kalender. Sedangkan metode konvensional bottom up (open cut) memerlukan waktu pelaksanaan
sekitar 730 hari kalender.
KESIMPULAN
1. Metode Open – Cut tidak efektif diterapkan pada Horizontal Building karena harus dilakukan
perbaikan tanah dibawahnya untuk meningkatkan kestabilan tanah.
2. Perbaikan tanah lunak yang tebal pada Horizontal Building dilakukan dengan metode PVD+Vacuum
yang memberikan penghematan biaya hingga 30%
3. Metode Open – Cut efektif diterapkan pada High Rise Building jika dikombinasikan menjadi metode
Semi Up-down.
4. Metode Semi Up-down memberikan pengurangan biaya sebesar (±7%) pada pekerjaan struktur jika
dibandingkan dengan metode konvensional bottom up (open cut).
5. Pada pelaksanaan metode semi up-down waktu pelaksanaannya sekitar 365 hari kalender. Sedangkan
metode konvensional bottom up (open cut) memerlukan waktu pelaksanaan sekitar 730 hari kalender
DAFTAR PUSTAKA
Chu, J., Yan, S.W. and Indraratna (2005), VacuumPreloading Techniques – Recent Development and
Applications, In Proceedings of ASCE GeoConggress: Geosustainability and Geohazard
Mitigations, New Orleans, ASCE, Reston,VA, USA, pp.586-595.

Hardiyatmo, H.C., Metode Vacuum Preloading Sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Pembangunan
Timbunan di Atas Tanah Lunak.

Nova, 2002, Award Nomination 6 “Up-Down Construction”, Construction Innovation Forum.

Nunally, SW., 1993, Construction Method and Management, New Jersey.

Sembiring, C., 2019. Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pondasi Spun Pile dengan
Bore Pile pada Proyek Masjid Agung. Universitas Medan Area.
DAFTAR PUSTAKA
Sumargo, dkk. 2008. Analisis Pembangunan Up-Down Menjadi Semi Up-Down Construction
Method Pada Proyek Konstruksi Gedung Pusat Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung. Vol. 8, No. 2, Juli 2008 : 176-188

Waskita Karya. 2018. Metode Pelaksanaan Pekerjaan PVD + Vacuum Proyek Pekerjaan
Pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar- Kayu Agung VGF JAPEK Ex ACSET.
MK/PT/01/Waskita-Acset/2018

Anda mungkin juga menyukai