Anda di halaman 1dari 8

Pemikiran Sekte Syi’ah: Asal Usul dan Sepak Terjangnya

Anisa Brina Wahyu N1,Dewi Hajar Agustin2,

Laura Dela Rahmawati3, Louis Fernanda Putranto4.

Progam Studi Bimbingan Konseling Islam

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

Email :anisabrina154@gmail.com1, dewihajaragustin@gmail.com2

lauradela12345678@gmail.com3, louisfernandaputranto@gmail.com4

Abstrak

Artikel ini mengkaji tentang Sekte Syi’ah menjadi problem baru di Indonesia setelah
ratusan tahun hidup bersama. Saat ini, perlakuan terhadap Syi’ah sudah mengarah pada
bentuk pelanggaran terhadap prinsip kebebasan beragama. Padahal budaya Syi’ah sudah
menjadi bagian dari tradisi keagamaan di Indonesia. Oleh karena itu permasalahan
penelitian yang perlu dijawab yaitu, bagaimana sejarah munculnya Syiah dan
perkembangan Syi’ah di Indonesia? Melalui penelitian library reseach dengan pendekatan
analisis kritis penelitian ini menemukan bahwa Syiah adalah paham keagaan yang
menyadarkan pada pendapat Sayyidina Ali (khalifah keempat) dan keturunannya yang
muncul sejak awal pemerintahan khulafaurasidin. Syi’ah berkembang menjadi puluhan
sekte-sekte karena persoalan Imamah. Sedangkan Perkembangan Syi’ah di Indonesia
melalui empat tahap, yaitu: pertama, bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia;
kedua, pasca revolusi Islam Iran; ketiga, melalui Intelektual Islam yang belajar di Iran; dan
keempat, tahap keterbukaan melalui Pendirian Organisasi Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia.

Kata kunci : Pemikiran Syiah, Asal Usul, Beragama.

Pendahuluan

Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran besar dalam
Islam. Keduanya adalah Ahlusunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa
dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain.
Syi’ah dalam sejarah pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang muncul
dikarenakan politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam Islam.
Sebagai salah satu aliran politik, bibitnya sudah ada sejak timbulnya persoalan siapa
yang berhak menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah. Dalam persoalan ini Syi’ah
berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah meninggal dunia
adalah keluarga sedarah yang dekat dengan Nabi, yaitu Ali bin Abi Thalib dan harus
dilanjutkan oleh anaknya, Hasan dan Husen, serta keturunan-keturunannya. 1
Mengenai kemunculan syiah dalam sejarah terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli. Ada yang mengatakan syiah muncul pada masa khalifah Utsman
bin Affan, ada juga yang mengatakan syiah muncul ketika peperangan siffin terjadi
yang kemudian terpecah menjadi dua kelompok salah satunya adalah yang
mendukung khalifah Ali bin Abi Thalib.
Kata syi’ah secara etimologis berarti suatu kelompok atau golongan. Dalam kitab
Tahdzib al-Lughah disebutkan, Syi’ah mempunyai makna: pembela dan pengikut seseorang,
selain itu juga bermakna setiap kaum yag berkumpul diatas suatu perkara. 2
Secara terminologis Al-Syahrastaniy secara tepat dan komprehensif mendefinisikan:
“Syi’ah adalah orang-orang yang mengikuti Ali secara khusus, dan menyatakan masalah
imamah dan kekhalifahannya ditentukan secara nash dan secara wasiat yang dibuat baik
secara terbuka maupun rahasia, dan meyakini bahwa masalah imamah itu tidak keluar dari
keturunan Ali bin Abi Thalib”.3

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin menfokuskan pembahasan


artikel ini dengan mengangkat judul "Pemikiran Sekte Syi’ah: Asal Usul dan Sepak
Terjangnya".

Pembahasan

Definisi Aliran Syi’ah

Syi’ah berasal dari bahasa Arab yaitu “Syi’ah” yang berarti pengikut juga
mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok. Dengan
demikian apabila ada ungkapan “syi’ah Ali” itu berarti “pengikut Ali”. 4

Syi’ah secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang
spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan nabi Muhammad SAW atau
orang yang disebut sebagai Ahlul-Bait.5

Syi’ah secara lingusitik adalah pengikut. Seirirng dengan bergulingnya masa secara
terminologis syi’ah hanya dikhususkan untuk orang-orang yang meyakini bahwa hanya
Rasulullah yang berhak menetukan penerus risalah islam sepeninggalannya. 6
1
Dewi, O. S. (2016). Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di Indonesia. Jurnal Studi Al-Qur'an,
12(2), 217-237.
2
Muhammad bin Ahmad al-Harw Al-Azharu, Tahdzib al-Lughah (Beirut: Dar Ihya al-Turath al-Arabi,2001), Vol. 3,
hal. 41
3
Muhammad bin Abd al-Karim al-Shahrastany, al-Milal wa al-Nihal, (Libanon: Dar al- Fikr, tt). Hal. 146
4
Tamam, J. MENGENAL MAZHAB SYIAH.
5
ibid, h 4
6
Mulyono, S. (2012). Pergolakan Teologi Syiah-Sunni: Membedah Potensi Integrasi dan Disintegrasi. Ulumuna,
16(2), 245-278.
Syi’ah secara umum adalah kekasih,penolong, pengikut dan lain sebagainya, yang
mempunyai makna membela suatu ide atau membela seseorang seperti kata hizd (partai)
dalam pengertian yang modern. Kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok umat
islam yang mencintai Ali bin Abi Tholib secara khusus dengan sangat fanatik. 7

Sejarah munculnya Dan berkembangnya Aliran Syi’ah

Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat mengenai sejarah munculnya Syi’ah.
Sebagian menganggap syi’ah lahir langsung setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu
pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin dan golongan Anshor di Balai
pertemuan Saqifah Bani Saidah. Pada saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah
kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi Ali bin Abi Thalib.

Sebagian lain menganggap syi’ah lahir pada masa akhir kekhalifahan Ustman bin
Affan atau pada awal masa akhir kekhalifahan bagi Ali bin Abi Thalib. Pendapat yang paling
popular adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan
Khalifah Ali dengan pihak pasukan pembrontak Muawiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang
lazim disebut sebagai peristiwa tahkim dan arbitrasi. Akibat kegagalan itusejumlah
pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali.
Mereka ingin disebut golongan khawarij , dan tetap setia pada khalifah Ali disebut Syia’ah
Ali atau pengikut Ali.8

Kedua kelompok itu, sama-sama merupakan musuh Bani Umayyah yang dengan
kejam memerangi mereka. Tidak diragukan lagi bahwa pertempuran karbala
danterbunuhnya al-Husain (61 H) merupakan salah satu peristiwa politik dan spiritual
terbesar dalam islam yang menyulut kobaran api permusuhan dimana jiwa para penduduk
kaum Alawiyyah sarat dengan dengki dan rasa dendam. Kejadian ini disusul oleh
pemberontakan Zaid bin Ali (121 H) terhadap Hisyam bin Abdul Al- Malik, yang diikuti oleh
pemberontakan saudara yakni, Yahya ( 125 H) tetapi Hisyam berhasil menumpas bahkan
membunuh pemberontakan bersauara ini. Kekejaman kaum Abbasiyyah terhadap kaum
Amawiyyin tidak kalah dibandingkan dengan kekejaman yang dilakukan oleh kaum
Amawiyyin, lebih-lebih karena mereka lebih dekat dan lebih mengetahui rahasia kaum
Alawiyyin.9

Banyak propaganda kaum Abbasiyyah yang dilakukan dibawah lindungan kaum


Alawiyyin. Dalam menghadapi pengajaran-pengajaran yang dihadapi terus menerus ini,
syi’ah berpendapat bahwa mereka harus membentengi diri dengan ajaran Al-Taqiyyah.
7
Kemalasari, A. R. R. SYIAH ISMA ‘ILIYAH DAN SYIAH ITSNA” ASYARIAH (PENGERTIAN, KONSEP IMAMAH DAN
AJARAN LAINNYA) SYIAH ISMA ‘ILIYAH AND SYIAH ITSNA” ASYARIAH (DEFINITION, IMAMAH'S CONCEPT, AND
OTHER VIEW).
8
ibid, h 22
9
Kemalasari, A. R. R. (2022). Syiah Isma’iliyah dan Syiah Itsna ‘Asyariah:(Pengertian, Konsep Imamah dan Ajaran
Lainnya). Jurnal Hukum Lex Generalis, 3(2), 85-101.
Untuk itu didirikanlah gerakan-gerakan rahasia kampanye-kampanye bahwa tanah diatur
dan mereka serius melakukan studu dan kajian. Mereka mengadakan kontak dengan
berbagai macam kebudayaan, mengambil apa yang perlu , memasukkan kedalam ajaran
agama yang perlu mereka masukkan. Mereka mampu menembus kelemahan Daulah
Abbasiyyah hingga mereka bisa memerintah . Mereka mendirikan negara-negara, baik
ditimur maupun barat, yang sebagai puncaknya adalah Daulah Fatimah10

Sekte-sekte Aliran Syi’ah

Dalam sejarah perkembangan Aliran Syi’ah terpecah menjadi beberapa aliran yaitu:

1. Aliran Al-Zaidiyah
Al-Zaidiyah adalah para pengikut Zaid (112-741) bin Ali bin Ali Husain yang
dikenal sebagai pemberani berilmu luas dan kuat berargumentasi. Keberanianya
itu mengantarkanya menuju kematian dakam rangka membela dakwahnya.
Setelah beliau wafat pengikutnya tetap berbuat sehingga mereka meraih
keberhasilan disebagian daerah Tabrasan, Yaman, dan Maroko sehingga
sekaramg di Yaman masih banyak sekali pengikut syi’ah zaidiyah. 11
Sekte zaidiyah yang paling bersikap tengah-tengah dan yang paling dekat
dengan Ahlu Sunnah. Mereka bisa menerima kekhalifahan Abu Bakar dan Umar,
walaupun dia memprioritaskan bahwa yang jadi khalifah adalah anak keturunan
Fatimah yakni Al-Hasan dan Al-Husain. Mereka tidak memerangi pendapat
bahwa parapemimpin mereka adalah suci juga tidak menerima pandangan
bahwa pemimpin-pemimpin itu (ada yang masih) bersembunyi mereka
mengisyaratkan bahwa pemimpin (iman-iman) mereka harus menguasai agama
dan mampu berijtihad. Mereka memperoleh imamah Al-Mahfud (kepemimpinan
dari orang yang dianggap lebih dan utama). Mereka tidak menganut paham At-
Taqiyyah. Mereka mengajak orang berjuang fisabilillah untuk menyatakan
kebenaran dan menuntut khalifah. Mereka secara khusus serius mengkaji dan
menggeluti ilmu fiqih dan hadist. Diantara mereka ada imam-imam yang ahli
berijtihad.12
2. Aliran Syi’ah Itsna Asy’ariah ( Syi’ah dua belas/ Syi’ah Imamiyah)
Syi’ah Istna Asy’ariyah atau Syi’ah Imamiyah yang bersumber sampai pada
Al-Karamma Allah Wajhah, dan berakhir kepada Muhammad Al-Mahdi dalam hal
silsilah yang berjumlah 12 orang itu berturut-turut. Mereka memberlakukan
tradisi Al-Taqiyyah dan Al-Uzlah Al- Syyiasah (isolasi politik), dan teori tentang
Al-Mahdi Al-Muntasar merupakan sebuah tradisi ini. Kendatipun demikian

10
Ibrahim Madkour,Aliran Dan Teori Filsafat Islam ( Cet. 11;Jakarta: Bumi Aksara, 2002).Hal.89-90
11
Febrianti, M. (2020). ALIRAN SYIAH DAN PEMIKIRANNYA. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan
Bimbingan Rohani, 6(1), 86-97.
12
ibid, h 87
mereka tidak lepas dari kekejaman orang-orang Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyyah tetapi mereka selalu memberikan perlawanan. Sekarang mereka
merupakan mazhab resmi negara di irak. Di Irak dan India, mereka memiliki
pendukung yang jumlahnya berjuta-juta orang.13
3. Aliran Syi’ah Al-Kaisaniyah
Syi’ah Al-Kaisaniyah pengikut Mukhtar bin Abi Ubaidillah as Tsaqafy. Mula-
mula ia pengikut khawarij, kemudian menjadi pengikut Abdullah bin Zubair di
Makkah. Setelah Abdullah Zubair terbunuh pada perang jamal, dia melarikan diri
ke Kuffah dan akhirnya dibai’at menjadi pengikut syi’ah.
Syi’ah Al-Kaisaniyah tidak mempercayai keberadaan ruh dalam tubuh Ali
tetapi mereka yakin bahwa para imam orang syi’ah adalah mas’hum, mereka
mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggal, mereka beranggapan
bahwa Allah SWT itu mengubah kehendaknya menurut perubahan ilmunya,
mereka mempercayai adanya rengkarnasi (tanah suku al- arwah), mereka
mempercayai adanya roh.14
4. Aliran Syi’ah Sab’iyah (Syiah tujuh/syi’ah istna asy’ariyah)
Syi’aj Sya’iyah adalah syi’ah pengikut Abdullah bin Saba, golongan syi’ah
syabiah ini termasuk golongan syiah yang “gullat” artinya syi’ah yang
berlebihan kerena mempercayai bahwa Nabi Muhammad akan kembali kedunia
seperti Nabi Isa. Mereka meyakini bahwa Ali belum mati, tetapi tersembunyi
dan akan lahir kedunia kembali, mereka menyatakan bahwa jibril berisalah
menurunkan wahyu yang seharusnya diturunkan kepada Ali tetapi ia
memberikan kepada Muhammad. Petir dan kilat adalah suara Ali yang sedang
marah. Ruh Tuhan turun kepada Ali serta keyakinan-keyakinan ganjil lainnya.
Sekte Syi’ah Sabiyah mengakui tujuh imam yaitu Ali, Hasan, Ali Zainal Abidin,
Muhammad Al- Bakri, Jaffar As-Shidiq dan Ismail bin Shidiq, Syi’ah Sabiyah
disebut juga Syi’ah Ismailiyyah. Syi’ah Ismaliyah beranggapan bahwa Alu hingga
Ismail bin Jaffar As-Shidiq yang lenyap dan akan keluar pada akhir zaman, Syiah
ini banyak tersebar di Pakistan,murid Aga Khan15.

Syi’ah di Indonesia
Syi’ah masuk ke Indonesia dikerenakan beberapa hal, diantaranya adalah kerena
kekaguman cendekiawan muslim akan figur Ayatullah Khomeini sebagai tokoh revolusi
Iran yang hebat, kemudian Ali Syariati sebagai pemikir ternama asal Iran, bahkan Amin
13
Kemalasari, A. R. R. SYIAH ISMA ‘ILIYAH DAN SYIAH ITSNA” ASYARIAH (PENGERTIAN, KONSEP IMAMAH DAN
AJARAN LAINNYA) SYIAH ISMA ‘ILIYAH AND SYIAH ITSNA” ASYARIAH (DEFINITION, IMAMAH'S CONCEPT, AND
OTHER VIEW).
14
Kurniawan, M. I. (2020). Analisis Kritis Gerakan Syiah Zaidiyah Dan Rafidhah. Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam,
4(2), 119-144.
15
Ibid.hal90-92
Rais menerjemahkan buku beliau dari Inggris ke Indonesia menjadi buku berjudul Tugas
Cendekiawan Muslim.
Berkembangnya paham Sy’iah di Indonesia mendapat respon dari rival Syi’ah yakni
Saudi Arabia. Dengan berbagai cara buku-buku mengenal bahaya pemahaman Syi’ah
diterbitkan untuk menstigmakan Syi’ah, hingga ketika pada Rakernas MUI tahun 1984
dikeluarkan statemen tentang bahaya Syi’ah yang ditanda tangani oleh Ibrahin Hosein. 16
Era Reformasi yang dikenal dengan era keterbukaan merupakan lahan subur bagi
kalangan Syi’ah. Pasca reformasi Syi’ah tidak lagi menggunakan taqiyyahsebagai landasan
beragamanya, bahkan pada Juli 2000, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) resmi
dibentuk. Saat itu perayaan-perayaan semisal memperingati Karbala mulai dilakukan
diruang publik.17
Hal ini melahirkan beberapa konflik yang tersebar dibeberapa lokasi didaerah Jawa
Tengah dan yang paling masyhur kita kenal adalah yang terjadi di Sampang Madura pada
Agustus 2012 beberapa tahun silam. Syi’ah memberikan pengaruh cukup besar, bahkan
menurut Said Agil Siraj tradisi barzanjidan diba’an merupakan trasidi Syi’ah, lebih jauh
Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa NU secara kultural adalah Syi’ah. 18
Sumber lain melaporkan bahwa pengaruh pemikiran dan gerakan politik Syiah di
Indonesia ditandai dengan beberapa hal: 1) Bertambahnya jumlah pengikut Syi’ah yang
terdapat di Indonesia, 2) Pengambangan kegiatan pendidikan dan pupulasi, dalam hal ini
terdapat beberapa lembaga yang berhasil didirikan melalui afiliasi mazhab Syi’ah
diantaranya adalah Yayasan Pesantren Islam ( YAPI) yang berada di Bangi (1976), al-
Hujjah (1987) di Jember, Muthahhrin (1988) di Bandung, Al-Hadi (1989) di Pekalongan, Al-
Jawad (1991) di Bandung, Al-Muntazar (1992) di Jakarta, Al-Kazim (1994) di Cirebon,
IPABI (1993) di Bogor, Rausyan Fikr (1995) di Yogyakarta, Fatimah (1997) di Jakarta, dan
Pusat Budaya Islam Al-Huda (2000) di Jakarta. Belum lagi beberapa lembaga Syi’ah lainnya
yang tersebar diberbagai kota di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya.
Tidak hanya itu, penyebaran ide melalui berbagai media tulisan mereka lakukan
dengan mendirikan beberapa penerbitan seperti Pustaka Hidayah, Mizan, Lentera, dan
YAPI ( Yayasan Penyiaran Islam) Jakarta, Pustaka Zahra dan Cahaya (Endut, 2012).
Menuurt data BIN, sekarang paling tidak terdapat 29 penerbit dan 65 yayasan Syi’ah yang
tersebar di Wonosobo, Banjarmasin, Samarinda dan berbagai daerah Indonesia lainnya. 19
3) Keterlibatan kader Syiah Iran dalam politik Praktis. Hal ini dibuktikan dengan
naiknya Jalaludin Rakhmat naik ke pentas perpolitikan di Indonesia. Selain sebagai ketua
IJABI, ia aktif terlibat menyiarkan Syi’aj Iran lewat jalut pemerintah di Indonesia ( DPR VIII-
Agama, Sosial, Pemberdayaan Perempuan Alat Kelengakapan Dewan: Badan Legislasi).
Buah dari ini adalah kepercayaan diri kaum Syi’ah saat mereka melanggar perayaan Asyura
16
Faisal, M. A. Pengaruh Kemunculan Khawarij dan Syiah Masa Awal Terhadap Periwayatan Hadis.
17
ibid, h 15
18
Fahamsyah, F. (2021). Ideologi Politik dan Doktrin Agama Syiah. Jurnal Al-Fawa'id: Jurnal Agama dan Bahasa,
11(1), 28-37.
19
ibid, h 33
diruang publik pada tahun 2010 di Bandung dan juga timbulnya simpati Internasional atas
kejadian penindasan atas kaum Syi’ah di Sampang dengan mengatakan bahwa hal tersubut
pelanggaran HAM. Selain itu salah satu faktor yang menjadikan Syi’ah berkembang di
Indonesia adalah terbukanya akses beasiswa pelajar Indonesia ke Iran. 20

Kesimpulan

Kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok umat islam yang mencintai Ali
bin Abi Tholib secara khusus dengan sangat fanatik Sejarah munculnya Dan
berkembangnya Aliran Syi’ah Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai
sejarah munculnya Syi’ah. Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan
Khalifah Ali dengan pihak pasukan pembrontak Muawiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang
lazim disebut sebagai peristiwa tahkim dan arbitrasi.

Syi’ah masuk ke Indonesia dikerenakan beberapa hal, diantaranya adalah kerena


kekaguman cendekiawan muslim akan figur Ayatullah Khomeini. Syi’ah memberikan
pengaruh cukup besar, bahkan menurut Said Agil Siraj tradisi barzanji dan diba’an
merupakan tradisi Syi’ah, lebih jauh Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa NU secara
kultural adalah Syi’ah.

Buah dari ini adalah kepercayaan diri kaum Syi’ah saat mereka melanggar perayaan
Asyura diruang publik pada tahun 2010 di Bandung dan juga timbulnya simpati
Internasional atas kejadian penindasan atas kaum Syi’ah di Sampang dengan mengatakan
bahwa hal tersubut pelanggaran HAM.

Daftar Pustaka

Dewi, O. S. (2016). Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di


Indonesia. Jurnal Studi Al-Qur'an, 12(2), 217-237.

20
Gonda Yumitro, Pengaruh Pemikiran dan Gerakan Politik Syiah Iran di Indonesia, hal. 248-255
Mulyono, S. (2012). Pergolakan Teologi Syiah-Sunni: Membedah Potensi Integrasi
dan Disintegrasi. Ulumuna, 16(2), 245-278.

Kemalasari, A. R. R. (2022). Syiah Isma’iliyah dan Syiah Itsna ‘Asyariah:(Pengertian,


Konsep Imamah dan Ajaran Lainnya). Jurnal Hukum Lex Generalis,
3(2), 85- 101.

Kemalasari, A. R. R. SYIAH ISMA ‘ILIYAH DAN SYIAH ITSNA” ASYARIAH


(PENGERTIAN, KONSEP IMAMAH DAN AJARAN LAINNYA) SYIAH
ISMA ‘ ILIYAH AND SYIAH ITSNA” ASYARIAH (DEFINITION,
IMAMAH'S CONCEPT, AND OTHER VIEW).

Febrianti, M. (2020). ALIRAN SYIAH DAN PEMIKIRANNYA. Jurnal Mimbar: Media


Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 6(1), 86-97.

Kurniawan, M. I. (2020). Analisis Kritis Gerakan Syiah Zaidiyah Dan Rafidhah.


Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 4(2), 119-144.

Faisal, M. A. Pengaruh Kemunculan Khawarij dan Syiah Masa Awal Terhadap


Periwayatan Hadis.

Fahamsyah, F. (2021). Ideologi Politik dan Doktrin Agama Syiah. Jurnal Al-Fawa'id:
Jurnal Agama dan Bahasa, 11(1), 28-37.

M. Hasim, Syiah: “Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia”. Harmoni,


(2012) 11(4), 22–33

Muhammad bin Ahmad al-Harw Al-Azharu, Tahdzib al-Lughah (Beirut: Dar Ihya al-
Turath al-Arabi,2001), Vol. 3, hal. 41

Muhammad bin Abd al-Karim al-Shahrastany, al-Milal wa al-Nihal, (Libanon: Dar al-
Fikr, tt). Hal. 146

Ibrahim Madkour,Aliran Dan Teori Filsafat Islam ( Cet. 11;Jakarta: Bumi Aksara,
2002).Hal.89-90

Anda mungkin juga menyukai