Disusun Oleh :
Nim : 201201744
Kelas : PAI 5E
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak
memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan golden
age (usia emas) yang didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka
merupakan suatu masa yang menuntut perkembangan anak perkembangan anak dikembangkan
secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui
permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif
saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di Kelomok Bermain ( KB) MENTARI. Penulis menemukan
adanya masalah yaitu rendahnya minat anak didik belajar berhitung dengan benda – benda yang ada
di lingkungan, lebih menyukai pembelajaran mewarnai, motorik halus dan bermain di luar.
Dengan memberikan motifasi kepada anak karena motifasi merupakan proses internal yang
mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak secara terus menerus. Contoh motifasi
Intrinsik adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda yang ada di sekitarnya, sehingga anak
mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.
Di Kelompok Bermain MENTARI pembelajaran berhitung dengan benda – benda,
menggunakan alat yang sederhana. Para pendidik menggunakan media yang ada di dalam
lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur, buku, jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan.
Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran berhitung ini disesuaikan dengan
karakteristik anak, perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar dan
ketersediaan saran dan prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan berhitung ini untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari –
hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika
maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam berhitung
dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Melalui Permainan Ikan Pada Anak Taman Kanak sebagai upaya meningkatkan
keaktifan siswa, yang berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
Dengan adanya faktor – faktor di atas, untuk meningkatkan minat
Anak dalam pembelajaran. Penulis melanjutkan diskusi dengan teman sejawat sehingga dapat
diperoleh rumusan masalah yaitu:
a. Apakah alat peraga yang digunakan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak?
b. Apakah guru sudah menggunakan alat peraga dengan baik sesuai dengan minat anak?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan perbaikkan pembelajaran, banyak
sekali manfaatnya bagi anak TK, guru dan sekolah.
1. Manfaat bagi anak TK:
a. Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai media atau alat peraga.
b. Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar berhitung permulaan melalui kegiatan bermain
sambil belajar.
c. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan benda-benda dengan lambing
bilangannya.
2. Manfaat bagi guru:
a. Menambah wawasan tentang rangsangan yang tepat dalam meningkatkan kemampuan
berhitung permmulaan.
b. Menambah pengetahuan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan materi berhitung.
c. Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi kemampuan siswa.
3. Manfaat bagi sekolah:
a. Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi anak yang ada hubungannya dengan
kemampuan leognitif anak usia TK.
b. Memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang membuat inovasi baru.
c. Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena mutunya sangat bagus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Berhitung
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di TK adalah sebagai berikut:
1.Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri
anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.
Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak
usia TK berada pada tahapan pre-operasional kongret dan berfikir intuitif dimana anak maupun
mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda – benda didasarkan pada interprestasi dan
pengalamannya ( persepsi sendiri).
2. Penguasaan Berhitung
Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas. Permainan berhitung di TK
seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu:
1) Penguasaan Konsep.
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa
kongkret.
2) Masa Transisi.
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dan pemahaman kongkrit itu masih ada dan
mulai di kenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai
dengan tingkat perkembangan anak yang secara individual berbeda.
3) Lambang
Merupakan visualisasi dan beberapa konsep, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan
konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk
menggambarkan konsep ruang dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
3. Konsep Berhitung
Konsep berhitung seperti apa yang harus di kenalkan pada anak? Pada anak usia pra-sekolah,
matematika hanya pengalaman dan bentuk penguasaan. Ikutilah konsep yang harus
diperkenalkan pada anak dengan memulai:
1. Korespondensi, satu – satu.
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana.
Contoh: satu buku, satu pensil, satu bola dan seterusnya.
2. Pola.
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu
memperkirakan urutan berikutnya.Setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.
3. Memilih atau klasifikasi.
Anak belajar klasisfikasi materibpengelompokan berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan lain-
lain.
4. Membilang.
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu
pemahaman anak tentang arti sebuah angka. Contoh: 1 2 3 4 5...........dst.
5. Makna Angka dan Pengenalannya.
Setiap angka memiliki makna dan benda-benda atau simbol-simbol angka dan gambar.
6. Bentuk.
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama / tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek.
7. Ukuran.
Anak perlu pengalaman akan mengukur benda meliputi berat, isi, panjang dengan cara
mengukur langsung sehingga proses menemukan.
8. Waktu dan ruang.
Dua hal ini merupakan bagian dari kehidupan sehari -hari.
Contoh:
· Waktu: 1 hari, 2 hari.
· Ruang: sempit, luas.
9. Penambahan dan pengurangan.
Dua hal ini dapat dikenalkan pada pra-sekolah dengan memanipulasi benda:
Kecerdasan matematis-logis adalan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran benar. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan
masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran ( Armstrong,1999 ).
Lobus parietal adalah pusat sensorik, dengan rasa, seseorang dapat meraskan tangan, kaki, kepala,
serta mengetahui posisi diri dalam ruang, seperti kanan – kiri, depan – belakang. Inilah yang
menjadi dasar pengertian yang sangat diperlukan dalam berhitung, penulisan bulangan, dan bentuk
geometri ( Markam, 2003 ).
Pengembangan matematika permulaan yaitu :
1. Mengklasifikasi benda.
Kita dapat meminta anak untuk mengelompokkan benda berdasarkan ciri- ciri tertentu.
2. Membuat pola.
Merangkai sesuatu benda yang disusun berulang – ulang.
3. Mengenali konsep angka ( mengenali arti angka, menghitung, konsponden satu – satu ).
4. Kegiatan mengukur.
5. Mengenal bentuk geometri.
B. Karakteristik Anak Taman Kanak-Kanak
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek –
aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria
dalam bermain ( Dworetzky, 1990 : 395 – 396 ) yaitu :
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain di motivasi dari dalam diri anak. Pengaruh positif
tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
b. Bukan dikerjakan sambil lalu. karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya,
melainkan lebih bersifat pura – pura.
c. Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada
tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.
d. Kelenturan. Bermain itu perlu yang lentur. Kelenturan di tunjukkan baik dalam
bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.
2. Fungsi bermain
Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi
perkembangan kognitif dan sosial.
Langkah - langkah sikap yang baik ketika anak bermain adalah :
a. Jangan di ganggu.
b. Memberi kesempatan yang cukup.
c. Memberi ruang yang cukup.
d. Memberi kesempatan bermain dengan kreatif.
e. Materi mudah dibentuk dengan ber ubah-ubah.
f. Tambahkan dimensi kerja.
3. Alat Permainan
a. Pengertian Alat Permainan.
Pengertian alat permainan semua alat permainan yang digunakan anak untuk
memenuhi naluri bermainnya. Peralatan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan
anak. Macam alat permainan sebagai pelengkap untuk bermain sangat beragam. Ada
yang bersifat bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya,
merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, menyusun suatu
bentuk utuhnya dan lain-lain. Sewaktu bermain dengan alat permainan anak akan
mendapatkan masukan pengetahuan untuk ia ingat.
b. Fungsi Alat Permainan.
Fungsi alat permainan adalah untuk mengenal lingkungan dan juga mengajar
anak mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan alat permainan anak akan
melakukan kegiatan yan jelas dan menyenangkan ini juga akan meningkatkan sel
otaknya dan menyuburkan proses pembelajaran.
c. Macam-macam Permainan.
Permainan dapat di bedakan sebagai berikut:
1) Permainan gerak.
2) Permainan fantasi.
3) Permainan menerima.
4) Permainan bentuk.
D. Kerangka Pikir
Dalam kegiatan bermain anak menggunakan seluruh panca indranya, penglihatan, suara,
rasa dan yang akan mempercepat kualitas hubungan anak. Karena anak usia TK belajar dalam
situasi holistic dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, maka jenis, bentuk, ukuran serta
kepentingan kegiatan pendidikan bagi anak. Ini berarti dalam memilih alat-alat bermain harus
disesuaikan dengan umur, minat serta taraf pekembangan fisik dan psikis anak didik.
Pengalaman langsung anak-anak dengan bahan-bahan yang berkaitan dengan matematika
mempunyai banyak manfaat. Dengan menggunakan manipulasi kecerdikan mendorong anak-
anak untuk berfikir dan bereaksi menghitung benda-benda dilingkungan mereka.
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia diri adalah
pengembangan kepekaan pada bilangan. Berarti lebih dari sekedar menghitung. Kepekaan
bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan
satu.
Ketika kepekaan terhadap bilangan anak – anak berkembang, mereka menjadi semakin
tertarik pada hitung – menghitung, menghitung ini menjadi landasan bagi pererjaan diri anak –
anak dengan bilangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
B. Latar Penelitian
Latar penelitian ini adalah Kelompok Bermain Mentari dengan jumlah sisa sebanyak 15
anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012.
Tempat
penelitian di Kelompok Bermain Mentari.
D. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya, peneliti menyiapkan dan
merencanakan
kegiatan yang dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan tahapan
sebagai
berikut :
SIKLUS I
Skenario Pembelajaran
1. Menggunakan alat peraga bentuk ikan dari kardus.
2. Guru mendemonstrasikan cara-cara berhitung dengan bentuk ikan dari kardus.
3. Anak disuruh menghitung bentuk ikan dari kardus.
4. Guru memberi bimbingan pada anak yang belum mampu berhitung dengan bentuk ikan
tersebut .
5. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
SIKLUS II
Skenario Pembelajaran
1. Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak mengurutkan bilangan 1-10 dengan
bentuk
ikan dari kayu yang berangka .
2. Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru dengan tertib.
3. Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan tugas secara mandiri.
4. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
5. Guru memberi penguatan pada anak yang sudah berhasil dan membantu anak yang
belum
mampu.
E. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas( PTK) dilakukan
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 38.
Kegiatan : membilang bilangan 1-10 dengan konsep benda.
1. Pada kegiatan awal berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a) Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b) Dapatkah menyebutkan bendanya?
c) Siapa yang menciptakan ?
2. Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran hari itu.
3. Guru menunjukan bentuk ikan dari kardus berangka.
4. Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-10 dengan bentuk ikan.
5. Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang satu persatu tanpa ada
terlewatkan.
6. Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami kesulitan guru mengadakan
pendekatan dan
memberi motivasi
SIKLUS II
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 33.
Kegiatan : mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda.
1. Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab kepada anak.
2. Guru memperkenalkan sejumlah bentuk ikan,dengan bermacam ukuran yang berbeda.
3. Guru memasang papan planel dan anak-anak memperhatikan.
4. Guru mengajak bilangan yang ada pada bentuk ikan dan anak–anak disuruh
menempelkan pada
papan planel dengan urut setelah itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan bilanganya.
5. Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal dan individu.
6. Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak sudah jelas dengan kegiatan ini ?
7. Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang mampu dan kurang jelas dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.
8. Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.
F. Observasi Dan Evaluasi
Pada tahap ini, pengamat dengan bantuan teman sejawat mengamati semua proses
kegiatan
pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi. Hal-hal yang perlu diamati adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan sarana.
2. Pengusaan materi.
3. Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga.
4. Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan.
5. Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan diskusi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi sehingga
diperoleh hasil dari pengamatan tersebut berupa data yang nantinya akan dianalisis
sehingga
peneliti dapat melakukan tindakan perbaikan di siklus berikutnya.
G. Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat telah mengadakan pengamatan,
mengadakan diskusi mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan. Jika ada
kegagalan
harus ada penjelasan secara konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat
bermanfaat
untuk melaksanakan tindakan berikutnya apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja
kolaborasi dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk menyusun tindakan berikutnya dalam
siklus
II,dst.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan
atau pemberian tugas.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan
langsung terhadap sikap perilaku guru dan anak.
2. Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara perseorangan atau secara kelompok.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari nontes berupa hasil wawancara yang berupa hasi berbicara
peserta didik. Data kualitatif berupa informasi yang berisi kalimat yang memberikan
gambaran
tentang tingkat pemahaman peserta didik mengenai ketrampilan berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan .Jakarta : Rineka Cipta
Anggani, Sudono, MA.1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK.Jakarta :
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik.
Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak usia Dini .Cetakan 1.Di
cetak dan dijilid di
Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Catharina Tri Ani. 2004 Psikologi Belajar.Semarang : UPT UNES Press
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :
Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak- kanak.
Jakarta. PPS
Universitas Negeri.Jakarta :
Moeslichatoen, R. 1999.Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak.Jakarta :Rineka
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-
Kanak.Jakarta:Departement
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Diroktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Nama : Nur Nayla
Nim : 201201744
Mk : PTK
Kelas : PAI 5E
Jawab: Penelitian Tindakan Kelas (PTK Guru) adalah penelitian yang dilakukan di dalam
kelas dengan menggunakan suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Penelitian Tindakan
Kelas ini juga dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri, dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara
melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata, serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut. PTK adalah salah satu publikasi ilmiah dalam konteks
pengembangan profesi guru secara berkelanjutan yang ditujukan untuk perbaikan dan
peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran atau mutu pendidikan pada umumnya.
PTK ini cocok dilakukan oleh guru karena prosesnya praktis.
Jawab:
- Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru
demi tercapainya tujuan pembelajaran.
- Memperbaiki dan meningkatkan kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
- Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar
pembelajaran bermutu.
- Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah
pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
- Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran
(misalnya: pendekatan, metode, strategi dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi
peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
- Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
- Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar
pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu
pada kesan umum atau asumsi.
Jawab:
a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan sasaran akhir adalah
perbaikan hasil belajar peserta didik.
b. Sebagai model bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya melalui tindakan
guru yang inovatif dan kreatif dalam upaya mengatasi permasalahan belajar di kelas.
c. Meningkatkan profesonalisme guru, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
d. Guru memperoleh kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
e. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah karena selalu terjadi perbaikan
penyelenggaran pembelajaran di kelas.
Jawab:
Memandang kolaborator bukan sebagai hakim, polisi atau pengawas, tetapi sebagai
pendamping guru(team –teaching).
Latar penelitian ini adalah Kelompok Bermain Mentari dengan jumlah sisa sebanyak 15 anak, terdiri dari 7
anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
B. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya, peneliti menyiapkan dan merencanakan
kegiatan yang dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan tahapan sebagai
berikut :
SIKLUS I
Skenario Pembelajaran
1. Menggunakan alat peraga bentuk ikan dari kardus.
2. Guru mendemonstrasikan cara-cara berhitung dengan bentuk ikan dari kardus.
3. Anak disuruh menghitung bentuk ikan dari kardus.
4. Guru memberi bimbingan pada anak yang belum mampu berhitung dengan bentuk ikan tersebut .
5. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
SIKLUS II
Skenario Pembelajaran
1. Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak mengurutkan bilangan 1-10 dengan bentuk
ikan dari kayu yang berangka .
2. Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru dengan tertib.
3. Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan tugas secara mandiri.
4. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan tersebut.
5. Guru memberi penguatan pada anak yang sudah berhasil dan membantu anak yang belum
mampu.
C. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas( PTK) dilakukan
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 38.
Kegiatan : membilang bilangan 1-10 dengan konsep benda.
1. Pada kegiatan awal berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a) Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b) Dapatkah menyebutkan bendanya?
c) Siapa yang menciptakan ?
2. Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran hari itu.
3. Guru menunjukan bentuk ikan dari kardus berangka.
4. Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-10 dengan bentuk ikan.
5. Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang satu persatu tanpa ada terlewatkan.
6. Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami kesulitan guru mengadakan pendekatan dan
memberi motivasi
SIKLUS II
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 33.
Kegiatan : mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda.
1. Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab kepada anak.
2. Guru memperkenalkan sejumlah bentuk ikan,dengan bermacam ukuran yang berbeda.
3. Guru memasang papan planel dan anak-anak memperhatikan.
4. Guru mengajak bilangan yang ada pada bentuk ikan dan anak–anak disuruh menempelkan pada
papan planel dengan urut setelah itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan bilanganya.
5. Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal dan individu.
6. Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak sudah jelas dengan kegiatan ini ?
7. Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang mampu dan kurang jelas dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.
8. Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.
E. Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat telah mengadakan pengamatan,
mengadakan diskusi mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan. Jika ada kegagalan
harus ada penjelasan secara konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat bermanfaat
untuk melaksanakan tindakan berikutnya apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja
kolaborasi dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk menyusun tindakan berikutnya dalam siklus
II,dst.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan
langsung terhadap sikap perilaku guru dan anak.
2. Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara perseorangan atau secara kelompok.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan .Jakarta : Rineka Cipta
Anggani, Sudono, MA.1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK.Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak usia Dini .Cetakan 1.Di cetak dan dijilid di
Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Catharina Tri Ani. 2004 Psikologi Belajar.Semarang : UPT UNES Press
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :
Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak- kanak. Jakarta. PPS
Universitas Negeri.Jakarta :
Moeslichatoen, R. 1999.Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak.Jakarta :Rineka
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak.Jakarta:Departement
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta : Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan
Sekolah Dasar.
Siti Aisyah, DKK.2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta :
Universitas Terbuka
Sugiono. 2005. Jakarta : Metode Penelitian Pendidikan . jilid 1.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Pengembangan KecerdasanMajemuk.Jakarta : Universitas
Terbuka Udin S. Winataputra, dkk. 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Universitas
Terbuka
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2008 Metode Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.