Anda di halaman 1dari 39

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI

KRUENG TUJOH KECAMATAN MEUREUBO


ACEH BARAT

SKRIPSI

MUHAMMAD NASIR
08C10432016

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI
KRUENG TUJOH KECAMATAN MEUREUBO
ACEH BARAT

SKRIPSI

MUHAMMAD NASIR
08C10432016

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Aceh Barat kaya akan keanekaragaman jenis ikan. Hasil

tangkapan ikan air tawar khususnya cukup tinggi di Aceh Barat.Populasi ikan air

tawar di parairannya sangat beragam, namun jenis ikan yang terdapat di sungai-

sungai yang ada di Aceh Barat, kecamatan Meureubo khususnya belum

terperinci. Berdasarkan laporan Refrest PEH TN-Meru Betiri tahun 2012

menyatakan bahwa terdapat 41 jenis famili ikan air tawar yang ditemukan di

Aceh umumnya.

Krueng Tujoh merupakan sungai yang memiliki keanekaragaman ikan air

tawar yang tinggi. Krueng Tujoh memiliki sumber air yang sama namun seiring

berjalannya waktu kemudian membentuk tujuh anak aliran sungai. Terbentuknya

masing-masing sungai telah lama terjadi artinya telah permanen pemisahan

tersebut.Sejauh ini belum diketahui secara pasti bagaimana keanekaragaman, dan

kelimpahan ikan di Krueng Tujoh. Berdasarkan hasil interviu dengan warga

menyebutkan bahwa keanekargaman jenis ikan air tawar cukup tinggi di sungai

ini.Sehubungan dengan hal tersebut maka penting untuk dilakukan penelitian

tentang keanekaragaman jenis ikan air tawar di Krueng Tujoh.

Ikan sangat beragam jenisnya baik yang hidup di air tawar maupun air laut

(Jasin, 1992).Di Indonesia terdapat lebih 4000 jenis ikan air laut, payau, dan air

tawar.Dari sejumlah itu baru kira-kira 20 jenis yang telah dibudidayakan,

sedangkan sisanya masih masuk ke dalam golongan ikan yang belum

diidentifikasi (Soesono, 1994). Populasi ikan air tawar di perairannya sangat

beragam, namun total jenis ikan yang tercatat baru mencapai 70 jenis. Komposisi
2

jenis ikan bervariasi, tergantung dari jenis tumbuhan penutup air (Anonim, 2000).

Ikan sangat banyak manfaatnya, diantarana Sebagai salah satu sumber protein

hewani ikan merupakan salah satu sumber protein yang relatif murah, cepat

pengadaan dan mempunyai nilai gizi yang tinggi (Anonim, 1986).

Keanekragaman ikan ditentukan oleh karakteristik habitat

perairan.Karakteristik habitat di sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran

sungai. Kecepatan aliran tersebut ditentukan oleh perbedaan kemiringan sungai,

keberadaan hutan atau tumbuhan di sepanjang daerah aliran sungai yang akan

berasosiasi dengan keberadaan hewan-hewan penghuninya (Ross, 1997; Hallet et

al., 2012).Beberapa studi keanekaragaman jenis ikan telah dilakukan di beberapa

daerah seperti di danau Teluk Jambi oleh Sukmono et al. (2010), di Sungai

Cimanuk oleh Yuanda et al. (2012), Firda (2013) di waduk Cirata Jawa Barat dan

masih bayak lagi. Namun identifikasi jenis ikan belum dilakukan di Krueng

Tujoh kecamatan Meureubo, Aceh Barat.Dan secara umum penelitian yang

terpublikasi masih dianggap sangat kurang di daerah Aceh khususnya.Dari latar

belakang tersebut maka penting dilakukan penelitian mengenai indentifikasi ikan

air tawar di KruengTujoh, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Perairan Krueng Tujoh merupakan sungai-sungai yang memiliki alur

sungai yang berbeda dari sumber aliran air yang sama, dari perjalanannya

memisah atau terpisah. Perubahan yang demikian dimungkinkan berdampak pada

jenis ikan pada masing-masing aliran sungai yang terbentuk, terhadap

keanekaragaman dan kelimpahan ikan yang hidup di dalamnya.


3

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui

keanekaragaman jenis ikan di Krueng Tujoh, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ilmiah bagi

instansi terkait, serta bagi masyarakat sekitar sebagai upaya konservasi jika

terdapat ikan-ikan endemik.


4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Krueng Tujoh

Berdasarkan survey awal dilokasi penelitian dan hasil interview dengan

salah satu warga setempat yang juga berprofesi sebagai nelayan dapat diketahui

bahwa, Krueng Tujoh terdapat di Kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Sebutan

Krueng Tujoh merupakan bahasa daerah yang artinya tujuh aliran.Hasil observasi

di lapangan bahwa asal muasal Krueng Tujoh berasal dari satu mata air yang

sama, kemudian terpecah atau membentuk 4 aliran anak sungai. Masing-masing

aaliran memiliki nama sungai, menurut salah seorang warga yang diinterview,

mengatakan bahwa nama-nama sungai tersebut adalah:

1. Krueng Buloh
2. Krueng Pucuk La’ot
3. Krueng Reudeuk
4. Krueng Paya Baro
Berdasarkan hasil interview dengan warga juga mengatakan bahwa, dari

ke empat sungai tersebut hanya tiga sungai yang sering diambil ikannya oleh

nelayan dan memiliki jenis ikan yang tinggi, serta jumlah yang banyak. Tiga

sungai tersebut adalah Krueng Buloh,Krueng Pucuk La’ot dan Krueng Reudeuk.

Alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan adalah jaring, jala dan alat

tangkap lain seperti pancing, bubu, tangguk dan lain sebagainya. Hasil tangkapan

biasanya dijual dipasar rakyat di kota Meulaboh. Dari hasil survey juga diketahui

bahwa masyarakat sekitar berprofesi sebagai nelayan.Perairan sungai Krueng

Tujoh, secara umum memiliki lebar sungai ± 6 m, dengan kedalaman ± 1,5-2 m.

(Anonim, 2001).
5

2.2. Keanekaragaman Ikan Air Tawar

Keanekaragaman ikan air tawar di Indonesia sangat tinggi yaitu sekitar

1300 jenis ikan.secara umum kekayaan jenis ikan di perairan Aceh tergolong

tinggi (112 spesies), bila dibandingkan dengan beberapa kawasan di Indonesia, di

Muara Enim Sumatera Selatan Jambi hanya tercatat 44 spesies ikan, 56 spesies di

Utara Selangor Malaysia, dan lebih rendah lagi dibandingkan dengan lembah

Sungai Yangtze Cina yaitu 361 spesies. Wilayah Aceh bagian barat tercatat

ditemukan 51 spesies (Muchlisin et all, 2003). Keanekaragaman ikan di Indonesia

saat ini menghadapi ancaman dari berbagai aktivitas manusia. Berbagai faktor

penyebab menurunnya keanekaragaman ikan air tawar dapat diklasifikasikan

menjadi 6 kategori utama yaitu, perubahan atau lenyapnya habitat, eksploitasi

yang berlebihan, introduksi ikan asing, pencemaran, persaingan penggunaan air

dan pemanasan global (Dudgeon 2000).

Berbagai jenis ikan cenderung untuk mencari habitat alami yang cocok

dan tidak jauh berbeda dengan habitat aslinya dan bila tidak ditemukan, ikan akan

berusaha untuk beradaptasi. Bila lingkungan atau kualitas air terus menerus

memberikan tekanan, maka kelimpahan dan penyebaran ikan akan mengalami

perubahan (Dudgeon 2000).

2.3. Parameter Kualitas Air

Beberapa parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap keragaman

jenis ikan di suatu perairan, diantaranya yaitu:


6

1. Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan yang utama pada perairan

karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran

berbagai jenis ikan (Michael 1994).Suhu juga merupakan salah satu faktor

fisika yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan tubuh ikan.

Penyebaran suhu di perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan

dan angin. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan

biologi perairan. Menurut Sastrawijaya (1991), suhu mempunyai pengaruh

yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, apabila suhu naik maka

kelarutan oksigen didalam air menurun. Peningkatan suhu akan

mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme organisme akuatik,

sehingga kebutuhan akan oksigen bagi organisme ikan juga akan meningkat.

Kenaikan suhu yang relatif tinggi ditandai dengan munculnya ikan ke

permukaan air untuk mencari oksigen (Wetzel1975).Suhu 25 hingga 32 0C

merupakan suhu ideal bagi sebagian besar ikan (Pescod 1973).

2. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan, karena

kadar oksigen di perairan sangat terbatas dibandingkan di udara. Oksigen

dibutuhkan dalam proses katabolisme dalam rangka menghasilkan energi

untuk berbagai kebutuhan hidup. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari

atmosfer dan proses fotosintesis. Oksigen dari udara diserap dengan difusi

langsung di permukaan air oleh angin dan arus (Michael 1994).

Ikan merupakan mahkluk air yang membutuhkan kadar oksigen

tertinggi. Kadar oksigen terlarut di perairan optimal bagi ikan adalah diatas 5
7

mg/l, sedangkan biota beriklim sedang memerlukan oksigen terlarut

mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan

menyebabkan kematian bagi ikan (Pescod 1973).

3. pH (Power of Hidrogen)
Nilai pH menggambarkan kondisi asam atau basa suatu lingkungan.Air

dikatakan basa apabila pH besar dari 7 dan dikatakan asam apabila pH

kurang dari 7.Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi

karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari fitoplankton

dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang

menghasilkan O2 dalam air. Pada suasana fotosintesis ini, menyebabkan pH

air meningkat. Malam hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O 2

dalam proses respirasi yang menghasilkan CO 2, suasana ini menyebabkan pH

air menurun. pH yang ideal bagi ikan antara 6,8 hingga 8,5. Perairan dengan

pH kecil dari 6 merupakan pH kurang ideal bagi organisme makanan ikan

seperti plankton. Nilai pH di bawah 4 akan dapat mematikan ikan (Pescod

2001).
8

IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei2014 di Krueng Tujoeh

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.Pengambilan sampel ikan dilakukan

sebanyak 3 kali dalam 1 minggu, selama 3 minggu berturut-turut.Sampel ikan

diperoleh dari nelayan yang ada di lokasi penelitian.

Lokasi pengamatan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan seperti;

bedanya aliran anak sungai serta melihat kepada habitat dihulu dan hilir

sungai.Berdasarkan pertimbangan tersebut ditetapkan 4 lokasi pengamatan

berdasarkan aliran sungai. Selanjutnya disebut sebagai lokasi 1 hingga 4, lokasi

tersebut masing-masing adalah:

1. Lokasi Pertama :Krueng Buloh

2. Lokasi Kedua : Krueng Pucuk Lao’t

3. Lokasi Ketiga : Krueng Reudeuk

4. Lokasi Keempat : Krueng Paya baro

Sketsa lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


9

Ranub Dong

Gambar 2. Skema lokasi penelitian di Krueng Tujoh

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang dirincikan

dalam Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

No Jenis Kegunaan

Alat

1 Kamera Pengambilan gambar ikan

2 Nampan / baskom Media meletakkan ikan

3 Jala (mata jarring, 1,5 inci atau 2 inci) Sebagai alat tangkap ikan

4 Alat Tulis Mencatat hasil penelitian

5 Buku identifikasi Untuk identifikasi ikan

6 Bubu Untuk alat perangkap ikan

7 Pancing Untuk alat tangkap ikan

8 Jaring Untuk alat perangkap ikan


1

Bahan

1 Ikan Objek penelitian

2 Es Batu Menjaga kesegaran ikan

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Tahapan Proses Penelitian

a. Pengkoleksian Sampel Ikan

Sampel ikan diperoleh dari tangkapan nelayan sekitar.Pengambilan

sampel ikan diambil di 4 lokasi.Masing-masing dilakukan 3kali dalam

seminggu selama 3 minggu berturut-turut.Dalam sekali pengamatan

dilakukan 3 kali pelemparan jala.Artinya 3 kali pengambilan dikali 3 kali

pelemparan, penelitian dilakukan sebanyak 9 kali pengambilan.Dengan

selang waktu 2 hari antar pengambilan. Alat tangkap yang digunakan

nelayan berupa jala atau jaring ikanyag biasa digunakan untuk menangkap

ikan.

b. Penanganan Sampel Ikan

Ikan yang tertangkap oleh nelayan kemudian diambil tiga ekor dari

masing-masing.Tiga tiga ekor ikan dari masing jenis ikan ini digunakan

sebagai sampel.Sedangkan untuk jenis ikan yang tertangkap dengan jumlah

kurang dari tiga ekor, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil

semua individu ikan yang ada.Kemudian diberi label dengan catatan nama

daerah, lokasi, dan waktu penangkapan.Selanjutnya sampel ikan dimasukkan

ke dalam cool box yang telah diisi es. Kemudian dibawa ke laboratorium

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Teuku Umar, selanjutnya


1

dilakukan identifikasi.Ikan diidentifikasi dengan mengunakan buku petunjuk

Saanin (1986) dan Kottelat et al. (1993).

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dari penelitian ini adalah jenis-jenis ikan yang ditemukan di

setiap sungai, maka data pengamatan langsung wawancara dengan

mengunakan kuesioner kepada responden secara individu yang berkaitan

dengan jenis ikan yang tertangkap di Krueng Tujuh.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini adalah hasil interview dari nelayan yang

sering melakukan penangkapan ikan di sungai-sungai tersebut.Data hasil

penelitian yang terdahulu.

3.5. Analisa Data

3.5.1 Penghitungan Keanekaragaman Ikan

Data ikan sampel yang diperoeh diolah dengan menghitung indeks

keanekaragaman, dan indeks dominansi berdasarkan Magurran (1988).

a. Indeks Keanekaragaman Shanon Wienner


𝑛

𝐻' = ∑ 𝑝i ln 𝑝i
i=1

Keterangan :

H’ : Indeks Keanekaragaman
pi : Proporsi spesies ke-I
ln : logaritma natural
1

pi : ni/ N (perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan total


individu).
Dengan kriteria:

0 < H’ < 2,3 : Keanekaragaman rendah

2,3< H’ < 6,9 : Keanekaragaman sedang

H’> 6,9 : Keanekaragaman tinggi

b. Indeks dominansi simpson


𝑠

𝐷 = ∑ 𝑁i2
𝑡=1

Keterangan

D : Indeks dominansi
Simpson S : Jumlah jenis
(spesies)
Ni : Jumlah total individu jenis i
N : Jumlah seluruh individu dalam total
n Pi=ni/N : Sebagai proporsi jenis ke-i
Kriteria yang digunakan:

Mendekati 0 : Indeks rendah atau dominansi oleh satu spesies ikan.

Mendekati 1 : Indeks besar atau dominansi oleh beberapa spesies

ikan.

3.5.2 Alur Penelitian


Survei Kelapangan

Waktu Penelitian

Persiapan alat Tangkap


Keseragaman
Ikan yang sudah di tangkap dibawa ke Lab FPIK
Lihat Hasil Penelitian
1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Letak Umum Lokasi Penlitian

Gampong Ujung Tanoh Darat merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Meurebo, Data Penduduk Gampong Ujung tanoh Data Sampai

dengan saat ini Tgl 13 April 2014 Mencapai 3199 Jiwa, Kabupaten Aceh Barat

jarak antara ibu kota kecamatan dengan desa ±6 KM2 dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Krueng Tujoh dengan Gampong Pulau

Tengeh

 Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha

 Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Radup Dong

 Sebelah Timur dengan Gampong Peunaga Cut Ujong

Aceh Barat merupakan sektor nelayan dan perdagangan untuk

kelansungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat

strategis di jalur dagang kawasan Barat Aceh. Khususnya kota Meulaboh yang

sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai Barat Aceh.

Banyak sekali potensi yang dapat digali dikawasan ini, seperti pariwisata,

karena posisinya yang merupakan panduan antara pantai dan bukit barisan yang

hijau. Selain itu, Aceh Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri,

nelayan dan peternakan terpadu serta sektor lain yang berkembang.


1

4.1.2 Keseragaman Tangkapan di Krueng Tujoh

Adapun keragaman hasil tangkapan selama penelitian di Krueng Tujoh

pada Tanggal 19 April 2014 Sampai 18 Mei 2014, maka dari stasiun satu, stasiun

dua, stasiun tiga dan stasiun empat yang berada di Desa Ujong Tanoh Darat

Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.Keanekaragaman jenis hasil tangkapan pada bulan April-Mei 2014


di Krueng Tujoh.
No Nama Nama Nama N Panjang
Aceh Indonesia Latin (Ekor) Ikan
1 Engket Lele Lokal Clarias 123 16,5- 27cm
Limbek batrachus
2 Engket Bace Ikan Gabus Channa striata 113 26,5-25 cm
3 Engket Ikan Jelawat Leptobarbus 110 13,4- 20 cm
serukan hoevani.
4 Engket Ikan Bujuk Channa lucius 91 21,4-29 cm
Bujuk
5 Engket Nila Ikan Nila Oreochromis 79 14,4-20 cm
niloticus
6 Engket Ikan Baung Hemibagrus 91 14,5-19 cm
Suwi’k nemurus
7 Engket Ikan Bulan Megalops 53 28,3-35 cm
Bulan cyprinoides
8 Engket ileh Ikan Belut Monopterus 7 30,7-45 cm
albus
9 Engket Groe Ikan Tawes Puntius 42 14,2-21 cm
javanicus
10 Engket Ikan Sepat Trichogaster 79 20,6-25 cm
Sepat Siam Siam pectoralis
11 Engket Ikan Lele Clarias 35 30,3-35 cm
Jumbo Dumbo gariepinus
12 Engket Kire Ikan Sidat Angguilla sp 28 40,2-45 cm
1

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Keanekaragaman Ikan Berdasarkan Hasil Tangkapan

a. Ikan lele Lokal

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostario physoidei

Sub ordo : Siluroidea

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp.

Gambar 3. Ikan lele lokal

Ikan ini memiliki tulang belakang bernafas dengan menggunakan

insang.Ikan yang didalam rongga perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai

alat perlengkapan keseimbangan yang di sebut dengan tulang weber.ikan yang

bentuk tubuhnya memanjang, tidak bersisik, dan berkulit licin. Kelompok ikan

yang mempunyai ciri khas seperti bentuk kepala pipih, dengan lempeng tulang
1

keras sebagai batok kepala bersungut empat pasang, sirip dada berpatil serta

mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga

insang, yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.

(Rukmana, 2003)

b. Ikan Nila

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub Kelas :

Acanthoptherigii Ordo :

Perchomophi Sub Ordo :

Percoidea

Famili : Cihclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochrosmis niloticus

Gambar 4. Ikan Nila


1

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang

berbedah dengan kelompok tilapia.Secarah umum, bentuk tubuh ikan nila panjang

dan ramping, dengan sisik berukuran besar.Matanya besar, menonjol, dan bagian

tepinya berwarna putih. Gurat sisi ( linea lateralis ) terputus di bagian tengah

badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis

yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34

buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah

tetapi keras dan tajam seperti duri.Sirip pungungnya berwarna hitam dan sirip

dadanya juga tampak hitam.Bagian pinggir punggung berwarna Abu-abu atau

hitam. (Amri, Khairul, 2003)

Menurut (Murtidjo, A, B, 2001).Morfologi Ikan nila adalah memiliki

bentuk tubuh agak memanjang dan pipi ke samping, warna putih Kehitam-

hitaman, dan makin kebagian perut makin terang. Pada bagian perut terdapat

sepuluh buah garis vertical berwarna hijau Kebiru-biruan, sedangkan pada sirip

ekor terdapat delapan buah garis melintang yang ujungnya berwarna Kemerah-

merahan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna

hijau Kebiru- biruan.Mulut terminal, linea lateralis terputus menjadi dua bagian,

dan bentuk sirip stenoit.

Bentuk badan ikan nila (Tilapia nilatica) ialah pipih kesamping

memanjang.Mempunyai garis vertical pada badan sebanyak 9–11 buah,

sedangkan Garis-gari pada sirip berwarna merah berjumlah 6–12 buah.Pada sirip

punggung terdapat juga Garis-garis miring.Mata kelihatan menonjol dan relatif

besar dengan bagian tepi mata berwarna putih.Badan relative lebih tebal dan

kekar dibandingkan
1

ikan mujair.Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan

dengan garis yang terletak lebih bawah.(Susanto, heru, 2007).

c. Ikan Sidat

Klasifikasi

Phylum : Vertebrata

Sub phylum : Craniata

Series : Pisces

Class : Teleostei

Sub class : Actynopterigii

Order : Anguilliformes

Sub order : Anguilloldei

Famili :Anguillidae

Genus : Angguilla

Spesies : Angguilla sp

Gambar 5. Ikan Sidat

Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh

spesies ikan sidat yaitu : Anguilla sp dan Anguilla borneensis, yang merupakan

jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla

interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara Pulau
1

Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara

(Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra

Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan

Anguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran

sangat luas di seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).

Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa

akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan

ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai

dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah yang memasuki sungai-sungai di Eropa

mengalami penurunan hingga tinggal 1% dari jumlah semula (Dekker dalam

Dannewitz, 2003). Menurunnya jumlah yang memasuki suatu wilayah perairan

menunjukkan kemungkinan adanya penurunan kualitas lingkungan yang

mengancam populasi sidat.Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili

Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies. Wilayah penyebarannya meliputi

perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat merupakan ikan nokturnal,

sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada

bulan gelap. Bleeker dalam Liviawaty dan Afrianto (1998).

Sidat mempunyai bentuk badan yang memanjang seperti ular,tidak

bersirip perut dan punggung tidak berduri.sisik pada sidat berbentuk kecil

membujur,berkumpul yang kecil dan masing-masing terletak miring pada sudut

siku terhadap kumpulan disampingnya.sirip dada sempurna,mata tertutup oleh

kulit,lubang hidung terletak dimuka mata,mulut agak miring dan sampai melewati

mata(Saanin,1968).Ikan sidat terdiri dari berbagai jenis yang berbeda-beda,jenis

ikan sidat yang terdapat di Indonesia di antara nya adalah A.bicolor dengan warna
2

kulit bagian punggung coklat polos.sirip punggung,sirip ekor dan sirip dubur

menyatu serta memiliki sirip dada.permukaan sirip punggung terletak di atas

dubur. A.nebulosa dengan warna kulit pada bagiang punggung coklat seperti

marmer.sirip punggung sirip ekor dan sirip dubur menyatu serta memiliki sirip

dada.Permukaan sirip punggung terletak di depan dubur.Jarak garis imajiner

antara permulaan sirip punggung dengar dubur berkisar antara 6-13% dari

panjang total tubuh.Kedua spesies tersebut terdapat di perairan Laguna Segara

Anakan,Cilacap,Jawa Tengah menurut penelitian Affandi et al.,(1995).

d. Ikan Lele Dumbo

Klasifikasi

Filum : Chordota

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleoostei

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 6. Ikan Lele Dumbo


2

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), lele dumbo memiliki patil

yang tidak tajam dan geriginya tumpul. Sungut lele dumbo relaif lebih panjang

dan tampak lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit badannya terdapat bercak-bercak

kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna

gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Lele dumbo memiliki sifat tenang

dan tidak mudh berontak saat disentuh atau dipegang. Penampilannya kalem dan

tidak banyak bergerak. Lele dumbo suka meloncat bila merasa tidak aman.

Bentuk lele dumbo adalah memanjang dengan bagian depan membulat dan

bagian tengah sampai bagian belakang pipih. Kepalanya pipih dan memiliki

empat pasang sungut yang memanjang, serta alat pernapasan tambahan

(Rukmana, 2003).

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), anatomi lele dumbo mirip

dengan lele lokal atau jenis-jenis ikan lele lainnya. Sequa jenis ikan lele

berkembangbiak secara ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh.Ikan lele

memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki

lambung yang relatif besar dan panjang, tetapi ususnya relatif lebih pendek

daripada badannya. Hati dan gelembung ikan lele berjumlah 2 (dua) dan masing-

masing sepasang. Alat pernapasannya berupa insang dan insang tambahan berupa

arborescent organ yang memungkinkan ikan ini map mengambil oksigen segar di

atas permukan air.

e. Ikan Gabus
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
2

Ordo : Perciformes

Famili : Channidae

Genus : Channa

Spesies : Channa

Striata

Gambar 7. Ikan gabus

Ikan gabus termasuk ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga

mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular sehingga

dinamai (snakehead), dengan sisik besar diatas kepala. Tubuh bulat

memanjang.Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.

Sirip punggung lebih panjang dari sirih debur, sirip yang pertama disokong oleh

38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari

sirip dada dan lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak.

Gurat sisi nya ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.

Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap hitam

kecoklatan atau kehijauan.Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi

samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur.


2

f. Ikan Baung

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordota

Subfylum : Vetebrata

Ordo : Siluriformes

Famili : Bagridae

Genus : Hemibagrus

Spesies : Hemibagrus Nemurus

Gambar 8. Ikan Baung

Selain digolongkan melalui klasifikasi, setiap mahluk bisa dibedakan dari

tanda-tanda bagian tubuhnya, atau lebih dikenal dengan istilah morfologi. Baung

mempunyai bentuk badan memanjang, dengan perbandingan antara panjang badan

dan tinggi badan 4 : 1. Baung juga berbadan bulat dengan perbandinga tinggi

badan dan lebar badan 1 : 1. Keadaan itu bisa dibilang badan baung itu

bulat.Punggungnya tinggi pada awal, kemudian merendah sampai di bagian ekor.

Baung bersirip lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip

dubur dan sirip ekor. Sirip punggung bulat, pendek dan besar.Sirip dada besar

berada di belakang tutup insang.Sirip perut juga bisa dibilang besar berada di
2

bawah sirip dada.Sirip ekor berada dibelakang tubuh dengan bentuk cagak.Sirip

dubur pendek, tapi besar. Selain kelima siri, baung juga memiliki adipose fin (di

belakang sirip punggung).

Badan baung muda pada umumnya berwarna coklat muda kemudaan dan

bagian perut berwarna putih atau kekuningan. Warna tersebut akan berubah

menjelang dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan pada

bagian perut berwarna kuning tua. Baung merupakan ikan tidak bersisik.

Menurut Juhanda (1981), baung mempunyai empat pasang sungut peraba.

Sungut peraba terletak disudut rahang atas.Sepasang dari sungut peraba sangat

panjang sekali dan mencapai sirip dubur.Sisrip punggung mempunyai dua buah

jari-jari keras, satu diantaranya keras dan meruncing menjadi patil.Kepala besar

dengan warna tubuh abu-abu kehitaman, dengan punggung lebih gelap, tapi perut

lebih cerah. Badan ikan baung tidak bersisik, berwarna coklat kehijauan dengan

pita tipis memanjang jelas dari tutup insang hingga pangkal ekor, panjang

totalnya lima kali tingginya, sekitar 3 – 3,5 panjang kepala, serta mempunyai

panjang maksimal 350 mm (Dajadireja et al., 1977).

g. Ikan sepat siam

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Osphronemidae

Genus : Trichogaster

Spesies : Trichogaster pectoralis


2

Gambar 9. Ikan Sepat Siam

Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota

suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama

sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama

Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di

sisi tubuhnya. Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm;

namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing.

Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap.

Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang

menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi

oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-

jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38.

Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak

kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang

nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman,

yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai

dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.

Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm; namun

umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing. Sirip-

sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap.

Sepasang
2

jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai

cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh

sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari

keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38. Ikan

yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada

hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang nampak agak

terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya

terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang

mata hingga ke pangkal ekor.Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-

rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak

ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-

kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Seperti umumnya sepat,

ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang;

terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir

dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.

Makanan sepat siam didapat dari tumbuh-tumbuhan air dan lumut.

h. Ikan Jelawat

Class : Pisces

Sub class : Tolestei

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Sub Family : Cyprininae

Genus : Leptobarbus
2

Spesies : Leptobarbus hoevani.

Gambar 10. Ikan Jelawat

Ikan jelawat mempunyai sisik yang besar- besar ini mempunyai bentuk

badan yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat.

Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan. Mulutnya lebarnya

terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan

seperti bibir- bibir ikan karper. Ikan jelawat mempunyai empat kumis.

Menurut Asmawi (2007), Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segalanya

(omnivore). Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian

punggungnya, dan putih keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip-

siripnya dan ekornya berwarna merah.Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini

memang lebih menarik, karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya

yang berseri-seri.Di waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang

memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu

hilang.

i. Ikan Tawes

Klasifikasi

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii
2

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Puntius

Spesies : Puntius Javanicus

Gambar 11. Ikan Tawes

Ikan ini hanya terdapat di sungai-sungai besar pedalaman yang berarus

deras, berjeram dan berbatu-batu.Ikan tawes menyukai perairan sungai besar yang

bersih alami sebagai habitat utamanya.Jarang memasuki sungai-sungai kecil yang

berdebit air minim. Hidup bergerombol dan tergolong ikan herbivora, karena

makanan utamanya berupa lumut batu dan tanaman air lain.Ikan Tawes mudah

dikenali dengan ciri-ciri fisik warna biru pada punggung dan sisik perak, serta

sirip anal dengan warna merah menyala.Ikan ini diketahui bisa mencapai bobot

maksimal 4 ons atau kira-kira sebesar telapak tangan orang dewasa.Tapi sangat

jarang ditemui dengan bobot 4 ons, rata-rata ikan yang tertangkap pemancing dan

penjala hanya seberat 1 ons hingga 2 ons.

Ikan tawes memijah (musim kawin) pada musim kemarau dengan cuaca

dingin. Dengan sekali memijah bisa menghasilkan antara 50 ribu hingga 100 ribu

telur yang siap menetas.Dengan rentang satu tahun dari penetasan, larva ikan

sudah menjadi ikan dewasa yang siap kawin.Pengamatan yang saya lakukan
2

ketika memancing di sungai-sungai pedalaman, ikan ini menyebar luas di hulu

sungai.

j. Ikan Belut

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Synbranchiformes

Famili : Synbranchidae

Genus : Monopterus

Spesies : Monopterus albus

Gambar 12. Ikan belut

Belut sawah, moa, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan

anggota suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai

nilai ekonomi dan ekologi. Ikan ini dapat dimakan, baik digoreng, dimasak

dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagai snek. Secara ekologi, belut

dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah

beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat

parah telah terjadi. Belut adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah.

Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Ikan belut aktif di malam hari. Hewan
3

ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-

bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah. Hewan ini mampu menyerap

oksigen bahkan lewat kulitnya. Kebiasaannya adalah bersarang di dalam lubang

berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah

tropika, belut sawah diketahui dapat menyintas (survive) musim dingin dengan

suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut membuatnya

menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan habitatnya.

Ukuran ikan belut maksimum adalah 1m, meskipun yang banyak

dikonsumsi paling panjang 40cm. Tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang

memanjang. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung dengan tubuh licin, tanpa

sisik.Warna bervariasi, namun biasanya kecoklatan hingga kelabu. Hewan betina

bersarang di lubang, dan meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang

dangkal. Jika telur menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam

perkembangannya, beberapa ekor akan menjadi jantan. Belut sawah berasal dari

Asia Timur dan Asia Tenggara barat. Belut bahkan sekarang dilaporkan telah

menghuni rawa-rawa di Hawaii, Florida, dan Georgia di Amerika Serikat dan

dianggap sebagai hewan invasif.

k. Ikan Bujuk

Kerajaan : Anamalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Channidae

Genus : Channa
3

Spesies : Channa lucius

Gambar 13. Ikan Bujuk

Kehung (Channa lucius) adalah sejenis ikan karnivora dari sungai-sungai di

dalam hutan.Ikan ini termasuk ke dalam suku Channidae(keluarga ikan gabus).Di

beberapa daerah dikenal sebagai muju-muju(Kerinci);gabus cina (Btw).Ikan

bujuk memanjang, seperti peluru kendali. Panjang total Ikan dewasa dapat

mencapai 360 mm.Kepala bagian atas (belakang) agak mencembung, namun tak

begitu kentara pada spesimen berukuran kecil.Dengan bercak-bercak besar di sisi

tubuh dan garis-garis (pita) miring berwarna gelap di bagian perutnya.Sederetan

gigi berbentuk taring terdapat pada langit-langit (vomer dan palatine) mulutnya,

di antaranya terdapat gigi-gigi yang lebih kecil. Pangkal sirip dorsal dengan gurat

sisi diantarai oleh 5½ deret sisik

l. Ikan Bulan

Bangsa : Malacopterygii

Suku : Elopsidae

Marga : Megalops

Spesies : Megalops cyprinoides


3

Gambar 14. Ikan Bulan

Bentuk tubuh ikan Bulan bulan panjang dan pipih, dengan bagian perut

yang harus. Memiliki sirip punggung tunggal dengan jari- jari sirip berjumlah 16-

20 buah.Pada bagian akhir sirip punggungnya diperpanjang oleh adanya

filamen.Apabila terlihat dari samping, bagian atas tubuh berbentuk cembung.Sirip

dada memiliki jari-jari sirip berjumlah 14-15 buah, sirip perut berjumlah 10-11

dan sirip anal berjumlah 23-28.Rahang atas memanjang hingga hampir berada di

belakang batas mata, dan memiliki bentuk mulut yang dapat terbuka lebar (Weber

&Beaufort 1913).Ikan ini mempunyai warna biru kehitaman atau kehijauan pada

bagian atas tubuhnya, sedangkan bagian sisi berwarna keperakan dengan garis

lateral keemasan.Tubuhnya dapat mencapai ukuran sampai 55 cm, tetapi biasa

ditemukan dengan panjang antara 25-30 cm (FAO 1 974). Di beberapa daerah

ikan bulan bulan dikenal pula dengan nama Bandeng laut (Banjarmasin,

Lombok), Bale kebo (Bugis), Kampulan (Makasar), Bulau (Pontianak), Kontera

(Madura), dan di daerah Surabaya dikenal dengan nama ikan Seleh (Burhanuddin

et al. 1998).

Ikan bulan ini hidup pada perairan pantai, estuaria, dan kadang- kadang

masuk ke perairan tawar.Penyebarannya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa,

Madura, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Timor, Seram, Ambon dan Kepulauan Aru.

Di Pulau Jawa, pernah ditemukan di tambak air tawar dengan benih yang berasal
3

dari perairan pantai yang masuk ke dalam tambak ketika air pasang (Weber

&Beaufort, 1913). Seperti halnya ikan predator lainnya, bulan bulan memangsa

ikan dan krustasea kecil sebagai makanannya. Menurut Jhingran (1982), ketika

masih berusia muda (benih), bulan bulan mengkonsumsi Cycops, Daphnia,

Cyprid, Rotifera, diatom dan alga berfilamen. Sedangkan ketika dewasa, ikan ini

memakan ikan dan krustasea, mysid, serangga dan larvanya, serta hewan-hewan

kecil lainnya.

4.3 KualitasAir

Kondisi kualitas air di perairan air tawar adalah sebagai salah satu factor

pendukung dari penelitian keseragaman ikan di Gampong Ujung Tanoh darat,

Karena mengigat kualitas air masih baik belum tercemar.

Kualitas air waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari pada suhu 27 oC,

pH 6, dan Do 5 mg/l. Sedangkan pengukuran kualitas air pada sore hari pada suhu

26 oC, pH 6,5 dan Do 5 mg/l.

4.4 Analisis Keanekaragaman Jenis

Untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis digunakan rumus Shanon

Wienner : H’ = ∑si=1 (ni/N) ln (ni/N). Hasil indek keanekaragaman jenis ikan air

tawar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


3

Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan (H’) yang tertangkap selama
penelitian di Empat Stasiun pada Bulan April 2014 sampai Mei 2014,
di perairan air tawar Krueng Tujoh berdasarkan indeks Shanon.
Ulangan N (Ekor)
NO Spesies ST I ST II ST III ST IV
Clarias batrachus 48 35 28 12 123
1
Channa striata 33 30 23 27 113
2
Leptobarbus 110
hoevani. 34 28 31 17
3
Channa lucius 29 24 26 12 91
4
Oreochromis 79
niloticus 22 23 20 14
5
Hemibagrus 91
nemurus 31 29 15 16
6
Megalops 53
cyprinoides 11 12 10 20
7
Monopterus albus 1 0 4 2 7
8
Puntius javanicus 9 11 9 13 42
9
Trichogaster 79
pectoralis 25 18 17 19
10
Clarias 35
gariepinus 11 9 10 5
11
Angguilla sp 7 6 8 7 28
12
Jumlah 851
Total Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H’) 2.336

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indek keanekaragaman pada tabel

diatas, dari ST I, ST II, ST III, dan ST IV, bahwa kisaran nilai indek keanekaragaman

hasil tangkapan pada pertengahan bulan April sampai Mei 2014 yaitu 2.336.
3

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Nilai indeks keragaman ikan di perairan air tawar Gampong Ujung Tanoh

darat berdasarkan hasil tangkapan tradisional skala kecil mengunakan jala 1 inchi

dan Bubu yang tertangkap pada pertengahan bulan April 2014 sampai Mei 2014

adalah sebanyak 12 jenis, dengan jumlah total ikan yang tertangkap 851 ekor,

Clarias batrachus sebanyak 123 ekor (0.279), disusul oleh Channa Striata 113

ekor (0.268), Leptobarbus hoevani masing-masing110 ekor (264), Channa lucius

91 ekor (239), Oreochrosmis niloticus 79 ekor (0.220), Hemibagrus nemurus 91

ekor (0.239) dan Megalops cyprinoides 53 ekor (0.172), Monopterus albus

sebanyak 7 ekor (0.039) ,Puntius Javanicus sebanyak 42 ekor (0.148),

Trichogaster pectoralis sebanyak 79 ekor (0.220), Clarias gariepinus sebanyak

35 ekor (0.131) dan Angguilla sp masing-masing 28 ekor (0.112)

Nilai indeks keseragaman (H’) hasil tangkapan selama jangka waktu satu

bulan yaitu 2.336, artinya indeks (H’) rendah. Indeks dominasi selama penelitian

berkisar antara 0.1045, artinya tidak ada jenis ikan hasil tangkapan diperairan

Ujung Tanoh Darat yang mendominasi.

5.2 Saran

Penelitian lanjutan tentang keseragaman dengan harapan data ikan lebih

lengkap. Perlu masyarakat setempat menjaga kondisi perairan air tawar seperti

tidak meracun ikan dan membuang peptisida sembarangan.


3

DAFTAR PUSTAKA

Affandi .1995.Distribusi Juvenil Ikan Sidat(Angguillasp) di Perairan Segara


Anakan,Cilacap,Jawa Tengah.Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Jakarta. PT Gramedia.

Burhanuddin, A. Djamali, and A.S. Genisa 1998.Nama-nama daerah ikan laut di


Indonesia.Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi- LIPI. Jakarta:
188 hal

Dudgeon, D. 2000. The ecology of tropical asian rivers and streams in relation to
biodiversity conservation. Annual Review of Ecology and Systematic 31:
239-263.

Effendi 1988.Ikan tambak dan habitatnya.Pusat Penelitian dan Pengembangan


Oseanologi - LIPI. Jakarta: 67 hal.

Djajirah. 1995. Hama dan Penyakit pada ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Armico, Bandung.

Firda A. 2013. [Thesis] Keanekaragaman, kelimpahan dan distribusi ikan di


Waduk Cirata terkait dengan kondisi parameter fisika, kimia dan biologi
perairannya Waduk Cirata, Jawa Barat.Institut Pertanian Bogor.

Hallet, CS. et al., 2012.Development and validation of fish-based, multimetric


indices for assessing the ecological health of Westerm Australian estuaries.
Estuarine, Coascoal, and Shelf Science, 104-105: 102-103

Jasin, M. 1992. Sistematika Hewan. Penerbit Sinar Wijaya, Surabaya.

Jhingran, V.G. 1982. Fish and fisheries of India. Hindustan Publishing Corp. New
Delhi: 666 pp.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SR, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater


Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions
Limited.

Khairuman dan Amri.2002. Pengendalian Hama dan Penyakit pada ikan Lele.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Magurran, AE. 1988. Ecological Princeton University Press.


37

Magurran, AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey:
Princeton University Press.

Michael, P. 1994. Metoda Ekologi Untuk Penelitian Ladang dan Laboratorium.


Jakarta: Universitas Indonesia Press

Muchlisin Za, Azizah S, Huat KK, Rudi E. 2003. Keanekargaman ikan air tawar
di Nanggroe aceh Darussalam (NAD), Indonesia.Journal of Tropical
Fisheries, 3: 1-9

Pescod, MB. 2001. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Tropical Countries. Bangkok: AIT.

Ross, R. 1997. Fisheries Conservation and Management.USa: Prentice Hall, Inc.

Rukmana, 2003. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Belut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Cetakan I. Jakarta: Bina
Cipta.

Sastrawijaya, AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono, B. 2000. "Budidaya Ikan Belut Fluta alba”, Penebar swadaya. Jakarta

Sukmono T. Karmita S, Subagyo A. 2010. Keanekaragaman ikan Lais


(Kryptopterus spp) berdasarkan karakter morfologi di danau teluk kota
Jambi. Jurnal Biospesies. 2: 28-33.

Soesono, S. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penerbit Swadaya,


Bogor.

Susanto H.2007. Budidaya Ikan Lele.Kanisius. Yogyakarta

Wetzel, RG. 1975. Limnology third edition. New York: Academic Press.

Yuanda MA. Dhahiyat Y. Herawati T. 2012. Struktur komunitas ikan di hulu


sungai Cimanuk Kabupaten Garut.Jurnal Perikana Dan Kelautan. 3: 229-
236.

Anda mungkin juga menyukai