Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Kesehatan prenatal, perinatal, dan postnatal menjadi sangat penting
karena pada masa ini dianggap sebagai masa yang rawan terjadinya gangguan atau
kecacatan, seperti berat bayi lahir rendah, kematian neonatal, kelainan kongenital, dan
asfiksia neonatorum (Batubara & Fauziah, 2020).
Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Biasanya hal ini terjadi pada
bayi yang dilahirkan dari ibu dengan kelahiran kurang bulan dan kelahiran lewat bulan.
Secara umum banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sfiksia pada bayi baru
lahir, baik faktor oleh ibu yaitu (primi tua, riwayat obstretrik jelek, grande multipara, masa
gestasi, kejadian anemia dan penyakit ibu, kejadian ketuban pecah dini, partus lama,
panggul sempit, infeksi intrauterine, faktor janin yaitu gawat janin, kehamilan ganda, letak
sungsang, letak lintang, berat lahir, dan faktor dari plasenta. (Rahmawti & Ningsih, 2016)
Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi
pernafasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Disamping itu,
Asfiksia neonatorum merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas, dan paling sering
terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi dan
intervensi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Salah satu indikator
SDGs adalah Angka Kematian Neonatus (AKN) yang merupakan indikator dari tujuan
SDGs yang ke tiga yaitu menurunan Angka Kematian Neonatus menjadi 12 per 1.000
kelahiran di tahun 2030.(Windari et al., 2020)
Pada keadaan asfiksia bayi mengalami kekurangan O2 dan kelebihan CO2 yang
dapat mengakibatkan asidosis. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kegagalan dalam
beradaptasi dan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernapasan dan pada hari- hari
pertama kelahiran. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah kematian pada bayi terutama dalam mempertahankan fungsi fisiologis dalam
batas normal. Salah satunya yaitu dengan memberi stimulasi pada bayi (Pariyem, 2021).

2
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka
kematian bayi turun menjadi 31 persen dari 35 kasus kematian per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2017), hal ini berdasarkan Data dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa penyebab
terbesar terjadinya kematian bayi baru lahir adalah asfiksia yaitu sebesar 37%, dan diikuti
oleh prematur sebesar 34% serta sepsis sebesar 12% (Rika, 2019)
Berdasarkan badan kesehatan dunia (WHO) angka kematian neonatus pada tahun
2017 sebanyak 4,3 per 1000 KH. Di Somalia menduduki peringkat pertama 14,3%, di
Indonesia sebesar 2,8 per 1000 KH. Dan di Kabupaten Muna masa gestasi menjadi faktor
resiko terjadinya asfiksia, seperti kehamilan > 42 minggu beresiko 3,2 kali sedangkan
kehamilan < 37 minggu beresiko asfiksia 2,06 kali.(Mansyarif, 2019). Di Jawa Timur tahun
2018 AKN menempati urutan ke tiga terbesar di Indonesia dengan penyebab BBLR
(42%),asfiksia 25% dan kelainan bawaan (16%) (Pariyem, 2021).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh (Herianto, 2012) menemukan adanya
hubungan usia ibu dan berat badan bayi lahir dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hasil
penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Junita Carolin tahun
2014 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado, dimana adanya hubungan yang bermakna antara
usia ibu, berat bayi lahir, dan usia kehamilan dengan kejadian asfiksia.
Bayi Ny. E merupakan salah satu pasien dengan lahir SC salah satu pasien rujukan
yang berasal dari RS Babat Lamongan , usia lahir lewat bulan dari 41 minggu dan keadaan
ketuban jernih, Apgar sore 5-6, BB:3000gram, PB 32 cm LK : 32 cm, LD :30 cm di ruang
NICU (RSML) dengan asfiksia. Saat dilakukan pengkajian keadaan umum bayi gerak
lemah, sesak, bayi berada di dalam inkubator, terpasang O2 CPAP, kulit dan bibir bayi
kering kebiruan , refleks hisap lemah, dan berat badan 3000 gram, tangis kurang kuat .
Hasil observasi menunjukan bayi tampak menggunakan otot pernapasan dan terpasang O2
CPAP. CPAP terpasang dengan baik dengan volume 40%, saturasi oksigen 95%, nadi
124x/menit Bayi tidak diberikan ASI maupun susu formula saat pertama pengakajian
ditanggal 28 September 2021. Saat dilakukan ROTGEN didapatkan hasil Patent Ductus
Arterius (PDA) dengan nilai sedang uk. 0,3-0,4 (Ao0,8cm) (hasil tersebut akan
mengakibatkan infeksi saluran pernapasan).
Berdasarkan uraian diatas bahwasanya asfiksia merupakan kasus terbanyak yang
terjadi pada kasus neonatus serta terdapat berbagai masalah lain dan komplikasi yang

3
ditimbulkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan studi penelitian kasus pada bayi
dengan asfiksia di ruang NICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan tahun 2022.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Bayi Ny. E dengan Asfiksia di ruang
NICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akshir Ners yaitu untuk menganalisis
tentang asuhan keperawatan anak pada Bayi Ny. E dengan masalah kesehatan
Asphyxia Neonatrum selama satu minggu praktik di ruang NICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengkajian terhadap Bayi Ny. E dengan masalah kesehatan Asphyxia
Neonatrum diruang NICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
2. Mengetahui tentang diagnosa keperawatan pada Bayi Ny. E dengan masalah
kesehatan Asphyxia Neonatrum diruang NICU Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
3. Mengetahui rencana asuhan keperawatan terhadap Bayi Ny. E dengan masalah
kesehatan Asphyxia Neonatrum diruang NICU Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
4. Mengetahui implementasi dan tindakan yang telah dilakukan terhadap Bayi Ny. E
dengan masalah kesehatan Asphyxia Neonatrum diruang NICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan
5. Mengetahui evaluasi dari hasil implementasi yang sudah dilakukan terhadap Bayi
Ny. E dengan masalah kesehatan Asphyxia Neonatrum diruang NICU Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penulisan laporan ini dapat diharapkan memberikan suatu
manfaat dan menjadi masukan khususnya pada bidang keperawatan anak serta
pada penelitian selanjutnya terkait asuhan keperawatan yang mencakup

4
pengkajian, penegakan diagnosa yang tepat, intervensi yang diberikan serta
implementasi yang dapat dilakukan terhadap bayi dengan masalah asfiksia. Hal
ini diharapkan laporan tersesbut dapat digunakan sebagai sumber informasi
terkait penerapan intervensi keperawatan yeng telah dilakukan oleh peneliti
sebagai salah satu pemecahan masalah bayi dengan kasus asfiksia. Sehingga bagi
peneliti selanjutnya dapat diharapkan menjadi masukan terkait pengaruh
intervensi yang telah digunakan pada bayi dengan masalah asfiksia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
keilmuwan khususnya bagi perawat serta dapat memberikan asuhan keperawatan
pasien bayi yang mengalami masalah kesehatan asfiksia.
1. Manfaat Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat dijadikan sumber informasi bagi
bidang keperawatan anak dan keperawatan komunitas keluarga serta
pelayanan kesehatan yang berada di puskesmas terkait intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah bayi yang mengalami
masalah kesehatan yaitu asfiksia. Selain itu, diharapkan karya ilmiah dapat
menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan pelayanan kesehatan untuk
kedepannya dapat menerapkan intervensi yang telah dilakukan dapat menjadi
salah satu pedoman cara penanganan pada bayi yang mengalami asfiksia.
2. Manfaat Institusi Pendidikan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan
keperawatan anak maupun bagi penelitian selanjutnya. Bagi pendidikan dapat
dijadikan sebagai dasar pedomana untuk pengembangan ilmu mengenai
intervensi keperawatan pada bayi yang mengalami masalah kesehatan
asfiksia.
3. Manfaat Bagi Orang Tua Pasien
Peneliti berharap kepada orang tua pada pasien yang mengalami masalah
kesehatan asfiksia dapat mengetahui mengenai tentang cara pemeliharaan
kesehatan serta perawatan pada bayi yang mengalami asfiksia dengan benar
dana membawa fasilitas kesehatan terdekat sehingga dapat segera
mendapatkan pelayanan keperawatan yang tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai