Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dian Fatriyani Pertiwi

Nomor Peserta : 201800071023


LPTK : Universitas Ahmad Dahlan

LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode


Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran

Lokasi SMA Negeri 1 Sikap Dalam


Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Atas
Tujuan yang ingin Melalui penerapan model pembelajaran problem based
dicapai learning diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
menyimpulkan hasil percobaan pada peserta didik kelas 11
MIA di SMA Negeri 1 Sikap Dalam
Penulis Dian Fatriyani Pertiwi, S.Pd
Tanggal 11 Oktober 2022 - 3 Desember 2022
Situasi : SMA Negeri 1 Sikap Dalam adalah satu- satunya sekolah
Kondisi yang menjadi
menengah atas yang berada di kecamatan Sikap Dalam
latar belakang
masalah, mengapa kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
praktik ini penting
Sebenarnya daerah ini dulu termasuk dalam kabupaten
untuk dibagikan, apa
yang menjadi peran Lahat hingga bahasanya pun lebih kental ke bahasa daerah
dan tanggung jawab
Lahat. Bahasa yang diterapkan di Empat Lawang adalah
anda dalam praktik
ini. bahasa Nedo, Nede, Nee, dan Dide. Sedangkan untuk
kecamatan Sikap Dalam sendiri menerapkan bahasa Nedo
dan Nee.
Budaya berbahasa daerah di sini sangat kental dalam
kesehariannya sehingga masih banyak yang kesulitan untuk
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Begitu pula dengan
peserta didik SMAN 1 Sikap Dalam. Selama saya mengabdi,
masih banyak siswa yang kaku dalam membuat kalimat atau
sekedar mengeluarkan pendapat dalam bahasa Indonesia.
Selama pembelajaran mereka kadang kala tidak mengerti
bahasa Indonesia yang disampaikan oleh guru. Dikarenakan
hal tersebut juga kosakata mereka mengenai bahasa
Indonesia terbilang masih minim.
Dalam suatu pembelajaran fisika biasanya terdapat suatu
percobaan sederhana. Dimulai dari menyiapkan alat,
membaca langkah- langkah, melakukan percobaan,
mengamati, menganalisis hasil percobaan, hingga menarik
kesimpulan yang mana semua itu adalah proses dari suatu
keterampilan sains dalam fisika. Selama saya terapkan
percobaan tersebut pada peserta didik, masih banyak peserta
didik yang belum bisa menarik kesimpulan hasil percobaan
dengan benar.

Kondisi yang demikian juga didukung oleh model


pembelajaran yang kurang inovatif dari guru itu sendiri.
Pembelajaran kurang membuat siswa untuk berpikir kritis.
Pembelajaran fisika yang jarang menggunakan metode
eksperimen bisa menjadi salah satu alasan siswa kurang
terbiasa menjawab suatu permasalahan hingga menarik
kesimpulan. Guru juga jarang menggunakan media
pembelajaran selain buku teks itu sendiri. Ini juga didukung
oleh pemahaman serta keterampilan guru untuk merancang
media pembelajaran dengan menarik yang mungkin
dikarenakan kurangnya motivasi guru dalam
mengembangkan kualitas dirinya atau dikarenakan
terbatasnya loka karya untuk guru dalam membuat media
atau mengembangkan model pembelajaran yang inovatif.

Saya sebagai salah satu pendidik mata pelajaran fisika


memiliki peran dan tanggung jawab untuk bisa selalu
memberikan ilmu yang positif terhadap peserta didik yang
saya ajar, dibuktikan dengan harus adanya peningkatan
kemampuan menyimpulkan hasil percobaan lebih baik dari
pembelajaran sebelumnya. Keterampilan menyimpulkan ini
erat kaitannya dengan cara mengajar dan media yang dipakai
dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Cara
mengajar guru yang menarik, kreatif dan inovatif mampu
memberikan kesan positif bagi peserta didik. Salah satu cara
agar pembelajaran guru dikelas itu dapat membuat peserta
didik menjadi lebih aktif adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student
center). Model pembelajaran yang di maksud adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan
dengan adanya penerapan model PBL ini bisa membuat
pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif dan mampu
mempengaruhi kemampuan menyimpulkan suatu
percobaan fisika yang dilakukan oleh siswa.
Tantangan : Setelah menemui masalah nyata yang ada di sekolah dan
Apa saja yang
mengidentifikasinya, hendaknya kita mencari solusi yang
menjadi tantangan
untuk mencapai tepat untuk mengatasinya. Setiap solusi yang diterapkan
tujuan tersebut?
pasti akan menghadapi beberapa tantangan yang tidak
Siapa saja yang
terlibat ? mudah dilewati. Setelah dilakukan identifikasi masalah
dengan kajian literatur, wawancara peserta didik, guru (rekan
sejawat), dan pakar, maka beberapa tantangan yang terjadi
saat pelaksanaan praktik pembelajaran ini yaitu hal
pendukung yang sesuai sebagai penyebabnya adalah
1. fokus yang dimiliki peserta didik, pemahaman
peserta didik terhadap materi atau isi bacaan
2. pemahaman dalam diri peserta didik itu sendiri
terhadap materi yang akan dijadikan kesimpulan
ataupun materi yang akan digunakan sebagai
kegiatan praktikum
3. motivasi dan rasa percaya diri masih kurang
4. kecenderungan membuat kesimpulan bukan
berdasarkan data tetapi dari isi situasi yang diberikan
di awal atau materi sebelumnya.
5. Hasil belajar masih diarahkan pada kemampuan
untuk penguasaan kognitif dan menghafal materi.
6. Soal yang biasa dikerjakan peserta didik dominan pada
perhitungan
7. Literasi sains siswa masih rendah
8. LKPD hanya sebatas mengetahui, memahami dan
menerapkan, belum pada level menganalisis
9. pembelajarannya masih kurang menekankan pada
pengembangan keterampilan proses sains terutama
menarik kesimpulan
sedangkan untuk cara mengajar guru yang diterapkan
tantangannya adalah
1. guru-guru jarang menggunakan media pembelajaran,
khususnya yang media pembelajaran berbasis
Informasi dan Teknologi (IT)
2. pemahaman serta keterampilan guru untuk
merancang media masih minim
3. Kurangnya motivasi guru dalam mengembangkan
kualitas dirinya.
4. Terbatasnya lokakarya bagi guru khususnya membuat
alat yang digunakan untuk demonstrasi.

Berdasarkan tantangan diatas maka pihak yang dapat


dilibatkan dalam pelaksanaan praktik pembelajaran ini
adalah guru dan peserta didik.
Aksi : Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi
Langkah-langkah
tantangan :
apa yang dilakukan
untuk menghadapi 1. Berkaitan dengan cara mengajar dengan menggunakan
tantangan tersebut/ model pembelajaran yang inovatif
strategi apa yang
digunakan/ Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
bagaimana model problem based learning yang mana metode yang
prosesnya, siapa saja digunakan adalah metode eksperimen. Percobaan yang
yang terlibat / Apa
dilaksanakan adalah percobaan virtual dan percobaan nyata
saja sumber daya
atau materi yang
2. Berkaitan dengan media pembelajaran pendukung
diperlukan untuk
melaksanakan Media yang akan saya gunakan adalah buku teks, modul
strategi ini
elektronik berisi materi dan video pendukung pembelajaran
yang bisa diakses secara offline dengan menggunakan tablet
sekolah. Saya juga akan menggunakan aplikasi pendukung
percobaan yakni PhET, aplikasi untuk modul yakni aplikasi
Sigil, dan aplikasi penghitung yakni kalkulator. Saya juga
membuat lembar kerja peserta didik (LKPD) secara mandiri.

3. Berkaitan dengan kemampuan menyimpulkan hasil


percobaan peserta didik yang masih rendah
Semua yang didapat dari kajian literatur dan wawancara
dapat saya ambil solusi yang relevan adalah membuat
pertanyaan dalam LKPD saling bertautan dan semakin
mengerucut, melatih siswa untuk terus melaksanakan
percobaan, melatih siswa untuk terus mengungkapkan
pendapat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
pertanyaan dalam LKPD dibuat runtun hingga pada tahap
menyimpulkan , dan untuk mendukung metode eksperimen
saya juga menerapkan metode diskusi.

4. Berkaitan dengan model Problem Based Learning


Langkah-langkah Model Problem Based Learning Arends
(2008) menjelaskan terdapat beberapa sintaks pembelajaran
berbasis problem based learning yang dijabarkan berikut:
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1:Orientasi peserta didik kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dilanjutkan dengan
memberikan konsep dasar, petunjuk yang digunakan
dalam pembelajaran.
Fase 2:Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik dalam mengidentifikasi konsep
yang ada pada masalah dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahan.
Fase 3:Membimbing penyelidikan
Guru membimbing peserta didik dalam mencari informasi
yang tepat, menyelesaikan eksperimen, dan mencari solusi
yang sesuai dengan penyelesaian.
Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang tepat.
Fase 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Guru membantu peserta didik melakukan evaluasi terhadap
proses yang telah dipelajar
5. Berkaitan dengan Penilaian
Adapun penilaian yang saya akan lakukan adalah penilaian
kognitif berupa penilaian dengan soal pengetahuan, penilaian
psikomotorik berupa observasi yang terkait dalam
keterampilan proses sains, dan penilaian afektif.

6. Berkaitan dengan Refleksi Pembelajaran


Sebagai guru refleksi merupakan alat yang dapat digunakan
untuk melaksanakan evaluasi yang berlanjut dan berjenjang.
Refleksi yang saya lakukan akan dilaksakan dengan cara
memberikan sejumlah pertanyaan yang akan dijawab siswa
setelah pembelajaran berakhir. Untuk mendukung revolusi
industri 4.0 maka refleksi ini dilaksanakan dengan
menggunakan googleform dengan jaringan internet.
Refleksi Hasil dan Dampak dari aksi yang telah dilakukan adalah penerapan
dampak
dari model pembelajaran PBL mampu meningkatkan
Bagaimana dampak
dari aksi dari kemampuan menyimpulkan hasil percobaan fisika oleh
Langkah-langkah
peserta didik kelas 11 MIA. Model pembelajaran PBL ini,
yang dilakukan?
Apakah hasilnya mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dalam
efektif? Atau tidak
menggali pertanyaan dasar sebagai masalah yang harus
efektif? Mengapa?
Bagaimana respon diselesaikan yang dikaitkan dengan percobaan yang
orang lain terkait
dilakukan.
dengan strategi yang
dilakukan, Apa yang
menjadi faktor
Hasil pada aksi 1:
keberhasilan atau
ketidakberhasilan Penerapan model PBL dengan dalam pembelajaran adalah
dari strategi yang
kali pertama saya. Materi yang saya pakai adalah momen
dilakukan? Apa
pembelajaran dari gaya. Adapun IPK adalah Menganalisis besaran fisika yang
keseluruhan proses
terkait dengan momen gaya (C3), menyimpulkan persamaan
tersebut
momen gaya (C5), mengaitkan konsep momen gaya dalam
kehidupan sehari- hari (C3) dan Menampilkan hasil
percobaan dan diskusi kelompok terkait momen gaya.
Hasilnya, saya masih merasa sedikit canggung dalam
penerapannya. Ini juga kali pertama peserta didik dalam
bereksperimen virtual menggunakan PhET. Masih banyak
peserta didik yang sulit menggunakan bahasa Indonesia
dalam berkomunikasi dalam kelompok maupun dengan guru.
Keberhasilan penerapan PBL untuk menyimpulkan hasil
percobaan virtual dapat dikatakan masih rendah meskipun
LKPD telah memuat langkah dan pertanyaan secara urut dan
terarah. Peserta didik dalam tiap kelompok masih perlu
bimbingan dalam mengaitkan hasil pengamatan dengan
membuat kesimpulan dalam yang hanya dilakukan dengan
melengkai kata- kata yang kurang/ mengisi titik- titik. Dari
hasil refleksi pembelajaran juga peserta didik
mengungkapkan bagian akhir/ kesimpulan masih sulit untuk
dikerjakan. Menurut saya tingkat keberhasilan yang rendah
ini dikarenakan beberapa faktor yakni peserta didik masih
belum terbiasa dalam melakukan percobaan, masih banyak
peserta didik hanya memahami rumus jadi dari suatu materi
fisika, dan kegiatan dalam LKPD terlalu padat. Sebagai bahan
pertimbangan pada aksi 2, saya mengurangi kegiatan yang
akan dilakukan pada LKPD.

Hasil pada aksi 2:


IPK yang dimuat pada aksi 2 adalah memprediksi arah gerak
rotasi benda (C3), menerapkan konsep torsi pada benda tegar
(C3), menggeneralisasikan syarat kesetimbangan terkait
momen gaya (C6), menggambar arah rotasi dari hasil
percobaan, membuat laporan percobaan kesetimbangan
benda tegar terkait momen gaya,mengkomunikasikan hasil
percobaan dan diskusi kelompok mengenai kesetimbangan
benda tegar terkait momen gaya. Model pembelajaran PBL
dengan metode eksperimen secara virtual masih
dilaksanakan pada pembelajaran ini. Dampaknya pada
kemampuan menyimpulkan mengalami peningkatan pada
beberapa kelompok. Kesulitan yang dialami peserta didik
adalah menggeneralisasikan hasil perhitungan total torsi
sebagai kesimpulan akhir sebagai syarat suatu
kesetimbangan dalam bentuk suatu kalimat. Respon dari
peserta didik dengan percobaan virtual ini mulai mengalami
sedikit penurunan. Dari hasil observasi sikap peserta didik
mengenai tanggung jawab, terdapat beberapa peserta didik
kadang-kadang melakukan tugas dan kewajiban yangs
seharusnya dilakukan, tidak melakukan pengamatan.
Kondisi peserta didik yang kurang siap belajar, kondisi fisik
peserta didik yang kurang baik, dan kebosanan peserta didik
dalam melaksanakan percobaan virtual adalah faktornya.
LKPD yang dibuat juga dirasa masih terlalu padat dengan
pertanyaan saja dan belum memuat analisis data hasil
pengamatan.
Oleh karena itu saya mengganti metode pembelajaran pada
aksi 3 dengan metode eksperimen secara nyata dan membuat
LKPD yang lebih sederhana yang memuat tabel data hasil
pengamatan agar lebih mudah dikomunikasikan.

Hasil pada aksi 3:


Pada pembelajaran aksi 3, sudah mulai terlihat pembiasaan
peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah/ problem
based learning. IPK dalam aksi 3 adalah menghitung nilai
konstanta elastisitas bahan menggunakan hukum hooke.
(C3), menujukkan hubungan gaya pemulih dan pertambahan
panjang suatu bahan (C5), melakukan percobaan hukum
hooke, membuat laporan percobaan hukum hooke. Peserta
didik terlihat sangat antusias melaksanakan percobaan
nyata. Keterampilan menyimpulkan peserta didik juga mulai
meningkat, siswa mulai bisa mengaitkan hasil pengamatan
dengan kalimat yang dibuat pada kesimpulan. LKPD dengan
langkah yang sederhana, memuat tabel pengamatan, dan
berisi pertanyaan lebih sederhana dan runtun membuat
mereka lebih baik dalam proses pembelajaran. Adapun
kendala yang ditemui pada aksi 3 ini adalah masih terdapat
kesalahan peserta didik seperti mengisi LKPD dengan tidak
sistematis dan kesalahan dalam perhitungan meskipun telah
menggunakan kalkulator. Hal lainnya adalah kebingungan
peserta didik mengaitkan bahwa gaya berat adalah salah satu
macam dari gaya.
Dikarenakan pada aksi 3 ini masih menggunakan karet
sebagai alat sederhana contoh benda elastis yang dipakai
dalam percobaan dimana keelastisannya ditentukan dengan
mencari rata- ratanyadan karet yang digunakan hanya 1
sehingga konstanta yang didapat hanya saru saja. Pada aksi
selanjutnya saya menggunakan pegas dengan berbagai
konstanta agar mereka dapat membedakan keelastisan dari
pegas.

Hasil pada aksi 4:


Dengan IPK menganalisis grafik konstanta pegas dari hasil
percobaan (C4) membuat grafik perbandingan konstanta
pegas (C6) membandingkan bentuk grafik konstanta pegas
dengan tetapan yang berbeda (C4),melakukan percobaan
hukum hooke untuk menentukan konstanta pegas, membuat
laporan percobaan hukum hooke.
Pada aksi 4, terlihat sekali bahwa peserta didik muai terbiasa
diberikan masalah sebagai tahapan problem based learning
dalam pembelajaran. Ekperimen secara nyata juga masih
diterapkan dalam pembelajaran ini dan terlihat keaktifan
peserta didik yang baik. Diskusi yang dilakukan juga mulai
meningkat, guru sebagai fasilitator juga mulai berkurang
mendapati masalah dalam penyelidikan kelompok. Model PBL
terlihat mulai efektif dalam meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam menyimpulkan hasil percobaan pegas.
Hal ini didukung dari LKPD yang memuat langkah sederhana,
percobaan yang dilakukan secara nyata, dan peserta didik
dapat membandingkan konstanta pegas dari tabel hasil
pengamatan, analisisnya, dan grafik kemiringan yang
menunjukkan konstanta pegas yang dibuat peserta didik itu
sendiri. Kemampuan menyimpulkan hasil percobaan juga
sudah meningkat dilihat dari kalimat yang dibuat oleh peserta
didik di bagian kesimpulan pada LKPD.
Dari hasil refleksi pembelajaran, siswa menyatakan
tantangan yang masih dihadapinya adalah membuat grafik.
Dari hasil pengamatan guru juga, kesulitan peserta didik
dalam membuat grafik dikarenakan peserta didik belum
terbiasa saja. Beberapa peserta didik juga masih bingung
dalam menentukan konstanta terbesar dengan
membandingkan kemiringan grafik meskipun hasil pada tabel
telah menunjukkan nilainya.
Dari aksi nyata yang dilakukan guru, untuk pembelajaran
dengan menggunakan model PBL ini disimpulkan efektif
dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menyimpulkan hasil percobaan.

Dikarenakan ini adalah aksi 4 adalah aksi terakhir, jika


memungkinkan terdapat tindak lanjut dari aksi ini seperti
membiasakan peserta didik dalam keterampilan HOTS yakni
dalam pembuatan tabel, literasi numerasi, dan pembuatan
grafik hasil percobaan.

Anda mungkin juga menyukai