Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMA Negeri 1 Sikap Dalam
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Atas Tujuan yang ingin Melalui penerapan model pembelajaran problem based dicapai learning diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menyimpulkan hasil percobaan pada peserta didik kelas 11 MIA di SMA Negeri 1 Sikap Dalam Penulis Dian Fatriyani Pertiwi, S.Pd Tanggal 11 Oktober 2022 - 3 Desember 2022 Situasi : SMA Negeri 1 Sikap Dalam adalah satu- satunya sekolah Kondisi yang menjadi menengah atas yang berada di kecamatan Sikap Dalam latar belakang masalah, mengapa kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. praktik ini penting Sebenarnya daerah ini dulu termasuk dalam kabupaten untuk dibagikan, apa yang menjadi peran Lahat hingga bahasanya pun lebih kental ke bahasa daerah dan tanggung jawab Lahat. Bahasa yang diterapkan di Empat Lawang adalah anda dalam praktik ini. bahasa Nedo, Nede, Nee, dan Dide. Sedangkan untuk kecamatan Sikap Dalam sendiri menerapkan bahasa Nedo dan Nee. Budaya berbahasa daerah di sini sangat kental dalam kesehariannya sehingga masih banyak yang kesulitan untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Begitu pula dengan peserta didik SMAN 1 Sikap Dalam. Selama saya mengabdi, masih banyak siswa yang kaku dalam membuat kalimat atau sekedar mengeluarkan pendapat dalam bahasa Indonesia. Selama pembelajaran mereka kadang kala tidak mengerti bahasa Indonesia yang disampaikan oleh guru. Dikarenakan hal tersebut juga kosakata mereka mengenai bahasa Indonesia terbilang masih minim. Dalam suatu pembelajaran fisika biasanya terdapat suatu percobaan sederhana. Dimulai dari menyiapkan alat, membaca langkah- langkah, melakukan percobaan, mengamati, menganalisis hasil percobaan, hingga menarik kesimpulan yang mana semua itu adalah proses dari suatu keterampilan sains dalam fisika. Selama saya terapkan percobaan tersebut pada peserta didik, masih banyak peserta didik yang belum bisa menarik kesimpulan hasil percobaan dengan benar.
Kondisi yang demikian juga didukung oleh model
pembelajaran yang kurang inovatif dari guru itu sendiri. Pembelajaran kurang membuat siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran fisika yang jarang menggunakan metode eksperimen bisa menjadi salah satu alasan siswa kurang terbiasa menjawab suatu permasalahan hingga menarik kesimpulan. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran selain buku teks itu sendiri. Ini juga didukung oleh pemahaman serta keterampilan guru untuk merancang media pembelajaran dengan menarik yang mungkin dikarenakan kurangnya motivasi guru dalam mengembangkan kualitas dirinya atau dikarenakan terbatasnya loka karya untuk guru dalam membuat media atau mengembangkan model pembelajaran yang inovatif.
Saya sebagai salah satu pendidik mata pelajaran fisika
memiliki peran dan tanggung jawab untuk bisa selalu memberikan ilmu yang positif terhadap peserta didik yang saya ajar, dibuktikan dengan harus adanya peningkatan kemampuan menyimpulkan hasil percobaan lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Keterampilan menyimpulkan ini erat kaitannya dengan cara mengajar dan media yang dipakai dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Cara mengajar guru yang menarik, kreatif dan inovatif mampu memberikan kesan positif bagi peserta didik. Salah satu cara agar pembelajaran guru dikelas itu dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student center). Model pembelajaran yang di maksud adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan dengan adanya penerapan model PBL ini bisa membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif dan mampu mempengaruhi kemampuan menyimpulkan suatu percobaan fisika yang dilakukan oleh siswa. Tantangan : Setelah menemui masalah nyata yang ada di sekolah dan Apa saja yang mengidentifikasinya, hendaknya kita mencari solusi yang menjadi tantangan untuk mencapai tepat untuk mengatasinya. Setiap solusi yang diterapkan tujuan tersebut? pasti akan menghadapi beberapa tantangan yang tidak Siapa saja yang terlibat ? mudah dilewati. Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan kajian literatur, wawancara peserta didik, guru (rekan sejawat), dan pakar, maka beberapa tantangan yang terjadi saat pelaksanaan praktik pembelajaran ini yaitu hal pendukung yang sesuai sebagai penyebabnya adalah 1. fokus yang dimiliki peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap materi atau isi bacaan 2. pemahaman dalam diri peserta didik itu sendiri terhadap materi yang akan dijadikan kesimpulan ataupun materi yang akan digunakan sebagai kegiatan praktikum 3. motivasi dan rasa percaya diri masih kurang 4. kecenderungan membuat kesimpulan bukan berdasarkan data tetapi dari isi situasi yang diberikan di awal atau materi sebelumnya. 5. Hasil belajar masih diarahkan pada kemampuan untuk penguasaan kognitif dan menghafal materi. 6. Soal yang biasa dikerjakan peserta didik dominan pada perhitungan 7. Literasi sains siswa masih rendah 8. LKPD hanya sebatas mengetahui, memahami dan menerapkan, belum pada level menganalisis 9. pembelajarannya masih kurang menekankan pada pengembangan keterampilan proses sains terutama menarik kesimpulan sedangkan untuk cara mengajar guru yang diterapkan tantangannya adalah 1. guru-guru jarang menggunakan media pembelajaran, khususnya yang media pembelajaran berbasis Informasi dan Teknologi (IT) 2. pemahaman serta keterampilan guru untuk merancang media masih minim 3. Kurangnya motivasi guru dalam mengembangkan kualitas dirinya. 4. Terbatasnya lokakarya bagi guru khususnya membuat alat yang digunakan untuk demonstrasi.
Berdasarkan tantangan diatas maka pihak yang dapat
dilibatkan dalam pelaksanaan praktik pembelajaran ini adalah guru dan peserta didik. Aksi : Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi Langkah-langkah tantangan : apa yang dilakukan untuk menghadapi 1. Berkaitan dengan cara mengajar dengan menggunakan tantangan tersebut/ model pembelajaran yang inovatif strategi apa yang digunakan/ Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bagaimana model problem based learning yang mana metode yang prosesnya, siapa saja digunakan adalah metode eksperimen. Percobaan yang yang terlibat / Apa dilaksanakan adalah percobaan virtual dan percobaan nyata saja sumber daya atau materi yang 2. Berkaitan dengan media pembelajaran pendukung diperlukan untuk melaksanakan Media yang akan saya gunakan adalah buku teks, modul strategi ini elektronik berisi materi dan video pendukung pembelajaran yang bisa diakses secara offline dengan menggunakan tablet sekolah. Saya juga akan menggunakan aplikasi pendukung percobaan yakni PhET, aplikasi untuk modul yakni aplikasi Sigil, dan aplikasi penghitung yakni kalkulator. Saya juga membuat lembar kerja peserta didik (LKPD) secara mandiri.
3. Berkaitan dengan kemampuan menyimpulkan hasil
percobaan peserta didik yang masih rendah Semua yang didapat dari kajian literatur dan wawancara dapat saya ambil solusi yang relevan adalah membuat pertanyaan dalam LKPD saling bertautan dan semakin mengerucut, melatih siswa untuk terus melaksanakan percobaan, melatih siswa untuk terus mengungkapkan pendapat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pertanyaan dalam LKPD dibuat runtun hingga pada tahap menyimpulkan , dan untuk mendukung metode eksperimen saya juga menerapkan metode diskusi.
4. Berkaitan dengan model Problem Based Learning
Langkah-langkah Model Problem Based Learning Arends (2008) menjelaskan terdapat beberapa sintaks pembelajaran berbasis problem based learning yang dijabarkan berikut: FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1:Orientasi peserta didik kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan konsep dasar, petunjuk yang digunakan dalam pembelajaran. Fase 2:Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik dalam mengidentifikasi konsep yang ada pada masalah dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahan. Fase 3:Membimbing penyelidikan Guru membimbing peserta didik dalam mencari informasi yang tepat, menyelesaikan eksperimen, dan mencari solusi yang sesuai dengan penyelesaian. Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang tepat. Fase 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik melakukan evaluasi terhadap proses yang telah dipelajar 5. Berkaitan dengan Penilaian Adapun penilaian yang saya akan lakukan adalah penilaian kognitif berupa penilaian dengan soal pengetahuan, penilaian psikomotorik berupa observasi yang terkait dalam keterampilan proses sains, dan penilaian afektif.
6. Berkaitan dengan Refleksi Pembelajaran
Sebagai guru refleksi merupakan alat yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi yang berlanjut dan berjenjang. Refleksi yang saya lakukan akan dilaksakan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang akan dijawab siswa setelah pembelajaran berakhir. Untuk mendukung revolusi industri 4.0 maka refleksi ini dilaksanakan dengan menggunakan googleform dengan jaringan internet. Refleksi Hasil dan Dampak dari aksi yang telah dilakukan adalah penerapan dampak dari model pembelajaran PBL mampu meningkatkan Bagaimana dampak dari aksi dari kemampuan menyimpulkan hasil percobaan fisika oleh Langkah-langkah peserta didik kelas 11 MIA. Model pembelajaran PBL ini, yang dilakukan? Apakah hasilnya mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dalam efektif? Atau tidak menggali pertanyaan dasar sebagai masalah yang harus efektif? Mengapa? Bagaimana respon diselesaikan yang dikaitkan dengan percobaan yang orang lain terkait dilakukan. dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor Hasil pada aksi 1: keberhasilan atau ketidakberhasilan Penerapan model PBL dengan dalam pembelajaran adalah dari strategi yang kali pertama saya. Materi yang saya pakai adalah momen dilakukan? Apa pembelajaran dari gaya. Adapun IPK adalah Menganalisis besaran fisika yang keseluruhan proses terkait dengan momen gaya (C3), menyimpulkan persamaan tersebut momen gaya (C5), mengaitkan konsep momen gaya dalam kehidupan sehari- hari (C3) dan Menampilkan hasil percobaan dan diskusi kelompok terkait momen gaya. Hasilnya, saya masih merasa sedikit canggung dalam penerapannya. Ini juga kali pertama peserta didik dalam bereksperimen virtual menggunakan PhET. Masih banyak peserta didik yang sulit menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dalam kelompok maupun dengan guru. Keberhasilan penerapan PBL untuk menyimpulkan hasil percobaan virtual dapat dikatakan masih rendah meskipun LKPD telah memuat langkah dan pertanyaan secara urut dan terarah. Peserta didik dalam tiap kelompok masih perlu bimbingan dalam mengaitkan hasil pengamatan dengan membuat kesimpulan dalam yang hanya dilakukan dengan melengkai kata- kata yang kurang/ mengisi titik- titik. Dari hasil refleksi pembelajaran juga peserta didik mengungkapkan bagian akhir/ kesimpulan masih sulit untuk dikerjakan. Menurut saya tingkat keberhasilan yang rendah ini dikarenakan beberapa faktor yakni peserta didik masih belum terbiasa dalam melakukan percobaan, masih banyak peserta didik hanya memahami rumus jadi dari suatu materi fisika, dan kegiatan dalam LKPD terlalu padat. Sebagai bahan pertimbangan pada aksi 2, saya mengurangi kegiatan yang akan dilakukan pada LKPD.
Hasil pada aksi 2:
IPK yang dimuat pada aksi 2 adalah memprediksi arah gerak rotasi benda (C3), menerapkan konsep torsi pada benda tegar (C3), menggeneralisasikan syarat kesetimbangan terkait momen gaya (C6), menggambar arah rotasi dari hasil percobaan, membuat laporan percobaan kesetimbangan benda tegar terkait momen gaya,mengkomunikasikan hasil percobaan dan diskusi kelompok mengenai kesetimbangan benda tegar terkait momen gaya. Model pembelajaran PBL dengan metode eksperimen secara virtual masih dilaksanakan pada pembelajaran ini. Dampaknya pada kemampuan menyimpulkan mengalami peningkatan pada beberapa kelompok. Kesulitan yang dialami peserta didik adalah menggeneralisasikan hasil perhitungan total torsi sebagai kesimpulan akhir sebagai syarat suatu kesetimbangan dalam bentuk suatu kalimat. Respon dari peserta didik dengan percobaan virtual ini mulai mengalami sedikit penurunan. Dari hasil observasi sikap peserta didik mengenai tanggung jawab, terdapat beberapa peserta didik kadang-kadang melakukan tugas dan kewajiban yangs seharusnya dilakukan, tidak melakukan pengamatan. Kondisi peserta didik yang kurang siap belajar, kondisi fisik peserta didik yang kurang baik, dan kebosanan peserta didik dalam melaksanakan percobaan virtual adalah faktornya. LKPD yang dibuat juga dirasa masih terlalu padat dengan pertanyaan saja dan belum memuat analisis data hasil pengamatan. Oleh karena itu saya mengganti metode pembelajaran pada aksi 3 dengan metode eksperimen secara nyata dan membuat LKPD yang lebih sederhana yang memuat tabel data hasil pengamatan agar lebih mudah dikomunikasikan.
Hasil pada aksi 3:
Pada pembelajaran aksi 3, sudah mulai terlihat pembiasaan peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah/ problem based learning. IPK dalam aksi 3 adalah menghitung nilai konstanta elastisitas bahan menggunakan hukum hooke. (C3), menujukkan hubungan gaya pemulih dan pertambahan panjang suatu bahan (C5), melakukan percobaan hukum hooke, membuat laporan percobaan hukum hooke. Peserta didik terlihat sangat antusias melaksanakan percobaan nyata. Keterampilan menyimpulkan peserta didik juga mulai meningkat, siswa mulai bisa mengaitkan hasil pengamatan dengan kalimat yang dibuat pada kesimpulan. LKPD dengan langkah yang sederhana, memuat tabel pengamatan, dan berisi pertanyaan lebih sederhana dan runtun membuat mereka lebih baik dalam proses pembelajaran. Adapun kendala yang ditemui pada aksi 3 ini adalah masih terdapat kesalahan peserta didik seperti mengisi LKPD dengan tidak sistematis dan kesalahan dalam perhitungan meskipun telah menggunakan kalkulator. Hal lainnya adalah kebingungan peserta didik mengaitkan bahwa gaya berat adalah salah satu macam dari gaya. Dikarenakan pada aksi 3 ini masih menggunakan karet sebagai alat sederhana contoh benda elastis yang dipakai dalam percobaan dimana keelastisannya ditentukan dengan mencari rata- ratanyadan karet yang digunakan hanya 1 sehingga konstanta yang didapat hanya saru saja. Pada aksi selanjutnya saya menggunakan pegas dengan berbagai konstanta agar mereka dapat membedakan keelastisan dari pegas.
Hasil pada aksi 4:
Dengan IPK menganalisis grafik konstanta pegas dari hasil percobaan (C4) membuat grafik perbandingan konstanta pegas (C6) membandingkan bentuk grafik konstanta pegas dengan tetapan yang berbeda (C4),melakukan percobaan hukum hooke untuk menentukan konstanta pegas, membuat laporan percobaan hukum hooke. Pada aksi 4, terlihat sekali bahwa peserta didik muai terbiasa diberikan masalah sebagai tahapan problem based learning dalam pembelajaran. Ekperimen secara nyata juga masih diterapkan dalam pembelajaran ini dan terlihat keaktifan peserta didik yang baik. Diskusi yang dilakukan juga mulai meningkat, guru sebagai fasilitator juga mulai berkurang mendapati masalah dalam penyelidikan kelompok. Model PBL terlihat mulai efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyimpulkan hasil percobaan pegas. Hal ini didukung dari LKPD yang memuat langkah sederhana, percobaan yang dilakukan secara nyata, dan peserta didik dapat membandingkan konstanta pegas dari tabel hasil pengamatan, analisisnya, dan grafik kemiringan yang menunjukkan konstanta pegas yang dibuat peserta didik itu sendiri. Kemampuan menyimpulkan hasil percobaan juga sudah meningkat dilihat dari kalimat yang dibuat oleh peserta didik di bagian kesimpulan pada LKPD. Dari hasil refleksi pembelajaran, siswa menyatakan tantangan yang masih dihadapinya adalah membuat grafik. Dari hasil pengamatan guru juga, kesulitan peserta didik dalam membuat grafik dikarenakan peserta didik belum terbiasa saja. Beberapa peserta didik juga masih bingung dalam menentukan konstanta terbesar dengan membandingkan kemiringan grafik meskipun hasil pada tabel telah menunjukkan nilainya. Dari aksi nyata yang dilakukan guru, untuk pembelajaran dengan menggunakan model PBL ini disimpulkan efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyimpulkan hasil percobaan.
Dikarenakan ini adalah aksi 4 adalah aksi terakhir, jika
memungkinkan terdapat tindak lanjut dari aksi ini seperti membiasakan peserta didik dalam keterampilan HOTS yakni dalam pembuatan tabel, literasi numerasi, dan pembuatan grafik hasil percobaan.