SKILLS LAB
SEMESTER IV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2022/2022
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
PENANGGUNG JAWAB
dr. Indra Janis, M.K.T
dr. Dewi Pangestuti, M.Biomed
dr. Siska Anggreni Lubis, Sp.KK, M.Pd.Ked, FINSDV
dr. Alamsyah Lukito, M.Kes
EDITOR
dr. Surya Martua Horas Harahap, M.Ked (Surg), Sp.B
dr. Effriandi, M.Ked (Paru), Sp.P
dr. Sinta Veronica, M.Kes
dr. Halimah Thania Nasution, MMedEd
dr. Surya Akbar, MMedEd
dr. Tezar Samekto Darungan, MMedEd
PENYUSUN
dr. Surya Martua Horas Harahap, M.Ked (Surg), Sp.B
dr. Hardy Hasibuan, Sp.B
dr. Dahnial Syahputra, Sp. Rad, K(RI)
dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG
dr. Abdul Gafur, M.Ked(OG)., Sp.OG
Keterampilan Klinik
i
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, bimbingan,
petunjuk-Nya atas selesainya Rancangan Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester IV
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara yang merupakan karya Tim Skills
Lab FK UISU, para pakar dan kontributor ilmu yang terlibat serta editor Tim MEU FK.
UISU. Sesuai dengan SKMendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi
yang berbasis Kompetensi, Standar Kompetensi Dokter sesungguhya merupakan bagian dari
Standar Pendidikan Profesi Dokter.
Konsil Kedokteran Indonesia melalui keputusan No. 11 tahun 2012, telah mensahkan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012 sesuai dengan amanah Undang-Undang RI No.
29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Modul Keterampilan Klinik ini dibuat mengacu
pada perkembangan terkini dari paradigma pendidikan dokter serta mempertimbangkan Misi
dan Visi Universitas Islam Sumatera Utara, dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di tanah air kita.
Akhir kata, kami berharap Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester IV, ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, dan semoga segala usaha yang telah dilakukan, dapat berhasil
guna dalam rangka mencapai tujuan, Misi, dan Visi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara. Amin.
Keterampilan Klinik
ii
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
DAFTAR ISI
PENYUSUN.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
TATA TERTIB INSTRUKTUR ........................................................................................ iv
DESKRIPSI KEGIATAN ................................................................................................... v
PELAKSANAAN UJIAN SKILLS LAB .......................................................................... vii
MATERI KE I: PEMERIKSAAN FISIK SALURAN KEMIH ........................................ 1
MATERI KE II: PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA ................................................. 15
MATERI KE III: PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URETRA ....................... 26
MATERI KE IV: SIRKUMSISI/DORSUMSISI (DORSAL SLIT OPERATION) ........ 35
MATERI KE V: PERSIAPAN DAN INTERPRETASI FOTO BNO/IVP ..................... 43
MATERI KE VI: PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI WANITA .......... 66
MATERI KE VII: ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN ANTE-NATAL CARE ........ 79
MATERI KE VIII: PENGISIAN DANINTERPRETASI PARTOGRAF .................... 106
MATERI KE IX: ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA 1-KALA 3) .............. 119
MATERI KE X: PENILAIAN POST PARTUM ........................................................... 137
MATERI KE XI: PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA ............................................. 142
MATERI KE XII: PEMASANGAN DAN PELEPASAN AKDR/IUD ......................... 150
MATERI KE XIII: PEMASANGAN DAN PELEPASAN AKBP/IMPLAN ................ 160
MATERI KE XIV: PAPSMEAR DAN IVA TEST ........................................................ 172
MATERI KE XV: KONSELING KELUARGA BERENCANA ................................... 178
PENUTUP ....................................................................................................................... 184
Keterampilan Klinik
iii
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Tata tertib yang harus diketahui Instruktur untuk kelancaran acara pelatihan ini adalah:
1. Instruktur / pelatih diharapkan hadir 15 menit sebelum acara pelatihan dimulai
2. Jika instruktur tidak dapat hadir sesuai dengan jadwal yang ditentukan,
instruktur harus melapor ke Pengelola Keterampilan Klinik Semester III yang
berkoordinasi dengan unit Laboratorium Keterampilan Klinik (Skills Lab) FK UISU,
paling lambat 1 hari sebelumnya.
3. Instruktur harus berada di ruangan keterampilan klinik selama proses pelatihan
berlangsung, yaitu selama 2 x 50 menit (± 100 menit) / pertemuan /latihan.
4. Setiap instruktur wajib mengisi dan mengembalikannya kepada Pengelola
Keterampilan Klinik Semester III setelah pelatihan selesai, yaitu:
• Lembaran berita acara pelatihan.
• Lembaran daftar absensi (kehadiran) mahasiswa acara pelatihan.
• Lembaran evaluasi/hasil pengamatan instruktur terhadap keterampilan mahasiswa
(bila ada).
Keterampilan Klinik
iv
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Metode STEPS:
S – Set the foundation of prior knowledge. Instruktur membentuk dasar dari
pengetahuan awal terkait keterampilan yang diajarkan. Instruktur dapat menjelaskan
pentingnya keterampilan tersebut dan konteks dimana keterampilan tersebut
dilakukan.
Keterampilan Klinik
v
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Untuk keterampilan klinis yang tergolong dalam keterampilan non teknis, maka metode
pengajaran dapat menggunakan metode SISFR.
Metode SISFR:
S – Set the context and identify roles and outcomes. Instruktur menjelaskan konteks
keterampilan yang diajarkan akan diterapkan, peran peserta dalam melaksanakan
keterampilan tersebut, bagaimana keadaan dari penderita, dan hasil akhir yang
diharapkan dari pelaksanaan keterampilan tersebut.
I – Immerse in roles and practice. Instrukur mempraktekkan keterampilan non teknis
yang diajarkan dengan cara bermain peran (role play). Instruktur dapat menjelaskan
apa yang dilakukannya kepada peserta pelatihan, sehingga memberikan gambaran
besar tentang pelaksanaan keterampilan tersebut.
1. Mengisi lembar berita acara, dan menandatangani lembar daftar absensi mahasiswa.
2. Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia.
3. Mengingatkan mahasiswa untuk membuat laporan hasil kegiatan pada lembar laporan
hasil latihan, dan menyerahkannya pada instruktur pada pertemuan berikutnya untuk
dikoreksi, dan ditandatangani / diparaf.
4. Bila perlu, memberikan tugas mandiri berupa materi yang harus dipahami mahasiswa
berkaitan dengan latihan keterampilan pada pertemuan ini, dan untuk pertemuan
selanjunya. Mahasiswa menyelesaikannya dalam bentuk tulisan ilmiah beserta
kepustakaannya, yang dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
5. Mengingatkan mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan baik pada pertemuan
(acara pelatihan) berikutnya.
6. Mengucapkan kata penutup, misalnya Alhamdulillah, atau kata-kata lainnya yang
memberikan motivasi kepada mahasiswa.
Keterampilan Klinik
vi
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
vii
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE I
PEMERIKSAAN FISIK SALURAN KEMIH
(dr. Surya Martua Horas Harahap, M.Ked (Surg), Sp.B)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemeriksaan fisik saluran kemih diharapkan
dapat:
1. Melakukan penentuan topografi ginjal, pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan perkusi
ginjal dengan tehnik yang benar dan dilakukan dengan sistematis
2. Melakukan penentuan topografi vesika urinaria, pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan
perkusi vesica urinaria dengan tehnik yang benar dan dilakukan dengan sistematis
3. Melakukan pemeriksaan inpeksi dan palpasi uretra dengan tehnik yang benar dan
dilakukan secara sistematis
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik sistem urogenital meliputi pemeriksaan fisik keadaan umum dan organ
lain pasien, serta pemeriksaan fisik khusus untuk mencari ada tidaknya kelainan
(abnormalitas) pada traktus urogenitalia pria dan traktus urinaria wanita, yang tidak
didapatkan sewaktu melakukan anamnesis.
Traktus urogenitalia pada pria terdiri dari organ urinaria dan organ genitalia. Organ
urinaria dimulai dari ginjal beserta salurannya, ureter, kandung kemih, dan berakhir pada
ujung uretra (orifisium uretra eksternum). Organ genitalia pria meliputi penis, testis,
skrotum beserta isinya, dan prostat.
Pada modul keterampilan klinik ini akan dilatih bagaimana melakukan pemeriksaan fisik
sistem saluran kemih yang meliputi pemeriksaan fisik ginjal, kandung kemih (vesika
urinaria), serta urethra.
Agar dapat melakukan pemeriksaan fisik dengan baik, terlebih dahulu diperlukan
pengetahuan mengenai topografi organ tubuh yang akan diperiksa, dan tentunya latihan
yang berulang, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pemeriksaan fisik.
Keterampilan Klinik
1
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
GINJAL
Ginjal terletak di rongga retroperitoneum atas dan berjumlah sepasang, pada sisi tubuh
sebelah kanan dan kiri. Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan sisi cekungnya
(hilus) menghadap ke medial.
Letak ginjal pada abdomen posterior adalah di bawah diafragma, dan lengkung iga, yaitu
di antara vertebra torakalis ke-12 hingga vertebra lumbalis ke-3, dengan hilus setinggi
vertebra lumbalis pertama.
Gambar 1. Saluran Kemih Wanita (kiri pembaca) dan Saluran Kemih Pria (kanan
pembaca)
Ginjal kanan dan kiri terletak tidak sama tinggi. Ginjal kanan pada umumnya terletak 1-2
cm lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya penekanan oleh lobus kanan hepar (lobus
hepatis dexter).
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang vital dan multifungsi, karena selain
membuang sisa metabolisme tubuh, ginjal juga berfungsi untuk mengatur jumlah cairan
tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, serta menghasilkan beberapa
hormon antara lain, renin, eritropoetin, dan prostaglandin.
URETER
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine dari
pielum ginjal ke đalam vesika urinaria. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20
cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot
Keterampilan Klinik
2
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi)
guna mengeluarkan urine ke vesika urinaria
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos
yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari
saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala,
sesuai dengan irama peristaltik ureter.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju vesika urinaria, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain,
sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut di
tempat itu. Tempattempat penyempitan itu antara lain adalah: (1) pada perbatasan antara
pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction, (2) tempat ureter menyilang arteri
iliaka di rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke vesika urinaria. Ureter masuk
ke vesika urinaria dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural):
keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari vesika urinaria ke ureter
atau refluks vesiko-ureter pada saat vesika urinaria berkontraksi.
Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan pembedahan, ureter dibagi menjadi dua
bagian yaitu: ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari pelvis renalis sammpai
menyilang vasa iliaka, dan ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan dengan vasa
iliaka sampai masuk ke vesika urinaria. Di samping itu secara radiologis ureter dibagi
dalam tiga bagian, yaitu:
1) Ureter 1/3 proksimal, mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum,
2) Ureter 1/3 medial, mulai dari batas atas sakrum sampai pada batas bawah sakrum,
3) Ureter 1/3 distal, mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke vesika urinaria.
(A) (B)
Keterampilan Klinik
3
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
VESIKA URINARIA
Vesika urinaria (kandung kemih) merupakan organ urinaria berongga yang berfungsi
menampung urin dari ureter, kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam
mekanisme miksi. Vesika urinaria dapat menampung urin dengan kapasitas volume
maksimal hingga 500 ml pada orang dewasa. Sedangkan kapasitas vesika urinaria pada
anak-anak menurut “formula dari Koff” adalah:
Pada saat penuh, vesika urinaria terletak di atas simfisis pubis (suprasimfisis), sehingga
dapat terlihat pada pemeriksaan inspeksi, serta dapat dipalpasi dan perkusi. Pada saat
kosong, atau berisi kurang dari 150 ml, vesika urinaria berada di belakang simfisis pubis
sehingga menjadi sulit untuk diperiksa dengan pemeriksaan fisik.
URETHRA
Urethra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari vesika urinaria melalui
proses miksi. Secara anatomis urethra dibagi menjadi 2 bagian yaitu urethra posterior
dan urethra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan
sperma. Urethra dilengkapi dengan sfingter urethra interna yang terletak pada perbatasan
vesika urinaria dan urethra, serta sfingter urethra eksterna yang terletak pada perbatasan
urethra anterior dan posterior. Sfingter urethra interna terdiri atas otot polos yang
dipersarafi oleh sistem saraf simpatik sehingga pada saat vesika urinaria penuh, sfingter
ini terbuka. Sfingter urethra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh
sistem saraf somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat
kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
Panjang urethra pada wanita ± 3-5 cm, sedangkan urethra pada pria dewasa ± 23-25 cm.
Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih
sering terjadi pada pria.
Urethra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian urethra yang
dilbungkusi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea. Di bagian posterior
lumen urethra prostatika, terdapat suatu tonjolan verumontanum, dan di sebelah
proksimal dan distal dari verumontanum ini terdapat krista uřethralis. Bagian akhir dari
vas deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius yang terdapat di pinggir kiri dan kanan
verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus
yang tersebar di urethra prostatika.
Keterampilan Klinik
4
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Urethra anterior adalah bagian urethra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis.
Seperti diperlihatkan pada gambar diatas, urethra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa,
(2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus urethra eksterna. Di dalam
lumen urethra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada di dalam diafragma urogenitalis dan bermuara
di urethra pars bulbosa, serta kelenjar Littre yaitu kelenjar parauretralis yang bermuara di
urethra pars pendularis.
Panjang urethra wanita kurang lebih 4 cm dengan diameter ± 8 mm. Berada di bawah
simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Di dalam urethra bermuara
kelenjar periuretra, di antaranya adalah kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial
uretra, terdapat sfíngter urethra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot
sfingter urethra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar
urine tetap berada di dalam vesika urinaria pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi
jika tekanan intravesika melebihi tekanan intraurethra akibat kontraksi otot detrusor, dan
relaksasi sfingter urethra eksterna.
Keterampilan Klinik
5
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Pada pemeriksaan inspeksi dan perkusi, mintalah pasien untuk duduk menghadap lurus
ke depan, dengan pemeriksa berada di belakang pasien. Pada pemeriksaan palpasi pasien
dibaringkan dalam posisi supine, dengan kedua tungkai ditekuk pada lutut, agar dinding
perut tidak tegang, dengan posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
Inspeksi
Sebelum melakukan pemeriksaan inspeksi ginjal, aturlah posisi pasien, dalam keadaan
duduk menghadap lurus ke depan, dengan posisi pemeriksa berada di belakang pasien.
Amatilah dengan seksama daerah pinggang dan abdomen bagian atas, pada sisi sebelah
kanan maupun kiri.
Keterampilan Klinik
6
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Perhatikanlah apakah terdapat perubahan warna kulit yang abnormal pada daerah
tersebut misalnya, tanda-tanda peradangan dimana kulit tampak hiperemis, abses,
jejas trauma, hematome, dan lain sebagainya.
• Kemudian amatilah apakah daerah tersebut tampak simetris atau asimetris, apakah
tampak adanya benjolan (massa) atau tidak. Bentuk yang asimetris, dan tampaknya
benjolan pada daerah daerah pinggang dan abdomen bagian atas dapat disebabkan
oleh hidronefrosis yang berat, atau adanya tumor pada daerah retroperitoneum.
(A) (B)
Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan dengan memakai dua tangan atau dinamakan juga palpasi
bimanual. Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, mintalah pasien untuk berbaring
dengan posisi supine, dengan kedua tungkai ditekuk pada lutut. Posisi pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan palpasi ginjal kanan maupun kiri adalah di sebelah kanan
pasien.
Keterampilan Klinik
7
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
(A) (B)
Gambar 6. (A) Palpasi Ginjal Kiri; (B) Palpasi Ginjal Kanan
• Seperti halnya pada palpasi ginjal kanan, bila ginjal kiri teraba, tentukanlah
ukuran, lokasi, bentuk, permukaan, konsistensi, mobilitas, dan apakah ada
nyeri tekan atau tidak.
• Ginjal kiri hanya dapat teraba pada pembesaran ginjal. Pada keadaan normal,
ginjal kiri sulit teraba, bahkan pada orang yang berperawakan kurus, karena
letaknya yang tinggi pada ruang retroperitoneum.
Keterampilan Klinik
8
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Perkusi
1. Sebelum melakukan pemeriksaan perkusi ginjal, mintalah pasien untuk duduk
menghadap lurus ke depan, posisi pemeriksa berada di sebelah belakang pasien.
2. Letakkanlah telapak tangan kiri pemeriksa dengan posisi pronasi pada sudut
kostovertebral (kanan atau kiri) pasien, kemudian pukullah secara lembut punggung
telapak tangan kiri dengan sisi ulnar kepalan tangan kanan pemeriksa.
3. Tanyakanlah kepada pasien apakah pasien merasa nyeri atau tidak saat perkusi ginjal
dilakukan.
Nyeri ketok ginjal dapat ditemukan pada kasus batu ginjal, pielonefritis, hidronefrosis,
atau tumor ginjal
Palpasi
Pemeriksaan palpasi vesika urinaria dilakukan secara bimanual, dan sebaiknya dilakukan
dalam keadaan anastesi umum pada pemeriksaan karsinoma kandung kemih pasca
operasi. Cara melakukannya:
1. Letakkanlah jari-jari tangan kiri pemeriksa dengan posisi pronasi, pada dinding
abdomen anterior di atas simfisis pubis.
Keterampilan Klinik
9
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
2. Kemudian masukkanlah jari telunjuk tangan kanan dalam posisi supinasi ke dalam
anus atau vagina pada pasien wanita, secara perlahan, sampai seluruh jari pemeriksa
masuk, dan berada pada rektum atau vagina.
3. Tekanlah jari-jari tangan kiri yang berada pada dinding anterior abdomen ke arah
dalam, sedangkan jari telunjuk tangan kanan menekan kandung kemih pada dinding
rektum atau vagina, ke arah luar.
• Bila kandung kemih terdistensi karena urin yang banyak, akan teraba massa di
antara abdomen dan vagina pada pasien wanita, atau di antara abdomen dan
rektum pada pasien pria atau wanita yang belum menikah (perawan).
(A) (B)
Gambar 8. (A). Palpasi kandung kemih pria ; (B). Palpasi kandung kemih wanita
Perkusi
Pemeriksaan perkusi merupakan pemeriksaan pilihan dalam mendiagnosa kandung
kemih yang mengalami distensi, dan lebih mudah dilakukan daripada pemeriksaan
palpasi. Cara melakukan perkusi kandung kemih adalah seperti perkusi pada umumnya,
dilakukan di atas simfisis pubis, mengarah ke kranial.
Batas atas kandung kemih yang terdistensi karena penuh berisi urin dapat ditentukan
dengan adanya perubahan suara perkusi, dari redup ke timpani. Kemudian dapat
ditentukan batas-batas kandung kemih sebagai daerah dengan suara perkusi redup yang
dikelilingi oleh suara perkusi timpani pada bagian usus yang terisi udara.
Keterampilan Klinik
10
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Palpasi
• Apakah dijumpai nyeri saat urethra ditekan
• Apakah dijumpai penonjolan pada fossa naviculare
Keterampilan Klinik
11
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
12
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMERIKSAAN FISIK SALURAN KEMIH
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SALURAN KEMIH
1. Informed Consent
2. Mengatur posisi pasien
3. Melakukan pemeriksaan fisik ginjal
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
13
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
1. Burnside J.W, McGlynn T.J. Rektum dan Traktus Urogenitalis. Adams : Diagnosis Fisik.
Alih Bahasa : Lukmanto H. Edisi ke-17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995
: 292-301
2. Gerber G.S, Brendler C.B. Evaluation of the Urologic Patient. In: Walsh P.C, Retik A.B,
Vaughan E.D, Wein A.J, Kavoussi L.R, Novick A.C, Partin A.W, Peters C.A, eds.
Campbell’s Urology. 8th edition. Philadelphia, London, New York, St Louis, Sydney,
Toronto : W.B Saunders Co. 2005 : 92-7
3. Purnomo B.B. Pemeriksaan Urologi. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
CV Sagung Seto. 2003 : 18-20
4. Scholtmeijer R.J, SchrÖder F.H. Anamnesis dan Pemeriksaan. In : Adrianto P, ed.
Urologi
Untuk Praktek Umum. Cetakan III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1992 : 4-6
Keterampilan Klinik
14
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE II
PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA
(dr. Surya Martua Horas Harahap, M.Ked (Surg), Sp.B)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemeriksaan genitalia pria diharapkan dapat:
1. Melakukan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi) penis dengan tehnik yang benar dan
dilakukan secara sistematis
2. Melakukan pemeriksaan fisik (inspeksi) skrotum dan pemeriksaan fisik (palpasi) isi
skrotum dengan tehnik yang benar dan dilakukan secara sistematis
3. Melakukan pemeriksaan transiluminasi skrotum dengan tehnik yang benar dan
dilakukan secara sistematis dan dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan
transiluminasi skrotum
C. PENDAHULUAN
Genitalia eksterna pria terdiri dari penis, skrotum, dan isi dari skrotum. Pada
pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria dapat dilakukan inspeksi dan palpasi dan juga
pemeriksaan transiluminasi skrotum.
Keterampilan Klinik
15
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Batang penis ditutupi oleh kulit, dan memanjang dari sulkus korona hingga ke akar
penis. Pada batang penis terdapat sebagian besar badan erektil, yaitu korpos spongiosum,
merupakan struktur ventromedial yang mengelilingi uretra, dan dua struktur yang
terletak dorsal dan lateral korpus spongiosum, yang dapat terisi darah sehingga
menyebabkan penis ereksi, yaitu korpora kavernosa. Sebagian badan erektil juga terdapat
pada glans penis, sehingga glans penis dapat bertambah besar sewaktu penis dalam
keadaan ereksi.
Skrotum berbentuk seperti ruang ganda yang dilapisi oleh kulit, dan di dalamnya
terdapat organ reproduksi pria yaitu testis, epididimis, dan bagian terminal funikulus
spermatikus yang berisi vas deferens. Skrotum dapat bergerak naik turun untuk menjaga
suhu di dalam ruangnya tetap stabil. Bila suhu udara terlalu panas, skrotum akan
bergerak turun ke bawah, sebaliknya bila suhu udara dingin skrotum akan bergerak naik
ke arah atas.
Keterampilan Klinik
16
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
1. Meja/tempat tidur
2. Kursi 6-8 buah
3. Sarung tangan steril
4. alkohol 70%
5. Manekin penis dan skrotum
6. kassa atau kertas tisu
7. pen light
F. CARA KERJA
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK PENIS
Sebelum melakukan pemeriksaan:
• jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik penis yang akan dilakukan
secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah
persetujuan pasien.
• Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk berdiri atau berbaring, dan membuka
pakaian bawahnya, sehingga abdomen dan genitalia terbuka penuh.
• Posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien dan memakai sarung tangan
steril.
Inspeksi
Pada pasien yang telah disirkumsisi, dapat terlihat langsung glans penis, korona,
dan orifisium uretra eksternum. Bila belum disirkumsisi, tariklah prepusium ke arah atas,
sehingga glans, korona, dan orifisium uretra eksternum dapat terlihat. Prepusium harus
dapat ditarik pada pasien yang berusia di atas 9 tahun, untuk memastikan tidak adanya
kelainan seperti fimosis, dan dapat dikembalikan ke tempatnya semula untuk memastikan
tidak terjadinya parafimosis. Halhal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan inpeksi
pada penis antara lain adalah :
• Ukuran dan bentuk penis. Ukuran penis normal pria dewasa adalah sekitar 10-23
cm. Perhatikan ada tidaknya kelainan ukuran dan bentuk penis, seperti
mikropenis, makropenis, dan hemafrodite atau alat kelamin ganda
• Lesi pada penis dan prepusium, seperti radang pada glans penis (balanitis), ulkus
durum yang tidak nyeri pada sifilis primer, ulkus molle (chancroid), dan herpes
genitalis yang terasa nyeri, skabies, karsinoma penis, kondiloma akuminata,
fimosis, serta parafimosis, yaitu edema prepusium yang menjepit glans penis, dan
menyerupai bentuk kerah Spanyol
• Benda asing pada penis dan prepusium. Perhatikanlah apakah tampak adanya
benda asing berbentuk ring yang menjerat penis sehingga tidak bisa dilepaskan
Keterampilan Klinik
17
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
(A) (B)
Keterampilan Klinik
18
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan cara meraba, atau menekan bagian penis, dan
daerah disekitarnya. Palpasilah penis untuk menilai:
• ada tidaknya, lempengan yang teraba keras di daerah dorsum pedis, pada
penyakit Peyronie.
• Untuk melihat ada tidaknya sekret uretra, palpasilah uretra dengan cara
mengurutnya dari perineum ke glans penis, yang akan menyebabkan keluarnya
sekret.
• Palpasilah uretra anterior untuk meraba ada tidaknya batu atau benda asing.
• Palpasilah juga daerah lipat paha untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening inguinal.
Keterampilan Klinik
19
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Inspeksi
• Perhatikanlah kesimetrisan skrotum untuk menilai kedudukan testis di dalam
skrotum. Pada keadaan normal, skrotum tampak simetris, dan kedua testis dapat
diamati dari luar, dengan posisi testis kiri yang lebih rendah, dan sedikit lebih
besar dari testis kanan. Pada kasus testis tidak turun (undescended testis), salah
satu ruang skrotum yang dalam keadaan normal seharusnya terisi testis, terlihat
kosong.
• Kemudian, amatilah apakah terdapat pembesaran pada skrotum. Pembesaran
skrotum dapat disebabkan oleh peradangan yang ditandai dengan adanya tanda-
tanda inflamasi, massa (tumor), atau cairan abnormal di dalam skrotum, misalnya
pada kasus hidrokel, dan hematoma, serta kelainan lainnya seperti varikokel, atau
hernia skrotalis.
• Amatilah juga ada tidaknya kelainan pada kulit skrotum seperti perubahan warna
kulit karena peradangan (hiperemis), atau hematome, kemudian amatilah ada
tidaknya skabies, ulkus, jamur kulit, dan massa abnormal.
Palpasi
Palpasi isi skrotum dilakukan dengan urutan pemeriksaan dimulai dari palpasi testis,
epididimis, dan funikulus spermatikus.
1. Dengan menggunakan kedua tangan palpasilah setiap testis dengan hati-hati
secara bergantian.
• Pada pemeriksaan palpasi, dapat dinilai apakah kedua testis turun ke
dalam skrotum.
• Bila salah satu testis tidak turun, palpasilah kanalis ingunalis untuk
mencari testis yang tidak turun.
Keterampilan Klinik
20
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
•
Bila kedua testis terpalpasi, lakukan penilaian terhadap ukuran kedua
testis apakah sama besar atau tidak, apakah ukuran testis normal,
konsistensi testis yang pada keadaan normal teraba kenyal, dan sama
antara satu dengan lainnya, serta adakah palpasi menimbulkan nyeri atau
tidak.
• Pembengkakan testis yang difus dan nyeri hebat sewaktu dipalpasi
ditemukan pada kasus orkitis.
• Testis yang tampak tertarik ke pangkal skrotum, nyeri saat dipalpasi, dan
terletak melintang, ditemukan pada kasus torsio testis.
2. Pemeriksaan dilanjutkan dengan mempalpasi epididimis pada bagian belakang
dan atas testis.
• Epididimis normal teraba lunak, dengan tekstur tidak teratur dan granuler.
Lakukanlah penilaian untuk melihat ada tidaknya kelainan seperti,
epididimis yang teraba bengkak, padat, dan nyeri saat dipalpasi.
3. Funikulus spermatikus mengandung vas deferens dan berkas neurovaskuler, dan
dapat dipalpasi pada bagian belakang testis.
• Vas deferens normal, teraba keras seperti tali, sehingga dapat dibedakan
dengan epididimis yang teraba lunak.
• Bila terdapat varikokel, akan teraba massa lunak seperti segumpal cacing,
bila pasien berdiri dan mengedan. Pada hidrokel akan teraba massa kistik,
tidak nyeri, dan testis sukar teraba.
TRANSILUMINASI
Pemeriksaan transiluminasi dilakukan untuk membedakan pembengkakan skrotum
disebabkan oleh adanya cairan abnormal misalnya hidrokel, atau massa padat.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan senter pena di dalam ruangan yang
gelap.
1. Sebelum melakukan pemeriksaan, mintalah pasien untuk berbaring.
2. Kemudian arahkanlah senter pena dari belakang kantung skrotum.
Keterampilan Klinik
21
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
3. Jika isi skrotum tampak menerawang, menandakan skrotum berisi cairan, dan
dinamakan transiluminasi positif. Sebaliknya jika sinar tidak dapat menembus
skrotum, menandakan adanya massa padat, yang dinamakan transiluminasi
negatif. Transiluminasi negatif didapatkan pada kasus hernia skrotalis, tumor
testis, dan hematokel.
Keterampilan Klinik
22
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
(..........................................)
Keterampilan Klinik
23
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PEMERIKSAAN FISIK PENIS
1. Informed Consent
2. Inspeksi Penis
3. Palpasi Penis
PEMERIKSAAN FISIK SKROTUM DAN ISI SKROTUM
1. Informed Consent
2. Inspeksi Skrotum
3. Palpasi Isi Skrotum:
• Palpasi testis
• Palpasi epididimis
• Palpasi funiculus spermaticus
• Palpasi vas deferens
• Konsistensi skrotum
PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
1. Informed Consent
2. Pemeriksaan transiluminasi
3. Interpretasi hasil transiluminasi
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
24
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
1. Burnside J.W, McGlynn T.J. Rektum dan Traktus Urogenitalis. Adams : Diagnosis
Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto H. Edisi ke-17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 1995 : 292-301
2. Gerber G.S, Brendler C.B. Evaluation of the Urologic Patient. In: Walsh P.C, Retik
A.B, Vaughan E.D, Wein A.J, Kavoussi L.R, Novick A.C, Partin A.W, Peters C.A,
eds. Campbell’s Urology. 8th edition. Philadelphia, London, New York, St Louis,
Sydney, Toronto : W.B Saunders Co. 2005 : 92-7
Keterampilan Klinik
25
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE III
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URETRA
(dr. Hardy Hasibuan, Sp.B)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab prosedur pemasangan kateter uretra diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan indikasi dan kontra-indikasi pemasangan kateter uretra
2. Melakukan persiapan pemasangan kateter uretra terutama persiapan terkait prinsip
sterilitas dan penentuan ukuran kateter uretra
3. Melakukan prosedur pemasangan kateter uretra baik pada pria dan wanita dengan
tehnik yang benar dan sistematis dengan mempertimbangkan aspek pengurangan
nyeri dan risiko cedera
4. Menjelaskan perawatan pasien pasca pemasangan kateter uretra
C. PENDAHULUAN
Kateterisasi uretra merupakan tindakan prosedur medis pada sistem saluran kemih
yang sering dilakukan dan merupakan kompetensi tingkat 4A pada keterampilan klinik
yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Tindakan ini harus dilakukan secara benar dan sesuai indikasi disebabkan memiliki
resiko terjadinya cedera pada saluran kemih khususnya uretra. Oleh kerena itu harus
pemasangan kateter uretra harus sesuai indikasi atau tujuan serta memperhatikan
kontraindiksasi dari pemasangan kateter uretra.
Keterampilan Klinik
26
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
27
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Kateter uretra
Foley Kateter
Foley kateter merupakan salah satu jenis kateter uretra yang sering digunakan di
bidang medis. Terdiri dari berbagai ukuran yang disesuaikan dengan diameter uretra.
Ukuran yang lazim digunakan menggunakan ukuran (nomor) Skala Perancis, yang
dinotasikan dengan Fr. 1 Fr ekuivalen dengan 0,33 mm. Semakin kecil nomor, semakin
kecil pula ukuran kateter.
Tujuan diagnosis:
• Mengukur atau memantau produksi urin per satuan waktu (urine output)
• Untuk memperoleh sampel urin sebagai bahan pemeriksaan kultur
• Mengukur urin sisa (residu urin)
• Pembuatan foto sistogram.
Tujuan terapi:
• Retensio urine pada BPH atau batu pada kandung kemih
• Untuk memasukkan obat intravesika
• Irigasi kandung kemih pada kasus hematuria.
• Mengosongkan kandung kemih sebelum atau selama oprasi
Keterampilan Klinik
28
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
1. Informed consent
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan dan apron
5. Memposisikan pasien:
• mintalah pasien untuk berbaring di tempat tidur dengan kepala dan bahu sedikit
ditinggikan,
• melakukan abduksi paha,
• extensi lutut pada pria, dan fleksi lutut pada wanita
• membuka pakaian pasien agar uretra terekspos dengan baik
6. Memposisikan diri operator disebelah kiri pasien.
7. Pemasangan Kateter Uretra Pada Pria
• Pilih ukuran kateter sesuai dengan diameter uretra pasien
• Mempersiapkan air steril untuk mengembangkan balon kateter dengan jumlah
yang sesuai di dalam tabung suntik
• Mempersiapkan gel (lubricant) sebagai pelumas kateter dengan jumlah 3 – 5 ml
• Desinfeksi genitalia disekitarnya yaitu muara uretra (oue), gland penis serta
penis, skrotum, suprapubis, selangkangan, dan paha dengan povidone iodine 10
% dan tutup duk steril
• Meminta pasien tetap rileks dan tidak cemas selama pemasangan kateter dengan
mengatur nafas yang baik
Keterampilan Klinik
29
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Pegang penis dan angkat penis ke posisi hampir tegak lurus dengan menggunakan
tangan kiri melalui perantaraan kasa
• Masukkan pelumas ke dalam uretra melalui meatus (oue) menggunakan tabung
suntik yang berisi jelly, kemudian tutup meatus uretra eksternum dengan
telunjuk, agar gel tidak keluar
• Oles ujung kateter dengan jelly dan insersikan kateter ke dalam uretra (kateter di
pegang dengan pinset anatomis) melalui oue melewati pars anterior dan pada saat
akan melewati pars prostatika terdapat sedikit tahanan dan kateter diteruskan
sampai ke kandung kemih yang ditandai dengan keluarnya urin dari kateter
• Sebaiknya kateter terus didorong masuk ke kandung kemih hingga percabangan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna
• Isi balon kateter dengan tabung suntik 20 ml yang telah berisi air steril untuk
mengembangkan balon yang akan memfiksasi kateter pada kandung kemih
• Tarik kateter secara perlahan sampai terasa adanya tahanan dan sambung kateter
ke kantong urin (urine bag)
• Balut glans penis dengan kasa steril yang telah diberi betadine atau salep
antibiotik
• Fiksasi kateter dengan penis mengarah ke atas, di daerah inguinal, atau paha
bagian proksimal, untuk mencegah timbulnya komplikasi seperti striktur, atau
fistula uretra
• Ukur volume urin yang keluar, dan perhatikan warnanya
(A) (B)
Gambar 5. (A) Pemasangan Kateter Uretra Pada Pria, (B) Pemasangan Kateter Uretra
Pada wanita
Keterampilan Klinik
30
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Meminta pasien tetap rileks dan tidak cemas selama pemasangan kateter dengan
mengatur nafas yang baik
• Identifikasi uretra dengan membuka kedua labia, dan carilah orifisium uretra
eksternum yang terletak di atas liang vagina
• Oles ujung kateter dengan jelly dan insersikan kateter ke dalam uretra (kateter di
pegang dengan pinset anatomis) melalui oue diteruskan sampai ke kandung
kemih yang ditandai dengan keluarnya urin dari kateter
• Sebaiknya kateter terus didorong masuk ke kandung kemih hingga percabangan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna
• Isi balon kateter dengan tabung suntik 20 ml yang telah berisi air steril untuk
mengembangkan balon yang akan memfiksasi kateter pada kandung kemih
• Tarik kateter secara perlahan sampai terasa adanya tahanan dan sambung kateter
ke kantong urin (urine bag)
• Balut oue dengan kasa steril yang telah diberi betadine atau salep antibiotik
• Fiksasilah kateter dengan mengarah ke bawah (kaudal), pada daerah pertengahan
paha pasien
• Ukur volume urin yang keluar, dan perhatikan warnanya
Keterampilan Klinik
31
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
32
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMASANGAN KATETER URETRA
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PEMASANGAN KATETER URETRA
1 Informed consent
2 Mempersiapkan alat
3 Mencuci tangan
4 Memakai sarung tangan
5 Melakukan desinfeksi
6 Menutup area tindakan dengan doek lobang steril
7 Memasang kateter uretra pria
8 Memasang kateter uretra wanita
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
33
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
1. Dacre J, Kopelman P, 2004, Sistem Reproduksi Pria. In : Listiawaty, ed. Alih Bahasa :
Pendit B.U. Buku Saku Keterampilan Klinis, Cetakan ke-1. EGC, Jakarta
2. Karakata S, Bachsinar B, 1995, Tindakan-Tindakan Khusus. In: Oswari J, ed. Bedah
Minor. Cetakan ke-2, Hipokrates, Jakarta
3. Nealon T.H, Nealon F.T, 1996, Kateterisasi Uretra. In : Komala S, Kartini A, eds. Alih
Bahasa : Pendit B.U, Winata E. Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Edisi ke-4, EGC,
Jakarta
4. Purnomo B.B, 2003, Kateterisasi dan Sirkumsisi. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke-2. CV
Sagung Seto, Jakarta
Keterampilan Klinik
34
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE IV
SIRKUMSISI/DORSUMSISI (DORSAL SLIT OPERATION)
(dr. Hardy Hasibuan, Sp.B)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab sirkumsisi/dorsumsisi (dorsal slit operation)
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan indikasi dan kontra-indikasi sirkumsisi/dorsumsisi (dorsal slit
operation)
2. Melakukan teknik anastesiblok pada penis (penile bloc) dan teknik infiltrasi pada
penis dengan baik dan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan teknik sirkumsisi/dorsumsisi (dorsal slit operation)
dengan baik dan benar
C. PENDAHULUAN
Dorsumsisi (sunat, khitan) merupakan suatu tindakan operasi kategori minor untuk
membuan sebagian kulit penis (kulup)/ pruputium dengan maksud dan tujuan tertentu.
Tindakan ini sudah lama dikerjakan pada ajaran agama islam. Keuntungan klinis dari
tindakan sirkumsisi adalah megurangi resiko ISK, phimosis, paraphimosis,
balanoposthititis dan keganasan penis serta menurunkan resiko HIV.
Anatomi Penis
Keterampilan Klinik
35
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Komplikasi
1. Perdarahan: biasanya disebabkan tidak sempurna ligasi untuk mengatasi perdarahan
terutama di daerah frenulum
2. Infeksi: terjadi akibat perawatan pasca sirkumsisi yang kurang baik. Infeksi biasanya
bersifat ringan, sedang dan terlokasi.
3. Cedera terpotongnya glans penis dan pemotongan prepusium yang terlalu banyak
ALAT BAHAN
▪ Klem bengkok hemostat 3 buah ▪ Spuit 3 cc
▪ Klem lurus hemostat 3buah ▪ Lidokain ampul
▪ Pinset anatomis ▪ Benang plain catgut No.
▪ Pinset sirurgis 3/0
▪ Gunting jaringan ▪ Duk steril
▪ Gunting benang ▪ Sarung tangan steril
▪ Gunting perban ▪ Povidone iodine 10 %
▪ Needle holder ▪ Alkohol 70%
▪ Scalpel no.15 ▪ Gliserin alkohol
▪ Bengkok (Nierbeken) ▪ Kassa steril
▪ Waskom kecil ▪ Perlak
F. CARA KERJA
Prosedur Tindakan:
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Meminta pasien berbaring di tempat tidur tindakan dalam posisi supinasi, kedua
tungkai diluruskan dan kedua paha direnggangkan
6. Operator menggunakan APD dan posisi operator di sebelah kiri pasien.
7. Lakukan desinfeksi daerah tindakan meliputi penis (gland penis, preputium dan
keseluruhan penis), skrotum, pubis sampai sela – sela paha dengan povidone iodine
Keterampilan Klinik
36
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
10% secara sentrifugal dan tutup duk steril. (Pada pasien dewasa, cukur rambut di
sekitar penis sebelum desinfeksi)
8. Melakukan tindakan anestesi blok yang memblok nervus dorsalis penis.
▪ Tusukkan jarum pada pangkal penis secara tegak lurus terhadap batang penis,
hingga terasa sensasi seperti menembus kertas sebagai tanda jarum telah
menembus fascia Buck tempat nervus dorsalis penis. Tanda lain adalah jika jarum
ditarik ke atas, penis terangkat dan bila obat disuntikkan tidak terjadi edema.
▪ Kemudian miringkan jarum ke sisi batang penis.
▪ Lakukan aspirasi, bila jarum tidak masuk ke pembuluh darah, suntikkan zat
anestesi sebanyak 1-2 cc, lalu pindahkan ke sisi lainnya, suntikkan kembali zat
anestesi seperti sebelumnya.
▪ Tambahkan anestesi infiltrasi pada daerah frenulum dan sekitarnya.
▪ Lakukan pijatan pada daerah bekas suntikan agar obat tersebar.
▪ Tunggu kurang lebih 5 menit, lepaskan perlekatan prepusium (bila ada) secara
perlahan.
▪ Yakinkan anestesi sudah bekerja dengan penjepit prepusium tanpa memberitahu
pasien.
▪ Bila anestesi telah bekerja, tindakan dorsumsisi dapat dilakukan.
Keterampilan Klinik
37
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
▪ Jahit mukosa-kulit pada jam 12, simpul jangan dipotong namun dijepit dengan
klem arteri pean lurus sebagai kendali untuk memudahkan tindakan selanjutnya.
▪ Lanjutkan pemotongan prepusium ke samping sejajar sulkus koronarius glans
dengan jarak 5 – 10 mm dari distal sulkus koronarius glans.
Keterampilan Klinik
38
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
39
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
40
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
SIRKUMSISI/DORSUMSISI (DORSAL SLIT OPERATION)
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
Sirkumsisi/Dorsumsisi (Dorsal Slit Operation)
1 Informed consent
2 Mempersiapkan alat dan bahan
3 Mencuci tangan
4 Memakai sarung tangan
5 Memposisikan pasien di atas tempat tidur
6 Memposisikan diri operator di sebelah kiri pasien
Melakukan desinfeksi area operasi dan menutup dengan
7
duk steril
8 Melakukan penyuntikan anastesi lokal
9 Melakukan dorsumsisi dan sirkumsisi
10 Menghentikan perdarahan dan mencuci luka
11 Penjahitan kulit ke mukosa
12 Oles luka dengan salep antibiotik dan tutup luka
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
41
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
Keterampilan Klinik
42
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE V
PERSIAPAN DAN INTERPRETASI FOTO POLOS KIDNEY URETER BLADDER
(KUB)/BNO & FOTO INTRAVENOUS UROGRAPHY/PYELOGRAPHY (IVU/IVP)
(dr. Dahnial Syahputra, Sp.Rad., K(RI))
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab persiapan dan interpretasi Foto Polos Kidney
Ureter Bladder (KUB)/BNO – IVU/IVP diharapkan dapat:
1. Menjelaskan indikasi dan syarat pembuatan foto polos Kidney Ureter Bladder (KUB)
– IVP
2. Melakukan penilaian kelayakan hasil foto polos Kidney Ureter Bladder (KUB)/BNO
– IVU/IVP
3. Melakukan pembacaan dan interpretasi hasil foto polos Kidney Ureter Bladder
(KUB)/BNO – IVU/ IVP secara sistematis dan benar
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan radiologi urologi, merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu dokter untuk menemukan kelainan-kelainan urologi yang tidak dapat
ditentukan secara pasti melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan ini, meliputi foto polos kidney ureter bladder (KUB), pielografi
intravena (PIV / IVP), urografi retrograd, aortografi translumbal, angiografi renal,
tomografi, sistografi, pneumografi ekstraperitoneal, ultrasonografi (USG), computed
tomography (CT-Scan), serta radionuklir yang dikenal dengan Nuclear Magnetic
Resonance (NMR).
Keterampilan Klinik
43
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Garis luar (outline) beberapa struktur anatomi dapat terlihat pada KUB, termasuk
ginjal, psoas dan kandung kemih, tulang, pola gas usus dan basis paru, berdasarkan
perbedaan densitas struktur anatomi tersebut dibanding lemak mesenterika atau
retroperitoneal sekitarnya. Kelainan patologis dapat ditemukan pada struktur anatomi
Keterampilan Klinik
44
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
tersebut, namun penggunaan utama foto KUB adalah untuk menentukan adanya
gambaran opak abnormal pada traktus urinarius.
Keterampilan Klinik
45
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
mengevaluasi posisi pasien dan meyakinkan bahwa persiapan saluran cerna (bowel
preparation) telah adekuat atau untuk melihat apakah material kontras dari foto
sebelumnya masih terdapat atau tidak.
❖ Side. Perhatikan apakah penempatan sisi kanan dan kiri sudah benar. Sisi kanan
ditandai oleh bayangan hepar, sedangkan sisi kiri dapat dikenali dengan adanya
bayangan gas pada lambung. Untuk menghindarkan kesalahan pembacaan perlu
diperhatikan, apakah pada foto KUB tampak gambaran colon yang banyak berisi
feses dan udara yang dapat mengaburkan pembacaan ginjal, ureter dan kandung
kemih. Jika hal ini terjadi, kosongkan perut terlebih dahulu, kemudian ulangi foto.
❖ Skeleton. Perhatikan tulang kosta, vertebra, sakrum, dan sendi sakroiliaka. Adakah
kelainan bentuk seperti kifosis, skoliosis, atau fraktur. Selain itu amatilah densitas
tulang, apakah terdapat perubahan densitas tulang (hipodens atau hiperdens) yang
disebabkan oleh proses metastasis keganasan dari tempat lain, pengapuran tulang,
atau berkurangnya densitas tulang misalnya karena osteoporosis.
❖ Soft Tissue. Perhatikan ada tidaknya pembesaran organ seperti hepar, ginjal, dan
kandung kemih karena proses keganasan, atau retensi urin. Perhatikan juga garis
Psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat dan tidak terlalu penting dalam pembacaan
foto polos abdomen KUB. Namun jika garis psoas terlihat, lihat apakah terdapat
perubahan garis psoas yang normalnya terlihat lurus.
❖ Stone. Perhatikan ada tidaknya bayangan opak abnormal pada sistem urinaria, dari
ginjal, ureter, hingga ke kandung kemih. Bayangan opak abnormal ini harus dapat
dibedakan dengan kalsifikasi pembuluh darah (flebolit), atau feses yang telah
mengeras (fecolith). Batu saluran kemih yang bersifat non radiopak, misalnya batu
asam urat, atau batu sistin, tidak tampak jelas pada foto polos kidney ureter
bladder. Batu jenis ini akan lebih jelas diamati dengan pemeriksaan intravenous
urography/pyelography (IVU/IVP)
Keterampilan Klinik
46
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
(A) (B)
Gambar 4. (A) Garis Psoas Terlihat Lurus Kanan-Kiri, (B) Garis Psoas Kanan
Tidak Terlihat
Keterampilan Klinik
47
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
48
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
(A) (B)
Gambar 8. (A) Batu Pada Garis Ureter Kanan-Kiri,
(B) Batu Vesico-Ureter Junction Kiri
Bila terdapat keluhan dan gejala klinis, dilakukan juga pemeriksaan pielografi
intravena, untuk mengetahui ada tidaknya batu non opak, misalnya batu asam urat,
batu sistin, atau batu xanthin.
Keterampilan Klinik
49
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Batu kandung kemih dapat tunggal atau multipel, besar atau kecil, dan sering
berlapis-lapis. Infeksi, misalnya pada kasus tuberkulosis atau schistosomiasis, dapat
menyebabkan terjadinya kalsifikasi pada dinding kandung kemih, sehingga dapat
memberikan gambaran opak abnormal di sekeliling dinding kandung kemih, dan
dinding kandung kemih dapat terlihat lebih jelas karena mengalami kalsifikasi. Proses
keganasan seperti teratoma dapat memberikan gambaran opak abnormal, disertai
dengan gambaran opak abnormal jaringan ektoderm seperti rambut atau gigi.
(A) (B)
Gambar 9. (A) Batu Radioopak Kandung Kemih, (B) Schistosomiasis Kandung Kemih
Interpretasi Uretra
• Identifikasi Letak Uretra
Gambaran uretra terutama pada wanita, tidak terlalu jelas pada foto polos
abdomen KUB karena struktur anatominya yang pendek dan lurus. Pada pria, letak
uretra lebih mudah ditentukan yaitu di sepanjang bayangan soft tissue penis, yang
menandakan uretra anterior, hingga pada sekitar daerah bawah simfisis, yang
menandakan uretra posterior.
Keterampilan Klinik
50
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar 10. Batu Uretra Anterior Gambar 11. Benda Asing Pada Uretra
Gambar 12. Batu Staghorn Ginjal Gambar 13. Batu Kandung Kemih
Keterampilan Klinik
51
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
❖ Hematuria
❖ Nyeri pinggang
❖ Kolik ginjal
❖ Infeksi saluran kemih yang berulang
❖ Dicurigai terdapat tumor ginjal
Persiapan Foto:
• Kontras foto harus diperhatikan. Foto dengan kontras yang baik akan menunjukkan
perbedaan yang jelas antara soft tissue dan tulang
• Sentrasi foto. Posisi foto tepat di tengah
• Posisi. Batas atas foto IVU/IVP yang baik adalah kosta ke-11 dan batas bawahnya
adalah kurang lebih 3 jari dari tepi bawah simfisis pubis
• Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin), dan tanggal pembuatan foto harus
dicantumkan
• Marker tanda kanan dan kiri foto harus dicantumkan
Pemberian bahan kontras secara intra vena dapat efek samping berupa reaksi alergi.
Reaksi yang ringan dapat berupa rasa panas dan rasa aneh di mulut, urtikaria, gatal dan
Keterampilan Klinik
52
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
nausea. Reaksi ini dapat hilang sendiri tanpa diberi pengobatan. Reaksi yang berat dapat
berupa syok anafilaktik, sehingga saat pembuatan foto IVU/IVP, hendaknya selalu
sediakan pengobatan yang memadai seperti antihistamin, steroid, epinefrin, atropin, dan
cairan infus. Tahapan pembuatan foto intravenous urography adalah sebagai berikut:
❖ Mula-mula dibuat foto polos (KUB) sebagai foto kontrol. Periksa apakah terdapat
kalsifikasi atau kelainan lain.
❖ Setelah foto polos diperiksa dan bila diagnosa tidak jelas, bahan kontras bisa
disuntikkan dengan cepat secara intravena. Buatlah foto segera setelah injeksi
kontras, yang bertujuan untuk mengamati ginjal
❖ Buat foto lagi 10 menit setelah injeksi. Kemudian amatilah ginjal, ureter dan kandung
kemih. Bila organ-organ ini sudah jelas terlihat tidak perlu dibuat foto IVU lagi
❖ Bila sebagian traktus urinarius tidak terlihat dengan baik, buat foto tambahan dengan
posisi pasien telungkup 15 menit kemudian (25 menit setelah injeksi)
❖ Bila ingin memeriksa kandung kemih, buatlah foto 20 menit setelah injeksi kontras
❖ Buatlah foto pasca miksi untuk menilai residu urin dan untuk mengetahui ada
tidaknya divertikel pada kandung kemih
Keterampilan Klinik
53
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Selain fungsi ginjal, melalui nefrogram dapat juga dinilai ukuran ginjal, dan garis
bentuk ginjal, apakah normal atau abnormal.
(A) (B)
Gambar 16. (A) Massa Pada Ginjal Kiri (kista ginjal soliter),
(B) Hidronefrosis Ginjal Kiri
Keterampilan Klinik
54
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Ukuran ginjal dapat terlihat mengecil pada foto IVU/IVP karena beberapa sebab
seperti hipoplasia ginjal, pembentukan sikatriks setelah infeksi kronis, pengurangan
aliran darah ke ginjal, dan ginjal pada stadium akhir penyakit ginjal.
Bila ginjal tidak terlihat, kemungkinan ginjal terdorong atau bergeser ke posisi
abnormal, bahkan bisa berada di dalam pelvis.
Kemudian periksa garis bentuk ginjal, pastikan bahwa garis ini rata.
Irregularitas menunjukkan adanya suatu jaringan parut atau massa. Bila ada foto polos
terdapat suatu massa pada sebagian ginjal, lihat apakah densitasnya sama dengan
bagian ginjal lainnya atau tetap tidak berubah setelah injeksi. Bila tidak ada
peningkatan densitas lebih curiga ke arah kista. Bila terdapat peningkatan densitas
dibandingkan dengan bagian ginjal lain, yang paling mungkin adalah tumor.
• Foto Untuk Menilai Kaliks, Pelvis Ginjal, Ginjal dan Ureter (5-10 menit)
Pada stadium ini, kaliks, pelvis renalis dan setidaknya sebagian ureter terlihat.
Kontras biasanya akan mengisi kaliks dan pelvis renal dalam 2-3 menit setelah
injeksi. Pada menit ke-5, akan terlihat bahwa seluruh collecting system dan ureter
proksimal terlihat opak. Gambaran ini disebut dengan pielogram. Gambaran
pielogram akan tampak lebih jelas bila pada saat pengambilan foto, dilakukan
kompresi abdomen.
Terdapat variasi anatomi dalam hal pelvis dan kaliks renalis, tetapi biasanya
simetris. Terdapat banyak pola pelvikalises yang normal. Biasanya terdapat 3 kaliks
mayor, masing-masing dengan 2 kaliks minor di ujungnya. Walaupun demikian bisa
saja terdapat 2 kaliks mayor, dan pelvis renalis bisa terbagi 2, atau terdapat satu pelvis
renalis yang besar dengan kaliks minor yang langsung bermuara ke dalamnya.
Keterampilan Klinik
55
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Selain variasi anatomi, hal lain yang dapat dinilai dari kaliks dan pelvis renalis
pada pielogram adalah distorsi atau iregularitas sistem pelvikalises, dan filling defect.
(A) (B)
Gambar 18. (A) Variasi Anatomi (multipel calyx), (B) Double Calyx Ginjal Kanan
Keterampilan Klinik
56
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pada foto 10 menit nefrogram pada kedua ginjal harus sudah berkurang dan
kedua ginjal harus mempunyai densitas yang sama. Bila ginjal terlihat lebih dense
dibanding yang lain, hal ini dikarenakan menetapnya bahan kontras dalam ginjal (pola
nefrogram persisten), dan dapat menandakan adanya obstruksi ureter.
Kelainan anatomi ginjal yang mungkin dapat terlihat pada pielogram antara lain
ginjal yang dupleks, ginjal letak rendah dan terputar, ginjal tapal kuda (horseshoe
kidney), yaitu 2 ginjal yang bersatu dan melewati garis tengah, dupleks “horse-shoe
kidney”, atau ginjal ektopik yang menyilang (crossed ectopic kidney). Pada ginjal
tapal kuda, kaliks terlihat tidak mengarah ke lateral tapi mengarah ke medial atau ke
belakang dan ureter bukan muncul dari sisi medial, tetapi dari sisi lateral bawah.
Gambar 19. Crossed Ectopic Kidney Gambar 20. Ginjal Tapal Kuda
(horse-shoe kidney)
Berbagai kelainan pada ureter dapat dinilai pada pielogram antara lain adalah
ureter ganda baik pada satu sisi maupun kedua sisi, filling defect ureter akibat adanya
obstruksi saluran ureter, dilatasi atau penyempitan ureter, ureterocele, megaloureter,
dan ureter yang berpindah letaknya. Pada ureter ganda, ureter yang terpisah bisa
bersatu dekat pelvis renalis, dekat sakroiliaca atau dekat kandung kemih.
Keterampilan Klinik
57
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar 23. Ureter Ganda Sebelah Kiri Gambar 24. Dilatasi Ureter Kiri
Keterampilan Klinik
58
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Kelainan yang muncul dapat berupa kandung kemih yang besar, karena
obstruksi prostat, obstruksi urethra, atau paralisis. Kandung kemih yang kecil,
biasanya terjadi setelah infeksi tuberkulosis, schistosomiasis, setelah radiasi pelvis
atau operasi, garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar, batu pada kandung
kemih, kalsifikasi, dan gambaran filling defect. Filling defect adalah daerah yang
tampak tidak terisi oleh kontras pada foto IVU. Biasanya terjadi karena karsinoma
kandung kemih, dan sebab lainnya misalnya adanya batu nonopaque, atau ureterocele.
Bila defek terlihat pada dasar kandung kemih, dapat disebabkan oleh tumor atau
prostat yang membesar.
Keterampilan Klinik
59
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar 27. Distensi Kandung Kemih Gambar 28. Batu Kandung Kemih
Gambar 29. Filling Defect Karena Tumor Gambar 67 Filling Defect Pada
Pembesaran Prostat
Keterampilan Klinik
60
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Keterampilan Klinik
61
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
62
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
63
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMBACAAN DAN INTERPRETASI FOTO POLOS KUB/BNO DAN IVU/IVP
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PEMBACAAN DAN INTERPRETASI FOTO POLOS
KUB/BNO
1 Persiapan pembacaan foto polos KUB/BNO
Keterampilan Klinik
64
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
Keterampilan Klinik
65
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE VI
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI WANITA
(dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemeriksaan fisik sistem reproduksi wanita
diharapkan dapat:
1. Melakukan pemeriksaan abdomen bagian bawah (groin) dengan tehnik yang benar
dan sistematis
2. Melakukan pemeriksaan genitalia eksterna wanita dengan tehnik yang benar dan
sistematis
3. Melakukan pemeriksaan spekulum (in spekulo) dengan tehnik yang benar dan
sistematis
4. Melakukan pemeriksaan palpasi bimanual dengan tehnik yang benar dan sistematis
5. Melakukan pemeriksaan palpasi rekto-vagino-abdominal dengan tehnik yang benar
dan sistematis
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik ginekologi adalah, pemeriksaan fisik yang dilakukan, untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan pada organ-organ reproduksi wanita. Permasalahan
kesehatan alat kelamin yang masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu, memerlukan
sikap empati, serta dilakukan menurut etika pemeriksaan obstetri dan ginekologi
sehingga dapat menimbulkan rasa kepercayaan, sehingga pasien tidak ragu untuk
mengutarakan semua permasalahan kesehatan yang dialaminya.
Pemeriksaan ginekologi yang akan dipelajari pada modul keterampilan klinik ini
meliputi, pemeriksaan abdomen bagian bawah (groin), pemeriksaan genitalia eksterna,
pemeriksaan dalam dengan menggunakan spekulum, pemeriksaan dalam bimanual, dan
pemeriksaan rektovagina
Keterampilan Klinik
66
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
❖ Posisi Litotomi
Agar pasien dapat berbaring dalam posisi litotomi, diperlukan meja ginekologi
dengan penyangga bagi kedua tungkai pasien. Pasien diminta berbaring telentang di
atas meja ginekologi, dengan kedua tungkai diletakkan pada penyangga, dalam
keadaan fleksi santai pada persendian lutut, sehingga pasien berbaring dalam posisi
mengangkang.
Posisi litotomi dapat dipakai pada pemeriksaan genitalia eksterna, pemeriksaan
spekulum, pemeriksaan palpasi bimanual, dan pemeriksaan rektovagina. Agar
pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik, diperlukan penerangan ruangan yang
memadai, namun sebaiknya menggunakan lampu sorot, supaya bagian tubuh yang
akan diperiksa terlihat dengan jelas.
❖ Posisi Sims
Pasien diminta berbaring miring ke sebelah kiri, dengan tungkai kiri ditekuk
sedikit pada persendian lutut, namun posisinya tungkai kiri hampir lurus. Tungkai
kanan ditekuk
pada persendian lutut ke arah perut, dan lutut kanan diletakkan pada alas sehingga
panggul membentuk sudut miring dengan alas, dan bahu sejajar alas.
Posisi Sims merupakan posisi pilihan dalam pemeriksaan spekulum (in spekulo),
dengan menggunakan spekulum Sims, atau spekulum cocor bebek, terutama pada
pemeriksaan in spekulo dinding vagina bagian depan.
❖ Posisi Miring
Pasien diminta berbaring miring ke sebelah kiri, dengan kedua paha dan lututnya
ditekuk, dan kedua tungkai sejajar. Posisi miring hanya cocok untuk melakukan
pemeriksaan spekulum (in spekulo).
Keterampilan Klinik
67
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Keterampilan Klinik
68
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Lakukanlah palpasi seluruh daerah abdomen terutama pada abdomen bagian bawah
(groin), dengan cara menekan dengan ringan dinding abdomen dengan
menggunakan permukaan jari-jari tangan.
• Lakukanlah penilaian ada tidaknya massa abnormal, dan daerah abdomen yang
terasa nyeri saat palpasi dilakukan.
• Lakukan palpasi seluruh abdomen dengan cara menekan lebih dalam dinding
abdomen dengan menggunakan permukaan jari-jari tangan, untuk menemukan
massa abnormal, atau daerah yang terasa nyeri, yang tidak terpalpasi pada
penekanan ringan.
• Bila teraba massa abnormal, tentukanlah ukurannya, bentuk, konsistensi, jumlah,
permukaan, mobilitas massa, dan ada tidaknya nyeri tekan pada massa.
• Bila terdapat daerah abdomen yang terasa nyeri (tender area), periksalah apakah
terdapat rebound tenderness.
• Bila terdapat luka terbuka pada daerah abdomen, periksalah luka tersebut dengan
menggunakan sarung tangan steril.
Keterampilan Klinik
69
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
apakah himen masih utuh atau telah robek, apakah introtus vagina sempit atau lebar,
apakah terdapat massa yang menonjol keluar dari introitus vagina, serta ada tidaknya
perdarahan (sekret) yang keluar dari introitus vagina.
• Mintalah ibu untuk mengedan, atau batuk sambil meniup punggung tangannya,
ketika ibu jari dan telunjuk pemeriksa menahan kedua labia minor, untuk melihat
apakah terdapat benjolan yang keluar dari introitus vagina seperti prolapsus uteri.
• Perhatikan dengan seksama daerah perineum dan sekitar anus, Lakukan penilaian
apakah terdapat parut (scarring), lesi, inflamasi, atau retakan kulit.
• Palpasilah kelenjar Skenei untuk melihat adanya keputihan dan nyeri. Caranya
dengan telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina
lalu dengan lembut mendorong ke atas mengenai uretra, dan memerah kelenjar pada
kedua sisi kemudian langsung ke uretra.
• Palpasilah kelenjar Bartholini untuk melihat apakah ada sekret, atau nyeri. Caranya,
masukkan jari telunjuk kedalam vagina disisi bawah mulut vagina dan meraba dasar
masing-masing labia mayora. Dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari,
palpasilah setiap sisi untuk mencari apakah ada benjolan atau nyeri.
Keterampilan Klinik
70
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
71
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Bersihkanlah porsio dari lendir dan getah vagina dengan menggunakan kapas lidi.
• Perhatikan dengan seksama dinding vagina dan perhatikan bagaimana kondisi rugae,
apakah terjadi inflamasi, ulkus, massa abnormal, serta ada tidaknya lendir atau getah
vagina.
• Selanjutnya perhatikan dengan seksama serviks dan ostium eksternum serviks.
Perhatikan warna, bentuk, posisi, permukaan, apakah mudah berdarah, erosi, tanda-
tanda peradangan, massa abnormal, atau sekret.
• Bila terdapat sekret, perhatikan banyaknya, kekentalan, warna, dan bagaimana
baunya.
Keterampilan Klinik
72
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Jika serviks mudah berdarah atau terdapat mukopus, ambil spesimen untuk
pewarnaan Gram dan tes apakah terdapat gonorrhea dan chlamydia, jika fasilitas
laboratorium tersedia
• Lepaskan spekulum dengan cara mengunci spekulum terlebih dahulu, kemudian
spekelum dikeluarkan dari liang vagina.
• Bersihkanlah vulva dengan kassa steril hingga bersih, dan mintalah perawat untuk
membantu pasien memakai pakaiannya kembali.
• Spekulum cocor bebek yang telah digunakan, dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
Keterampilan Klinik
73
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan kedua jari di rongga belakang serviks
untuk meraba uterus.
• Letakkan jari-jari tangan kiri, dengan posisi pronasi pada dinding abdomen, pada
pertengahan antara umbilikus dan tulang pubis.
• Perlahan-lahan geserlah jari-jari tangan pada abdomen ke arah simfisis pubis dengan
menekan ke bawah dan ke depan, dengan telapak jari-jari tangan.
• Pada saat yang sama, kedua jari tangan kanan yang berada dalam vagina ditekankan
ke arah atas sehingga rahim teraba di antara kedua tangan.
• Lakukanlah penilaian terhadap uterus yang terpalpasi berupa, ukuran, bentuk, letak,
konsistensi, mobilitas, dan ada tidaknya nyeri tekan saat palpasi dilakukan.
• Rabalah parametrium, dan adneksum (ovarium dan tuba) dengan cara meletakkan
jari-jari tangan yang ada dalam vagina, dan ujung-ujung jari yang berada pada
dinding abdomen, ke arah sisi yang sama, dan lateral terhadap rahim.
• Secara bersamaan tekanlah ke arah bawah dengan jari-jari tangan yang berada pada
dinding abdomen, sementara jari-jari tangan yang berada di dalam vagina menekan
ke arah atas, dan ke arah lateral kanan, atau kiri sedalam-dalamnya.
• Lakukanlah penilaian terhadap parametrium, dan adneksum bila terpalpasi, meliputi,
ukuran, konsistensi, mobilitas ovarium, ada tidaknya massa abnormal pada adneksa,
serta ada tidaknya nyeri tekan atau parametrium yang teraba kaku (keras) saat
palpasi dilakukan.
• Pada keadaan normal, parametrium akan teraba lemas.
• Lakukanlah prosedur yang sama untuk parametrium dan adneksum sisi lainnya.
• Setelah selesai memeriksa, bersihkanlah daerah vulva dan anus pasien dengan kassa
steril.
Keterampilan Klinik
74
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pemeriksaan Rekto-vagino-abdominal
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan septum rektovaginale dengan cara
memasukkan jari telunjuk pada rektum, sedangkan ibu jari tangan yang sama
dimasukkan ke dalam vagina.
Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter terlebih dahulu mencuci kedua tangannya
dengan air sabun sampai bersih, kemudian tangan dikeringkan dengan kain bersih, atau
dianginkan.
Pasien kemudian diminta untuk berbaring dalam posisi litotomi pada meja periksa,
selanjutnya dokter meminta pasien untuk santai dan tidak menegangkan perutnya.
Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien sehingga seluruh daerah genitalia
eksterna terlihat dengan jelas, sedangkan daerah tubuh yang tidak diperiksa ditutupi
dengan duk steril. Lakukanlah pemeriksaan palpasi rektovagino-abdominal dengan
prosedur klinik sebagai berikut:
• Pemeriksa memakai sarung tangan steril, lalu berdiri, atau duduk di depan vulva.
• Sentuhlah daerah paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu untuk
mencegah ibu terkejut.
• Bersihkan vulva, atau anus terlebih dahulu dengan kapas sublimat Gantilah
sarung tangan steril dengan yang baru.
• Basahilah terlebih dahulu, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang akan
dimasukkan kedalam vagina, atau rektum, dengan air bersih atau sekresi vagina.
• Letakkanlah bantalan jari tengah tangan kanan, dalam posisi pronasi pada anus.
• Mintalah pasien untuk mengedan, dan masukkanlah jari tengah secara hati-hati ke
dalan rektum
• Lakukan penilaian terhadap sfingter ani, yang dalam keadaan normal terasa ketat.
• Secara perlahan masukkan jari tengah secara perlahan ke rektum sampai seluruh jari
telunjuk masuk ke dalam rektum.
• Lakukan penilaian terhadap kondisi lumen rektum yang pada keadaan normal teraba
mulus, dan tidak teraba adanya massa abnormal seperti tumor, atau wasir
(hemorrhoid).
• Pisahkanlah labia mayor, dengan dengan dua jari tangan kiri, kemudian
masukkanlah jari telunjuk tangan kanan, ke dalam introitus vagina, dalam posisi
pronasi.
• Secara perlahan masukkan jari telunjuk tangan kanan ke dalam liang vagina, sampai
seluruh jari telunjuk masuk ke dalam liang vagina.
• Putarlah telapak tangan sehingga jari telunjuk dan tengah dalam posisi supinasi.
• Letakkan jari-jari tangan kiri, dengan posisi pronasi pada dinding abdomen, pada
pertengahan antara umbilikus dan tulang pubis.
• Tekanlah dengan kencang dan dalam, dengan jari-jari tangan yang berada di atas
tulang pubis pada dinding abdomen, sementara jari-jari tangan yang berada dalam
vagina dan rektum menekan serviks ke arah anterior.
Keterampilan Klinik
75
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Lakukan penilaian terhadap permukaan uterus, dan apakah terasa nyeri atau ada
massa diantara uterus dan rektum.
• Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari secara perlahan.
• Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5 %, melepaskan sarung tangan dengan mambalik sisi dalam keluar dan menaruh
ke dalam kantung plastik.
• Bersihkanlah daerah vulva, dan anus dengan kassa steril hingga bersih.
• Mintalah perawat untuk membantu pasien untuk berpakaian kembali.
Keterampilan Klinik
76
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
77
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI WANITA
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Informed Consent
2. Persiapan alat & bahan
3. Pemeriksaan abdomen bagian bawah (groin)
4. Pemeriksaan genitalia eksterna
5. Pemeriksaan Inspekulo
6. Pemeriksaan Bimanual
7. Pemeriksaan rekto-vagino-abdominal
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
Keterampilan Klinik
78
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE VII
ANAMNESIS OBSTETRI DAN PEMERIKSAAN ANTE-NATAL CARE
(dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab anamnesis dan pemeriksaan ante-natal care
diharapkan dapat: Melakukan proses penggalian informasi obstetri secara deskriptif dan
kronologis dengan pendekatan OLDCART ataupun OPQRST dalam lingkup antenatal
care yang meliputi:
1. Anamnesis pribadi
2. Anamnesis Keluhan Utama
3. Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang
4. Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu
5. Anamnesis Riwayat Obstetri
6. Anamnesis Riwayat Ginekologi
7. Anamnesis Riwayat Menstruasi
8. Anamnesis Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
9. Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga
10. Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi & Pernikahan
11. Anamnesis Gizi
12. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala-gejala kehamilan
13. Melakukan inspeksi tanda-tanda kehamilan dengan tehnik yang benar dan sistematis
14. Melakukan pemeriksaan palpasi abdomen (Leopold) dengan tehnik yang benar dan
sistematis
15. Melakukan pemeriksaan auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan tehnik yang
benar dan sistematis
C. PENDAHULUAN
Kurangnya pengetahuan klinis dan keterampilan dokter khususnya dalam melakukan
anamnesis, dan ketidakmampuan untuk membuat pasien tidak merasa malu untuk
mengutarakan permasalahannya, sering menyebabkan kesalahan, dan keterlambatan
penegakkan diagnosis. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan tentang bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dalam menggali informasi-informasi yang didapatkan dalam
anamnesis, sehingga akan memudahkan tenaga medis dalam penegakkan diagnosis dan
pemberiaan penatalaksanaan yang tepat. Dalam panduan ini akan dijabarkan kompinen-
Keterampilan Klinik
79
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
komponen dari sebuah anamnesis berkaitan dengan ante-natal care beserta cara-cara
untuk menggali informasi yang terkandung di dalamnya.
Pemeriksaan fisik ilmu kebidanan dapat dibedakan menjadi pemeriksaan fisik
obstetri, dan pemeriksaan fisik ginekologi, karena keduanya memiliki pengertian yang
berbeda. Pemeriksaan fisik obstetri adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan selama
masa kehamilan, sedangkan pemeriksaan fisik ginekologi adalah, pemeriksaan fisik yang
dilakukan, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada organ-organ reproduksi wanita.
Pemeriksaan obstetri yang akan dibahas dalam modul keterampilan kilnik ini meliputi
pengenalan gejala-gejala kehamilan, pengamatan tanda-tanda kehamilan (inspeksi),
pemeriksaan palpasi abdomen (leopold), untuk menentukan usia kehamilan, dan letak
janin dalam uterus, serta bagaimana mendengarkan denyut jantung janin (auskultasi).
Agar dapat melakukan pemeriksaan fisik obstetri dan ginekologi dengan baik, terlebih
dahulu diperlukan pengetahuan mengenai topografi organ reproduksi wanita, yang terdiri
dari organ genitalia eksterna, dan organ genitalia interna
Keterampilan Klinik
80
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Mons veneris, merupakan jaringan lemak yang menonjol di atas simfisis pubis pada
wanita dewasa. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan tertutup oleh rambut yang
umumnya berbentuk segitiga, dengan dasar pada tepi atas simfisis pubis, dan meluas ke
arah bawah sampai sisi luar labia mayora, sebagai salah satu tanda kelamin sekunder.
Labia mayora, berupa penonjolan jaringan lemak dari mons pubis ke arah bawah
belakang, dan terdiri atas bagian kanan dan kiri, sehingga tampak berbentuk lonjong
mengecil ke arah bawah. Disebelah bawah belakang, kedua labia mayora bersatu di
tengah pada perineum, membentuk kommisura posterior.
Labia minora, adalah lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. Ke arah depan,
kedua labia minora bertemu, dan mengelilingi klitoris sebelah atas, membentuk
preputium klitoridis, dan disebelah bawah membentuk frenulum klitoridis.
Ke arah belakang kedua bibir ini bersatu membentuk fossa naviculare. Fossa
naviculare berbentuk cekung seperti perahu pada wanita yang belum pernah melahirkan
pervaginam, sedangkan pada wanita yang sudah pernah melahirkan pervaginam, fossa
naviculare akan terlihat tebal, dan tidak rata.
Labia minora banyak mengandung glandula sebasea, dan ujung-ujung syaraf, yang
menyebabkan bagian ini amat sensitif. Jaringan ikat pada labia minora juga banyak
Keterampilan Klinik
81
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
mengandung otot polos, dan pembuluh darah, yang menyebabkan bagian ini dapat
mengembang bila wanita terangsang secara seksual.
Klitoris merupakan organ erektil pada wanita, homolog dengan penis pada pria. Klitoris
tertutup oleh prepusium klitoridis. Terdiri dari glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua
krura yang menggantungkan klitoris ke tulang pubis. Klitoris terdiri dari jaringan yang
dapat mengembang (korpora kavernosa, dan korpus spongiosum), serta penuh dengan
urat syaraf, sehingga amat sensitif, dan dapat mengembang bila wanita terangsang secara
seksual.
Vulva, berbentuk lonjong dari arah muka ke belakang. Di sebelah depan dibatasi oleh
klitoris, sebelah kanan dan kiri oleh labia minora, dan disebelah belakang oleh perineum.
Pada vulva kirakira 1-1,5 cm di bawah klitoris, di atas intoitus vagina terdapat orifisium
uretra eksternum (lubang kemih). Selain muara saluran kemih, organ genitalia eksterna
lain yang terdapat pada vulva antara lain adalah introitus vaginae, dua buah muara
kelenjar Bartholini, dan dua buah mura kelenjar Skenei. Muara kelenjar Bartholini
terdapat pada sisi vestibulum disebelah samping belakang dekat fossa naviculare. Pada
saat terjadi rangsangan seksual, kelenjar Bartholini dapat mengeluarkan sekret seperti
lendir.
Intoitus vaginae, atau liang vagina, memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Pada
wanita yang masih perawan, sebagian besar intoitus vagina ditutupi oleh selaput tipis
yang terdiri atas jaringan ikat elastik, dan kolagen yang dinamakan himen.
Himen memiliki bentuk yang berbeda-beda, seperti anularis (bulat dengan tepi teratur),
semilunaris (bulan sabit), kribriformis (berlubang-lubang kecil), fimbriatus (berbentuk
seperti jarijari), atau berpenyekat (septus) sehingga seolah-olah terdapat dua liang vagina
(biforis). Hiatus himenalis, atau lubang selaput dara berukuran bervariasi, dari sebesar
ujung jari hingga seukuran 2 jari, yang berguna untuk mengeluarkan darah haid, dan
sekret uterus. Kadang himen dapat tidak berlubang sama sekali, yang dinamakan himen
imperforatus. Bila wanita sudah pernah melakukan koitus, himen dapat robek pada
beberapa tempat, dan biasanya pada sebelah belakang hingga ke dasarnya, pada arah jam
5, atau jam 7. Pada wanita yang pernah melahirkan pervaginam, himen dapat robek dan
meninggalkan sisa-sisa kecil himen pada pinggir intoitus vagina, yang dinamakan
karunkulae himenales.
Keterampilan Klinik
82
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Perineum, merupakan daerah di antara vulva dan anus, dengan panjang rata-rata 4 cm.
Pada saat persalinan pervaginam, perineum dijaga agar tidak sampai robek (ruptur
perineum).
Keterampilan Klinik
83
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
50-70 gram. Pada wanita yang telah melahirkan, uterus dapat membesar, dengan panjang
9-10 cm, dan beratnya 80 gram atau lebih.
Tuba Fallopii, dinamakan juga dengan tuba uterina, atau saluran telur. Memiliki
panjang ratarata 11-14 cm. Bagian dari tuba yang berada di uterus dinamakan pars
intertitialis. Disebelah lateral pars intertitialis, terdapat bagian yang sempit, yang
dinamakan pars isthmika, yang kemudian melebar menjadi pars ampullaris. Bagian ujung
tuba Fallopii terbuka yang dinamakan infudibulum. Ujung infudibulum tampak seperti
jari-jari yang dinamakan fimbriae. Gerakan silia, peristaltik otot-otot tuba, dan lendir di
dalam tuba, memegang peranan dalam transport ovum (sel telur), dari ovarium ke kavum
uteri. Sewaktu ovulasi, frekuensi dan intensitas gerakan silia, dan peristaltik otot-otot
tuba terbesar, sedangkan pada waktu hamil terkecil.
Ovarium, dinamakan juga dengan indung telur. Ovarium pada wanita dewasa
berukuran sebesar ibu jari tangan, terletak di sebelah kiri dan kanan, dekat dinding pelvis
pada fossa ovarika. Ovarium dihubungankan dengan uterus oleh ligamentum
infudibulopelvikum. Fungsi ovarium terutama untuk membentuk, mengembangkan, dan
mengeluarkan ovum.
Keterampilan Klinik
84
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
TANDA-TANDA KEHAMILAN
Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh wanita yang perlu diperhatikan selama
kehamilan antara lain adalah:
• Kepala dan wajah. Pada kelopak mata, carilah ada tidaknya tanda-tanda anemia,
yang ditandai dengan kelopak mata bawah yang tampak pucat. Amatilah juga ada
tidaknya edema pada kelopak mata, yang merupakan salah satu gejala klinis pre-
eklampsia. Perhatikan muka dengan seksama, amati ada tidaknya edema pada muka
yang dapat ditemukan pada preeklampsia berat, anemia, atau gizi buruk. Perhatikan
kulit wajah, terutama daerah pipi, dahi, dan hidung, apakah terdapat hiperpigmentasi
simetris kanan dan kiri yang dinamakan chloasma gravidarum.
• Rongga mulut. Perhatikanlah keadaan organ-organ pada rongga mulut. Perhatikan
dengan seksama ada tidaknya hipertrofi gusi, atau granuloma pembuluh darah pada
gusi (epulis), yang dapat timbul pada saat kehamilan.
• Leher. Perhatikanlah apakah terdapat hiperpigmentasi pada leher.
• Dada. Amatilah payudara dengan seksama. Payudara tampak membesar, dan
menegang dengan daerah areola payudara biasanya membesar, dan mengalami
hiperpigmentasi, puting susu membesar, menghitam, dan menonjol. Di sekitar
permukaan areola payudara, tampak benjolan-benjolan kecil kelenjar Montgomery
yang tampak lebih jelas saat kehamilan. Pada kehamilan 12 minggu ke atas, dari
puting susu dapat keluar cairan putih agak jernih yang dinamakan kolostrum.
Keterampilan Klinik
85
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Perut. Perhatikan daerah perut dengan seksama. Perut akan tampak semakin
membesar sesuai dengan usia kehamilan, karena uterus yang membesar. Perhatikan
ada tidaknya hiperpigmentasi pada linea alba, yang dinamakan linea grisea.
Terkadang dijumpai keadaan kulit perut seolah retak-retak, dan warnanya menjadi
agak lebih merah, dan kebiru-biruan, yang dinamakan striae lividae. Amatilah juga
ada tidaknya luka insisi bekas operasi pada daerah perut.
Keterampilan Klinik
86
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Ekstremitas. Perhatikan dengan seksama ada tidaknya varises pada tungkai bawah,
terutama pada fossa poplitea, betis, dan kaki. Perhatikan juga ada tidaknya edema
pada tangan dan tungkai yang dapat ditemukan pada pre-eklampsia
Gambar 8. Edema Vulva Pada Pre-eklampsia Gambar 9. Varises Vena Tungkai Bawah
Tanda-Tanda Kehamilan Lainnya
❖ Tanda Hegar
Cara menentukan tanda Hegar adalah dengan melakukan palpasi bimanual, dimana
pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi supinasi
pada forniks posterior, sedangkan jari-jari tangan kiri, diletakkan pada dinding perut
di atas simfisis pubis dalam posisi supinasi. Tanda Hegar dinyatakan positif bila
teraba korpus uteri seolah-olah terpisah dari serviks uteri karena isthmus uteri yang
mengalami hipertrofi dan teraba sangat lunak.
❖ Tanda Piskacek
Tanda Piskacek adalah pembesaran uterus yang tidak rata, karena bagian uterus
tempat implantasi zygot, tumbuh lebih cepat dari bagian lainnya. Tanda Piskacek
seringkali sulit dibedakan dengan kehamilan ektopik pada pars interstitialis tuba yang
belum memberikan keluhan.
Keterampilan Klinik
87
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
❖ Kontraksi Braxton-Hicks
Kontraksi Braxton-Hicks adalah kontraksi uterus yang tidak teratur, tidak nyeri,
dan amat peka terhadap rangsangan. Merupakan salah satu tanda khas untuk uterus
pada saat kehamilan. Pada pembesaran uterus tanpa kehamilan, misalnya pada mioma
uteri, atau pada kehamilan ektopik, kontraksi Braxton Hicks tidak ditemukan.
❖ Ballotement
Ballotement dapat diperiksa pada setelah kehamilan 20 minggu. Pada usia
kehamilan 20 minggu, bagian janin masih kecil bila dibandingkan dengan banyaknya
air ketuban, sehingga janin akan melenting di dalam uterus, bila uterus digoyangkan
di antara kedua telapak tangan pemeriksa. Keadaan ini dinamakan ballotement in toto,
karena seluruh tubuh janin melenting saat uterus digoyangkan, dan harus dapat
dibedakan dengan ballotement yang ditimbulkan oleh kepala janin saja pada
kehamilan yang telah lanjut.
❖ Uji Endokrin
Terdapatnya human chorionic gonadotropin (hCG), pada air seni pertama pagi
hari, merupakan salah satu pertanda kehamilan, walaupun bukanlah suatu pertanda
yang absolut, karena human chorionic gonadotropin, dapat juga ditemukan pada mola
hidatidosa.
❖ Letak (situs)
Digunakan untuk mengemukakan bagaimana sumbu panjang janin terhadap
sumbu panjang ibu.
Terdapat 3 jenis letak (situs), yaitu letak memanjang, letak lintang, dan letak
miring. Dikatakan letak memanjang, bila sumbu panjang janin sesuai dengan
sumbu panjang ibu, letak lintang, bila sumbu panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu, dan letak miring, bila sumbu panjang janin miring terhadap
sumbu panjang ibu.
❖ Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian tubuh janin terendah yang berada di
bagian bawah uterus. Pada umumnya, persentasi kepala adalah yang paling sering
Keterampilan Klinik
88
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
ditemukan. Selain presentasi kepala, jenis presentasi lain yang dapat ditemukan
adalah presentasi bokong, dan presentasi bahu.
Presentasi kepala dapat dibedakan atas presentasi belakang kepala, presentasi
puncak kepala (verteks), presentasi dahi, dan presentasi muka.
Presentasi bokong yang umumnya ditemukan adalah presentasi bokong
sempurna, presentasi bokong tidak lengkap, dan presentasi bokong saja (frank
breech). Dikatakan presentasi bokong sempurna, bila kedua tungkai janin
mengalami fleksi pada persendian paha, dan persendian lutut, dan kedua tungkai
berada di depan perut janin. Janin membungkuk dengan kedua lengan berada di
dadanya. Presentasi bokong tidak sempurna, bila dijumpai keadaan fleksi tidak
lengkap pada satu, atau kedua tungkai janin pada persendian paha, atau
persendian lutut. Presentasi bokong saja, bila fleksi hanya terjadi pada persendian
paha, tungkai ekstensi di depan perut janin.
❖ Posisi
Posisi atau kedudukan adalah tempat kedudukan salah satu bagian tubuh janin
terhadap dinding abdomen ibu, atau jalan lahir. Posisi terhadap jalan lahir
menetapkan bagian terendah janin sebagai penunjuk, atau denominator pada
pemeriksaan dalam.
Ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dagu, sakrum, dan akromion, masingmasing
merupakan penunjuk pada presentasi belakang kepala, presentasi puncak kepala,
presentasi muka, presentasi bokong, dan presentasi bahu.
Keterampilan Klinik
89
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pemeriksaan palpasi abdomen menurut cara Leopold dibagi atas 4 tahap. Pada
pemeriksaan menurut Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap ke arah muka wanita
yang diperiksa. Pada pemeriksaan menurut Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah
kaki wanita yang diperiksa.
❖ Persiapan Pemeriksaan.
Pemeriksaan obstetri, harus dilakukan pada ruangan yang tertutup, yang dapat
menjamin kerahasiaan pasein. Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat
wanita, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak
benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.
❖ Persiapan Pasien
Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan
pemeriksaan, secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian
mintalah persetujuan pasien (informed consent). Bila pasien setuju, mintalah perawat
membimbing pasien untuk membuka pakaian dalamnya.
Kemudian, pasien diminta untuk berbaring telentang, dengan posisi bahu, dan
kepala sedikit lebih tinggi, dengan menggunakan bantal, dengan penutup abdomen
dibuka secukupnya. Setelah pasien berbaring telentang, amatilah dinding perut dengan
seksama untuk melihat ada tidaknya kontraksi uterus. Bila uterus tampak
berkontraksi, harus ditunggu hingga kontraksi uterus berhenti.
Dinding perut pasien juga harus lemas, agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan
teliti. Pada pemeriksaan Leopold III, mintalah pasien untuk menekuk tungkainya pada
pangkal paha, dan lutut, agar dinding perut lemas.
Keterampilan Klinik
90
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Pada bulan ketujuh (minggu ke-28), fundus uteri akan setinggi 2-3 jari di atas
umbilikus pasien.
• Pada bulan kedelapan (minggu ke-32), fundus uteri akan setinggi pertengahan
umbilikus dengan processus xyphoideus pasien.
• Pada bulan kesembilan (minggu ke-36), fundus uteri akan setinggi arcus costae
pasien.
• Pada bulan kesepuluh (minggu ke-40), fundus uteri akan setinggi 3 jari di
bawah processus xyphoideus pasien.
• Usia kehamilan juga dapat ditentukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri
dari pinggir atas simfisis pubis dengan menggunakan meteran (satuan cm).
Keterampilan Klinik
91
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
92
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
93
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
1. ANAMNESIS
ANAMNESIS PRIBADI
Seperti halnya anamnesis pada sistem organ lainnya, anamnesis obstetri dan
ginekologi, terdiri dari komponen-komponen yang menunjukkan identitas pribadi pasien
maupun suaminya. Komponen-komponen yang harus ditanyakan dalam anamnesis
pribadi antara lain adalah:
• Nama
• Umur
• Alamat
• Agama
• Bangsa / Suku
• Status Perkawinan
• Pekerjaan
• Pendidikan
• Pendapatan setiap bulan
Keterampilan Klinik
94
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Umur pada anamnesis pribadi obstetri penting untuk ditanyakan, karena dapat
menunjukkan apakah pasien berada dalam batas usia reproduksi yang sehat atau tidak.
Batas usia reproduksi yang sehat adalah antara usia 16-35 tahun. Bila umur pasien
kurang atau lebih dari rentang usia tersebut, kehamilan dapat dikatakan beresiko.
Umur pasien juga terkadang mempengaruhi insidensi penyakit ilmu kebidanan
tertentu. Misalnya penyakit karsinoma serviks yang memiliki insidensi yang tinggi pada
rentang usia 30-60 tahun, atau mioma uteri yang biasanya terjadi pada wanita dengan
usia di atas 35 tahun. Pada pertanyaan status perkawinan, ditanyakan kepada pasien
apakah pasien belum menikah, sudah menikah, atau janda.
Keluhan tambahan penyakit ilmu kebidanan yang sering diutarakan pasien antara lain
adalah:
• Keputihan.
• Keluhan Buang Air Kecil (miksi).
• Keluhan Buang Air Besar (defekasi).
Dalam penulisan keluhan utama harus ditanyakan sudah berapa lama pasien
mengalami keluhan tersebut. Misalnya bertambah sejak 6 bulan yang lalu. Selain
menanyakan keluhan utama, tanyakan juga apakah ada keluhan lain yang dirasakan
pasien yang merupakan keluhan tambahan, seperti, gatal-gatal, nyeri, mual muntah, sakit
kepala, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan keluhan utama, langkah selanjutnya adalah menentukan
diagnosis banding, dimana dokter harus memikirkan segala kemungkinan penyakit yang
mungkin.
Keterampilan Klinik
95
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Perdarahan
o Apakah perdarahan yang terjadi berhubungan dengan siklus haid ? (onset)
o Apakah sebelum perdarahan pasien tidak mendapat haid ? (onset)
o Berapa lama perdarahan terjadi ? (duration)
o Berapa banyak darah yang keluar ? (character)
o Apakah perdarahan terjadi hilang timbul atau terus menerus ? (character)
o Bagaimana warna darah yang keluar ? (character)
o Apakah perdarahan disertai dengan nyeri perut ? (character)
o Apakah perdarahan disertai dengan keluarnya jaringan ? (character)
o Apakah perdarahan disertai dengan timbulnya rasa nyeri perut ? (character)
o Apakah perdarahan terjadi setiap melakukan senggama ? (provoking factor)
• Nyeri
o Apakah nyeri timbul secara tiba-tiba, atau telah berlangsung lama ? (onset)
o Apakah nyeri dirasakan hilang timbul, atau terus menerus ? (character)
o Bagaimana gambaran yang dirasakan, apakah terasa seperti ditusuk-tusuk,
atau ngilu, dan lain sebagainya ? (character)
o Apakah nyeri timbul pada saat sebelum, menjelang, atau sesudah menstruasi ?
o (character)
o Apakah nyeri timbul pada saat melakukan senggama ? (provoking factor)
o Apakah rasa nyeri ini sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari ? (character)
o Apakah pasien harus meminum obat untuk menghilangkan nyeri ? (character)
• Benjolan
o Sudah berapa lamakah benjolan dirasakan timbul ? (duration)
o Apakah benjolan dirasakan semakin membesar atau tidak ? (character)
o Apakah benjolan disertai dengan timbulnya rasa nyeri atau tidak ? (character)
Keterampilan Klinik
96
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
o Bagaimana sifatnya, apakah timbul secara terus menerus atau pada waktu
tertentu ? (character)
o Apakah keputihan banyak atau sedikit-sedikit ? (character)
o Bagaimanakah warna cairan keputihan yang keluar dari kemaluan ?
(character)
o Apakah cairan keputihan berbau atau tidak ? (character)
o Apakah cairan keputihan disertai dengan rasa gatal ? (character)
o Apakah cairan keputihan disertai dengan timbulnya rasa nyeri ? (character)
Dapat juga ditanyakan ada tidaknya riwayat trauma, atau riwayat operasi non
ginekologi sebelumnya misalnya, appendektomi, mastectomy, atau strumectomy.
Bila kehamilan berakhir dengan keguguran, tanyakan telah beberapa kali pasien
keguguran, apakah keguguran disengaja atau terjadi secara spontan, apakah keguguran
disertai dengan perdarahan yang banyak, serta apakah setelah keguguran dilakukan
kuretase.
Pada pasien yang sedang hamil, dapat ditanyakan ini kehamilan yang keberapa, dan
pernah melahirkan berapa kali. Jika sebelumnya pernah melahirkan tanyakan proses
Keterampilan Klinik
97
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
kelahiran sebelumnya (normal atau dengan operasi), ditolong oleh siapa, berat badan
bayi, dan kesehatan anak saat ini. Tanyakan juga ada tidaknya riwayat keguguran, bila
ada, sudah beberapa kali keguguran, apakah dikuret atau tidak dan apakah ada
penanganan lebih lanjut.
Pada anamnesis obstetri dapat ditanyakan juga mengenai riwayat kehamilan muda,
dan riwayat kehamilan sekarang. Pada riwayat kehamilan muda, ditanyakan apakah
pasien pernah mengalami mual atau muntah yang berlebihan, sakit kepala, sering
meludah, atau perdarahan. Demikian halnya dengan riwayat kahamilan sekarang
menanyakan apakah saat ini pasien sering mual atau muntah yang berlebihan, sakit
kepala, perdarahan, sering meludah, bengkak pada lengan dan tungkai, serta apakah
pasien mempunyai keluhan mengenai nafsu makan, tidur, buang air kecil, buang air
besar, atau trauma pada perut selama kehamilan.
Bila pasien sudah pernah berobat ke dokter ahli kebidanan dan kandungan
sebelumnya, tanyakanlah hasil-hasil pemeriksaan, dan pendapat dokter tersebut.
Keterampilan Klinik
98
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pada anamnesis ditanyakan juga adakah anggota keluarga yang mengalami sakit
yang sama dengan pasien. Bila ada anggota keluarga yang telah meninggal dunia,
tanyakanlah sebab kematiannya.
ANAMNESIS GIZI
Pada anamnesis gizi dokter menanyakan pada pasien tentang makanan yang
dikonsumsi setiap hari, seberapa banyak porsinya serta frekuensi makan. Dapat
ditanyakan juga, apakah penderita merasa berat badannya berkurang, bertambah, atau
tetap, dan dicari apakah ada hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
Keterampilan Klinik
99
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
o Dada:
▪ Apakah terdapat pembesaran dan penegangan payudara,
▪ Apakah terdapat pembesaran areola dan di sekitar areola, kelenjar
Montogomery tampak lebih jelas
▪ Apakah terdapat perubahan puting susu (membesar, hiperpigmentasi,
dan menonjol)
▪ Apakah pada puting keluar air susu (kolustrum)
o Abdomen:
▪ Apakah perut membesar seusai usia kehamilan
▪ Apakah terdapat hiperpigmentasi linea alba
▪ Apakah terdapat striae lividae
▪ Apakah terdapat luka insisi bekas operasi
o Ekstremitas:
▪ Apakah terdapat edema pada tungkai bawah
▪ Apakah terdapat varises pada tungkai bawah
o Genitalia:
▪ Apakah terdapat hipervaskularisasi pada vulva (tanda chahdwick)
▪ Apakah terdapat varises dan edema pada vulva
Keterampilan Klinik
100
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
o Tentukan bagian janin yang teraba pada fundus uteri. Bila kepala akan terasa
keras, bulat, dan melenting. Bila bokong akan teraba tidak bulat, dan lunak
o Tentukan juga bagaimana konsistensi uterus yang terpalpasi, apakah teraba
lunak, atau keras.
o Apakah terasa berkontraksi saat palpasi dilakukan.
• Pemeriksaan Leopold II
o Persiapan pemeriksaan dengan memastikan pemeriksaan dilakukan di ruang
tertutup dan minta perawat wanita/bidan untuk mendampingi
o Informed Consent
o Posisikan pasien telentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi. Minta
perawat wanita/bidan membimbing pasien untuk membuka pakaian sehingga
abdomen terbuka secukupnya
o Pemeriksa berdiri di sebelah kanan, dan menghadap ke arah muka pasien.
o Gosokkan kedua telapak tangan pemeriksa terlebih dahulu, sebelum memulai
pemeriksaan, untuk menyesuaikan suhu tangan pemeriksa dengan suhu tubuh
pasien. Tindakan ini bertujuan agar dinding perut pasien tidak tiba-tiba
berkontraksi saat pemeriksaan dilakukan (kontraksi Braxton-Hicks).
o Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan dengan posisi pronasi pada sisi
kanan, dan kiri dinding abdomen pasien.
o Tentukanlah letak punggung janin, yang pada palpasi uterus akan teraba
sebagai bagian yang terasa keras.
o Tentukanlah letak perut janin, yang pada palpasi uterus akan teraba bagian-
bagian kecil janin.
o Lakukan penilaian, apakah terasa gerakan janin.
Keterampilan Klinik
101
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
o Tentukan apakah bagian terbawah janin sudah memasuki pintu atas panggul,
atau belum
• Pemeriksaan Leopold IV
o Persiapan pemeriksaan dengan memastikan pemeriksaan dilakukan di ruang
tertutup dan minta perawat wanita/bidan untuk mendampingi
o Informed Consent
o Posisikan pasien telentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi. Minta
perawat wanita/bidan membimbing pasien untuk membuka pakaian sehingga
abdomen terbuka secukupnya
o pemeriksa berdiri di sebelah kanan, dan menghadap ke arah kaki pasien.
o Gosokkan kedua telapak tangan pemeriksa terlebih dahulu, sebelum memulai
pemeriksaan, untuk menyesuaikan suhu tangan pemeriksa dengan suhu tubuh
pasien. Tindakan ini bertujuan agar dinding perut pasien tidak tiba-tiba
berkontraksi saat pemeriksaan dilakukan (kontraksi Braxton-Hicks).
o Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan dengan posisi pronasi pada sisi
kanan, dan kiri bagian terbawah janin.
o Tentukanlah bagian terbawah janin
o Tentukanlah apakah kepala janin telah memasuki pintu atas panggul atau
belum.
o Tentukan berapa bagian dari kepala janin yang telah memasuki pintu atas
panggul.
Keterampilan Klinik
102
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
103
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN OBSTETRI
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
ANAMNESIS OBSTETRI
1. Mengucapkan salam dan mempersilakan pasien duduk
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas dan perannya
Keterampilan Klinik
104
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
4. Pemeriksaan Leopold I
5. Pemeriksaan Leopold II
6. Pemeriksaan Leopold III
7. Pemeriksaan Leopold IV
AUSKULTASI DENYUT JANTUNG JANIN
1. Persiapan pemeriksaan (privasi dan meminta perawat
wanita/bidan untuk menemani dan membimbing
pasien untuk membuka pakaian pasien)
2. Mempersiapkan alat
3. Memposisikan pasien
4. Menentukan punctum maximum
5. Mendengarkan Denyut Jantung janin dan menghitung
denyut jantung janin yang terdengar
6. Menentukan frekuensi Denyut Jantung Janin
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
1. Adriaansz G. Asuhan Antenatal. In : Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G.H,
eds. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4th edition. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo ; 2008. p.279-80
2. Jones C.S. Anamnesis Sistem Reproduksi Wanita. In : Dacre J, Kopelman P, eds. Buku
Saku Keterampilan Klinis. 1st edition. Jakarta : Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005. p. 204-7
3. Manuaba I.B.G, Manuaba I.A.C, Manuaba I.B.G.F. Fisiologi Kehamilan. In : Manuaba
I.B.G, Manuaba I.A.C, Manuaba I.B.G.F, eds. Pengantar Kuliah Obstetri. 1 st edition.
Jakarta : Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007. p. 208-12
4. Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G.H. Pemeriksaan Ginekologik. In :
Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G.H, eds. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. 4th edition. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2008.
p.115-26
5. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi. Jakarta ; 2002.
Keterampilan Klinik
105
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE VIII
PENGISIAN DAN INTERPRETASI PARTOGRAF
(dr. Abdul Gafur, M.Ked(OG)., Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pengisian dan interpretasi partograf diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan definisi partograf, tujuan penggunaan partograf, waktu penggunaan
(pengisian) partograf, dan komponen partograf
2. Melakukan pengisian partograf secara kronologis dan benar
C. PENDAHULUAN
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala suatu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. (Anonim. 2013) Partograf adalah alat untuk
memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan
keputusan dalam penatalaksanaan. (Saifudin, Abdul Bari. 2002). Partograf adalah alat
bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (Depkes RI, 2004).
Keterampilan Klinik
106
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit dll).
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalian
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Perawat, Dokter
Umum)
Keterampilan Klinik
107
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
108
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk
pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi
nadi ibu.
• Pembukaan Serviks
o Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat
pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus
dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besamya pembukaan
serviks.
o Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai
dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil periksa dalam.
o Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan
serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada.
Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan
cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan
garis waspada. Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus)
• Kontraksi/his
o Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
o Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
o Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi/his dalam 10 menit dan
lamanya kontraks/hisi dalam satuan detik.
o Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara
mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
Keterampilan Klinik
109
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
5. Kondisi Ibu
• Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
o Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
o Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
o (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada
kolom waktu yang sesuai.
o Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf
pada kolom waktu yang sesuai.
o Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur
tubuh pada kotak yang sesuai.
• Volume urin, protein dan aseton
o Ukur dan catat jumlahproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali
ibu berkernih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan
pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
Keterampilan Klinik
110
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
111
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama
peamantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih
dan aman.
Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur
berikut: a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi Baru lahir.
f. Kala IV.
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan,
lembar paretograf ini diiisi setelah semua proses persalinan selesai. Adapun cara
pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Data dasar
Terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,
tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing
tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 5 lingkari jawaban yang
sesuai dan untuk pertanyaan no 8 jawaban bisa lebih dari 1.
b. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan no 9, lingkari jawaban yang sesuai.
Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan.
c. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia
bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda √ pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 13, jika jawabannya “Ya”
tulis indikasinya. Sedangkan untuk no 15 dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi jenis
tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan no 14 jawaban bisa lebih dari
satu. Sedangkan untuk masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada
kala II.
d. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitoksin, penegangan tali pust
terkendali, massage fundus, plasenta lahir lengkap, placenta tidak lahir lebih dari
Keterampilan Klinik
112
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
113
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Skenario Klinis
Catatkan pada partograf data yang didapat pada pemeriksaan berikut:
Ibu masuk rumah sakit pada fase persalinan aktif pada Pukul 10.00
• TD 110/70 mmHg
• Kepala janin teraba 3/5
• Pembukaan servik 4 cm
• Kontraksi uterus tidak adekuat (2x dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung
kurang dari 20 – 40 detik)
• Ketuban pecah spontan dan cairan amnion jernih Pukul 14.00
• Kepala janin teraba 3/5
• Pembukaan servik 6 cm dan bergerak kearah kanan garis waspada
• Kontraksi uterus sedikit meningkat (3x dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung
selama 45 detik).
• Molase derajat dua Pukul 17.00
• Kepala janin tetap teraba 3/5
• Pembukaan servik tetap 6 cm
• Molase derajat tiga
• DJJ (denyut jantung janin) 92x per menit
• Cairan amnion bercampur dengan mekonium
Seksio sesaria dilakukan pukul 17.30 karena terjadi gawat janin
Keterampilan Klinik
114
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
• Partograf diisi bila ibu telah mencapai fase aktif (pembukaan serviks 4 cm)
• Mencatat waktu aktual pemeriksaan yang ada di bawah lajur pembukaan serviks.
Setiap kotak menunjukkan 1 jam penuh.
• Mengisi identitas ibu (nama, status GPAb, tanggal dan jam masuk/mulai perawatan,
waktu mulai mulas, waktu pecah ketuban)
• Mencatat hasil pemeriksaan Denyut Jantung Janin
o Dilakukan setiap 30 menit
o Masukkan hasil pemeriksaan DJJ sesuai dengan skala yang ada di lajur DJJ
partograf dengan memberi tanda titik (.). Satu (1) kotak pada lajur ini
menyatakan 30 menit
o Hubungkan titik-titik yang sudah dimasukkan pada lajur DJJ
• Mencatat hasil pemeriksaan selaput dan warna air ketuban
Catat hasil pemeriksaan air ketuban dengan mengisi kolom di bawah lajur DJJ
o
dengan mengisi dengan kode U, J, M, D, atau K
• Mencatat hasil pemeriksaan molase kepala janin
Catat hasil temuan pemeriksaan molase dengan mengisi kolom di bawah lajur
o
air ketuban dengan kode 0,1,2, atau 3
• Mencatat hasil pemeriksaan pembukaan serviks (dilatasi serviks)
o Lakukan pencatatan setiap 4 jam sekali (atau lebih sering pada penyulit) setelah
pembukaan serviks 4 cm pada lajur pembukaan serviks
o Satu (1) kotak kecil pada lajur pembukaan serviks bernilai 30 menit
o Pencatatan dilakukan di lajur pembukaan serviks dengan memberi tanda X pada
skala yang sesuai. Pencatatan pertama dilakukan di garis waspada
o Hubungan masing-masing tanda X dengan garis lurus tak terputus
• Mencatat hasil pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin
o Lakukan pencatatan setiap 4 jam sekali (atau lebih sering pada penyulit) pada
lajur penurunan bagian terbawah janin
o Satu (1) kotak kecil pada lajur ini bernilai 30 menit
o Pencatatan dilakukan dengan memberi tanda 0 sesuai dengan hasil pemeriksaan
(sistem perlimaan)
o Hubungkan masing-masing tanda 0 dengan garis lurus tak terputus
• Mencatat hasil pemeriksaan kontraksi/his
o Lakukan setiap 30 menit. Hitung berapa kali kontraksi yang terjadi dalam waktu
10 menit dan hitung berapa detik tiap kali kontraksi terjadi
o Catat hasil perhitungan dengan mengisi kotak yang ada pada lajur kontraksi
dengan ketentuan:
▪ Satu (1) kotak menunjukkan 1 kali kontraksi
▪ Isi kotak dengan aturan:
Keterampilan Klinik
115
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Mencatat data pemberian okstosin, cairan, dan obat-obat yang diberikan ke ibu
• Mencatat hasil pemeriksaan frekuensi nadi
o Lakukan hasil pencatatan setuap 30 menit
o Beri tanda titik (.) pada skala yang sesuai pada lajur nadi dan tekanan darah.
o Hubungan masing-masing tanda titik dengan garis tidak terputus
• Mencatat hasil pemeriksaan tekanan darah ibu
o Lakukan pencatan setiap 4 jam
o Catat dalam bentuk tanda panah ( ). Panah menghadap ke atas diletakkan pada
skala yang sesuai dengan sistolik. Panah yang menghadap ke bawah diletakkan
pada skala yang sesuai dengan diastolik
• Mencatat hasil pemeriksaan temperature
o Lakukan pencatatan setiap 4 jam
o Lakukan pencatatan pada kolom yang ada di bawah lajur nadi dan tekanan darah
• Mencatat hasil pemeriksaan utin (protein, aseton, volume)
o Lakukan sedikitnya 2 jam sekali
o Lakukan pencatatan pada kolom yang ada di bawah kolom suhu
Keterampilan Klinik
116
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
117
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PENGISIAN PARTOGRAF DAN INTERPRETASI PARTOGRAF
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Mencatat waktu aktual pemeriksaan
2. Mencatat identitas ibu
3. Mencatat hasil pengukuran DJJ
4. Mencatat hasil pemeriksaan selaput dan warna air
ketuban
5. Mencatat hasil pemeriksaan molase
6. Mencatat hasil pemeriksaan pelebaran serviks
7. Mencatat hasil pemeriksaan penurunan bagian
terbawah janin
8. Mencatat hasil pngukuran his/kontraksi
9. Mencatat data pemberian oksitosin, obat-obatan, dan
cairan
10. Mencatat hasil pemeriksaan nadi
11. Mencatat hasil pemeriksaan tekanan darah
12. Mencatat hasil pemeriksaan suhu
13. Mencatat hasil pemeriksaan urin
Keterangan:
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
Keterampilan Klinik
118
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE IX
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA 1-KALA 3)
(dr. Abd.Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
Melakukan keterampilan klinis dasar (pemeriksaan fisik, diagnostik, dan terapeutik) pada
organ dan sistem reproduksi wanita
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab asuhan persalinan normal (kala 1 - kala 3)
diharapkan dapat:
1. Memimpin kala 1 persalinan dengan tehnik yang benar dan dilakukan secara
sistematis
2. Memimpin kala 2 persalinan dengan tehnik yang benar dan dilakukan secara
sistematis
3. Memimpin kala 3 persalinan dengan tehnik yang benar dan dilakukan secara
sistematis
C. PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses alamiah, dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dikatakan normal jika
proses persalinan tersebut, terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37
minggu), tanpa disertai adanya penyulit.
Proses persalinan dikatakan dimulai (in partu), pada saat uterus berkontraksi, dan
menyebabkan perubahan pada serviks, dan diakhiri dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Jika kontraksi uterus tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada serviks,
maka ibu hamil dinyatakan belum in partu.
Proses persalinan dapat dibagi menjadi 4 tahapan (kala), yaitu:
▪ Kala Satu, atau kala pembukaan serviks.
▪ Kala Dua, atau kala pengeluaran.
▪ Kala Tiga, yang disebut juga dengan kala uri (plasenta).
▪ Kala Empat, yaitu masa pengawasan hingga dua jam setelah lahirnya plasenta.
Keterampilan Klinik
119
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
FASE LATEN
Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang menyebabkan
penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks terjadi sangat
lambat sehingga mencapai diameter kurang dari 4 cm. Fase laten biasanya
berlangsung sekitar 8 jam pada primigravida, sedangkan pada multigravida, fase laten
dapat berlangsung lebih cepat.
Fase Aktif
Pada fase aktif terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi uterus (his).
Kontraksi dikatakan adekuat bila terjadi tiga kali, atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks uteri akan membuka dari
diameter 4 cm hingga 10 cm, dengan kecepatan 1 cm atau lebih tiap jam, hingga
pembukaan lengkap (diameter serviks uteri 10 cm). Pada fase aktif, juga terjadi
penurunan bagian terbawah janin ke pintu atas.
Ketuban akan pecah dengan sendirinya, ketika pembukaan hampir, atau telah
lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, dikatakan
sebagai ketuban pecah dini (KPD).
Kala satu selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Lama
keseluruhan kala satu, berbeda antara wanita primigravida, dan multigravida. Pada
primigravida kala satu biasanya berlangsung selama kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida berlangsung lebih cepat, yaitu kira-kira 7 jam.
Pimpinan persalinan pada kala satu meliputi penilaian kondisi ibu, melakukan
pemeriksaan luar (pemeriksaan abdomen), dan melakukan pemeriksaan dalam:
Keterampilan Klinik
120
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
- Bidang Hodge I : yaitu bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul dengan bagian atas simfisis pubis, dan promontorium.
- Bidang Hodge II : yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I, terletak
setinggi bagian bawah simfisis pubis.
- Bidang Hodge III : yaitu bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, dan
II, terletak setinggi spina iskiadika kanan, dan kiri.
- Bidang Hodge IV : yaitu bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II,
dan III, terletak setinggi tulang koksigis.
Keterampilan Klinik
121
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pimpinan persalinan kala dua, yang akan dipelajari dalam modul keterampilan klinik
ini antara lain adalah:
▪ Persiapan tempat dan peralatan persalinan.
▪ Persiapan penolong persalinan.
▪ Pemeriksaan dalam.
o Penilaian kondisi vagina
o Penilaian kondisi serviks
o Pemecahan ketuban bila ketuban belum pecah Pimpinan mengedan.
▪ Menolong kelahiran bayi
o Menolong kelahiran kepala
o Menolong kelahiran bahu
o Menolong kelahiran bagian tubuh lainnya
▪ Penanganan bayi baru lahir
Keterampilan Klinik
122
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama yaitu :
▪ Pemberian suntikan oksitosin 2 menit pertama setelah bayi lahir
o Oksitosin diberikan karena berfungsi untuk merangsang fundus uteri untuk
berkontraksi dengan kuat dan efektif, sehingga dapat membantu pelepasan
plasenta, dan mengurangi kehilangan darah akibat perdarahan.
o Jika oksitosin tidak tersedia, mintalah ibu untuk melakukan stimulasi puting
susu, atau menyusukan bayi dengan segera untuk merangsang terlepasnya
oksitosin secara alamiah.
▪ Melakukan peregangan tali pusat terkendali
▪ Melakukan masase fundus uteri
Keterampilan Klinik
123
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Keterampilan Klinik
124
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
o Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi uterus dalam waktu 10
menit, dengan lama kontraksi 40 detik atau lebih
• Pemantauan Denyut Jantung Janin o Lakukan pengukuran denyut jantung
janin dengan langkah yang sudah diajarkan pada keterampilan klinik
sebelumnya
▪ Pemeriksaan Dalam
• Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, dokter terlebih dahulu
memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan,
secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah
persetujuan pasien.
• Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk buang air kecil, dan membilas
daerah abdomen dan alat genitalnya terlebih dahulu, lalu dikeringkan.
• Kemudian mintalah perawat untuk membimbing pasien membuka pakaian
dalamnya.
• Pasien kemudian diminta untuk berbaring dalam posisi litotomi pada meja
periksa, selanjutnya dokter meminta pasien untuk santai dan tidak
menegangkan perutnya.
• Sebelum memulai pemeriksaan, dokter terlebih dahulu mencuci kedua
tangannya dengan air sabun sampai bersih, kemudian tangan dikeringkan
dengan kain bersih, atau dianginkan.
• Pemeriksa memakai sarung tangan steril, lalu berdiri, atau duduk di depan
vulva.
• Sentuhlah daerah paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu
untuk mencegah ibu terkejut.
• Bersihkan vulva, atau anus terlebih dahulu dengan kapas sublimat dengan arah
dari depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi tinja.
• Perhatikanlah dengan seksama daerah mons veneris, labia mayor, labia minor,
klitoris, dan vulva (bila terlihat)
• Lakukan penilaian ada tidaknya kelainan berupa tanda-tanda peradangan,
iritasi kulit, massa abnormal, pembengkakan atau peradangan daerah labia
mayor atau labia minor, perubahan ukuran klitoris, benda asing, parut bekas
luka atau operasi, serta ada tidaknya kelainan pertumbuhan rambut kemaluan.
• Pisahkan dengan lembut kedua labia mayor dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk pemeriksa, sehingga daerah vulva menjadi lebih jelas terlihat.
• Perhatikan dengan seksama organ genitalia yang terdapat pada vulva seperti
orifisium uretra eksternum, kelenjar Bartholini, kelenjar Skenei, himen
(selaput dara), dan introitus vagina.
• Lakukan penilaian ada tidaknya kelainan berupa peradangan, atau sekret yang
keluar dari orifisium uretra eksternum, pembengkakan dan peradangan
kelenjar Bartholini, apakah himen masih utuh atau telah robek, apakah
introitus vagina sempit atau lebar, apakah terdapat massa yang menonjol
keluar dari introitus vagina, serta ada tidaknya sekret yang keluar dari introitus
vagina.
• Lakukan penilaian terhadap sekret yang keluar dari introitus vagina, apakah
berupa bercak darah, perdarahan pervaginam, atau cairan ketuban
Keterampilan Klinik
125
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
126
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
127
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
128
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar 5. (a), (b), (c). Lahirnya Kepala Janin, (d) Putaran Paksi Luar
Keterampilan Klinik
129
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
130
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
131
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
132
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar 9. Peregangan Tali Pusat Terkendali Gambar 10. Masase Fundus Uteri
Keterampilan Klinik
133
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
134
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA 1 s/d KALA 3)
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PIMPINAN PERSALINAN KALA 1
1. Menilai Kondisi Ibu
2. Menilai Luar Abdomen
Menilai Leopold
5. Menilai kontraksi Uterus
6. Menilai Denyut Jantung Janin
3. Melakukan Pemeriksaan Dalam
Menilai genitalia eksterna
Menilai sekret dari introitus vagina
Menilai pembukaan dan penipisan serviks
Menilai bagian terbawah janin dan posisi bagian terbawah
janin dengan bidang Hodge
Menilai ukuran panggul dengan conjugata vera
PIMPINAN PERSALINAN KALA 2
1. Menyiapkan tempat dan alat
2. Menyiapkan alat pelindung untuk digunakan penolong
persalinan
3. Melakukan pemeriksaan dalam
Menilai kondisi vagina
Menilai kondisi serviks
Memecahkan ketuban bila belum pecah
4. Memimpin ibu mengedan
5. Menolong kelahiran bayi
Melahirkan kepala
Melahirkan bahu
Melahirkan bagian tubuh lainnya
6 Melakukan perawatan bayi baru lahir
MANAJEMEN AKTIF KALA 3
1. Menyuntikkan oksitosin
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3. Melakukan masase fundus uterus
4. mengikat tali pusat
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
135
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
Keterampilan Klinik
136
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE X
PENILAIAN POST PARTUM
(dr. Abdul Gafur, M.Ked(OG)., Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
Melakukan keterampilan klinis dasar (pemeriksaan fisik, diagnostik, dan terapeutik) pada
organ dan sistem reproduksi wanita
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab penilaian post partum diharapkan dapat:
C. PENDAHULUAN
Kala empat adalah masa pengawasan ibu, terutama dari bahaya perdarahan, yang
dimulai dari lahirnya plasenta, hingga dua jam setelahnya. Pelatihan ini merupakan
kelanjutan dari pelatihannya sebelumnya dan berfokus pada hal-hal yang perlu
diperhatikan pada kala 4 persalinan.
Keterampilan Klinik
137
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Beri penjelasan ke ibu mengenai hal-hal yang akan dilakukan setelah ibu melahirkan
bayi dan plasenta
▪ Mengukur tekanan darah dam nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam berikutnya
▪ Mengukur tinggi fundus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam berikutnya. Tehnik mengukur tinggi fundus dapat dilihat kembali pada
materi pelatihan keterampilan klinis sebelumnya
▪ Memeriksa perineum dan vagina untuk menilai perdarahan setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya.
▪ Melakukan masase uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam berikutnya. Tehnik masase uterus dapat dilihat pada materi pelatihan
keterampilan klinis sebelumnya
▪ Mengukur temperatur setiap jam
▪ Memeriksa kandung kemih. Bantu ibu untuk berkemih hingga dapat berkemih
spontan
▪ Mengedukasi ibu mengenai:
o Cara menilai tonus dan perdarahan uterus
o Cara pemijatan uterus
o Tanda-tanda bahaya
Keterampilan Klinik
138
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
139
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PENILAIAN POST PARTUM
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Menjelaskan ke ibu mengenai kala 4 persalinan
2. Mengukur tekanan darah dan frekuensi nadi
3. Memeriksa tinggi fundus
4. Melakukan masase uterus
5. Memeriksa temperatur
6. Memeriksa perineum dan vagina
7. Memeriksa kandung kemih dan membantu ibu untuk
berkemih secara spontan
Mengedukasi ibu tentang:
• Cara menilai tonus uteri dan perdarahan
8.
• Cara masase uterus
• Tanda-tanda bahaya
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
140
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
Keterampilan Klinik
141
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE XI
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
(dr. Hardy Hasibuan, Sp.B)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemeriksaan fisik payudara diharapkan dapat:
1. Melakukan pemeriksaan fisik payudara dengan tehnik yang benar dan sistematis
2. Melakukan pemeriksaan fisik kelenjar betah bening di aksila, supra dan infra
klavikula dengan tehnik yang benar dan sistematis
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik payudara merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi adanya
benjolan atau kelainan lainnya pada payudara seperti abses, kista, tumor jinak maupun
tumor ganas pada payudara, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih cepat dan
tepat untuk memberikan prognosis yang lebih baik untuk kesembuhan pasien.
Seorang wanita apabila menyadari dan mengeluhkan terdapatnya benjolan atau
kelainan pada payudaranya dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi ke dokter.
Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, dimana payudara wanita
mengalami perkembangan dan membesar
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian
yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus.
Keterampilan Klinik
142
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pemeriksaan payudara
Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan fisik payudara adalah hari ke
5 – 7 setelah menstruasi, dimana pada saat itu kondisi payudara tidak mengeras,
membesar atau nyeri. Untuk wanita yang telah menopause dapat melakukan pemeriksaan
ini kapan pun.
Pemeriksaan fisik payudara meliputi inspeksi dan palpasi serta diikuti pemeriksaan
palpasi pada kelenjar getah bening.
Jika ditemukan masa atau keadaan abnormal di payudara lokasinya dapat kita
deskripsikan berdasar kuadran.
Payudara dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:
− Superolateral
− Superomedial
− Inferolateral
− Inferomedia
Keterampilan Klinik
143
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Inspeksi payudara
Keterampilan Klinik
144
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
145
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
1. Menjelaskan waktu yang sesuai untuk pemeriksaan payudara yaitu hari ke 7 sampai
10 terhitung sejak hari pertama menstruasi, saat payudara lemas dan tidak
keras/bengkak.
2. Informed consent
3. Mempersiapkan pasien:
• Pemeriksaan dilakukan di ruang tertutup, bersih dan nyaman
• Didampingi oleh perawat
• Pakaian dan bra pasien dibuka
4. Melakukan pemeriksaan inspeksi dengan posisi pasien saat diperiksa berdiri atau
duduk tegak dan
• Kedua lengan menggantung di samping badan
• Kedua tangan di pinggang atau posisi berkacak pinggang
• Mengangkat kedua lengan sejajar dengan kepala
5. Melakukan pemeriksaan palpasi (dengan tehnik radier, linier, dan sirkular dengan)
posisi pasien saat diperiksa:
• Berbaring telentang (supinasi) dan memberi ganjalan bantal pada bagian
belakang dada
Keterampilan Klinik
146
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
147
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
148
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1, Menjelaskan waktu yang tepat melakukan pemeriksaan
2. Informed consent
3. Mempersiapkan pasien
4. Melakukan inspeksi pada kedua payudara serta evaluasi
hasil pemeriksaan
5. Melakukan palpasi pada kedua payudara serta evaluasi
hasil pemeriksaan
6. Melakukan palpasi pada kelenjar getah bening aksila, supra
dan infra klavikula
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
1. Krisdianto B.F, 2019, Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara
Sendiri (Sadari), Andalas University Press, Padang
2. Kirby I. Bland, Edward M. Copeland III, V. Suzanne Klimberg, William J Gradishar,
2017, The Breast: Comprehensive Management of Benign and Malignant Diseases, 5th
edn, Elsevier, Arkansas
3. Purwanto H, Handojo Dj, Haryono S.J, Harahap W.A,2015, Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara, PERABOI, Jakarta
Keterampilan Klinik
149
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE XII
PEMASANGAN DAN PELEPASAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR)/INTRA UTERINE DEVICE (IUD)
(dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemasangan dan pelepasan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi AKDR/IUD, jenis AKDR/IUD, cara kerja AKDR/IUD,
keuntungan dan kelemahan AKDR/IUD, waktu pemasangan AKDR/IUD, dan waktu
kontrol AKDR/IUD
2. Melakukan prosedur pemasangan dan pelepasan AKDR/IUD dengan tehnik yang
benar dan sistematis
C. PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk: mendapatkan objektif - objektif
tertentu.
• Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
• Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
• Mengatur interval di antara kelahiran.
• Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
• Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan
KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari
tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi
layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan
praktek swasta dan bidan desa.
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh
langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik
KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant
dan vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan
berkompeten.
Keterampilan Klinik
150
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan
Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam
macam tetapi pada umumnya yaitu:
• Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
• Melumpuhkan sperma.
• Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis
(dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular
seksual.
Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah
3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan
Keterampilan Klinik
151
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D
berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah
bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
Keterampilan Klinik
152
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
153
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Alat dan instrumen dasar yang biasanya ditemukan pada suatu klinik KB.
• Alat khusus untuk pemasangan/pencabutan AKDR (misalnya: kit
pemasangan/ pencabutan).
• Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan
mengurangi penyebaran penyakit serius seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS.
Keterampilan Klinik
154
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
155
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Langkah-langkah pemasangan AKDR:
• Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping
dan cara menanggulangi efek samping.
• Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan.
• Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada
langkahlangkah tersebut.Pastikan kllen telah mengosongkan kandung kencingnya.
• Melaksanakan anamnese umum, keluarga.
• Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter.
• Siapkan alat-alat yang diperlukan.
• Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi
Lithotomi.
• Petugas cuci tangan
• Pakai sarung tangan kanan dan kiri
• Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas sublimat
• Periksa genitalia eksterna.
• Lakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk menentukan keadaan
o Posisi uterus. pasang speculum sym.
o Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
o Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
• Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga
rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter
dikeluarkan.
o Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya.
Keterampilan Klinik
156
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim
(forniks).
• Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
• Alat-alat dibersihkan
o Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan.
o Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
• Petugas cuci tangan
• Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami
setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
• Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan
model (bila tersedia).
• Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR
Keterampilan Klinik
157
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
158
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMASANGAN DAN PELEPASAN AKDR/IUD
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Informed consent
2. Melakukan anamnesis umum dan keluarga
3. Melakukan pemeriksaan fisik umum dan pengukuran
tanda vital
4. Menyiapkan alat dan bahan
5. Melakukan pemeriksaan genitalia eksterna
6. Melakukan pemasangan AKDR
7. Mengedukasi klien setelah pemasangan AKDR
8. Mengawasi klien setelah pemasangan AKDR
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
Keterampilan Klinik
159
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE XIII
PEMASANGAN DAN PELEPASAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
(AKBP)/IMPLAN
(dr. Abdul Gafur, M.Ked(OG), Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab pemasangan dan pelepasan alat kontrasepsi
bawah kulit (AKBP)/Implan diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi AKBK/implant, jenis AKBK/implan, mekanisme kerja
AKBK/implan, indikasi dan kontra indikasi penggunaan AKBK/implant, kerugian &
efek samping AKBK/implant
2. Melakukan pemasangan dan pelepasan AKBK/implant dengan tehnik yang benar dan
sistematis
C. PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk: mendapatkan objektif - objektif
tertentu.
• Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
• Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
• Mengatur interval di antara kelahiran.
• Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
• Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan
KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari
tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi
layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan
praktek swasta dan bidan desa.
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh
langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik
KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant
dan vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan
berkompeten.
Keterampilan Klinik
160
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan
Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam
macam tetapi pada umumnya yaitu:
• Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
• Melumpuhkan sperma.
• Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Gambar 1. Implant
Keterampilan Klinik
161
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Mekanisme Kerja
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme. Dua diantaranya
yang paling utama ialah:
• Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah penetrasi sperma.
• Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara lain :
• Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)
• Mengurangi produksi progesterone alami dari ovarium selama fase pasca ovulas
(luteal) dalam siklus tersebut dimana terjadi ovulasi.
Efektivitas
Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi reversible yang sangat
efektif. Walaupun disadari bahwa tidak ada satupun metoda kontrasepsi yang
memiliki hasil guna 100%, namun rentang angka kehamilan rata-rata per tahun
pada penggunaan norplant ternyata tidak lebih dari 1%. Pulihnya kesuburan setelah
pencabutan implant hanya memerlukan waktu beberapa hari saja, dimana kadar
LNG serum akan segera menghilang. Tidak ditemukan efek jangka panjang
penggunaan implant bagi kesuburan wanita tanpa memandang umur ataupun paritas
(wanita muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman menggunakan
metode ini).
Keterampilan Klinik
162
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Efek samping
Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur haid,
perubahanperubahan tersebut dapat berupa :
• Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan pertama
penggunaan)
• Perdarahan bercak di antara 2 siklus Amenorea beberapa bulan, dan pada
beberapa klien dapat berlangsung dalam skala tahunan
• Kombinasi dari pola diatas
Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia, perubahan berat badan
dan gangguan depresi.
Keuntungan dan Kerugian Norplant
Keuntungan pemakaian norplant:
• Daya guna tinggi
• Awitan kerja sangat cepat (< 24 jam)
• Pemulihan kesuburan cepat setelah pencabutan
• Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
• Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
• Tidak mengandung zat aktif berisiko (bebas estrogen)
• Tidak mengganggu kegiatan sanggama
• Cara penggunaan mudah
• Ekonomis
• Proses penggunaannya mudah (setelah insersi hanya membutuhkan kunjungan
follow up dan datang kembali saat pencabutan)
• Tingkat proteksi berkesinambungan
• Reversibel
• Tidak mengganggu aktivitas keseharian
• Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
• Tidak mempengaruhi laktasi
• Mengurangi dismenorea
• Mengurangi anemia
• Menurunkan angka kejadian adenokarsinoma endometrii
• Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
• Mencegah terjadinya kehamilan ektopik
Kerugian norplant :
• Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual termasuk AIDS
• Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan pencabutan
• Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan pencabutan
• Dapat mempengaruhi berat badan
• Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi, hematoma, dan
perdarahan)
• Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar Pada beberapa klien dapat terjadi
perubahan pola haid
• Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia, jerawat, hirsutisme
• Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya kista ovarium
bagi wanita yang pernah menderita kista ovarium.
Keterampilan Klinik
163
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra indikasi relatif) :
• Dugaan terhadap adanya kehamilan
• Sedang mengidap penyakit tromboembolik
• Sedang mengalami perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis
• Benjolan atau kanker payudara
• Diabetes Mellitus
• Hipertensi
• Sakit kepala atau migren karena kelainan vascular
• Epilepsi
• Tuberkulosis
• Depresi
• Perokok
• Wanita yang tidak dapat menerima keadaan amenorea
Keterampilan Klinik
164
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
20. Ember berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen yang selesai
digunakan.
F. CARA KERJA
PEMASANGAN IMPLANT
1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui klien tentang
norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan kerugiannya).
2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk menggunakan KB
norplant.
3. Pemasangan kapsul implant
Keterampilan Klinik
165
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
166
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih.
PENCABUTAN IMPLANT
1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca pencabutan)
2. Pencabutan kapsul implant
Persiapan:
1. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan air
yang mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.
2. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan lurus atau sedikit
bengkok dan disangga dengan baik
3. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien
4. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk menentukan tempat insisi,
raba (tanpa sarung tangan ujung kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak dapat
meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada cacatan medik klien. Beri tanda
pada posisi setiap kapsul di lengan dengan menggunakan spidol.
5. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.
Keterampilan Klinik
167
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
7. Gunakan klem lain untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem
pemegang susuk dan cabut kapsul dengan pelan- pelan dan hati- hati. Setelah
kapsul dicabut, letakkan dalam mangkuk kecil berisi larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi. Kapsul dapat dihitung dengan mudah dalam mangkuk
kecil untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut.
8. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut dengan
teknik yang sama seperti di atas.
Keterampilan Klinik
168
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
169
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMASANGAN DAN PELEPASAN AKBK/IMPLAN
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
PEMASANGAN IMPLAN
1. Konseling pra-pemasangan/informed consent
2. Persiapan pemasangan
3. Tindakan pra pemasangan
4. Pemasangan kapsul implan
5. Tindakan pasca pemasangan
PENCABUTAN IMPLAN
1. Konseling pra pencabutan/informed consent
2. Persiapan pencabutan
3. Persiapan pencabutan
4. Tindakan pencabutan dengan tehnikmC
5. Tindakan pasca pencabutan
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan Klinik
170
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
REFERENSI
Keterampilan Klinik
171
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE XIV
PAPSMEAR DAN IVA TEST
(dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab papsmear dan IVA test diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi papsemar dan IVA test, indikasi pemeriksaan papsmear dan
IVA test, dan waktu pelaksanaan papsmear dan IVA test
2. Melakukan pemeriksaan papsmear dan IVA test dengan tehnik yang benar dan
sistematis
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan Papanicolaou test (pap’s smear) adalah pemeriksaan yang
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya lesi pre kanker pada serviks, dan
merupakan pemeriksaan skrining yang paling lazim digunakan karena memiliki
sensitivitas yang tinggi. Ketepatan diagnostik sitologi pemeriksaan ini sekitar 90%
pada karsinoma in situ, dan sekitar 76% pada displasia ringan, atau sedang.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk skrinning lesi pre kanker serviks
adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).
Keterampilan Klinik
172
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
• Agar pemeriksaan Pap’s Smear dapat dilakukan dengan baik, pemeriksaan ini
tidak boleh dilakukan pada saat pasien menstruasi, dan mintalah pasien untuk
tidak melakukan hubungan suami istri sekitar 3 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan.
Gambar 1. tampilan makroskopis dan sitologis serviks normal dan serviks yang
mengalami dysplasia & malignansi
Keterampilan Klinik
173
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Persiapan Pemeriksaan Pap’s Smear
Seperti halnya pemeriksaan obstetri dan ginekologi, pemeriksaan Pap’s Smear
harus dilakukan pada ruangan yang tertutup, yang dapat menjamin kerahasiaan
pasein.
Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat wanita, yang dapat
bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau
dari pihak pemeriksa, maupun pasien.
Persiapan Pasien dan Alat
Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan
pemeriksaan, secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian
mintalah persetujuan pasien (informed consent).
Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk buang air kecil, dan membilas daerah
abdomen dan alat genitalnya terlebih dahulu, lalu dikeringkan. Kemudian
mintalah perawat untuk membimbing pasien membuka pakaian dalamnya.
Mintalah pasien agar berbaring telentang di atas meja ginekologi dengan posisi
litotomi, kemudian mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien sedemikian
rupa, sehingga seluruh daerah genitalia eksterna terlihat dengan jelas, sedangkan
daerah tubuh yang tidak diperiksa ditutupi dengan duk steril.
Persiapkan alat dan bahan
Teknik Pemeriksaan Pap’ Smear
Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter terlebih dahulu mencuci kedua
tangannya dengan air sabun sampai bersih, kemudian tangan dikeringkan dengan
kain bersih, atau dianginkan.
Pakailah sarung tangan steril, dan mintalah perawat untuk menyalakan lampu
sorot ke daerah genital pasien, dan pemeriksa duduk di depan vulva.
Bersihkanlah vulva terlebih dahulu dengan kapas sublimat.
Gantilah sarung tangan steril dengan yang baru.
Sebelum spekulum dimasukkan, tunjukkan spekulum terlebih dahulu pada pasien.
Aturlah suhu spekulum agar hangat, dengan cara mencuci spekulum dengan air
hangat yang steril.
Sentuhlah daerah paha sebelah dalam dengan spekulum, sebelum spekulum
dimasukkan melalui introitus vagina, untuk memastikan suhu spekulum tidak
terlalu hangat, kemudian berikanlah jeli pada permukaan spekulum.
Peganglah spekulum dengan tangan kanan.
Masukkan ujung spekulum dalam keadaan tertutup ke dalam introitus vagina
dengan posisi sedikit miring.
Kemudian putarlah spekulum sehingga menjadi sejajar dengan sumbu vagina.
Doronglah spekulum agar masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai
pada puncak vagina.
Tarik sedikit spekulum ke arah luar.
Bukalah spekulum secara mekanik pada tangkainya, sehingga dinding vagina
depan terpisah dari dinding vagina belakang, dan porsio tampak jelas.
Keterampilan Klinik
174
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Bersihkanlah porsio dari lendir dan getah vagina dengan menggunakan kapas lidi.
Perhatikan dengan seksama dinding vagina dan perhatikan bagaimana kondisi
rugae, apakah terjadi inflamasi, ulkus, massa abnormal, serta ada tidaknya lendir
atau getah vagina.
Selanjutnya perhatikan dengan seksama serviks dan ostium eksternum serviks.
Perhatikan warna, bentuk, posisi, permukaan, apakah mudah berdarah, erosi,
tandatanda peradangan, massa abnormal, atau sekret.
Bila terdapat sekret, perhatikan banyaknya, kekentalan, warna, dan baunya.
Ambillah spatula kayu, kemudian masukkan bagian yang menonjol pada spatula
kayu ke dalam endoserviks.
Dimulai dari arah jam 12, putarlah spatula kayu searah jarum jam 3600.
Geserkan spatula kayu di atas kaca objek yang telah diberikan label pada sisi
kirinya, sepanjang setengah panjang kaca objek.
Geserkan spatula sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.
Celupkan kaca objek kedalam larutan fiksasi (alkohol 70%) selama 10 menit.
Masukkan sediaan ke dalam wadah steril, kemudian sediaan dikirim ke bagian
patologi anatomi untuk diperiksa.
Lepaskan spekulum dengan cara mengunci spekulum terlebih dahulu, kemudian
spekulum dikeluarkan dari liang vagina.
Bersihkanlah vulva dengan kassa steril hingga bersih, dan mintalah perawat untuk
membantu pasien memakai pakaiannya kembali.
Spekulum cocor bebek yang telah digunakan, dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
Keterampilan Klinik
175
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
176
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
PEMERIKSAAN PAP SMEAR
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Persiapan paps smear (ruangan dan meminta perawat
wanita untuk mendampingi)
2. Persiapan pasien & alat
3. Melakukan tehnik pemeriksaan pap smear
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
1. Pemeriksaan Pap’s Smear. In : Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G.H, eds.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4th edition. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2008.
2. Soepardiman H.M, Sianturi M.H.R, Lubis M. Manual Sitologi. Jakarta : Sub bagian
Sitopatologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
; 1998.
3. Edelman A, Anderson J.D, Lai S, Braner D.A.V, Tegtmeyer K. Pelvic Examination.
Avaiable from : URL : HYPERLINK http : // www. the new england journal of
medicine. org
Keterampilan Klinik
177
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
MATERI KE XV
KONSELING KELUARGA BERENCANA
(dr. Abd. Harris Pane, Sp.OG)
A. TUJUAN UMUM
Pelatihan keterampilan klinis ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran:
B. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa setelah melakukan skills lab konseling keluarga berencana diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi konseling, keuntungan konseling, ciri komunikasi yang efektif,
ciri konselor yang efektif, hak klien dalam proses konseling, informasi yang
diberikan pada konseling keluarga berencana
2. Melakukan konseling keluarga berencana dengan menggunakan prinsip komunikasi
efektif dengan benar
C. PENDAHULUAN
Peningkatan pelayanan KB pasca persalinan sangat mendukung dan telah
sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan dan pada saat yang sama juga ditunjang
dengan situasi dan kondisi kesehatan ibu yang sesuai di mana begitu banyak calon
peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin) yang pernah kontak dengan tenaga kesehatan.
Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat me
motivasi mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan.
Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak
menggunakan kontrasepsi, sepertinya waktu setelah melahirkan adalah waktu yang
paling tepat untuk mengajak seorang ibu menggunakan kontrasepsi.
I. Pengertian
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara
klienpetugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi.
II. Keuntungan konseling adalah :
• Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya
• Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan
• Cara dan lama penggunaan yang sesuai
• Membangun rasa saling percaya
• Menghormati hak klien dan petugas
Keterampilan Klinik
178
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Keterampilan Klinik
179
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
F. CARA KERJA
Proses Konseling:
1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman, memperkenalkan diri
2. Megkonfirmasi identitas pasien
3. Menjelaskan tujuan pertemuan serta memebritahukan perannya
4. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik tentang beberapa alternatif
tentang metode-metode kontrasepsi yang dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan
masalah.
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode kontrasepsi
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan
jargon medik dan kalimat yang membingungkan
7. Menjawab pertanyaan dengan tepat
Keterampilan Klinik
180
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
8. Mengecek kembali pemahaman klien tentang hal yang dibicarakan dan menanggapi
komunikasi non verbal dengan tepat
9. Mmeberi kesempatan/waktu kepada klien untuk bereaksi terhadap ucapan petugas
kesehatan (berdiam diri sejenak)
10. Mendorong klien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya, dan perasaannya
serta menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan, dan nilai-nilai
pasien
11. Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya dan menyatakan dukungan terhadap
keputusan pasien (menyampaikan keprihatinan, pengertian, dan keinginan untuk
membantu)
12. Membuat perencanaan tindak lanjut
Keterampilan Klinik
181
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
G. LAPORAN KERJA
Yang Sudah Baik Saya Kerjakan:
(..........................................)
Keterampilan Klinik
182
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
H. LEMBAR PENGAMATAN
LEMBAR PENGAMATAN
KONSELING KELUARGA BERENCANA
*)Beri tanda √ pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian anda
No. KEGIATAN 0* 1* 2*
1. Membangun sambung rasa
2. Mengkonfirmasi identitas pasien
3. Menjelaskan tujuan pertemuan
4. Memberikan penjelasan tentang metode kontrasepsi
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
metode kontrasepsi
6. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti
7. Menjawab pertanyaan dengan tepat
8. Mengecek kembali pemahaman klien
9. Memberi kesempatan/waktu kepada klien untuk bereaksi
10. Mendorong klien untuk menyampaikan reaksinya
11. Mendorong klien untuk menentukan pilihannya
12. Membuat perencanaan
Keterangan :
0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan tetapi tidak sempurna
2= Dilakukan dengan sempurna
REFERENSI
Keterampilan Klinik
183
Semester IV
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
PENUTUP
Buku Panduan Skills Lab ini disusun berdasarkan kebutuhan akan panduan dalam
menyelenggarakan pelatihan keterampilan klinis. Materi yang didapat dalam buku ini
bersumber dari referensi yang telah disebutkan pada masing-masing keterampilan klinis.
Perbaikan terhadap konten materi keterampilan klinis akan direvisi sesuai dengan keilmuan
termutakhir. Perubahan isi materi akan disampaikan dalam bentuk revisi buku panduan skills
lab.
Keterampilan Klinik
184
Semester IV