Anda di halaman 1dari 14

LOGBOOK

PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN TERNAK


BA3102

ADZKIA TIARA PARADITHA


11420046
KELOMPOK 1
Nama Asisten : Martsal Karbela Tanggal Praktikum : 26 September 2022
NIM Asisten : 11419047 Praktikum ke : 4 (Empat)

MODUL IV
MORFOLOGI DAN ANATOMI DASAR INVERTEBRATA

I. Tujuan
1. Menentukan berat tubuh udang dan kepiting.
2. Menentukan panjang spesifik bagian-bagian tubuh udang.
3. Menentukan panjang dan lebar bagian tubuh kepiting.
4. Menentukan morfologi dan anatomi udang dan kepiting.
5. Menentukan jenis kelamin udang dan kepiting.

II. Alat dan Bahan


Berikut alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini:
Alat Bahan
Baki dan ember Kantung plastik
Jangka sorong/penggaris Kepiting
Jarum pentul berbagai warna Kertas tisu
Kaca pembesar Sabun cuci
Kain lap Sarung tangan
Kertas label Udang
Meteran kain
Papan potong
Perangkat alat bedah
Pisau dapur
Timbangan
III. Cara Kerja dan Hasil Pengamatan
Berikut adalah cara kerja yang digunakan pada praktikum ini:
Cara Kerja

Persiapan
• Pengamatan ukuran tubuh
Kepiting & Udang
↳ Ditimbang sampel udang dan atau kepiting dengan timbangan
↳ Dicatat hasil pengamatannya
Data berat telah didapatkan

Pengamatan Morfologi
• Pengamatan morfologi luar
Kepiting dan Udang
↳ Diamati morfologi luar dari udang dan kepiting
↳ Diukut bagian bagian morfologi udang dan kepiting
↳ Ditentukan jenis kelamin udang dan kepiting
Kepiting dan udang teramati morfologinya

• Prosedur pembedahan udang


Udang
↳ Ditaruh udang di baki berisi air dengan dorsal menghadap atas.
↳ Disisipkan gunting bedah pada seegmen terakhir dari abdomen
↳ Dipotong kerangka luar (eksoskeleton) dari sekmen terakhir abdomen
hingga kepala di sepanjang sisi dorsal
↳ Dibuka potongan dari bagian sisi, digunting selaput tipis yang
membatasi kerangka dengan struktur tubuh
↳ Diamati bagian tubuh udang seperti pencernaan, reproduksi, syaraf, dan
transportasi
Udang sudah dibedah

Prosedur pembedahan kepiting


Kepiting
↳ Dipotong ½ alat gerak sebelum mulai membedah dengan cara dipegang
dengan tangan kiri pada posisi berjalan, lalu dibalik dan kaki dipotong
dengan gunting yang keras
↳ Dipotong sepanjang bagian sisi dorsal dari carapace yang
menggabungkan ventral sternites. Angkat permukaan dorsal, dan
dengan hati-hati pisahkan carapace dari membran yang terdapat di
bawahnya.
↳ Lepaskan bagian perut pada bagian bawah tubuh. Tempatkan
spesimen pada baki dengan posisis dorsal menghadap ke atas.
↳ Potong tergites pada bagian perut di batas lateral dari sambungan
antara cephalothorax dan perut. Lepaskan tergite, dan organ dalam
dapat dilihat.
↳ Potongan dibuka dari bagian sisi, gunting selaput tipis yang
membatasi kerangka dengan struktur tubuh hingga seluruh bagian
internal dari udang dapat diamati
↳ Amati bagian dalam tubuh udang, berikan tanda bagian-bagian yan
terkait sistem fisiologi dari udang seperti pencernaan, reproduksi,
syaraf, dan transportasi
Kepiting sudah dibedah
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Anatomi Kepiting
Sistem Organ Organ Dokumentasi

Kelenjar
Pencernaan
pencernaan

Gambar 1. Kelenjar Pencernaan

Insang

Gambar 2. Insang
Pernafasan

Pembersih Insang

Gambar 3. Pembersih Insang


Ruang Insang

Gambar 4. Ruang Insang

Cardiovascular Jantung

Gambar 5. Jantung

Urogenital Lubang saluran

Gambar 6. Lubang Saluran


Pergerakan Kaki Renang
Gambar 7. Kaki Renang

Kaki Jalan

Gambar 8. Kaki Jalan

Cheliped

Gambar 9. Cheliped

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengukuran Berat, Lebar, dan Panjang Kepiting


Berat Utuh (g) Panjang (cm) Lebar (cm)
132,06 6,5 9
Gambar 12. Pengukuran
Gambar 10. Gambar 11. Lebar
Pengukuran Bobot Pengukuran Panjang

Tabel 3. Alat Kelamin Kepiting

Kepiting Bakau (Scylla spp).

Gambar 13. Alat Kelamin Kepiting 1 (Jantan)

Gambar 14. Alat Kelamin Kepiting 2 (Betina)


IV. Perhitungan
V. Pembahasan
Menurut Ginting (2019), perbedaan antara hewan invertebrata dan vertebrata
secara anatomi dan fisiologi adalah sebagai berikut. Pertama, hewan invertebrata tidak
memiliki tulang belakang, sementara hewan vertebrata memiliki tulang belakang yang
terentang dari bagian bawah kepala hingga mencapai ekor. Kedua, susunan anatomi
tubuh hewan invertebrata masih sangat primitif dan sederhana, yaitu mata majemuk dan
satu lapisan kulit, sedangkan hewan vertebrata telah memiliki otak yang terlindungi
oleh tengkorak yang bersifat keras dan kuat, serta memiliki dua lapis kulit epidermis
dan endodermis. Ketiga, hewan invertebrata masih memiliki organ dan sistem
pencernaan yang sederhana dan sistem syaraf yang tidak terorganisasi, sedangkan
hewan vertebrata memiliki tubuh simetris bilateral, dimana apabila dibelah maka tubuh
hewan vertebrata yang dibedah akan menunjukkan dua sisi simetris yang sama, sistem
pencernaan sudah kompleks, serta memiliki susunan syaraf yang terdiri atas otak dan
juga sumsum tulang belakang. Hewan vertebrata memiliki sistem pembuluh tertutup.
Sedangkan hewan invertebrata memiliki sistem pembuluh terbuka. Jantung hewan
vertebrata diposisikan secara ventral. Sedangan jantung hewan invertebrata terletak
pada dorsal lateral. Hewan vertebrata bernafas melalui paru-paru. Sedangkan hewan
invertebrata bernafas melalui tubuh, insang, atau trakea. Reproduksi hewan vertebrata
adalah seksual. Sedangkan reproduksi hewan invertebrata lebih didominasi oleh
reproduksi aseksual (Kotpal, 2017). Terakhir, hewan vertebrata memiliki kelenjar
endoksin, sedangkan kelenjar endoksin pada hewan invertebrata umumnya lebih kecil
dan bergerak lebih lambat (Ginting, 2019).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan anatomi dasar hewan invertebrata,
yaitu kepiting. Bagian bagian tubuh kepiting terdiri dari karapaks, abdomen, kaki kaki,
mulut, antena, dan mata. Karapaks (cangkang) kepiting biasanya berbentuk agak bulat,
memanjang, pipih dan sedikit cembung. Karapaks ini berfungsi untuk melindungi organ
orang yang ada di dalam tubuhnya, seperti jantung, alat pencernaan, organ reproduksi,
dan lain lain. Selanjutnya ada organ abdomen. Abdomen kepiting terletak dibagian
ventral atau bawah tubuh. Abdomen merupakan salah satu faktor pembeda kelamin
pada kepiting. Ukuran dan bentuk abdomen biasanya berbeda sesuai dengan
kelaminnya. Pada kepiting jantan, abdomen berbentuk agak seperti segitiga dan pada
kepiting betina, abdomen berbentuk agak membulat dan lebih besar daripada jantan.
Selanjutnya, kepiting sejati memiliki 5 pasang kaki. 5 pasang kaki ini terdiri dari
sepasang cheliped, tiga pasang walking leg dan sepasang kaki renang atau swimming
leg. Cheliped berperan dalam aktivitas makan kepiting dimana berbentuk kokoh yang
dapat mencabik makanan serta memasukkannya ke dalam mulut dan juga untuk
bertarung saat merasa terganggu oleh pemangsa. Walking leg seperti namanya berfungsi
untuk berjalan. Selain itu juga kaki ini berfungsi untuk reproduksi, dimana ketika proses
perkawinan, kaki kaki ini yang akan mendekap kepiting betina di bawah tubuh kepiting
jantan dan juga berfungsi pada masa penetasan telur telur yang digunakan untuk
menggaruk massa zigote sampai terurai lepas dari rambut pleopod. Swimming leg
berfungsi untuk alat bantu untuk mendayung saat berenang. Selanjutnya, ada organ
mulut. Mulut terletak di bawah rongga mata dan di atas tulang rongga dada. Mulut
kepiting terdiri dari 3 lapis rahang yang bernama maxilliped berambut halus yang
berfungsi untuk mencegah masuknya lumpur atau air secara langsugn ke dalam rongga
mulut. Lalu, terdapat organ antena yang berfungsi mendeteksi adanya bahaya melalui
gerakan angin dan juga mendeteksi secara detail perubahan pergerakan air dan kimia
air. Yang terakhir ada organ mata. Mata berfungsi untuk melihat dimana mata kepiting
terdiri dari ribuan unit optik (Siahaineina, 2009).
Menurut Suwirya et al. (2003), semakin tinggi laju metabolisme dalam tubuh,
maka laju konsumsi pakan akan semakin meningkat. Apabila laju metabolisme yang
tinggi tidak diimbangi dengan pakan yang cukup maka protein dan cadangan lemak
akan dikatabolisme sehingga mengakibatkan penurunan bobot tubuh. Kepiting
membutuhkan nutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta vitamin untuk
menjaga tubuhnya dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh. Adapun faktor-
faktor yang dapat memengaruhi pola konsumsi pakan kepiting adalah kualitas dan
kuantitas pakan, spesies yang dibudidayakan, ukuran dan kualitas air dalam tambak.
suhu lingkungan yang berada dibawah atau diatas 27-30oC, salinitas salinitas optimal
berkisar antara 34,2 g/L, kadar oksigen, dan cuaca yang mendung kurang diminati
kepiting untuk makan (Zainuddin et al., 2014).
Menurut Siahainenia (2009), kepiting berkembang dari fase telur.
Perkembangan embrio dalam telur mengalami 9 fase. Kemudian larva yang baru
ditetaskan akan berbentuk seperti udang dimana kepalanya memiliki tanduk
memanjang, mata besar dan ujung kaki berambut. Setelah fase telur, siklus hidup
kepiting meliputi empat tahap (stadia) perkembangan yaitu: tahap larva (zoea), tahap
megalopa, tahap kepiting muda (juvenil) dan tahap kepiting dewasa. Pada stadia
megalopa, tubuh kepiting bakau belum terbentuk secara sempurna. Meskipun telah
terbentuk mata, capit (chela), serta kaki yang lengkap, namun tutup abdomen (abdomen
flap) masih menyerupai ekor yang panjang dan beruas (Kasry, 1986). Selain itu,
pasangan kaki renang belum terbentuk sempurna, karena masih menyerupai kaki jalan
dengan ukuran yang panjang. Memasuki stadia kepiting muda (juvenil), tubuh kepiting
bakau mulai terbentuk sempurna. Tutup abdomen telah melipat ke arah belakang
(ventral) tubuh, sedangkan ruas terakhir pasangan kaki renang mulai pendek dan
memipih. Meskipun demikian, tubuh masih berbentuk bulat dengan bagian-bagian
tubuh yang tidak proporsional. Hal ini terlihat pada bentuk mata yang membesar dengan
tangkai yang pendek, sehingga memberikan kesan melekat pada tubuh. Secara umum,
tubuh kepiting bakau dewasa terbagi atas dua bagian utama, yaitu bagian badan dan
bagian kaki, yang terdiri atas sepasang cheliped, tiga pasang kaki jalan, dan sepasang
kaki renang.
Gambar . Siklus Hidup Kepiting
(Siahainenia, 2009).

Kepiting merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi


besar untuk dikembangkan. Salah satu perusahaan yang menggunakan kepiting sebagai
bahan baku produknya ialah PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO) didirikan pada
tanggal 10 Januari 2013. Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha pengolahan
distribusi hasil perikanan (rajungan dan makanan laut beku). Hasil produk perusahaan
di ekspor ke berbagai negara diantaranya Amerika Serikat, Eropa, Hongkong, Australia,
Singapura, dan Korea Selatan. Saat ini Perusahaan memiliki 2 (dua) pabrik yang berada
di Medan (dikelola oleh anak usahanya) dan di Demak. Beberapa produknya yang
dipasarkan ialah daging kepiting pasteurized yang dikalengkan serta produk olahan
kepiting beku. Selain itu, terdapat pula produk olahan kepiting berupa abon kepiting.
Proses pengolahan abon kepiting cukup sederhana. Bahan yang diperlukan adalah
berasal dari daging kepiting dan bumbu-bumbu. Daging yang digunakan hendaknya
masih dalam keadaan segar bermutu baik serta ditangani dengan baik dan benar.
(Afrianto dan Liviawaty 2005). Bumbu-bumbu yang biasa digunakan dalam pembuatan
abon terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, garam, gula pasir,
santan kelapa, daun salam dan daun sereh. Rasa abon pada dasarnya dapat diubah-ubah
sesuai selera dengan mengubah komposisi bumbu yang digunakan (Wibowo 2002).
Dalam membuat kepiting abon, terdapat beberapa proses pengolahan di PT Morezo
Abadi Perkasa, yakni pencucian kepiting, pengukusan, pemasakan bumbu,
penggorengan, pengeringan, sortasi, serta pengemasan dan pelabelan (Morenzo, 2020).
Cangkang kepiting merupakan bagian kepiting yang keras dan biasanya menjadi
limbah jika kita memakan kepiting. Walaupun biasa tidak dimakan, cangkang kepiting
memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi. Dari kandungan inilah akhirnya
terpikirkan untuk membuat produk produk dari cangkang kepiting. Salah satu
produknya adalah tepung kepiting yang berbahan dasar cangkang kepiting (Akbarsyah,
2021). Selain menjadi tepung yang bergizi tinggi, cangkang ini juga dapat menjadi
bahan tambahan pakan ternak yang berkalsium tinggi, Pemanfaatan ini dilakukan
karena tingginya limbah cangkang kepiting pada desa pemproduksi kepiting.
Penambahan olahan cangkang ini membantu menurunkan koresterol hewan ternak dan
meningkatkan kualitas gizi ternak yang tentunya berdampak positif bagi pertumbuhan
hewan ternak (Ratri, 2021).
VI. Kesimpulan
1. Berat dari tubuh kepiting yang diamati adalah sebesar 132,06 gram
2. Panjang dan lebar bagian tubuh kepiting yang diamati adalah sebesar 6,5 cm dan
9 cm
3. Morfologi kepiting yang diamati adalah karapaks (cangkang), abdomen, kaki
renang, kaki jalan, cheliped, mulut, antenna, dan mata. Sedangkan anatomi yang
termati ialah kelenjar pencernaan, jantung, insang, pembersih insang, lubang
saluran, dan ruang insang.
4. Jenis kelamin dari kepiting yang diamati adalah jantan dan betina
VII. Daftar Pustaka
Akbarsyah, Teuku Muamar Indra., Permadi, Aef. 2021. Produksi tepung kepiting
dari hasil samping usaha budidaya kepiting soka. Jurnal Penyuluhan
Perikanan dan Kelautan, 15(1), 57-68.
Ginting, N. A. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan
Model Course Review Horay Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri
040508 Sarinembah T.A 2018/2019. [Skripsi, Universitas Quality].
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/134/.
Karim M. Y. (2005). Kinerja Pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata
Forskal) Pada Berbagai Salinitas Media Dan Evaluasinya Pada Salinitas
Optimum Dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor.
Kotpal, R. L. (2017). Modern Text Book of Zoology- Invertebrates 11th Edition.
Meerut: Rastogi Publications.
Ratri, Alliffia Balqis C. (2021). Pemanfaatan limbah cangkang kepiting sebagai
bahan penambahan pakan ternak berkalsium tinggi dalam tinjauan moderasi
beragam. Transformatif: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 101-124.
Siahainenia, Laura. (2009). Struktur morfologi kepiting bakau. Jurnal TRITON.
5(1), 11-21.
Zainuddin, Haryati, Aslamyah, S. & Surianti. (2014). “Pengaruh Level Karbohidrat
Dan Frekuensi Pakan Terhadap Rasio Konversi dan Sintasan Juvenil
Litopenaeus vannamei”. Jurnal Perikanan, 16(1),29-34.

Anda mungkin juga menyukai