Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lisa May Bomba L.

Kelas : Sipil (A)

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Nim : 202210060

1. Era Globalisasi merupakan era yang cukup rentan paling atas pengikisan nilai-nilai
budaya yang dimiliki bangsa ini. Untuk itu Negara diharapkan menjalankan kewajibanya
untuk ikut serta memelihara dan melindungi serta memfasilitasi masyarakat untuk
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang dimiliki agar tidak
terkontaminasi oleh nilai-nilai budaya global yang tidak sesuai dengan karakter dan jati
diri bangsa. Tak ada masalah jika tak ada jalan untuk mengatasinya, itulah kata orang
bijak. Begitu juga dengan tantangan kebudayaan yang dialami bangsa Indonesia saat ini.
Lalu yang perlu kita pertanyakan adalah siapa yang paling bertanggungjawab atas
terkikisnya nilai-nilai kebudayaan saat ini?  Tetapi yang perlu kita ketahui jika kita terus
mencari-cari siapa yang bertanggungjawab kita akan sulit untuk mendapatkan jawaban
yang sesuai harapan. Mengapa demikian, karena sebenarnya jika kita memiki jiwa
nasionalisme dan sadar akan kelestarian budaya yang dimiliki bangsa ini. Sebenarnya kita
telah menemukan jawabannya. Artinya, yang bertanggungjawab akan kelestariaan nilai-
nilai budaya dan tegaknya jati diri bangsa adalah semua rakyat Indonesia tidak terkecuali
baik itu presiden, bupati, hingga pengamen. Karena semua elemen, lapisan masyarakat
Indonesia bertanggungjawab akan hal itu. Kesadaran akan kelestariaan nilai-nilai budaya
yang dimilki seluruh elemen bangsa ini adalah benteng tertinggi untuk membentengi
tantangan global yang mencoba meronggong nilai-nilai budaya bangsa saat ini. Dalam
hal ini pemerintah memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran
akan bahaya yang dapat di timbulkan terhadap terhadap bangsa ini. Untuk itu diharapkan
sebuah kerjasama antara pemerintah dan seluruh elemen yang ada di negeri ini untuk
sama-sama menyadari akan sebuah harga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa. Karena
perlu kita ketahui kita tidak akan pernah menemukan nilai-nilai budaya dan jati diri
sebuah bangsa kalau kita tidak berada ditengah-tengah bangsa tersebut.
2. Wajar, karena dalam perkembangan masyarakat yang sangat dinamis, termasuk dalam
berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat dunia, muncul pemahaman dan sikap
keagamaan yang bisa mengancam kerukunan dan integrasi bangsa. Karena itu, kita harus
mampu menangkal berkembangnya paham-paham yang mengancam Pancasila dan
persatuan nasional. Jokowi menegaskan bahwa Pancasila, sebagai ideologi negara yang
tidak bisa diubah negara tidak akan membiarkan jika ada pihak-pihak tertentu yang ingin
mengganti ideologi Pancasila dengan pemikiran-pemikiran lain yang di luar Pancasila.

3. Karena Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang memiliki perbedaan dari segala
bidang. Keanekaragaman baik dari suku, agama, maupun golongan sangat mudah
memicu terjadinya disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila
sejarah kerukunan bangsa Indonesia yang sudah tumbuh beratus-ratus tahun lamanya ini
harus dihancurkan oleh kebencian yang disebabkan oleh keserakahan dan perebutan
kekuasaan di antara kelompok-kelompok tertentu.
Tentunya perpecahan seperti negara-negara itu tidak kita inginkan terjadi di negara yang
kita cintai ini. Tanggung jawab ini terletak pada kita semua, terlebih pada bahu dan
pundak para generasi muda yang hidup di zaman now khususnya bagi generasi milenial.  
Generasi milienial  yang saat ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia
Produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara produktif.    
Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi
antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini
cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi. Hal
inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita. Sungguh
merupakan suatu ironi di tengah perkembangan teknologi komunikasi saat ini, tetapi di
sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Era
komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan
tetapi seringkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung
dengan rusaknya hubungan .
Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah gaya hidup dan pola pikir generasi
milenial.  dengan menggunakan teknologi, media massa, internet, sasarannya jelas yaitu
ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik,
karakter, dll. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat
bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong,
patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri
sendiri. Pancasila harus dijadikan cara hidup seluruh anak bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak perlu lagi diajarkan secara
formal dengan tampilan kaku, tetapi yang terpenting ialah hakikatnya tetap terpelihara
dan diamalkan. Dalam melaksanakan langkah-langkah itu, diperlukan sinergitas lintas
kelembagaan, untuk bersama-sama mengaktualisasikan Pancasila melalui sistem dan
dinamika kekinian. Lembaga - lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial sehingga tidak ada indikasi
perkembangan paham lain.

Anda mungkin juga menyukai