Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kecurangan sendiri tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat.


Mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar dan mencenangkan banyak orang.
Kecurangan adalah salah satu bentuk perilaku yang buruk dan menyimpang, lalu
mengapa hal ini terus saja berlanjut? Banyak cara dan alasan yang bisa menjawab
pertanyaan ini. Manusia sendiri pada dasarnya adalah sosok yang baik dan
tidak menyimpang.

Beberapa contoh kecil pegawai OPD melakukan kecurangan adalah


seperti tidak datang ke kantor tepat waktu, menggunakan waktu istirahat yang
berlebih, atau memalsukan tanda tangan untuk kepentingan pribadi atau orang
lain. Hal –hal ini memang kecil tetapi dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Lalu beberapa bentuk kecurangan yang tergolong besar juga banyak terjadi
karena beberapa alasan seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Kecurangan seperti korupsi saat ini sangat banyak terjadi di


Indonesia, Tidak sedikit orang melakukan korupsi bahkan hal –hal kecil pun
dapat pula menjadi objek korupsi. Seperti yang kita ketahui bahwa angka
korupsi di Indonesia termasuk yang tertinggi di negara ASEAN. Terlalu
banyaknya orang yang melakukan korupsi serta penanganannya yang belum
terlalu terasa sehingga korupsi di negara ini masih saja berhembus seperti racun.

Menurut KPMG Fraud, bribery and Corruption Survey 2013 yang


dilakukan di Australia dan New Zealand tahun 2012, penyebab terjadinya
kecurangan adalah lemahnya pengendalian internal yaitu sebesar 28%
responden, lalu mengesampingkan sistem pengendalian internal yang sudah
ada sebesar 19%. Sehingga sebanyak 42% kecurangan terdeteksi karena
adanya pengendalian internal. Sejalan dengan itu pengendalian internal sangat

1
penting keberadaan dan pelaksanaannya dalam mendeteksi fraud salah satunya
ialah korupsi.

Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penerapannya harus senantiasa


memperhatikan norma keadilan dan kepatuhan serta mempertimbangkan ukuran
kompleksitas dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah (Mulyani, 2011).
Menurut Mulyadi (2017:129) sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut Jason Scott
(2014:226) sistem pengendalian internal adalah proses yang dijalankan untuk
menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan pengendalian telah
dicapai. Menurut IAPI (2011:319.2) sistem pengendalian internal sebagai suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan entitas lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian dalam
keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Setiap lembaga pemerintahan di Indonesia memiliki sistem


pengendalian internal. Sebagai bentuk adanya sistem pengendalian internal,
maka ada pemantauan yang dilakukan oleh audit internal. Peran audit internal
sangat penting, karena perannya dalam mengawasi sistem pengendalian
internal yang efektif sehingga dapat mendeteksi kecurangan.

Selama ini audit internal di lembaga atau instansi pemerintah belum


menjalankan fungsinya secara optimal (Didi Widayadi, 2008). Islahudin
menyatakan bahwa banyaknya kasus kecurangan yang terjadi di pemerintahan
Indonesia disebabkan sistem deteksi dan audit internal daerah itu sendiri
dimatikan, seperti badan pengawas daerah tidak berfungsi karena di isi oleh
orang-orang buangan dan orang yang menjelang pensiun (Robert Emdi Jaweng,
2013). Menurut Mulyadi (2010:29), audit intern adalah auditor yang bekerja
dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas
pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

2
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi. Menurut Sawyer (2010:8), audit internal adalah fungsi
penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan
mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada
perusahaan.

Audit internal mempunyai peran penting dalam mengevaluasi dan


meningkatkan efektivitas sistem pengendalian internal. Untuk meningkatkan
peran audit internal dalam pemberantasan korupsi, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) ikut mendorong optimalisasi aparat pengawas internal di
lembaga agar berani melaporkan tindak pidana korupsi.

Sejak berdirinya KPK tahun 2013, Direktorat Pengaduan Masyarakat


KPK hanya menerima 12 informasi dari audit internal. Audit internal sendiri
tidak bisa lepas dari adanya auditor internal sebagai subjek yang akan bertugas
membantu kementerian dalam mengawasi APBN di setiap kementrian. Fenomena
yang melatar belakangi penulisan ini yaitu Kasus Korupsi Dana BOS yang
dilakukan oleh Mantan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Ambon yang merugikan
pemerintah sebesar Rp 2,25 Miliar (TribunAmbon 2021).

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian


terkait dengan pencegahan kecurangan dengan menggunakan variabel sistem
pengendalian internal dan peran audit internal. Penelitian ini adalah
pengembangan penelitian dari Theresa Festi T et.al (2014), perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada Variabel independen dan Lokasi
penelitian. Dalam penulisan ini penulis menambah variabel independen yaitu
sistem pengendalian internal Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Theresa Festi T et.al (2014) menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk
menambahakan variabel lain dan Lokasi penelitian sebelumnya pada Perbankan di
Pekanbaru sedangkan pada penelitian ini pada OPD Kota Ambon.

3
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan merumuskan tentang
“Pengaruh Sistem pengendalian internal dan Peran audit internal terhadap
Pencegahan kecurangan”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dirumuskan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan


kecurangan yang terjadi di OPD Kota Ambon?
2. Apakah peran audit internal berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan yang terjadi di OPD Kota Ambon?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan Rumusan masalah, maka Tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh sistem pengendalian internal


terhadap pencegahan kecurangan yang terjadi di OPD Kota Ambon
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh peran audit internal terhadap
pencegahan kecurangan yang terjadi di OPD Kota Ambon

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan untuk mengembangkan


pengetahuan khususnya pemasalahan mengenai Sistem Pengendalian Internal Dan
Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan.

4
2.Manfaat praktis

a. Bagi pihak organisasi

1). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan


pertimbangan berkaitan Sistem Pengendalian Internal dan peran
Audit Internal terhadap pencegahan kecurangan.

2). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak


organisasi sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk
menetukan kebijakan mengenai Sistem Pengendalian Internal dan
peran Audit Internal terhadap kecurangan.

b. Bagi pihak akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan


pembelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang
Akuntansi dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Peran (role theory)


Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran)
yang dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran menekankan sifat
individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan
posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Teori peran
mencoba untuk menjelaskan interaksi antar individu dalam organisasi, berfokus
pada peran yang mereka mainkan.

2.2 Gone Theory


Teori GONE dikemukakan oleh seorang pemikir bernama Jack Bologne
(2006) di mana terdapat empat faktor penyebab fraud. Kata GONE
merupakan singkatan dari huruf depan masing-masing faktor yang
kemukakan, yakni greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuha
n),dan exposure (pengungkapan).

2.3 Sistem Pengendalian Internal


Sistem pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi untuk
memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai
melalui: efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang
dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan berlaku. Menurut
Al Haryono Jusup (2014: 356), sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan
dan prosedur yang dirancang manajemen dengan keyakinan memadai agar entitas
mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur ini
sering disebut pengendalian dan secara kolektif membentuk pengendalian internal
entitas.
Sistem pengendalian internal dalam penelitian ini menekankan pada
perencanaan dan pengendalian yang telah disiapkan dimana memiliki
pengaruh dalam pengambilan keputusan. Sistem pengendalian internal dapat

6
diukur berdasarkan indikator menurut PP No. 60 tahun 2008. Mulyadi (2001:
163), mendefinisikan sistem pengendalian internal meliput struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.4 Peran Audit Internal


Peran audit internal adalah membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan melakukan pendekatan sistematis dan disipilin untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektifitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata
kelola. Audit internal timbul sebagai suatu teknik yang berguna untuk
meminimalisir atau mengatasi resiko yang mengakibatkan menurunnya kinerja
perusahaan yang dikarenakan semakin pesatnya perkembangan zaman dalam
dunia usaha. Dengan adanya audit internal maka diharapkan dapat mengetahui
kelemahan dan dapat meningkatkan unit-unit yang diawasinya.

2.5 Pencegahan Kecurangan


Pencegahan kecurangan adalah aktivitas yang dilaksanakan
manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukandewan
komisaris,manajemendan personil lainperusahaan untuk dapat memberikan
keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu keandalan
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap
hukum & peraturan yang berlaku. Indikator yang mewakili pencegahan
kecurangan menurut Amrizal (2004) adalah sebagai berikut.
a) Membangun struktur pengendalian internal yang baik
b) Mengefektifkan aktivitas pengendalian
c) Meningkatkan kultur organisasi
d) Mengefektifkan fungsi audit internal

7
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan yang
akan diteliti. Beberapa peneliti terdahulu menemukan bahwa terdapat
hubungan antara sistem pengendalian internal dan audit internal terhadap
pencegahan kecurangan.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1. Theresa Festi, Pengaruh Peran Audit Hasil pengujian terdapat
Dr. Andreas, Internal Terhadap pengaruh yang signifikan
MM.Ak.CPA .CA, Pencegahan Kecurangan dari peran audit internal
Riska Natariasari, terhadap pencegahan
SE.MM.Ak.CA kecurangan.
(2014)
2. Karlina Ghazalah Sistem Pengendalian Hasil pengujian analisis
Rahman (2020) Internal Dan Peran Audit regresi linier berganda
Internal Terhadap menunjukkan bahwa
Pencegahan Kecurangan penerapan sistem
pengendalian internal dan
peran audit internal
berpengaruh secara positif
terhadap pencegahan
kecurangan pada
Pemerintah Kota Makassar.
3. Hani Fitria Pengaruh Peran Audit Hasil pengujian Peran Audit
Rahmani dan Internal Dan Internal dan Pengendalian
Nenisa Rahayu Pengendalian Internal Internal tidak berpengaruh
(2022) Terhadap Pencegahan signifikan terhadap
Terjadinya Kecurangan Pencegahan Kecurangan

8
(Fraud) Pada Pasim (fraud)
Group Wilayah Bandung
4. Diadara Gloria dan Pengaruh Audit Internal Hasil pengujian Audit
Anton Arisman Dan Pengendalian Internal dan Pengendalian
(2022) Internal Terhadap Internal tidak sepenuhnya
Pencegahan Kecurangan berpengaruh terhadap
(Studi Kasus Pada PT. Pencegahan Kecurangan
Pos Indonesia Kota karena di pengaruhi oleh
Metro provinsi lampung) faktor lain di luar variabel
5. Indra Firmansyah Pengaruh Audit Internal Hasil dari penelitian ini
(2022) Dan Pengendalian menyatakan bahwa Terdapat
Internal Terhadap pengaruh yang signifikan
Pencegahan Kecurangan antara audit internal,
(Fraud) Di PT. pengendalian internal
Perkebunan Nusantara terhadap pencegahan
Viii kecurangan (fraud).

9
2.7 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan


Kecurangan
Sistem pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi
untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi
dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan
keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan
aturan berlaku. Sistem pengendalian internal dalam penelitian ini
menekankan pada perencanaan dan pengendalian yang telah disiapkan
dimana memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan. Sistem
pengendalian internal dapat diukur berdasarkan indikator menurut PP No.
60 tahun 2008.
Sistem pengendalian internal berkaitan erat dengan Teori Peran dan
Gone Theory. Dimana teori peran menekankan sifat individual sebagai
pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang
ditempatinya di lingkungan kerja pemerintah dan masyarakat. Individu
akan mengalami konflik dalam dirinya apabila terdapat dua tekanan atau
lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang,
sedangkan Gone Theory ada 4 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kecurangan
dalam sebuah organisasi yakni greed (keserakahan), opportunity (kesempat
an), need (kebutuhan),dan exposure (pengungkapan).
Hasil penelitian Theresa Festi T et.al (2014), Karlina Ghazalah
Rahman (2020), Indra Firmansyah (2022) membuktikan bahwa sistem
pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dimunculkan hipotesis pertama sebagai
berikut :
H1 : Sistem Pengendalian Internal Berpengaruh Terhadap
Pencegahan Kecurangan.

10
2.7.2 Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan

Peran audit internal adalah sebagai pengawas terhadap tindak


kecurangan. Audit internal bertanggung jawab untuk membantu
manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi
keandalan dan efektivitas dari pengendalian seiring dengan potensi resiko
terjadinya kecurangan dalam berbagai segmen.
Penelitian Wardhini (2010) menunjukkan bahwa semakin
efektifnya peran audit internal, maka pencegahan kecurangan dapat
dijalankan. Pencegahan kecurangan dapat dilakukan apabila audit internal
sudah mampu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya fraud. Sebaliknya,
ketika audit internal tidak mampu mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya fraud , maka kecurangan akan terjadi dan membuat kerugian
bagi perusahaan.
Peran audit internal berkaitan erat dengan Teori Peran dan Gone
Theory. Dimana teori peran menekankan sifat individual sebagai pelaku
sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempatinya
di lingkungan kerja pemerintah dan masyarakat. Individu akan mengalami
konflik dalam dirinya apabila terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi
secara bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang, sedangkan Gone
Theory ada 4 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan
dalam sebuah organisasi yakni greed (keserakahan), opportunity (kesempat
an), need (kebutuhan),dan exposure (pengungkapan).
Hasil penelitian Karlina Ghazalah Rahman (2020), Indra
Firmansyah (2022) membuktikan bahwa peran audit internal berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dimunculkan hipotesis pertama sebagai
berikut :
H2 : Peran Audit Internal Berpengaruh Terhadap Pencegahan
Kecurangan

11
2.8 Model penelitian
Variabel yang diteliti adalah sistem pengendalian internal dan peran audit
internal maka kerangka konsep serta variabel peneliti secara sistematis dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2
Model Penelitian

Sistem Pengendalian Internal


(X1)
Pencegahan Kecurangan (Y)

Peran audit internal (X2)

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan


kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) Metode kuantitatif yaitu penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data, menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (1997: 57), Populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah
kepala bidang dan kepala bagian pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Kota Ambon.

3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiono, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 dinas pada
OPD Kota Ambon

13
Tabel 3.1
Rincian jumlah sampel dan responden penelitian
NO. OPD Jumlah
1. Dinas Pariwisata Dan Budaya 5
2. Dinas Pemadam Kebakaran Dan Penyelamatan 4
3. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu 4
Satu Pintu
4. Dinas Perdagangan Dan Perindustrian 5
5. Dinas Perhubungan 5
6. Dinas Perikanan 4
7. Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Pemukiman 5
8. Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro 5
9. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruangan 6
10. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan 5
11. Dinas Kesehatan 5
12. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil 5
13. Dinas Lingkungan Hidup Dan Persampahan 5
14. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan 5
15. Dinas Pemuda Dan Olahraga 4
16. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan 7
Anak,Masyarakat Dan Desa
17. Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga 5
Berencana
18. Dinas Pendidikan 5
19. Dinas Perdagangan Dan Perindustrian 5
20. Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan 6
21. Dinas Sosial 5
22. Dinas Tenaga Kerja 5
Jumlah 110

14
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Purposive sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel


penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar
data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative (Sugiyono:2010).

Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat


mendukung penelitian ini. Kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini :

1. Memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 3 tahun pada


Organisai Perangkat Daerah (OPD) yang bersangkutan.

3.3 Jenis Dan Sumber Data


Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara
langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara), baik individu maupun
kelompok. Jadi data yang di dapatkan secara langsung, Data primer secara
khusus di lakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data dalam
penelitian ini ialah Organisasi Perangkat Daerah Kota Ambon.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode


survey yaitu melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang dibagikan berupa
pertanyaan yang diberikan kepada subjek yang diteliti untuk mengumpulkan
informasi.

15
3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Tabel 3.2
Defenisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi operasional Indikator Skala


1. Sistem sistem pengendalian Likert
Pengendalian internal adalah suatu
internal (X1) proses yang dipenagruhi
untuk memberikan
jaminan yang
meyakinkan bahwa
tujuan organisasi dapat
dicapai melalui : efisiensi
dan efektivitas operasi,
penyajian laporan
keuangan yang dapat
dipercaya, ketaatan
terhadap undang-undang
dan aturan berlaku.
Sistem pengendalian
internal dapat diukur
berdasarkan indikator
menurut PP No. 60 tahun
2008 yaitu lingkungan
pendendalian, penilaian
risiko, kegiatan
pengendalian, informasi
dan komunikasi, dan
pemantauan
pengendalian internal.
2. Peran audit peran audit internal
internal(X2) adalah membantu

16
organisasi mencapai
tujuannya dengan
melakukan pendekatan
sistematis dan disiplin
untuk mengevaluasi dan
meningkatkan
efektofotas manajemen
risiko, pengendalian, dan
proses tata kelola.
3. Pencegahan pencegahan kecurangan
kecurangan(Y) adalah aktivitas yang
dilaksanakan manajemen
dalam hal penetapan
kebijakan, sistem dan
prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan
sudah dilakukan dewan
komisaris, manajemen
dan personel lain
perusahaan untuk dapat
memberikan keyakinan
memadai dalam
mencapai 3 (tiga) tujuan
pokok yaitu keandalan
pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi
operasi serta kepatuhan
terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.

17
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Uji Kualitas Data
3.6.1.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah mengukur kualitas dari instrument yang digunakan


dalam penelitian, menunjukan tingkat kevalidan instrument, dan seberapa baik
suatu ukuran dapat mendefenisikan suatu konsep (Sugiyono, 2005). Jika nilai
rhitung > dari rtabel maka item pertanyaan dalam berkorelasi dinyatakan valid
(Widiyanto, 2010).

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan


indikator dari variabel (Ghozali, 2011). Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika
jawaban seseorang terhadap jawaban pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Jia jawaban terhadap indikator ini acak, maka dapa dikatakan
bahwa tidak reliabel (Ghozali, 2011). Alat mengukur reliabilitas adalah Alpha
Cronbach (Alpha Cronbach > 0,60 = reliabel; Alpa Cronbach < 0,60 = tidak
reliabel).

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable residual memiliki distribusi normal ( Ghozali, 2018). Untuk menguji
apakah data- data yang dikumpulkn berdistribusi normal atau tidak dapat
dilakukan dengan metode sebagai berikut : Uji statistik sederhana yang sering
digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan menggunakan uji
nromalitas dari Kolmogorov Smirnov. Metode pengujian normal tidaknya
distribusi data dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variable jika signifikan
lebih besar dari α= 5 % maka menunjukan distribusi data normal. Jadi uji
normalitas adalah uji suatu data untuk mengetahui distribusinya normal atau tidak.
Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov.

18
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2018). Model
regresi yang baik sebenarnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
variance inflation factor (VIF) dan tolerance. Suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas adalah yang mempunyai nilai VIF<10 dan angka tolerance>0,1.
Jika nilai VIF>10 dan nilai tolerance<0,1, maka terjadi gejala multikolinearitas.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2018) mengatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk


mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas untuk
menguji terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas maka dilihat dari nilai koefisien
korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel bebas dengan variabel
penganggu. Apabila nilai probabilitas (sig) > dari 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

3.7 Uji Regrei Linear Berganda

19
Uji Regresi Linier berganda Sugiyono (2018) mengatakan bahwa regeresi
berganda didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
dependen (terikat) dengan beberapa variabel independen (bebas). Analisis regresi
berganda pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
dengan lebih dari satu variabel independen, dengan tujuan untuk memecahkan
masalah penelitian. Untuk melihat bagaimana pengaruh sistem pengendalian
internal (X1), Peran audit internal (X2), terhadap Pencegahan kecurangan maka
model analisis yang digunakan secara matematis ditulis sebagai berikut:
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + e

Keterangan:

Y: Pencegahan kecurangan

A: Konstanta

ß: Koefisien Regresi

X1: Sistem pengendalian internal

X2: Peran audit internal

e : Standar error

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji t
Menurut Sugiyono (2016:250) “Uji t disebut juga uji signifikan individual.
Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen (x) secara
parsial terhadap variabel dependen (y). Ghozali (2018) mengatakan bahwa uji t
digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Jika thitung > tabel atau nilai signifikansi uji t < 0,05 maka
disimpulkan bahwa secara individual variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.

3.8.2 Koefisien Determinasi (R2)

20
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan
model regresi dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi atau
adjusted R2 antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi atau adjusted R 2 yang
mendekati satu, yang artinya menunjukkan adanya pengaruh variabel bebas (X)
yang besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika nilai koefisien
determinasi atau adjusted R2 semakin kecil atau mendekati nol, maka dapat
dikatakan pengaruh variabel bebas (X) adalah kecil terhadap variabel terikat (Y)
(Ferdinand, 2014).

21

Anda mungkin juga menyukai