Disusun Oleh:
Kelompok : 6 (Enam)
1. Melysa (2210110042)
2. Pradita Maila Ulhaq (2210110046)
3. Amelia Mufarrohah (2210110067)
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimanakah Pembagian Proposisi Berdasarkan Kualitasnya?
C . Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proposisi
1
Masdi, Logika. (Kudus: STAIN Kudus), hal. 49.
2
Poespoprodjo, 1999: 85.
3
B. Unsur – unsur Proposisi
C. Bentuk Proposisi
1. Proposisi Kategorik
Yaitu pernyataan yang menghubungkan dua term tanpa adanya
syarat yang mengikuti 5 . Jadi proposisi ini memiliki subyek dan
predikat tanpa adanya sebuah syarat. Dalam proposisi kategorik
mempunyai satu term subyek, satu term predikat, satu term kopula
3
Muhlas, Helmi Mighfaza, Daras Logika Dasar (Bandung: Gunung Djati Publishing: 2022),
hal.59
4
Jan Hendrik Rafar. Pengantar Logika. Asas-Asas Penalaran Sistematis. Penerbit Kanisius.
Jogjakarta. 1995. hal.32.
5
Muhlas, Helmi Mighfaza, Daras Logika Dasar (Bandung: Gunung Djati Publishing: 2022),
hal.61
4
serta satu term kuantifair (Quantifier). Subjek adalah istilah yang
menjadi pokok pembicaraan, predikat adalah istilah penggambaran
subjek, kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara subjek
dan predikat, kuantifair adalah jumlah atau satuan yang ditunjuk term
subyek. Kuantifair dapat berupa kata universal, partikular dan singular.
Contoh kata universal seperti semua, seluruh, tidak satupun, dsb;
contoh kata partikular yaitu beberapa, sebagian, tidak semua, hampir
seluruh, dsb; dan kata singular biasanya merujuk pada nama individu.
Apabila kuantifair memuat kata universal maka disebut proposisi
universal. Jika memuat kata partikular maka disebut proposisi
partikular. Serta jika memuat kata singular disebut proposisi singular.
Contoh proposisi kategorik yaitu: semua manusia adalah bernafas.
Kata “semua” merujuk pada kata kuantifair universal, “manusia”
merupakan subyek atau kata yang menjadi pokok pembicaraan,
“adalah” merupakan kopula atau penghubung antara subyek dan
predikat serta “bernafas” merupakan predikat atau hal yang
menerangkan subyek.
2. Proposisi Hipotetik
Dalam porposisi kategorik kebenaran diberikan tanpa syarat,
sedangkan dalam porposisi hipotetik kebenaran yang diberikan
bergantung pada syarat tertentu. Ada perbedaan mendasar antara
keduanya. Dalam kalimat kategorik kopula selalu “adalah” atau
“bukan” atau “tidak” sedangkan pada porposisi hipotetik kopulanya
adalah “jika, apabila, atau manakala” yang kemudian dilanjutkan
dengan “maka” meskipun kata “maka” ini sering tidak dinyatakan6.
Dalam kopula, porposisi menghubungkan dua term yakni subyek
dan predikat. Dalam porposisi hipotetik, kopula menghubungkan dua
pernyataan yang memiliki hubungan sebab dan akibat. Misalnya,
pernyataan hipotetik seperti “Jika dosen tidak hadir, maka saya tidak
akan datang ke kampus”. Kopula pada contoh tersebut yaitu kata
6
Mundiri. Logika,( Depok: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Hlm. 61
5
“jika” dan “maka”. Pernyataan pertama yaitu “dosen tidak hadir”
merupakan sebab dan pernyataan kedua “saya tidak akan datang ke
kampus” disebut akibat.
Proposisi Hipotetik memiliki dua bentuk yaitu:
a. Pernyataan jika A adalah B, maka A adalah C.
Contoh : Jika saya terlambat mengembalikan buku, maka saya
akan didenda.
b. Pernyataan jika A adalah B maka C adalah D
Contoh: Jika kejahatan dibiarkan, maka rakyat akan ketakutan.
Selain memiliki 2 bentuk di atas, proposisi hipotetik juga
mempunyai hubungan sebab akibat yaitu
a. Hubungan kebiasaan
Hubungan kebiasaan ini tergantung pada individu atau
subyeknya. Contoh: Jika tidak ada jam mata kuliah, saya akan
pergi ke perpustakaan.
b. Hubungan keharusan
Dalam hubungan keharusan berlaku untuk semua subyek tanpa
terkecuali. Contoh: Jika matahari sudah terbit, maka waktu shalat
subuh sudah habis.
3. Proposisi Disjungtif
Yaitu proposisi yang masih memiliki kemungkinan atau pilihan.
Biasanya ditandai dengan kata “atau”. Proposisi disyungtif memiliki
dua bentuk yaitu7 :
a. Proposisi Disjungtif Sempurna
Proposisi ini memuat pernyataan A mungkin B, mungkin non-B.
Contoh : Dina mungkin sudah pulang mungkin masih di kampus.
b. Proposisi Disyungtif Tidak Sempurna
7
Mundiri. Logika,( Depok: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Hlm. 62
6
Proposisi ini memuat pernyataan A mungkin B, mungkin C.
Contoh: Rara berhijab hitam atau berhijab putih.
D. Kuantitas Proposisi
E. Kualitas Proposisi
8
Masdi, Logika. (Kudus: STAIN Kudus), hal. 53
7
kualitasnya, kita dapat membedakan antara pernyataan positif dan negatif,
yaitu:
1. Pernyataan Kualitas Positif (Afirmatif)
Adalah porposisi yang berisi penegasan tentang apa itu term
predikat dan apa itu term subjek. Contohnya yaitu pernyataan “Rudi
adalah siswa kelas 9” merupakan porposisi afirmatif karena pernyataan
tersebut mengandung predikat afirmatif atau afirmatif tentang “Rudi”
(“siswa kelas 9”).
2. Pernyataan Kualitas Negatif
Adalah Proposisi yang mengandung penolakan konsep predikat
dan subjek. Kalimat "Ayam bukan hewan yang beranak" merupakan
kalimat negatif karena tidak termasuk "hewan yang beranak", bukan
"ayam".
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penyusun berharap para pembaca dapat memahami dengan jelas materi yang
telah kami sampaikan. Penyusun juga berharap makalah kami ini dapat dijadikan
referensi dalam pembelajaran sesuai dengan materi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Muhlas, & Mighfaza, M. H. (2022). Daras Logika Dasar. Bandung: Gunung Djati
Publishing.
Mundiri. (1994). Logika. Depok: PT.Raja Grafindo Persada.
10