Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan Geologi yang


mempelajari Batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek Pendeskripsian dan
aspek Genesa-interpretasi. Pengertian luas dari Petrologi adalah ilmu yang
mempelajari batuan secara mata telanjang (kasat mata) secara optik atau
mikroskopis, secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi secara kimia sering
disebut Petrokimia yang dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu Geokimia. Aspek
pendeskripsian antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis,
kekerasan, porositas, permebilitas dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek
genesa-interpretasi mencakup tentang sumber asal (“Source”) hingga proses atau
cara terbentuknya batuan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
petrologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang batuan secara luas
yang meliputi petrografi dan petrogenesa.
Praktikum petrologi kali ini membahas mengenai batuan metamorf. Batuan
metamorf merupakan jenis batuan yang terbentuk karena proses yang dipengaruhi
oleh temperatur/suhu atau tekanan. Seperti yang diketahui dari pengertiannya batuan
metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,
metamorf) yang mengalami perubahan temperatur (T), tekanan (P), atau Temperatur
(T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-
mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
Batuan metamorf terbagi atas dua jenis, yaitu batuan metamorf foliasi dan
batuan metamorf non foliasi. Namun pada praktikum kali ini hanya membahas
khusus untuk batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf foliasi pada umumnya
menunjukan kesan perlapisan (banded) maupun penjajaran mineral. Bentuk banded
ataupun penjajaran mineral ini terbentuk akibat paparan panas dan tekanan terarah
(directed pressure). Metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi mekanis, seperti
yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami suatu dari pergeseran satu dan
lainnya disepajang suatu zona sesar / patahan.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud PraktikumU


Praktikum ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap petrogenesa sampel
batuan metamorf dari data deskripsi yang diperoleh.
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat memahami dan mengetahui definisi dari batuan metamorf;
2. Praktikan dapat menjelaskan proses pembentukan batuan metamorf;
3. Praktikan dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan metamorf foliasi;
4. Praktikan dapat melakukan deskripsi batuan metamorf foliasi.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Loop (miniman perbesaran 60x);
2. Lap kasar dan lap halus;
3. Buku penuntun;
4. Buku referensi;
5. ATM;
6. Mistar.
1.3.2 Bahan
1. Problem set;
2. Kertas Hvs;
3. HCL 0,1 M.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Metamorf

Kata “metamorfosa” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism”


dimana “meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”. Dengan
demikian pengertian “metamorfosa” dalam geologi adalah merujuk pada perubahan
dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang
mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur
saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk.
Sebagai catatan bahwa istilah “diagenesa” juga mengandung arti perubahan
yang terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada
temperatur dibawah 200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal)
atau setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan “metamorofsa” terjadi
pada temperatur dan tekanan diatas “diagenesa”. Batuan yang dapat mengalami
tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada pada
kedalaman tertentu dan biasanya berasosiasi dengan proses tektonik, terutama di
daerah tumbukan lempeng atau zona subdaksi. Batas atas antara proses metamorfosa
dan pelelehan batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai
mencair, maka proses perubahan merupakan proses pembentukan batuan beku.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku,
sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau
Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada
pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.

2.2 Tipe-tipe metamorfosa

a. Metamorfosa Kataklastik
Metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi mekanis, seperti yang terjadi
pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran satu dan lainnya disepajang suatu
zona sesar / patahan. Panas yang ditimbulkan oleh gesekan yang terjadi disepanjang
zona patahan inilah yang mengakibatkan batuan tergerus dan termetamorfosokan

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

disepanjang zona ini. Metamorfosa kataklastik jarang dijumpai dan biasanya


menyebaran terbatas hanya disepanjang zona sesar.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen yang berada pada kedalaman
tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C serta absennya tekanan diferensial. Pada
kondisi tersebut maka mineral-mineral baru akan berkembang, akan tetapi batuan
tampak seperti tidak mengalami metamorfosa. Mineral utama yang dihasilkan dalam
kondisi tersebut adalah mineral zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap
dengan diagenesa dan akan berubah menjadi metamorfosa regional seiring dengan
meningkatnya tekanan dan temperatur.
c. Metamorfosa Kontak
Metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan beku dan merupakan hasil dari
kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungan dengan intrusi batuan beku.
Metamorfosa kontak hanya terjadi disekeliling intrusi yang terpanaskan oleh magma
dan bagian kontak ini dikenal sebagai “aureole metamorphic”. Derajat metamorfosa
akan meningkat kesegala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa kontak
biasanya dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan temperatur tinggi
dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir halus tanpa foliasi dan dikenal
sebagai hornfels.
d. Metamorfosa Regional
Metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat luas dimana tingkat
deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini biasanya
akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti
Slate, Schists, dan Gneisses. Tekanan diferensial berasal dari gaya tektonik yang
berakibat batuan mengalami tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal
dari dua masa benua yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada inti dari
rangkaian pegunungan atau pegunungan yang mengalami erosi. Hasil dari tekanan
kompresi pada batuan yang terlipat dan adanya penebalan kerak dapat mendorong
batuan kearah bagian bawah sehingga menjadi lebih dalam yang memiliki tekanan
dan temperatur lebih tinggi.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

2.3 Faktor-faktor yang mengendalikan metamorfosa

Pada dasarnya metamorfosa terjadi karena beberapa mineral hanya akan stabil
pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu. Ketika tekanan dan temperaturnya
berubah, reaksi kimia terjadi akan menyebabkan mineral-mineral yang terdapat
dalam batuan berubah menjadi sekumpulan mineral yang stabil pada kondisi tekanan
dan temperatur yang baru. Namun demikian proses ini sangat komplek, seperti
seberapa besar tekanan yang diperlukan agar supaya batuan berubah, waktu yang
dibutuhkan untuk merubah batuan, ada tidaknya larutan fluida selama proses
metamorfosa.
a. Temperatur
Naiknya temperatur seiring dengan kedalaman bumi sesuai dengan gradient
geothermal. Dengan demikian temperatur semakin tinggi dapat terjadi pada batuan
yang berada jauh didalam bumi. Temperatur dapat juga meningkat karena adanya
intrusi batuan.
b. Tekanan
Tekanan juga akan meningkat dengan kedalaman bumi, dengan demikian
tekanan dan temperatur akan bervariasi disetiap tempat di kedalaman bumi. Tekanan
didefinisikan sebagai gaya yang bekerja kesegala arah secara seimbang dan tekanan
jenis ini disebut sebagai “hydrostatic stress” atau “uniform stress”. Jika tekanan
kesegala arah tidak seimbang maka disebut sebagai “differential stress”.
Jika tekanan diferensial hadir selama proses metamorfosa, maka tekanan ini
dapat berdampak pada tektur batuan. Butiran butiran yang berbentuk membundar
(rounded) akan berubah menjadi lonjong dengan arah orientasinya tegak lurus
dengan tekanan maksimum dari tekanan diferensial.
Mineral-mineral yang berbentuk kristal atau mineral yang tumbuh dalam
kondisi tekanan diferensial dapat membentuk orientasi. Hal ini terutama terjadi pada
mineral-mineral silikat, seperti mineral biotite dan muscovite, chlorite, talc dan
serpentine. Mineral-mineral silikat yang tumbuh dengan lembarannya berorientasi
tegak lurus terhadap arah maksimum tekanan diferensial akan menyebabkan batuan
mudah pecah sejajar dengan arah oerientasi dari lembaran mineralnya. Struktur yang
demikian disebut sebagai foliasi.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

c. Fasa Fluida
Keberadaan setiap rongga antar butir dalam suatu batuan menjadi potensi untuk
diisi oleh larutan fluida, dan umumnya larutan fluida yang paling dominan adalah
H2O, tetapi berisi material mineral. Fase fluida adalah fase yang penting karena
rekasi kimia yang melibatkan sau mineral padat berubah menjadi mineral padat
lainnya hanya dapat dipercepat oleh adanya fluida yang berfungsi sebagai pembawa
ion-ion terlarut. Dengan naiknya tekanan pada proses metamorfosa, maka ruang
antar butir tempat fluida mengalir menjadi berkurang dan dengan demikian fluida
menjadi tidak berfungsi sebagai penggerak reaksi. Dengan demikian tidak ada
larutan fluida ketika temperatur dan tekanan berkurang sehingga metamorfosa
retrogresif menjadi sulit terjadi.
d. Waktu
Reaksi kimia yang terlibat dalam metamorfosa, selama re-kristalisasi, dan
pertumbuhan mineral-mineral baru terjadi pada waktu yang sangat lambat. Hasil uji
laboratorium mendukung hal tersebut dimana dibutuhkan waktu yang lama dalam
proses metamorfosa untuk membentuk butiran butiran mineral yang ukurannya
cukup besar. Jadi, batuan metamorf yang berbutir kasar akan memerlukan waktu
yang lama, diperkirakan membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

2.4 Struktur Batuan Metamorf Foliasi

a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, sangat
halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus,
memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada
batuan sabak/slate.
b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar dari pada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat
mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfose regional,

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit
dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan
mineral granular dimana mineral pipih lebih banya daripada mineral granular
orientasi penjajaran mineral pipih menerus.
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi, dimana dimana
terdapat mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.

2.5 Tekstur Batuan Metamorf Foliasi

A. Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat
proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan
fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
2. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
3. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah,
bentuk mineralnya tabular.
4. Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.
5. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya
berbentuk euhedral (baik).
6. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya
berbentuk subhedral (sedang).
7. Xenobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

berbentuk anhedral (buruk).


B. Palimsest (Tekstur Sisa)
1. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
2. Blastofitik
Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
3. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih
besar dari pasir (psepit).
4. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
5. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir
lempung (pelit).

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Dalam melakukan pendeskripsian batuan metamorf ini, pertama-tama kami


mempersiapkan alat dan bahan. Lalu kami mengamati batuan tersebut. Setelah itu
mulai menentukan jenis batuannya. Selanjutnya, menentukan warna batuan,
kemudian menentukan komposisi batuan.
Setelah itu, dilanjutkan dengan menentukan tekstur. Tekstur tersebut meliputi
kristaloblastik (yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk
pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan)
danpalimsest (merupakan tekstur sisa). Kemudian, kami menentukan strukturnya,
dimana yang termasuk struktur batuan metamorf foliasi adalah slatycleavage,
filitik/phylitik, schistosa dan gneistosa. Setelah semua prosedur dilakukan
selanjutnya kami memberi nama batuan tersebut. Terkahir, kami mengambil gambar
dari setiap batuan tersebut.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Batuan Metamorf 1


Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi
Nomor Peraga : 01
Gambar batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Hitam
Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : SEKIS BIRU
Simbol Batuan :
ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.2 Batuan Metamorf 2


Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Nomor Peraga : 02
Gambar batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Merah
Tekstur : Palimsest (Blastofitik)
Struktur : Slatyclevage
Nama Batuan : METACHART
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.3 Batuan Metamorf 3

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi


Nomor Peraga : 03
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Antistress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Kristanoblastik (Porfiroblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : SEKIS HIJAU
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.4 Batuan Metamorf 4


Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi
Nomor Peraga : 04
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaloblastik (Nematoblastik)
Struktur : Slatycleavage
Nama Batuan : SLATY/SABAK
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.5 Batuan Metamorf 5


Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi
Nomor Peraga : 05
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Antistress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaloblastik (Xenoblastik)
Struktur : Gneistosa
Nama Batuan : GNEISS
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.6 Batuan Metamorf 6

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi


Nomor Peraga : 06
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Palimsest (Blastofitik)
Struktur : Filitik
Nama Batuan : PIROKSINIT
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.7 Batuan Metamorf 7

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi


Nomor Peraga : 07
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaniblastik (Nematoblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : SEKIS MIKA
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.1.8 Batuan Metamorf 8

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi


Nomor Peraga : 08
Gambar Batuan :

Komposisi Mineral : Stress


Deskripsi Batuan
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaniblastik (Nematoblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : SEKIS MIKA
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2 Pembahasan
4.2.1 Batuan Metamorf 1

Gambar 4.1 Sekis Biru

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 01. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hitam), memiliki tesktur kristaloblastik (granoblastik), memiliki struktur
(schistosa), maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Sekis Biru.
Batuan ini terbentuk dari batuan beku basa ataupun ultra basa yang
mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang dominan adalah pengaruh tekanan.
Tekanan mengakibatkan persejajaran-persejajaran mineral pipih dan mineral
prismatik. Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
penunjangan lempeng, karena metamorfisme pada daerah ini memiliki pengaruh
tekanan yang tinggi kegunaannya sebagai sumber mika yang utama. Mika ini
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam indsutri elektronika. Cara penambangannya adalah cara tambang
terbuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.2 Batuan Metamorf 2

Gambar 4.2 Meta Chart

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 02. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(merah), memiliki tesktur palimpsest (blastofitik), memiliki struktur (blastofitik),
maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Meta Chart.
Batuan ini terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh
dalam sedimen lunak tersebut jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon
dioksida akan tumbuh menjadi nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi
silika terlarut tersangkut oleh air kesebuah lingkungan pengendapan. Batuan ini
mempunyai sangat sedikit manfaat namun pada masa kemudian mempunyai dua sifat
yang pertama menciptakan sangat berkhasiat sehingga dapat membentuk benda
tajam. Cara penambangannya dengan cara tambang tebuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.3 Batuan Metamorf3

Gambar 4.3 Sekis Hijau

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 03. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hitam), memiliki tesktur kristaloblastik (porfiroblastik), memiliki struktur
(schistosa), maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Sekis Hijau.
Batuan ini terbentuk dari batuan beku basa ataupun ultra basa yang
mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang dominan adalah pengaruh tekanan.
Tekanan mengakibatkan persejajaran-persejajaran mineral pipih dan mineral
prismatik. Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
penunjangan lempeng, karena metamorfisme pada daerah ini memiliki pengaruh
tekanan yang tinggi kegunaannya sebagai sumber mika yang utama. Mika ini
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam indsutri elektronika. Cara penambangannya adalah cara tambang
terbuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.4 Batuan Metamorf 4

Gambar 4.4 Slaty/Sabak

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 04. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hijau), memiliki tesktur kristaloblastik (Nematoblastik), memiliki struktur
(slatycleavage), maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Slaty/Sabak.
Batuan ini adalah batuan yang terbentuk pada temperature dan tekanan yang
lebih rendah dibandingkan dengan sekis, sering mempunyai suatu permukaan yang
berkerucut, terdapat sedikit lipatan karena berhubyungan karakteristik suatu kemilau
kehijau-hijauan dalam kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit
dalam jumlah yang berlimpah. Batuan ini berguna sebagai bahan isolator/isolasi
elektrik dan bahsn bangunan. Cara penambangannya batuan ini adalah dengan cara
tambang terbuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.5 Batuan Metamorf 5

Gambar 4.5 Gneiss

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 05. Dimana memiliki komposisi minerak antistress, memiliki warna batuan
(Hijau), memiliki tesktur kristaloblastik (xenoblastik), memiliki struktur (gneistosa),
maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Gneiss.
Batuan ini terbentuk dari hasil metamorfisme batuan beku dalam temperatur
dan tekana yang tinggi. Dalam gneiss dapat diperboleh rekritalisasi dan foliasi dari
kuarsa, feldspar, mika dan amphibole. Kegunaan dari batuan ini adalah banyak
dimanfaatkan untuk membuat barang kerajiinan sepertu asbak, jambangan bunga dan
patung. Cara penambangannya dengann cara tambang terbuka. Batuan ini juga
berkualitas tinggi yang susah pecah.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.6 Batuan Metamorf 6

Gambar 4.6 Piroksynite

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 06. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hijau), memiliki tesktur palimseset (Blastofitik), memiliki struktur (filitik / pjylitik),
maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Piroksynite.
Batuan ini adalah batuan yang terbentuk pada temperature dan tekanan yang
lebih rendah dibandingkan dengan sekis, sering mempunyai suatu permukaan yang
berkerucut, terdapat sedikit lipatan karena berhubyungan karakteristik suatu kemilau
kehijau-hijauan dalam kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit
dalam jumlah yang berlimpah. Batuan ini berguna sebagai bahan isolator/isolasi
elektrik dan bahsn bangunan. Cara penambangannya batuan ini adalah dengan cara
tambang terbuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.7 Batuan Metamorf

Gambar 4.7 Sekis Mika

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 07. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hijau), memiliki tesktur kristaloblastik (Nematoblastik), memiliki struktur
(schistosa), maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Sekis Mika.
Batuan ini terbentuk dari batuan beku basa ataupun ultra basa yang
mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang dominan adalah pengaruh tekanan.
Tekanan mengakibatkan persejajaran-persejajaran mineral pipih dan mineral
prismatik. Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
penunjangan lempeng, karena metamorfisme pada daerah ini memiliki pengaruh
tekanan yang tinggi kegunaannya sebagai sumber mika yang utama. Mika ini
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam indsutri elektronika. Cara penambangannya adalah cara tambang
terbuka.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

4.2.8 Batuan Metamorf8

Gambar 4.8 Sekis Mika

Pada sampel batuan metamorf ini memiliki jenis batuan foliasi dengan nomor
peraga 08. Dimana memiliki komposisi minerak stress, memiliki warna batuan
(hijau), memiliki tesktur kristaloblastik (Nematoblastik), memiliki struktur
(schistosa), maka dapat disimpulkan bahwa nama batuan ini adalah Sekis Mika.
Batuan ini terbentuk dari batuan beku basa ataupun ultra basa yang
mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang dominan adalah pengaruh tekanan.
Tekanan mengakibatkan persejajaran-persejajaran mineral pipih dan mineral
prismatik. Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
penunjangan lempeng, karena metamorfisme pada daerah ini memiliki pengaruh
tekanan yang tinggi kegunaannya sebagai sumber mika yang utama. Mika ini
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam indsutri elektronika. Cara penambangannya adalah cara tambang
terbuka.

BAB V

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku,
sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau
Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada
pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh
proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas
atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui
fase cair.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Agar kiranya laboratorium dapat di perbesar serta dapat menambah ruang untuk

asistensi agar pada saat asistensi praktikan dan asisten merasa nyaman.

5.2.1 Saran Untuk Asisten


Tetap mempertahankan asistensi yang santai serta tidak tegang dan tetap jadi
asisten andalan praktikan.

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

DAFTAR PUSTAKA

Noor,Djauhari.2009.”Pengantar Geologi”.Fakultas Teknik Universitas Pakuan.Bogor


Noor,Djauhari.2012.”Pengantar Geologi”.Fakultas Teknik Universitas Pakuan.Bogor
Syamsuddin.2009.”Geologi Dasar”.FMIPA Universitas Hasanuddin.Makassar
Tim Asisten Petrologi.2018.”Penuntun Praktikum Petrologi”.Universitas Muslim
Indonesia.Makassar

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF 1

SENJA ZULCHAEDAH FEBRIANTI MOH. FIQRAM SLAMET


09320170117 09320180002

Anda mungkin juga menyukai