Abstract
This research was conducted to determine and analyze the performance of a leading
agrifood company in Indonesia, namely PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk in 2021. This
research was conducted by analyzing four company perspectives in the balanced scorecard,
namely the internal perspective, financial perspective, consumer perspective, and learning
and growth perspective. The Balance Scorecard is the simplest measuring tool commonly
used by companies to find out how much the company's vision and mission have been
successfully achieved. By using the Balance scorecard combined with the SWOT matrix, the
author finally found a strategy that is expected in the future to support PT Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk. This research is carried out by uniting different perspectives in a company
to find out and consider achievements with several possible risks.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sebuah perusahaan
agrifood terkemuka di Indonesia, yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk di tahun 2021.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis empat perspektif perusahaan dalam balance
scorecard , yakni perspektif internal, perspektif keuangan, perspektif konsumen, dan
perspektif pembelajaran dan pengembangan . Balance Scorecard pada dasarnya adalah
sebuah alat ukur paling sederhana yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui
seberapa banyak visi dan misi perusahaan yang telah sukses tercapai. Dengan menggunakan
Balance scorecard yang dipadukan dengan matriks SWOT, penulis akhirnya menemukan
strategi yang diharapkan kedepannya dapat mendukung PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyatukan perspektif-perspektif yang berbeda dalam
suatu perusahaan untuk mengetahui dan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dengan
sejumlah risiko yang mungkin saja terjadi.
Kata kunci :Analisis, Metode, Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif, Analisis SWOT
PENDAHULUAN
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, atau biasa disebut Japfa adalah sebuah perusahaan
agrifood terbesar di Indonesia. Perusahaan ini merupakan produsen protein hewani terbesar di
Indonesia yang memiliki rantai produksi terintegrasi, dimulai dari produksi pakan,
pembibitan, peternakan, hingga pengolahan makanan. Meski persaingan dalam industri ini
cukup ketat, PT Japfa selalu konsisten dalam menjaga kualitas produk. Japfa juga selalu
mengembangkan inovasinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan kinerja positif yang
memberi keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan. Hal tersebut dicerminkan dari
ROA (return on asset) Japfa yang selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya. Namun jika
dibandingkan dengan pesaing ketatnya, PT Charoen Pokphand, Japfa memiliki besaran ROA
yang lebih rendah. Maka dari itu diperlukannya suatu pengukuran kinerja dan perencanaan
strategi untuk meningkatkan performa perusahaan. Dengan meningkatkan performannya,
Japfa akan tetap dapat bersaing, bahkan menyalip pesaingnya, PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengukur
kinerja perusahaannya. Metode tersebut adalah metode Balance Scorecard (BSC). Metode ini
dikenalkan oleh dua dosen besar Harvard Business School, yakni David P. Norton dan Drs.
Robert Kaplan. Konsep tersebut membantu perusahaan dalam mengevaluasi dan membangun
proses pembelajaran untuk sistem manajemen yang baik. Berbeda dengan konsep lainnya,
metode BSC menggunakan pendekatan yang lebih terintegrasi dengan mengubah visi dan
misi menjadi sesuatu yang berwujud. Menurut Rungkuti (2015:1), saat ini BSC sudah
diintegrasi menajdi sebuah sistem yang bersifat operasional, sehingga menjadi sistem strategi
manajemen mulai dari formulasi strategis hingga implementasi operasional kegiatan setiap
individu untuk mencapai tujuan perusahaan.
Suatu metode yang cocok untuk dipadukan dengan Balance Scoreboard (BSC) adalah
analisis SWOT. Melalui analisis SWOT (strength, weakneses, opportunitis, dan Thrreats),
mengelola kinerja dengan metode pengukuran BSC dapat dipertimbangkan juga faktor
strategis dan risikonya secara tepat dan perusahaan dapat menggunakan seluruh potensi
sumber daya yang ada secara optimal sehingga perusahaan dapat memaksimalkan kekayaaan
pemegang saham dan juga untuk menciptakan nilai untuk stakeholders. Berdasarkan
permasalahan yang mengacu pada studi yang telah ada sebelumnya, artikel ini akan
mengupas penilaian kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia jika diukur menggunakan metode
analisis SWOT Balance Scoreboard dan mengetahui strategi apa yang bisa dilakukan agar
perusahaan dapat bersaing dengan para pesaingnya. Penulis berhadrap dapat memberikan
kontribusi berupa informasi kepada siapapun yang ingin mengetahui kinerja PT Japfa
Comfeed Indonesia, baik kinerja internal, keuangan, sumber daya manusia, ataupun
konsumen dengan metode SWOT Balance Scorecard.
KAJIAN PUSTAKA
Analisis SWOT
Sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis atau mengevaluasi kekuatan
(strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Metode
SWOT dibuat oleh seorang ilmuwan dari Stanford Research Institute utntuk mengidentifikasi
penyebab perencanaan perusahaan gagal. Untuk mengetahui apakah bisnis ini layak atau
tidapknya, analisis SWOT adalah metode tepat yang dapat dilgunakan untuk memulai dan
memajukan suatu usaha. Analisis SWOT sendiri terdiri dari empat elemen, yakni :
I. Kekuatan (strength)
Sebuah kelebihan perusahaan yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya. Kekuatan
dalam analisis SWOT mengacu pada kekuatan internal (kekuatan yang berasal dari
dalam diri perusahaan itu sendiri)
I. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan adalah perspektif yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran atau dengan kata lain, perusahaan secara khusus perlu mengelola
keuangan dengan baik sehingga cashflow tetap stabil. Dalam mengukur
perspektif keuangan, manajer dapat menggunakan rasio keuangan sebagai alat
ukur kinerja keuangan. Terdapat tiga tolak ukur dalam perspektif ini, yakni : (1)
pertumbuhan dari keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan selama
beroperasi; (2) penurunan biaya yang diikuti peningkatan produktivitas kerja; (3)
penurunan asset menjadi lebih optimal dan memaksimalkan investasi. Dalam
perspektiv ini, perlu adanya keseimbangan antara perspektif keuangan dan non
keuangan sebab jalannya perusahaan tak pernah lepas dari perspektif non
keuangan, seperti sumber daya manusia dan perspektif keuangan juga berguna
bagi perusahaan untuk memikat para investor. Maka dari itu perspektif keuangan
adalah salah satu perspektif yang sangat penting untuk mengukur kesehatan
suatu perusahaan.
Kinerja Perusahaan
Kesuksesan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut. Kinerja
sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari kegiatan manajemen perusahaan.
Biasanya parameter yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan adalah informasi
keuangan yang di ambil dari laporan keuangan perusahaan. Laporan kinerja perusahaan
mencerminkan kinerja sumber daya manusia dan kondisi internal perusahaan dalam
memenuhi kepuasan para konsumennya. Kinerja pperusahaan sendiri juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor , yakni :
(1) efektivitas dan efisiensi sumber dayanya
(2) otoritas atau wewenang para pemimpinnya
(3) kedisiplinan sumber daya manusianya
(4) inisiatif para manajer dan karyawannya
Dalam mengukur kinerja karyawan, terdapat enam indikator yang dapat digunakan, yakni :
Rasio keuangan adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan. Rasio keuangan pun bermacam-macam dan masing-masing rasio
memiliki maknanya sendiri.
1. Rasio likuiditas
Rasio yang fungsinya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Terdapat empat jenis rasio likuiditas untuk
memperhitungkannya, yakni rasio lancar (current ratio); rasio cepat (quick ratio); dan
rasio kas (cash ratio).
2. Rasio aktivitas
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas
perusahaan sehari-hari dalam penjualan, penagihan piutang, ataupun pemanfaatan
aktiva yang dimiliki. Rasio aktivitas sendiri memiliki beberapa jenis penghitungan,
yakni rasio perputaran total aset (total asset turnover ratio); rasio perputaran aset tetap
(fixed asset turnover); siklus konversi kas (cash conversion cycle ratio); rasio
perputaran modal kerja (working capital turnover ratio); rasio perputaran persediaan
(inventory turnover ratio); rasio perputaran piutang (accounts receivable ratio); rasio
perputaran hutang (account payable turnover); days payable outstanding (DPO); dan
days of sales outstanding (DSO).
3. Rasio profitabilitas
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari
produksi yang dihasilkan. Rasio profitabilitas sendiri terbagi menjadi beberapa jenis,
yakni margin laba kotor (gross profit margin); margin laba profesional (operating
profit margin); margin laba bersih (net profit margin); rasio pengembalian aset (return
on assets ratio); rasio pengembalian ekuitas (return on equity ratio); rasio
pengembalian penjualan (return on sales ratio); pengembalian modal yang digunakan
(return on capital employed); return on investment; dan earning per share.
4. Rasio solvabilitas
Rasio yang fungsinya mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya
dalam jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu debt to asset
ratio (D/E) ; debt to equity ratio ; dan debt to capital ratio.
5. Rasio pertumbuhan (growth ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Untuk
menghitung pertumbuhan perusahaan, rasio yang digunakan adalah CAGR
(compound annual growth rate).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif sebagai sumber data yang berasal
dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari
perusahaan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari
laporan keberlanjutan (sustainability report) dan data kuantitatif yang diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia.
PEMBAHASAN
Kinerja keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia dari tahun 2014-2019 jika dihitung
dengan NPM dan dibandingkan dengan standar industri ,sangat kurang. Standar
industri menunjukkan angka 20% sedangkan rata-rata perusahaan hanya 4,53%.
Setelah diteliti lebih dalam, hal ini terjadi karena kondisi ekonomi Indonesia yang
mengalami perlambatan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang
dibarengi dengan menguatnya nilai dollar amerika serikat.
Tabel di atas menunjukan nilai rasio lancar (current ratio) PT Japfa Comfeed
Indonesia. Di tahun 2014, rasio lancar perusahaan adalah 177,14%, yang artinya,
setiap Rp100,- hutang perusahaan akan dijamin dengan Rp177,14,- dan seterusnya.
Jika dilihar dari data tersebut, tingkat kemampuan PT Japfa dalam membayar hutang
jangka pendeknya cukup baik, Bahkan pada tahun 2016 dan 2017, rata-rata CR Japfa
berada di atas rata-rata industri.
Berdasarkan data laporan keuangan, PT Japfa memiliki DER yang cukup tinggi
dibandingkan standar industrinya. Artinya, PT Japfa memiliki presentase hutang yang lebih
besar daripada ekuitasnya.
seberapa banyak pelanggan lama yang bertahan dalam periode tertentu. Jika
besarannya tetap, bahkan mengalami pertumbuhan, maka perusahaan mampu
mempertahankan pelanggannya .Jika diidentifikasi lebih dalam, CR Japfa pada
tahun 2014-2016 sangat baik karena berada di atas target perusahaan, yakni 100.
Namun jika diperhatikan lebih dalam, CR Japfa terus mengalami penurunan. Hal ini
terjadi karena munculnya banyak pesaing baru.
serta selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pada tahun 2014 TPBB Japfa
berada di bawah target, yakni 85%. Hal ini terjadi karena adanya wabah penyakit
yang mempengaruhi produksi telur.
1. Tingkat
Balanced Scorecard
Strategic Objectives Indikator Targets
Meningkatkan Pendapatan Net Profit Margin (+) 15,47%
Meningkatkan Profitabilitas Return On Assets (+) 23,45%
PERSPEKTIF Meningkatkan Laba dari
KEUANGAN Modal Investor Return On Equity (+) 25,20 %
Memperlancar
PembayaranHutang Jangka Current Ratio
Pendek (+) 7,12 %
Menurunkan Jumlah Hutang Debt to Total Asset (-) 27,64 %
Meningkatkan Ekuitas
Perusahaan Debt to Equity (-) 50 %
Menarik Pelanggan Baru Customer Acquisition >90%
PERSPEKTIF Mempertahankan Pelanggan
PELANGGAN lama Customer Retention < 5%
Menurunkan Keluhan
Pelanggan Tingkat Keluhan Pelanggan > 0,20 %
Menurunkan angka produksi
cacat Presentase Produk Cacat < 5%
PERSPEKTIF BISNIS Memaksimalisasi biaya
INTERNAL produksi Produktivitas Biaya Produksi > 90%
Meningkatkan penerimaan
bahan baku Tingkat Penerimaan Bahan Baku < 0,28 %
Menurunkan Angka
kecelakaan kerja Tingkat kecelakaan Karyawan 0%
PERSPEKTIF Meningkatkan Pelatihan
PEMBELAJARAN Karyawan Tingkat Pelatihan Karyawan > 5%
Menurunkan tingkat absensi
DAN PETUMBUHAN karyawan Tingkat Karyawan Absen < 5%
Mempertahankan pekerja
dalam pekerjaannya Tingkat Perputaran Karyawan <6%
Analisis SWOT
Matriks SWOT
Dari analisis SWOT pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dapat dibuat sebuah
matriks SWOT yang di dalamnya dapat menghubungkan antara strength dengan weakneses,
(S-W), weakneses dengan opportunity (W-O),strength dengan threat (S-T),dan weakneses
dan threat (W-T).
SW
Strength Weakness
OT
Japfa dapat meningkatkan profitabilitas Dari meningkatnya aktivitas ekonomi
Opportunity perusahaan dengan membuat inovasi- yang makin marak, Japfa dapat
inovasi terbaru dalam produknya agar meminimalisasikan hutangnya dari
profit yang didapatkannya
calon pelanggan baru memilih Japfa
Biaya operasional Japfa dapat
untuk memenuhi kebutuhannya atas
diminimalisasi dengan memanfaatkan
protein hewani perkembangan teknologi yang ada
Menjaga dan terus meningkatkan sehingga biaya yang dikeluarkan juga
profitabilitas perusahaan sehingga lebih efisien
menarik investor untuk berinvestasi di Dari teknologi yang ada, perusahaan
Japfa dapat memantai kinerja karyawan (dari
output yang dihasilkan ataupun tingkat
Meminimalisasi kecelakan karyawan
absensi karyawan)
dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang ada seperti penggunaan
mesin dalam melakukan pekerjaan-
pekerjaan berisiko tinggi
Tingginya aktivitas ekonomi dalam
peternakan akan membawa keuntungan
yang sangat besar bagi perusahaan jika
dimanfaatkan sebaik—baiknya dengan
kreativtias dan inovasi produk
SIMPULAN