Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS SWOT DAN BALANCE SCORECARD GUNA

MENGUKUR KINERJA PT JAPFA COMFEED INDONESIA

Chiquitta Valerie Florencia


Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Chiqavalerie@gmail.com

Abstract

This research was conducted to determine and analyze the performance of a leading
agrifood company in Indonesia, namely PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk in 2021. This
research was conducted by analyzing four company perspectives in the balanced scorecard,
namely the internal perspective, financial perspective, consumer perspective, and learning
and growth perspective. The Balance Scorecard is the simplest measuring tool commonly
used by companies to find out how much the company's vision and mission have been
successfully achieved. By using the Balance scorecard combined with the SWOT matrix, the
author finally found a strategy that is expected in the future to support PT Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk. This research is carried out by uniting different perspectives in a company
to find out and consider achievements with several possible risks.

Keywords:Analysis, Method, Performance, Balance Scorecard, Perspective, SWOT Analysis

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sebuah perusahaan
agrifood terkemuka di Indonesia, yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk di tahun 2021.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis empat perspektif perusahaan dalam balance
scorecard , yakni perspektif internal, perspektif keuangan, perspektif konsumen, dan
perspektif pembelajaran dan pengembangan . Balance Scorecard pada dasarnya adalah
sebuah alat ukur paling sederhana yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui
seberapa banyak visi dan misi perusahaan yang telah sukses tercapai. Dengan menggunakan
Balance scorecard yang dipadukan dengan matriks SWOT, penulis akhirnya menemukan
strategi yang diharapkan kedepannya dapat mendukung PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyatukan perspektif-perspektif yang berbeda dalam
suatu perusahaan untuk mengetahui dan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dengan
sejumlah risiko yang mungkin saja terjadi.

Kata kunci :Analisis, Metode, Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif, Analisis SWOT
PENDAHULUAN

Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil (dukcapil) Indonesia


menyatakan bahwa pada pertengahan 2021 penduduk Indonesia berjumlah 272,68 juta jiwa.
Lalu jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2022 dilaporkan mengalami
peningkatan sebesar 1,13% sehingga jumlah penduduk Indonesia kini berjumlah 275,11 juta
jiwa dan untuk seterusnya jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan selalu mengalami
peningkatan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan
pangan di Indonesia baik dalam bidang pertanian, perikanan, perkebunan, ataupun
peternakan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan
telur dan gading ayam ras di tahun 2022 selalu mengalami kenaikan setiap bulannya kurang
lebih sebesar 2%-4. Akibatnya industri agri food terus mengalami kemajuan. Perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam bidang agrifood, khusunya peternakan terus bersaing dan
menonjol, salah satunya PT Japfa Comfeed Indonesia

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, atau biasa disebut Japfa adalah sebuah perusahaan
agrifood terbesar di Indonesia. Perusahaan ini merupakan produsen protein hewani terbesar di
Indonesia yang memiliki rantai produksi terintegrasi, dimulai dari produksi pakan,
pembibitan, peternakan, hingga pengolahan makanan. Meski persaingan dalam industri ini
cukup ketat, PT Japfa selalu konsisten dalam menjaga kualitas produk. Japfa juga selalu
mengembangkan inovasinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan kinerja positif yang
memberi keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan. Hal tersebut dicerminkan dari
ROA (return on asset) Japfa yang selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya. Namun jika
dibandingkan dengan pesaing ketatnya, PT Charoen Pokphand, Japfa memiliki besaran ROA
yang lebih rendah. Maka dari itu diperlukannya suatu pengukuran kinerja dan perencanaan
strategi untuk meningkatkan performa perusahaan. Dengan meningkatkan performannya,
Japfa akan tetap dapat bersaing, bahkan menyalip pesaingnya, PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengukur
kinerja perusahaannya. Metode tersebut adalah metode Balance Scorecard (BSC). Metode ini
dikenalkan oleh dua dosen besar Harvard Business School, yakni David P. Norton dan Drs.
Robert Kaplan. Konsep tersebut membantu perusahaan dalam mengevaluasi dan membangun
proses pembelajaran untuk sistem manajemen yang baik. Berbeda dengan konsep lainnya,
metode BSC menggunakan pendekatan yang lebih terintegrasi dengan mengubah visi dan
misi menjadi sesuatu yang berwujud. Menurut Rungkuti (2015:1), saat ini BSC sudah
diintegrasi menajdi sebuah sistem yang bersifat operasional, sehingga menjadi sistem strategi
manajemen mulai dari formulasi strategis hingga implementasi operasional kegiatan setiap
individu untuk mencapai tujuan perusahaan.

Suatu metode yang cocok untuk dipadukan dengan Balance Scoreboard (BSC) adalah
analisis SWOT. Melalui analisis SWOT (strength, weakneses, opportunitis, dan Thrreats),
mengelola kinerja dengan metode pengukuran BSC dapat dipertimbangkan juga faktor
strategis dan risikonya secara tepat dan perusahaan dapat menggunakan seluruh potensi
sumber daya yang ada secara optimal sehingga perusahaan dapat memaksimalkan kekayaaan
pemegang saham dan juga untuk menciptakan nilai untuk stakeholders. Berdasarkan
permasalahan yang mengacu pada studi yang telah ada sebelumnya, artikel ini akan
mengupas penilaian kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia jika diukur menggunakan metode
analisis SWOT Balance Scoreboard dan mengetahui strategi apa yang bisa dilakukan agar
perusahaan dapat bersaing dengan para pesaingnya. Penulis berhadrap dapat memberikan
kontribusi berupa informasi kepada siapapun yang ingin mengetahui kinerja PT Japfa
Comfeed Indonesia, baik kinerja internal, keuangan, sumber daya manusia, ataupun
konsumen dengan metode SWOT Balance Scorecard.

KAJIAN PUSTAKA

Analisis SWOT
Sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis atau mengevaluasi kekuatan
(strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Metode
SWOT dibuat oleh seorang ilmuwan dari Stanford Research Institute utntuk mengidentifikasi
penyebab perencanaan perusahaan gagal. Untuk mengetahui apakah bisnis ini layak atau
tidapknya, analisis SWOT adalah metode tepat yang dapat dilgunakan untuk memulai dan
memajukan suatu usaha. Analisis SWOT sendiri terdiri dari empat elemen, yakni :

I. Kekuatan (strength)
Sebuah kelebihan perusahaan yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya. Kekuatan
dalam analisis SWOT mengacu pada kekuatan internal (kekuatan yang berasal dari
dalam diri perusahaan itu sendiri)

II. Kelemahan (weaknesses)


Sebuah kekurangan suatu perusahaan dibandingkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki pesaingnya. Dalam analisis SWOT, kelemahan mengacu pada kelemahan
internal (kelemahan yang berasal dari dalam diri perusahaan itu sendiri), tidak ada
campur tangan dari lingkungan eksternal

III. Opportunity (peluang)


Sebuah peluang yang dimiliki perusahaan tersebut untuk berkembang di kemudian
hari. Dalam analisis SWOT, peluang mengacu pada lingkungan eksternal yang
berkontribusi pada kesuksesan suatu bisnis.

IV. Threat (ancaman)


Sebuah halangan yang dihadapi perusahan ketika menjalankan usahanya. Ancaman
ini mengacu pada lingkungan eksternal yang kurang mendukung keberlangsungan
jalannya suatu bisnis.

Balanced Scorecard (BSC)


Sebuah metode atau pengukuran hasil kinerja yang digunakan perusahaan untuk
menetapkan visi masa depan perusahaan secara jelas, menetapkan tujuan strategis
perusahaan, menentukan faktor penentu keberhasilan perusahaan, dan menetapkan tujuan,
rencana tindakan, dan inisiatif, serta sebagai suatu indikator yang berfungsi untuk mengukur
dan memantau kinerja suatu perusahaan. BSC memiliki empat perspektif, yakni ;

I. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan adalah perspektif yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran atau dengan kata lain, perusahaan secara khusus perlu mengelola
keuangan dengan baik sehingga cashflow tetap stabil. Dalam mengukur
perspektif keuangan, manajer dapat menggunakan rasio keuangan sebagai alat
ukur kinerja keuangan. Terdapat tiga tolak ukur dalam perspektif ini, yakni : (1)
pertumbuhan dari keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan selama
beroperasi; (2) penurunan biaya yang diikuti peningkatan produktivitas kerja; (3)
penurunan asset menjadi lebih optimal dan memaksimalkan investasi. Dalam
perspektiv ini, perlu adanya keseimbangan antara perspektif keuangan dan non
keuangan sebab jalannya perusahaan tak pernah lepas dari perspektif non
keuangan, seperti sumber daya manusia dan perspektif keuangan juga berguna
bagi perusahaan untuk memikat para investor. Maka dari itu perspektif keuangan
adalah salah satu perspektif yang sangat penting untuk mengukur kesehatan
suatu perusahaan.

II. Perspektif Internal


Perspektif internal merupakan perspektif untuk mengukur seberapa besar sinergi
dari tiap divisi. Untuk bisa mengukur perspektif internal, pemimpin perusahaan
harus mengamati kondisi internal perusahaan secara berkala. Dalam perspektif
ini, proses yang paling penting adalah proses inovasi dan hasil dari inovasi
perusahaan dituntut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Selain proses
inovasi, proses yang tidak kalah pentingnya adalah proses operasi. Proses operasi
menekankan pada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien dan
tepat waktu. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya dalam perspektif internal
adalah pelayanan purna jual. Pelayanan purna jual adalah layanan yang diberikan
perusahaan sebagai jaminan mutu produk untuk konsumen.

III. Perspektif Konsumen


Perspektif pelanggan dalam balanced scorecard mendahulukan segmentasi dan
target pasar. Selanjutnya, manajer menentukan indikator yang terbaik untuk
mengukur kinerja tiap divisi guna mencapai target finansial perusahaan. Tolok
ukur pelanggan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni core
measurement group dan customer value proposition.

1. Pangsa pasar (market share)


2. Tingkat perolehan pelanggan baru
Core Measurement 3. Mampu tidaknya perusahaan
mempertahankan konsumen lamanya
4. Tingkat kepuasan konsumen
5. Tingkat profitabilitas konsumen

1. Atribut-atribut produk (harga, fungsi, dan


Customer Value kualitas)
Proposition 2. Hubungan dengan pelanggan
3. Citra dan reputasi
IV. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengembangkan tiga jenis sumber
daya dalam perusahaan, yakni sumber daya manusia, sumber daya organisasi,
dan sumber daya informasi. Perspektif ini menuntut perusahaan untuk

mengembangkan ketiga sumber daya perusahaan ini secara berkesinambungan.

Gambar 1. Metode Balance scoreboard (BSC) dalam mengukur kinerja perusahaan

Kinerja Perusahaan
Kesuksesan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut. Kinerja
sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari kegiatan manajemen perusahaan.
Biasanya parameter yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan adalah informasi
keuangan yang di ambil dari laporan keuangan perusahaan. Laporan kinerja perusahaan
mencerminkan kinerja sumber daya manusia dan kondisi internal perusahaan dalam
memenuhi kepuasan para konsumennya. Kinerja pperusahaan sendiri juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor , yakni :
(1) efektivitas dan efisiensi sumber dayanya
(2) otoritas atau wewenang para pemimpinnya
(3) kedisiplinan sumber daya manusianya
(4) inisiatif para manajer dan karyawannya

Dalam mengukur kinerja karyawan, terdapat enam indikator yang dapat digunakan, yakni :

1. Kualitas : diukur melalui kemampuan dan keterampilan karyawan dalam


melakukan pekerjaan dan menyelesaikan masalah
2. Kuantitas : besaran jumlah yang dihasilkan karyawan (dalam satuan unit
ataupun siklus aktivitas)
3. Ketepatan waktu : suatu aktivitas diselesaikan sesuai dengan tenggat waktu
yang diberikan
4. Efektivtias : tingkat penggunaan sumber daya organisasi yang optimal, baik dari
sisi tenaga, modal, teknologi, ataupun bahan baku (memaksimalkan sumber daya
yang dimiliki untuk menghasilkan output yang lebih banyak dan berkualitas)
5. Kemandirian : loyalitas karyawan atau partner dalam menjalankan
komitmennya.
Financial Ratio (Rasio Keuangan)

Rasio keuangan adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan. Rasio keuangan pun bermacam-macam dan masing-masing rasio
memiliki maknanya sendiri.

1. Rasio likuiditas
Rasio yang fungsinya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Terdapat empat jenis rasio likuiditas untuk
memperhitungkannya, yakni rasio lancar (current ratio); rasio cepat (quick ratio); dan
rasio kas (cash ratio).
2. Rasio aktivitas
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas
perusahaan sehari-hari dalam penjualan, penagihan piutang, ataupun pemanfaatan
aktiva yang dimiliki. Rasio aktivitas sendiri memiliki beberapa jenis penghitungan,
yakni rasio perputaran total aset (total asset turnover ratio); rasio perputaran aset tetap
(fixed asset turnover); siklus konversi kas (cash conversion cycle ratio); rasio
perputaran modal kerja (working capital turnover ratio); rasio perputaran persediaan
(inventory turnover ratio); rasio perputaran piutang (accounts receivable ratio); rasio
perputaran hutang (account payable turnover); days payable outstanding (DPO); dan
days of sales outstanding (DSO).
3. Rasio profitabilitas
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari
produksi yang dihasilkan. Rasio profitabilitas sendiri terbagi menjadi beberapa jenis,
yakni margin laba kotor (gross profit margin); margin laba profesional (operating
profit margin); margin laba bersih (net profit margin); rasio pengembalian aset (return
on assets ratio); rasio pengembalian ekuitas (return on equity ratio); rasio
pengembalian penjualan (return on sales ratio); pengembalian modal yang digunakan
(return on capital employed); return on investment; dan earning per share.
4. Rasio solvabilitas
Rasio yang fungsinya mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya
dalam jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu debt to asset
ratio (D/E) ; debt to equity ratio ; dan debt to capital ratio.
5. Rasio pertumbuhan (growth ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Untuk
menghitung pertumbuhan perusahaan, rasio yang digunakan adalah CAGR
(compound annual growth rate).

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Analisis pengukuran kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk menggunakan analisis


kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode yang terdapat
penghitungan didalamnya dan melibatkan rumus untuk memperoleh hasil penelitian.
Sedangkan penelitian kualitatif adalah memahami hasil penelitian secara mendalam,
mengembangkan teori yang terdahulu, serta mendeskripsikan keadaan dan realita yang ada.
Sedangkan penelitian kualitatif deskriptif adalah sebuah metode penelitian yang
memanfaatkan data kualitatif, dan menjabarkannya secara deskriptif. Dalam penelitian ini,
peneliti secara kuantitatif menggunakan data laporan keuangan PT Japfa yang kemudian
dimasukkan ke dalam rumus-rumus dari rasio keuangan dan dari hasil yang didapat, peneliti
secara deskriptif menjelaskan kinerja perusahaan PT Japfa. Setelah itu, peneliti
mengidentifikasi kinerja PT Japfa yang sudah tertuang dalam balance scoreboard ke dalam
analisis SWOT.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif sebagai sumber data yang berasal
dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari
perusahaan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari
laporan keberlanjutan (sustainability report) dan data kuantitatif yang diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia.

PEMBAHASAN

Dalam menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan balanced scorecard, terdapat


empat perspektif yang menjadi tolok ukur. Empat perspektif tersebut antara lain perspektiv
keuangan, konsumen, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan segala sesuatu kegiatan perusahaan yang digunakan


untuk mengukur kinerja perusahaan dan dalam menggunakan modal secara efektif guna
mencapai tujuan perusahaan. Dalam mengukur kinerja keuangan Japfa, dilakukannya
analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan PT Japfa Comfeed
Indonesia,Tbk.
a. Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin merupakan sebuah rasio keuangan yang menunjukan


keuntungan pada penjualan yang dihitung berdasarkan biaya dan pajak penghasilan.
Makin tinggi rasio NPM, makin baik pula perusahaan tersebut. Sebab semakin tinggi
rasio tersebut, semakin tinggi pula laba yang dicetak perusahaan.

Kinerja keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia dari tahun 2014-2019 jika dihitung
dengan NPM dan dibandingkan dengan standar industri ,sangat kurang. Standar
industri menunjukkan angka 20% sedangkan rata-rata perusahaan hanya 4,53%.
Setelah diteliti lebih dalam, hal ini terjadi karena kondisi ekonomi Indonesia yang
mengalami perlambatan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang
dibarengi dengan menguatnya nilai dollar amerika serikat.

b. Return On Assets (ROA)

Return on assets adalah sebuah rasio keuangan yang merupakan pengukuran


kemampuan perusahaan yang di dalamnya menunjukan keuntungan berdasarkan
jumlah aktiva yang ada di suatu perusahaan.

Kinerja keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia dari tahun 2014-2019 yang


dilihat dari Return On Assets cenderung memiliki perubahan yang fluktuatif dan tidak
menentu. Hal ini karena setiap tahunnya nilai penjualan selalu menurun. Dari tabel di
atas kita dapat melihat bahwa Japfa memiliki kemampuan yang baik untuk
memperoleh keuntungan dari aktiva yang mereka miliki (benchmark= >5%). Namun
jika dilihat dari standar Industri perusahaan, PT Japfa masih di bawah standar

industrinya, yakni 6,55%.

c. Return On Equity (ROE)


Return on equity adalah sebuah rasio keuangan yang menunjukkan besaran
modal suatu perusahaan jika dibandingkan denagan besar modal yang dimiliki
perusahaan.

Berdasarkan data laporan keuangan PT Japfa tahun 2014-2019, kita dapat


melihat bahwa Japfa pada tahun 2014 memiliki ROE 7,27%, yang artinya setiap
Rp100,- yang ditanamkan investor terhadap perusahaan , sebanyak 7,27% investor
akan mendapatkan keuntungan. Dari data tersebut, ROE perusahaan mengalami
kenaikan dua kali berturut-turut di tahun 2015 dan 2016 , lalu kembali naik di tahun
2018. Meski ROE sudah mengalami pertumbuhan, kondisi perusahaan masih sangat
kurang (14,8%) jika dilihat dari standar industri, yakni 40%.

d. Current Ratio (CR)

Current ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi


hutang jangka pendeknya.

Tabel di atas menunjukan nilai rasio lancar (current ratio) PT Japfa Comfeed
Indonesia. Di tahun 2014, rasio lancar perusahaan adalah 177,14%, yang artinya,
setiap Rp100,- hutang perusahaan akan dijamin dengan Rp177,14,- dan seterusnya.
Jika dilihar dari data tersebut, tingkat kemampuan PT Japfa dalam membayar hutang
jangka pendeknya cukup baik, Bahkan pada tahun 2016 dan 2017, rata-rata CR Japfa
berada di atas rata-rata industri.

e. Debt to Total Asset Ratio (DAR)

Debt to total Asset ratio merupakan rasio untuk mengukur perbandingan


antara hutang dengan aktiva. Dalam rasio ini, semakin rendah nilai rasio, makin baik
pula kondisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2014, nilai DAR
Japfa adalah 66,37%, yang artinya Rp100- total aktiva perusahaan dapat menutupi
Rp66,37- hutang perusahaan. Dari data tersebut, dapat diisimpulkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan kurang baik karena nilai rata-rata perusahaan masih berada di
atas rata-rata industri, yakni 30 %. Hal ini terjadi karena perusahaan di danai oleh
hutang melebihi batas industrinya.

f. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan hutang perusahaan
dengan ekuitasnya. Maka makin rendah rasio ini, makin banyak juga ekuitas
perusahaan dibandingkan hutangnya.

Berdasarkan data laporan keuangan, PT Japfa memiliki DER yang cukup tinggi
dibandingkan standar industrinya. Artinya, PT Japfa memiliki presentase hutang yang lebih
besar daripada ekuitasnya.

Pengukuran Perspektif Pelanggan


PT Japfa selalu memberikan layanan terpadi kepada pelanggannya dengan
berkomitmen untuk selalu menyediakan produk dan layanan terbaik. Japfa juga memberikan
saluran kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhannya terkait produk dan layanan
mereka. PT Japfa juga melakukan survey rutin untuk menilai kepuasan pelanggan. Perspketif
pelanggan berdasarkan kinerjanya PT Japfa selalu meningkatkan pelayanan tiap tahunnya
perihal kualitas produk sehingga perusahaan telah memenihi key performance indicatos yang
telah ditetapkan.
1. Customer Acquisition
Customer Acquisition adalah pengukuran seberapa banyak perusahaan berhasil
menarik pelanggan baru. Dari data yang diolah pada tahun 2014-2016, rata-rata CA
PT Japfa adalah 16,3%. Jika diidentifikasi lebih dalam, CA PT Japfa pada tahun
2014 dan 2015 adalah 21,6% dan 19,4%. Nilai ini menunjukkan bahwa CA Japfa
dikatakan baik dan di atas target perusahaan. Hal ini terjadi karena pada saat itu PT
Japfa masih menjadi perusahaan pelopor yang berhasil menguasai pangsa pasar
Indonesia. Namun pada tahun 2016, CA Japfa mengalami penurunan drastis
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini terjadi karena munculnya banyak
perusahaan baru yang memproduksi produk yang sama dengan Japfa.

2. Customer Retention (CR)


Customer Retention adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui

seberapa banyak pelanggan lama yang bertahan dalam periode tertentu. Jika
besarannya tetap, bahkan mengalami pertumbuhan, maka perusahaan mampu
mempertahankan pelanggannya .Jika diidentifikasi lebih dalam, CR Japfa pada
tahun 2014-2016 sangat baik karena berada di atas target perusahaan, yakni 100.
Namun jika diperhatikan lebih dalam, CR Japfa terus mengalami penurunan. Hal ini
terjadi karena munculnya banyak pesaing baru.

3. Tingkat Keluhan Pelanggan


Tingkat keluhan pelanggan adalah presentasi pelanggan melakukan complain
kepada perusahaan terhadap kualitas produk yang diterima. Perusahaan telah
menetapkan target keluhan pelanggan, yakni sebesar 5%. TKP Japfa sangat baik,
karena dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2014 dan selalu berada di bawah target perusahaan. Perusahaan
mengharapkan TKP 0% namun karena PT Japfa berhubungan dengan makhluk
hidup, akan sangat sulit untuk menyelesaikan tingkat keluhan menjadi 0%.

Perspektif Bisnis Internal


Tiga pokok utama pembahasan dalam perspektif ini adalah efisiensi proses produksi,
bahan baku yang diterima, dan presentase produk yang cacat.

1. Tingkat Penerimaan Bahan Baku (TPBB)


Bahan baku yang digunakan Japfa adalah telur dari DOC (Day Old Chick),
ayam petelur yang berkualitas. Japfa menetapkan target TBPP perusahaan, yaitu
90%. Jika dilihat dari tabel di atas, TPBB Japfa sudah baik dan berada di atas target

serta selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pada tahun 2014 TPBB Japfa
berada di bawah target, yakni 85%. Hal ini terjadi karena adanya wabah penyakit
yang mempengaruhi produksi telur.

2. Presentase Produk Cacat (PPC)


Presentasi Produk Cacat adalah perbandingan antara jumlah produk cacat
dengan jumlah produk secara keseluruhan yang diproduksi. PT Japfa menetapkan
target PPC adalah 5%. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa PPC Japfa
berada di bawah target perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
semakin baik yang dilihat dari banyaknya gagal produksi yang terus menurun dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2014 PPC Japfa cukup tinggi karena banyak DOC yang
memikiki black navel (pusar hitam) karena adanya infeksi yang disebabkan oleh
serangga kecil.

3. Produksitivas Biaya Produksi (PBP)


Produktivitas biaya produksi (PBP) digunakan untuk menunjukkan jumlah
output yang diproduksi oleh perusahaan tiap satu rupiah yang dikeluarkannya.
Biaya produksi adalah suatu faktor penting yang mempengaruhi tinggi dan
rendahnya harga jual produk. PT Japfa memiliki target PBP sebesar 0,20%.
Sedangkan rata-rata perusahaan adalah 0,28%. Ini menunjukan bahwa tingkat
produktivitas Japfa terhadap biaya produksinya cukup baik karena selalu
mengalami peningkatan tiap tahunnya karena kebutuhan masyarakat akan daging
ayam terus meningkat. Di tambah lagi kenaikan harga daging sapi tiap tahunnya
pada periode-periode tertentu membuat permintaan masyarakat akan daging ayam
juga meningkat.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif ini memiliki pendekatan pada pengukuran kinerja pada pembelajaran dan
pertumbuhan dengan sasaran utama, sumber daya manusia.

1. Tingkat

Kecelakaan Karyawan (TKK)


Tingkat kecelakaan karyawan adalah sebuah tingkat pengkuran seberapa
banyak kecelakaan kerja yang terjadi pada karyawan saat melakukan pekerjaannya.
Japfa memiliki target TKK sebesar 0%, yang artinya Japfa mengharapkan tidak ada
kecelakaan kerja sama sekali pada perusahaannya. Pada tahun 2014, tingkat
kecelakaan kerja karyawan sebesar 0,9%. Hal ini terjadi pada 1 orang pekerja yang
membawa es balok dan es balok itu terjauh mengenai tangan pekerja tersebut. Lalu
di tahun-tahun sesudahnya tidak ditemukan lagi kecelakaan kerja.

2. Tingkat Pelatihan Karyawan (TPK)


Tingkat pelatihan karyawan merupakan sebuah indikator yang digunakan
untuk mengukur program pelatihan yang dijalankan perusahaan untuk meningkatkan
kualitas dan kompetensi karyawan-karyawannya. Berdasarkan tabel di atas, Tingkat
Pelatihan Karyawan PT Japfa berada di bawah 5%, yang merupakan target
perusahaan. Program pelatihan sebenarnya berjalan akan tetapi realisasi pelaksaannya
kurang baik (5%-10%).

3. Tingkat Karyawan Absen (TKA)


Tingkat Karyawan Absen merupakan suatu indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat kehadiran karyawan. Berdasarkan tabel di atas, tingkat karyawan
absen adalah sebesar 5%. Rata-rata absen perusahaan adalah 4,4% dan hal ini
merupakan hal yang baik karena jika diidentifikasi lebih lanjut, TKA Japfa
mengalami penurunan tiap tahunnya. Jika TKA terus menurun, kinerja karyawan
tentunya akan lebih baik lagi. Pada tahun 2014, perusahaan melihat kurangnya
kedisiplinan karyawan. Akhirnya perusahaan membuat tata tertib guna meningkatkan
kedisiplinan karyawannya.

4. Tingkat Perputaran Karyawan (TP)


Tingkat perputaran karyawan digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
karyawan yang keluar dan bertahan di suatu perusahaan. Jika dilihat dari tabel
tersebut, kita dapat melihat bahwa target TP karyawan adalah kurang dari 6% dan
tingkat TP karyawan Japfa adalah 5,7%. Namun yang terjadi, dari tahun ke tahun TP
Japfa terus menunjukan tren menurun jika dilihat dari tahun 2014. Semkin tinggi TP,
semakin rendah pula perusahaan memberikan kepuasan kepada karyawa-
karyawannya.

Balanced Scorecard

 
Strategic Objectives Indikator Targets
  Meningkatkan Pendapatan Net Profit Margin (+) 15,47%  
  Meningkatkan Profitabilitas Return On Assets (+) 23,45%  
PERSPEKTIF Meningkatkan Laba dari
KEUANGAN Modal Investor Return On Equity (+) 25,20 %  
Memperlancar
PembayaranHutang Jangka Current Ratio
  Pendek (+) 7,12 %  
  Menurunkan Jumlah Hutang Debt to Total Asset (-) 27,64 %  
Meningkatkan Ekuitas
  Perusahaan Debt to Equity (-) 50 %  
             
  Menarik Pelanggan Baru Customer Acquisition >90%  
PERSPEKTIF Mempertahankan Pelanggan
PELANGGAN lama Customer Retention < 5%  
Menurunkan Keluhan
  Pelanggan Tingkat Keluhan Pelanggan > 0,20 %  
   
Menurunkan angka produksi
  cacat Presentase Produk Cacat < 5%  
PERSPEKTIF BISNIS Memaksimalisasi biaya
INTERNAL produksi Produktivitas Biaya Produksi > 90%  
Meningkatkan penerimaan
  bahan baku Tingkat Penerimaan Bahan Baku < 0,28 %  
   
Menurunkan Angka
  kecelakaan kerja Tingkat kecelakaan Karyawan 0%  
PERSPEKTIF Meningkatkan Pelatihan
PEMBELAJARAN Karyawan Tingkat Pelatihan Karyawan > 5%  
Menurunkan tingkat absensi
DAN PETUMBUHAN karyawan Tingkat Karyawan Absen < 5%  
Mempertahankan pekerja
dalam pekerjaannya Tingkat Perputaran Karyawan <6%    

Analisis SWOT

Balance scoreboard di atas mencerminkan kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.


Langkah selanjutnya penulis akan melakukan analisis SWOT berdasarkan balance
scoreboard di atas. Analisis SWOT adalah analisis mencari kekuatan(strength), kelemahan
(weaknesess), peluang (Threat), dan ancaman (opportunity).

1. PT Japfa merupakan perusahaan yang profitabilitas, artinya Japfa memiliki


kemampuan yang baik untuk menghasilkan laba bersih sehingga dapat
STRENGTH dikatakan Japfa adalah perusahaan yang growth
2. Japfa mampu membayarkan hutang jangka pendeknya dengan baik
3. Japfa dapat menurunkan tingkat keluhan pelanggan dengan baik
menggunakan Japfa Alert
4. Japfa dapat mempertahankan pelanggan lamanya dengan baik
5. Japfa dapat meminimalisasi kecelakaan kerja karyawannya dengan baik
dengan teknolgi yang dimiliki
6. Perusahaan dapat mengelola modalnya dan mengefisiensi biayanya dengan
baik
7. Japfa memiliki jaringan bisnis yang luas (peternakan, vaksin hewan,
pembibitan, makanan ternak, hingga pengolahan makanan)

1. Tingkat hutang yang lebih besar dibandingkan modalnya sehingga Japfa


WEAKNESES dapat dikatakan sebagai perusahaan yang kurang sehat
2. Japfa memiliki biaya operasional yang cenderung meningkat tiap tahunnya
3. Tingkat absensi karyawan yang tinggi (karyawan yang kurang disiplin)

1. Kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang semakin meningkat


sehingga memunculkan calon-calon pelanggan baru
2. Ketertarikan investor terhadap perusahaan peternakan karena terlihan
menjanjikan dan akan bertahan dalam waktu yang panjang
3. Meningkatnya aktivitas ekonomi di bidang perunggasan
OPPORTUNIT
Y 4. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat meminimalisasi risiko
kematian pada unggas seperti wabah penyakit.
5. Berkembangnya teknologi yang memudahkan perusahaan dalam berbisnis,
mengefisiensikan biaya, mengontrol produktivitas hewan ternak, sumber daya
manusia, bahkan mesin.
1. Munculnya wabah penyakit yang menyerang unggas
2. kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada peternak dan karyawan
3. Munculnya banyak pesaing baru yang memberikan produk dengan kualitas
THREAT
yang sama bagusnya dengan harga yang lebih terjangkau
4. Pelanggan yang jenuh karena kurangnya inovasi produk
5. kondisi perekonomian Indonesia dan dunia yang cenderung berubah-ubah/
tidak menentu
6. Pekerja yang resign dari perusahaan karena adanya lapangan kerja di
industri yang sama
7. Adanya pesaing yang mengancam kedudukan Japfa
8. Kurangnya kedekatan antar karyawan satu dengan yang lainnya

Matriks SWOT

Dari analisis SWOT pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dapat dibuat sebuah
matriks SWOT yang di dalamnya dapat menghubungkan antara strength dengan weakneses,
(S-W), weakneses dengan opportunity (W-O),strength dengan threat (S-T),dan weakneses
dan threat (W-T).

SW
Strength Weakness
OT
 Japfa dapat meningkatkan profitabilitas  Dari meningkatnya aktivitas ekonomi
Opportunity perusahaan dengan membuat inovasi- yang makin marak, Japfa dapat
inovasi terbaru dalam produknya agar meminimalisasikan hutangnya dari
profit yang didapatkannya
calon pelanggan baru memilih Japfa
 Biaya operasional Japfa dapat
untuk memenuhi kebutuhannya atas
diminimalisasi dengan memanfaatkan
protein hewani perkembangan teknologi yang ada
 Menjaga dan terus meningkatkan sehingga biaya yang dikeluarkan juga
profitabilitas perusahaan sehingga lebih efisien
menarik investor untuk berinvestasi di  Dari teknologi yang ada, perusahaan
Japfa dapat memantai kinerja karyawan (dari
output yang dihasilkan ataupun tingkat
 Meminimalisasi kecelakan karyawan
absensi karyawan)
dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang ada seperti penggunaan
mesin dalam melakukan pekerjaan-
pekerjaan berisiko tinggi
 Tingginya aktivitas ekonomi dalam
peternakan akan membawa keuntungan
yang sangat besar bagi perusahaan jika
dimanfaatkan sebaik—baiknya dengan
kreativtias dan inovasi produk

 Adanya jaringan bisnis yang luas  Meningkatkan gaji karyawan


Threat membuat Japfa mudah dalam agar tidak keluar dari perusaaan
memenuhi kebutuhannya (tidak dan pergi ke perusahaan pesaing
kekurangan pakan, mudah mencari  Memberikan pelatihan secara
vaksin) intensif kepada seluruh
 Membuat inovasi produk dan karyawannya
meningkatkan kualitas dan mutu  Meningkatkan pelatihan
ternak melalui pengembangan keselamatan kerja guna
teknologi dan ilmu pengetahuan
meningkatkan keamanan dalam
bekerja
kepada mitra-mitranya
 Mengadakan gathering tiap
tahunnya guna mempererat
hubungan antar karyawan

SIMPULAN

PT Japfa Comfeed Indonesia merupakan sebuah perusahaan agri food terbesar di


Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari bisnisnya yang meraup banyak kegiatan, Berdasarkan
perpektif keuangan, Japfa adalah perusahaan yang profitabilitas, yaitu perusahaan yang dapat
menghasilkan laba. Tidak hanya itu, Japfa juga merupakan perusahaan yang growth, artinya
Japfa adalah perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun jika dilihat
dari laporan keuangannya. Namun kekurangannya, Japfa kurang sehat. Dilihat dari proporsi
hutang terhadap modalnya, Japfa memiliki proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan
modalnya. Jika dilihat dari perspektif pelanggan, Japfa adalah perusahaan yang dapat
mempertahankan pelanggan lamanya ditengah persaingan yang makin ketat dengan
pesaingnya. Japfa juga mampu memperoleh pelanggan-pelanggan baru tiap tahunnya dan
berhasil menurunkan tingkat keluhan pelanggannya.
Selanjutnya, jika dilihat dari perspektif bisnis internal, Japfa berhasil meningkatkan
produktivitas biaya produksinya dengan baik. Japfa juga berhasil meminimalisasi produk
cacatnya dari tahun ke tahun menggunakan teknologi terbarukannya. Terakhir, jika dilihat
dari perspektif sumber daya manusia, Japfa dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan
karyawan, menurunkan angka kecelakaan karyawannya, dan mempertahankan karyawannya
dengan baik. Namun, sayangnya Japfa perlu meningkatkan kemampuan karyawannya dengan
pelatihan secara rutin yang belum berjalan secara efektif. Dari persperktif itu, kemudian
dilakukannya analisis SWOT dan membuat matriks SWOT guna mencari solusi yang dapat
membangun dari kekuatan,kelemahan, peluang, dan ancamannya. Penulis harap Japfa dapat
terus meningkatkan kinerjanya dan selalu membuat inovasi-inovasi baru guna
mempertahankan kedudukannya di industri agrifood.

Anda mungkin juga menyukai