PEMBAHASAN
Tahap pengelolaan obat di rumah sakit terdiri dari tahapan pemilihan dan
perencanaan (selection), pengadaan (procurement), penyimpanan (storage), distribusi
(distribution) dan penggunaan (use) yang memiliki keterkaitan di antara masing–masing
tahap sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing–masing dapat berfungsi
optimal. Tidak efisiennya salah satu tahap saja akan mengakibatkan tidak efisien pula sistem
suplai dan penggunaan obat yang ada. Dengan demikian pengelolaan obat perlu dukungan
manajemen dari struktur organisasi yang kuat, keuangan, informasi manajemen yang layak
dan staf yang termotivasi dan kompeten. (Nofriana, 2011)
Siklus pengelolaan obat merupakan rangkaian proses yang mencakup 4 fungsi dasar
sistem pengelolaan obat yaitu perumusan kebutuhan (selection), pengadaan (procurement),
penyimpanan dan distribusi (distribution), dan penggunaan obat dan evaluasinya (use).
Keempat fungsi ini didukung oleh sistem penunjang (management support) yaitu organisasi,
pembiayaan, sistem informasi dan sumber daya manusia seperti yang digambarkan dalam
siklus manajemen obat (lihat gambar 2.1.). (Quick. Et. Al., 1997)
Pada dasarnya manajemen obat di rumah sakit adalah cara mengelola tahap–tahap
kegiatan tersebut sehingga dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi akhirnya dapat
tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien artinya obat yang diperlukan
dokter selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin
untuk mendukung pelayanan yang bermutu.
B. Siklus Manajemen Pengelolaan Obat
a) Selection
Selection atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
masalah kesehatan yang ada di apotek, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi
sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Untuk dapat menyeleksi suatu
perbekalan farmasi yang nantinya akan direncanakan harus terlebih dahulu dilakukan
pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran tentang kebutuhan perbekalan
farmasi apotek. Adanya proses seleksi obat mengurangi obat yang tidak memiliki nilai
terapeutik, mengurangi jumlah jenis obat dan meningkatkan efisiensi obat yang tersedia.
Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat pertama kali harus membuat daftar
masalah kesehatan yang umum dialami. Setelah itu menentukan terapi standar untuk
memilih obat standar yang digunakan dan terapi non obatnya. Tahap ketiga melihat
daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat daftar obat yang berguna. Semua
ini bertujuan untuk mendapatkan ketersediaan dan penggunaan obat yang lebih
rasional.
b) Procurement
Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang
sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.
Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu
Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia
Tahapan pengadaan dimulai dari mereview daftar perbekalan farmasi yang akan
diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan
dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat
syarat kntrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima barang, melakukan
pembayaran serta menyimpan kemuian mendistribusikan.
c) Distribution
Distribusi obat yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang teratur
kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas sumber daya yang ada, pabrik yang memproduksi dan menurut khasiat.
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
d) Use
Use atau penggunaan obat merupakan proses yang meliputi peresepan oleh
dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Penggunaan
obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat,
obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara
pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta
ditaati oleh pasien. Penggunaan obat rasional diharapkan dapat mengurangi angka
kejadian medication error (ME) dan dapat membuat biaya yang harus ditanggung pasien
jadi seminimal mungkin khususnya terkait dengan biaya obat.
DAPUS
Nofriana, E. 2011. Analisis ABC dan VEN terhadap Belanja Obat di RSUD Dr, Soedarso Pontianak
Tahun 2010. Tesis Program Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Obat Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Yogyakarta.
Quick. Et. Al., 1997. Managing Drug Supply, 2nd Edition, Revised and Expanded. Kumarian Press.
West Hartriod
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9098/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3&isAllowed=y