Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN OPEN FRAKTUR PATELLA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RUMAH SAKIT DAERAH GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Kegawat Daruratan dan Kritis
Program Profesi Ners Reguler

Oleh :

Nabila Fathiana

JNR0220065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AJARAN 2022-2023


A. Definisi

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksteral yang

datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang(Carpenito, 2010).Fraktur adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnyadisebabkan oleh ruda paksa

(Mansjoer, 2011).Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari

pengertiandi atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella merupakan suatu gangguan

integritastulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputus nyakontinuitas jaringan

tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut.

B. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2010), fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang

lebih besar dari yang dapat di absorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan

langsung, gaya remuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot

ekstrem.Meskipun tulang patah,jaringan sekitarnya juga akan berpengaruh

mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,

rupture tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Menurut Corwin (2009),

penyebab fraktur tulang paling sering adalah trauma,terutama pada anak-anak dan

dewasa muda. Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan

apabila tulang lemah (fraktur patologis) fraktur patologis sering terjadi pada lansia yang

mengalami osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang, infeksi, atau

penyakit lain. Fraktur stress atau frakturkeletihandapat terjadi pada tulang normal akibat

stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang, biasanya menyertai

peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet atau permulaan aktivitas fisik yang
baru(Corwin, 2009).Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar

tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadiitu lengkap atau tidak lengkap.

Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan

tulang yang abnormal. Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera,seperti

kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang

melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.Jenis dan beratnya patah tulang

dipengaruhi oleh:

- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.

- Usia penderita

- Kelenturan tulang.

- Jenis tulang

C. Manifestasi klinik
Fraktur patella dapat ditandai dengan adanya:
1. Pembengkakan.
2. Perubahan bentuk, dapat terjadi angulasi (terbentuk sudut), rotasi(terputar), atau
pemendekan.
3. Terdapat rasa nyeri yang sangat pada daerah fraktur (spasme otot akibat reflek
involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada
saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur)
4. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
5. Deformitas
6. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
7. Kehilanghan fungsi
8. Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
9. Tes diagnostic
D. Pathway

Trauma
Trauma Langsung
Langsung Trauma Tidak Kondisi Patologis
Langsung

FRAKTUR

Diskontinuitas Pergeseran
tulang Fraktur Tulang NYERI

Perub. Jaringan
Sekitas

Laserasi Kulit
Deformitas

KERUSAKAN Putus Vena/Arteri Spasme Otot


Gangguan Fungsi INTEGRITAS KULIT

Perdarahan Peningk Tek Kapiler


GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
Laserasi Kulit Pelepasan Histamin

SHOCK Protein Plasma Hilang


HIPOVOLEMIK

Edema

Penurunan Perfusi
Jaringan

Gangguan Perfusi
Jaringan
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturanrole of two yang

terdiri dari:

 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateral

 Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan distal

 Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik yangcedera maupun

tidak (untuk membandingkan dengan yangnormal)

 Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan

2. Pemeriksaan laboratorium

 Hb dan Ht mungkin rendah akibat perdarahan

 LED meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas

 Ca dan P dalam darah meningkat pada masa penyembuhan

3. Pemeriksaan arteriografi

Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular akibat fraktur

4. Foto Rontgen

Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung mengetahui tempat

dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan

selama proses penyembuhan secara periodic

F. Penatalaksanaan Medik

1. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi yang dapat terjadi kontaminasi oleh bakteridan disertai
perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period).Kuman belum terlalu
jauh meresap dilakukan:
 Pembersihan luka
 Exici
 Hecting situasi
 Antibiotik
2. Seluruh Fraktur
a. Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakanselanjutnya.
Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di
rumah sakit:
 Riwayat kecelakaan
 Parah tidaknya luka
 Diskripsi kejadian oleh pasien
 Menentukan kemungkinan tulang yang patah
 Krepitus
b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi
terbagi menjadi dua yaitu:
 Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi
atau gips
 Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin,
plat yang langsung kedalam medula tulang.
c. Retensi/Immobilisasi
Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu
tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.
d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upayadiarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi danimobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler(mis. pengkajian peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau,dan ahli bedah ortopedi diberitahu
segera bila ada tanda gangguanneurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan
ketidaknyamanan dikontroldengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan,
perubahan posisi,strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).
G. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk

itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah pasien sehingga

dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan

a. Anamnesa
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang di pakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no RM, tanggal MRS, diagnosa
medis
2) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama klien yang mengalami fraktur yaiu
nyerisetelah mengalami kecelakaan, jatuh, atau terbentur benda keras.
Nyeribisa akut atau kronik, tergantung lamanya serangan.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dapat berupa kronologi terjadinya fraktur sehingga bisa ditentukankekuatan
hantaman atau benturan yang terjadi dan jenis fraktur yangdialami. Selain itu,
dengan mengetahui mekanisme terjadinyakecelakaan dapat diketahui juga
kemungkinan adanya luka kecelakaanyang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’sdapat
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untukmenyambung. Penyakit
DM juga dapat menghambat prosespenyembuhan tulang
5) Review of sistem (ROS)
H. Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Rencana Asuhan keparawtan dan Dokumentasi


keperawatan, Edisi 2. Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Medica Aesculpalus. FKUI.
Jakarta.
Smelthzer, dan Brenda G Bare. ( 2010 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddart, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin. (2009). Buku Patologi. Jakarta: EGC
Apley, A. Graham. (2009). Buku Ajar Orthopedi Fraktur Sistem Apley 7th ed. Jakarta :
Widya Medika
Carpenito, Lynda Juall. (2013). Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai