Anda di halaman 1dari 87

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. LAPI LABORATORIES
KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG
PERIODE 2 APRIL – 27 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WISNU YOGASWARA, S.Farm.


1106047455

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. LAPI LABORATORIES
KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG
PERIODE 2 APRIL – 27 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

WISNU YOGASWARA, S.Farm.


1106047455

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

ii

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. LAPI Laboratories di Kawasan Industri Modern Cikande Kav.
18, Serang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. LAPI Laboratories
dilaksanakan pada periode 2-27 April 2012 dan merupakan salah satu syarat
akademis untuk memperoleh gelar Apoteker.
Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Drs. Apollo Suhaimi, Apt., selaku Plant Manager, yang telah memberi izin dan
fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku Ketua Departemen Farmasi
Universitas Indonesia.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
4. Bapak Sutriyo, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Departemen
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
5. Ibu Sin Chen, S.Si, Apt., selaku pembimbing dan Validation Manager PT.
LAPI Laboratories.
6. Seluruh manajer dan supervisor PT. LAPI Laboratories yang telah
membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di PT. LAPI Laboratories.
7. Seluruh staf dan karyawan PT. LAPI Laboratories, yang telah membantu
penulis selama pelaksanaan PKPA.
8. Teman-teman program profesi apoteker angkatan 74 Universitas Indonesia.
9. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini.

iii

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
praktek kerja ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
agar dapat memperbaiki diri di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Juni 2012

Penulis

iv

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. vii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………2

BAB 2 TINJAUAN UMUM…………………………………………………… 3


2.1. Industri Farmasi............................................................................... ...... 3
2.1.1. Persyaratan Usaha Industri Farmasi.............................................. 3
2.1.2. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ...................................... 5
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)…….. ............................. ….. 5
2.2.1. Managemen Mutu………………………………….............. ….. 6
2.2.2. Personalia………………………………… .......................... ….. 7
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas ……………………………………….... 7
2.2.4. Peralatan………………………………................................ …. 8
2.2.5. Sanitasi dan Higiene…………………………………………….. 8
2.2.6. Produksi…………………………………………………………. 9
2.2.7. Pengawasan Mutu (Quality Control)……………………………. 9
2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu………………………………….. 10
2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk………………………….10
2.2.10.Dokumentasi…………………………………………………….11
2.2.11.Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak………………….12
2.2.12.Kualifikasi dan Validasi………………………………………...12

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ……………………………………... ......... ….14


3.1. Sejarah…………………………………………………………....... ….14
3.2. Visi dan Misi.................................................................................. ….14
3.2.1. Visi……………………………………………………………... 14
3.2.2. Misi…………………………………………………………….. 14
3.2.3. Kebijakan Mutu…………………………………………………15
3.3. Struktur Organisasi ................................................................................ 15
3.3.1. Bagian Quality Management System and Training (QMR)…….15
3.3.2. Bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC)….. 16
3.3.3. Bagian Produksi…………………………………………… . ….19
3.3.4. Bagian Quality Assurance (QA)……………………………….. 24
3.3.5. Bagian Quality Control (QC)…………………………………...25
3.3.6. Bagian Analytical Development………………………………...27
3.3.7. Bagian Validasi (VN)…………………………………………...27
3.3.8. Bagian Research and Development (RD)……………………… 28
3.3.9. Bagian Registrasi………………………………………………..33
3.3.10.Bagian Engineering……………………………………………..33

v
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN……………………………………………………….. 43
4.1. Managemen Mutu…………………………………. ........................ … 43
4.2. Personalia………………………………………………………………. 43
4.3. Bangunan dan Fasilitas ……………………………………….... ..... ….44
4.4. Peralatan……………………………… .......................................... ….45
4.5. Sanitasi dan Higiene……………………………………………...... ….45
4.6. Produksi…………………………………………………………. ... … 46
4.7. Pengawasan Mutu (Quality Control)……………………………... . … 47
4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu………………………………….. ..... … 47
4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk…………………………. .... … 47
4.10. Dokumentasi……………………………………………………. .... … 48
4.11. Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak…………………...... … 48
4.12. Kualifikasi dan Validasi………………………………………........ … 48

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………....... 50


6.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 50
6.2 Saran………………………………………………………………….....50

DAFTAR REFERENSI .............................................................................. .....51

vi
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Lapi Laboratories. ............................... 52


Lampiran 2 Struktur Organisasi PPIC.......................................................... 53
Lampiran 3 Struktur Organisasi Bagian QA ................................................ 54
Lampiran 4 Struktur Organisasi Bagian QC ................................................ 55
Lampiran 5 Struktur Organisasi Bagian QMR…. ........................................ 56
Lampiran 6 Struktur Organisasi Bagian AD…………………………… ...... 56
Lampiran 7 Struktur Organisasi Bagian Validasi…………………………... 57
Lampiran 8 Struktur Organisasi Bagian Registrasi………………………… 57
Lampiran 9 Struktur Organisasi Bagian Produksi………………………….. 58
Lampiran 10 Struktur Organisasi Bagian RD………………………………...59
Lampiran 11. Struktur Organisasi Bagian Engineering……………………... 59

vii
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran penting industri farmasi dalam dunia kesehatan adalah menjamin
dan memperbaiki kesehatan dengan cara menghasilkan obat yang berkualitas
untuk mengatasi berbagai penyakit, minimalisasi resiko kesehatan dan menjamin
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi generasi sekarang maupun
generasi mendatang (Sampurno, 2007). Untuk menghasilkan obat yang
berkualitas tersebut maka industri farmasi harus menerapkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) pada proses produksinya.
CPOB adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia
yang digunakan untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat yang beredar
sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya penurunan mutu suatu
obat. CPOB bertujuan untuk menjamin bahwa produk yang dibuat senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu. Seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dalam CPOB harus
diterapkan oleh semua industri farmasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2006).
Salah satu aspek penting dalam CPOB adalah sumber daya manusia
(SDM). Penyediaan SDM yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan khusus
mengenai CPOB yaitu apoteker mutlak diperlukan. Apoteker merupakan profesi
yang bertanggung jawab dalam penerapan seluruh aspek CPOB di industri farmasi
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006). Untuk mewujudkannya maka
kurikulum Program Profesi Apoteker UI mengadakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
PKPA merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk
mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas
dan fungsi Apoteker di industri farmasi. Oleh sebab itu, Program Profesi Apoteker
Universitas Indonesia menjalin kerjasama dengan PT. LAPI Laboratories untuk
memberikan kesempatan kepada calon Apoteker memperoleh pengalaman praktek

1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
2

kerja dengan menyelenggarakan PKPA yang dilaksanakan tanggal l2-27 April


2012.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami gambaran umum mengenai kegiatan yang
dilakukan di industri farmasi.
2. Mempelajari secara langsung penerapan pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) melalui pengamatan berbagai kegiatan rutin di industri farmasi.
3. Mengetahui peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang industri farmasi.

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi


Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu
sebagai bahan baku farmasi.
Industri farmasi mempunyai fungsi dalam pembuatan obat dan/atau bahan
obat, pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, serta penelitian dan
pengembangan.

2.1.1 Persyaratan Usaha Industri farmasi


Perusahaan industri farmasi wajib mempunyai Izin Usaha Industri Farmasi
sebelum berproduksi. Izin usaha industi farmasi diberikan kepada pemohon yang
telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Tahap persetujuan prinsip harus
dilalui oleh setiap industri farmasi untuk dapat memperoleh Izin Usaha Industri
Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi agar melakukan
persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi,
peralatan dan lain-lain yang diperlukan termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan
prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan
sekali perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan

3 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
4

pembangunan proyeknya kepada Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan


dengan tembusan kepada Kepala Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) dan
kepala dinas kesehatan provinsi. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau
bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin
khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Industri farmasi yang melakukan
perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas
dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab,
atau nama industri harus dilakukan perubahan izin.
Persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 agar suatu industri farmasi
memperoleh izin industri farmasi adalah sebagai berikut :
1. Berbadan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT).
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsungdalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan
sebagaimanadiatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan
lingkungan hidup. Oleh karena itu industri farmasi wajib memenuhi persyaratan
CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama
5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
Selain wajib memenuhi persyaratan CPOB, industri farmasi juga
wajibmelakukan farmakovigilans yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


5

penilaian (assessment), pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah


lainnya terkait dengan penggunaan obat. Apabila dalam melakukan
farmakovigilans industri farmasi menemukan obat dan/atau bahan obat hasil
produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut
kepada Kepala Badan POM.

2.1.2 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi


Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan
Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi:
a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
perluasan tanpa izin.
b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan
sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Menteri Kesehatan RI.
d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidakmemenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai
proseduratau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk
menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan “Good
Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi
sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Ruang lingkup CPOB terdapat dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam
penerapan CPOB meliputi: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


6

audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi (BPOM, 2006).

2.2.1 Manajemen Mutu


Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengantujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin
edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem
mutuyang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
serta pemastian mutu. Konsep dasar pemastian mutu, CPOB dan pengawasan
mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengantujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaanya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari
CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi, dan pengujian,
serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri
farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Selain itu di dalam
manajemen mutu dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk. Pengkajian
mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk
ekspor dengan tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi
bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

2.2.2 Personalia

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


7

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan


sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Kepala produksi, pemastian
mutu dan pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara
profesional. Dalam struktur organisasi industri farmasi bagian produksi,
manajemen mutu atau pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak
saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan, dan petugas kebersihan)
dan personil lain yang kegiatannya akan berdampak pada mutu produk. Pelatihan
hendaknya diberikan oleh orang yang terkualifikasi secara berkesinambungan dan
efektifitas penerapannya dinilai secara berkala.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Mengenai bangunan dan fasilitas, CPOB menjelaskan ketentuan-ketentuan
bangunan dan fasilitas pada area penimbangan, area produksi, area penyimpanan,
area pengawasan mutu, serta sarana pendukung (ruang istirahat, kantin, mengganti
pakaian kerja, toilet, bengkel perbaikan dan perawatan peralatan).Bangunan dan
fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan,
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


8

menurunkan mutu obat, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan


yang efektif untuk menghindari pencemaran silang.

2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksiyang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Bab peralatan
menjelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan
penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan
dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan
bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi,
absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan
ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama lain
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari penumpukan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat
sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan dalam
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personalia, bangunan, peralatan, perlengkapan, bahan produksi, serta wadahnya,
dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melaui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Program senantiasa dievaluasi secara
berkala untuk menjamin efektifitas dan memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telahditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


9

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi


ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan
dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Aspek produksi mencakup perlakuan terhadap bahan awal; validasi proses;
pencegahan pencemaran silang; sistem penomoran bets atau lot; penimbangan dan
penyerahan; pengembalian; pengolahan; bahan dan produk kering; liquid, creams
dan ointment; bahan pengemas; kegiatan pengemasan; pengawasan selama proses;
bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan; karantina dan
penyerahan produk jadi; penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi; pengiriman dan pengangkutan.
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada
masalah pencemaran silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis
atau pengaturan yang tepat, misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara
dan penghisap udara.
Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa lebih dahulu
sebelum digunakan. Kondisi daerah pengolahan dipantau dan dikendalikan sampai
tingkat yang disyaratkan. Sebelum pengolahan dimulai ditempuh langkah yang
menjamin bahwa daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk yang
tidak diperlukan.

2.2.7 Pengawasan Mutu (Quality Control)


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait
dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi
dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


10

Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan


dilaboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga
program pemantauan lingkungan, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk.
Pengawasan mutu/Quality Control mencakup ketentuan cara
berlaboratorium pengawasan mutu yang baik; pengawasan bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi; dokumentasi; pengambilan sampel, dan
persyaratan pengujian.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang
untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan, dan dilakukan
secara rutin. Pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan


Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah
suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets
produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan
apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi
yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan.Penarikan kembali

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


11

produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian


pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar,
yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai
kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.
Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan
fisik,kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak
berkhasiat).Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi
dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan
laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah
keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki
dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut
dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan.

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur tetap, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


12

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,


disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak
harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian pemastian mutu.
Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


Pada bab ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang
dilakukandi industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk
mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dan kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikasi terhadap
fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah
divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama
programvalidasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
Pada validasi proses dapat berupa validasi prospektif, validasi concurent,
validasi retrospektif, selain validasi proses ada pula validasi pembersihan, validasi
metode analisis, validasi ulang dan pengendalian perubahan.
Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan
tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem yang digunakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Kualifikasi mencakup :
a. Kualifikasi desain (Design Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan
peralatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
b. Kualifikasi instalasi (Installation Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen telah dipasang
sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


13

c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) adalah suatu tindakanyang


terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen tersebut telah
dapat beroperasi sesuai spesifikasinya.
d. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telahmenghasilkan
produk atau keluaran (output) lain secara konsisten sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
e. Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasionalyaitu
suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan parameter operasional
dan batas variabel kritis pengoperasian alat, kalibrasi, pembersihan, perawatan
preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah
PT. LAPI Laboratories pada awalnya merupakan sebuah klinik dan
laboratorium asma dan alergi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Dr.
Indrayana pada tahun 1974. Nama LAPI sendiri merupakan singkatan dari
Laboratorium Asma dan Alergi Pertama di Indonesia. Seiring dengan berjalannya
waktu, PT. LAPI Laboratories berkembang menjadi sebuah industri farmasi yang
maju, dan pada tahun 1994 PT. LAPI laboratories membangun pabrik di Kawasan
Industri Modern Cikande, Serang, Kav 18.

3.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu


3.2.1 Visi
PT. LAPI Laboratories mempunyai visi: Menjadi salah satu perusahaan
farmasi terbaik di Indonesia.

3.2.2 Misi
PT. LAPI Laboratories mempunyai misi sebagai berikut :
1. Memuaskan pelanggan dengan memberikan produk yang aman, efektif, dan
bermutu dengan harga yang terjangkau serta pelayanan yang terbaik.
2. Menjadi pusat pembuatan produk-produk bermutu melalui perbaikan kualitas
secara berkelanjutan.
3. Menjadi pusat pengembangan sumber daya yang bermutu.
4. Menjadi pelopor perubahan teknologi melalui pusat riset dan pengembangan
sarana produksi dan pengawasan mutu.
5. Menjadi perusahaan yang memberikan perhatian kepada pekerja, pelanggan,
dan masyarakat.
6. Menjadi perusahaan yang memberikan keuntungan kepada para pemegang
saham.

14 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
15

3.2.3 Kebijakan Mutu


PT. LAPI Laboratories mempunyai kebijakan mutu: memberikan produk
yang berkualitas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat agar menjadi lebih
baik.

3.3 Struktur Organisasi


PT. LAPI Laboratiories dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi
General Manager, Plant Manager, Project Specialist, serta membawahi beberapa
Manager bagian. Adapun struktur organisasi dari PT. LAPI Laboratiories
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.1 Bagian Quality Management System & Training (QMR)


QMR berfungsi untuk mengkoordinasikan sistem manajemen mutu sesuai
ISO 9001, mengendalikan dokumen dan rekaman di pabrik serta melakukan
pelatihan dan seminar bagi karyawan.QMR dipimpin oleh seorang manajer, yaitu
QMR Manajer.Manajer QMR membawahi QMR supervisor yang dibantu oleh
administrator. Struktur organisasi bagian QMR dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bagian QMR merupakan bagian yang mengendalikan dokumen dan
rekaman dari tiap-tiap bagian di PT. Lapi Laboratories. Berdasarkan dokumen
ISO 9000:2005, dokumen adalah informasi dan media pendukung.Menurut CPOB
2006, dokumen adalah bagian dari sistem manajemen dan dokumen yang baik.
Rekaman adalah informasi yang berisi dalam suatu proses yang dimasukkan ke
dokumen.
Dokumen di PT. Lapi Laboratories dibagi menjadi 4 level, yaitu :
a. Level I (manual mutu)
Merupakan pernyataan kebijakan mutu perusahaan yang dikeluarkan oleh
pemimpin perusahaan serta merupakan pernyataan komitmen perusahaan
terhadap sistem manajemen mutu.
b. Level II ( prosedur mutu)
Merupakan implementasi dari manual mutu untuk pencapaian sistem
manajemen mutu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


16

c. Level III (petunjuk kerja)


Merupakan implementasi dari prosedur mutu dan bersifat lebih terperinci dan
teknis untuk pencapaian sistem manajemen mutu. Dokumen level III dibagi
menjadi 2, yaitu:
i. Level III A, terdiri dari: dokumen proses produksi, validasi, dokumen
stabilitas.
ii. Level III B, terdiri dari: petunjuk kerja bagian.
d. Level IV (dokumen pendukung)
Merupakan dokumen pendukung/penunjang yang dibutuhkan untuk pencapaian
sistem manajemen mutu (termasuk dokumen eksternal) contoh; formulir,
logbook, daftar, dan spesifikasi.
Dari keempat level dokumen yang tergolong rekaman adalah level III A
dan IV. Rekaman merupakan catatan/bukti dari aktifitas yang dilakukan.
Salinan dokumen yang telah dibuat akan didistribusikan ke tiap-tiap
bagian sedangkan dokumen asli disimpan oleh bagian QMR. Dokumen dan
rekaman yang telah habis masa berlakunya/masa simpannya dimusnahkan dengan
cara dibakar atau dengan penghancur kertas dan dibuat berita acara pemusnahan.
Pelatihan dan seminar dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelatihan yang diadakan dapat berupa pelatihan internal maupun
eksternal. Pelatihan internal adalah pelatihan yang dilakukan oleh pabrik dan
ditentukan oleh bagian masing-masing. Pelatihan internal merupakan pelatihan
yang bersifat rutin (misal: pelatihan CPOB). Pelatihan eksternal adalah pelatihan
yang dilakukan di luar pabrik berupa public training/ in house training.

3.3.2 Bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC)


PPIC dipimpin oleh seorang manajer, yaitu PPIC Manajer yang
membawahi empat supervisor. Struktur organisasi bagian PPIC dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Fungsi PPIC antara lain sebagai berikut :
a. Menyusun rencana produksi berdasarkan forecast marketing.
b. Menjamin tersedianya seluruh bahan awal untuk kegiatan produksi.
c. Menjamin ketepatan pemesanan bahan dan kedatangan bahan awal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


17

d. Menetapkan buffer stock.


e. Menjamin ketersediaan produk jadi untuk kebutuhan penjualan.
f. Bersama bagian produksi menetapkan man hours standard dan mengevaluasi
tiap bulan.
g. Memantau kapasitas mesin produksi sebagai dasar penyusunan jadwal
produksi.
h. Menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk kegiatan produksi.
i. Menjamin terlaksananya pendistribusian produk jadi sampai ke distributor
dalam keadaan baik.
j. Mengatur kegiatan toll manufacturing (toll in dan toll out).
3.3.2.1 Alur Pemesanan dan Penerimaan Bahan Kemas serta Bahan Baku
Berdasarkan rencana produksi tahunan dan rencana produksi triwulan,
bagian pengendalian bahan kemas membuat Permintaan Pembelian (PP) yang
berisi nama bahan kemas, jumlah, serta spesifikasinya. PP ditandatangani oleh
manajer PPIC dan Plant Manager. PP dibuat rangkap 3 dan didistribusikan ke
bagian pembelian (putih), QC (kuning), dan sebagai arsip gudang bahan baku
(merah).
Berdasarkan PP, bagian pembelian membuat pesanan pembelian
(Purchasing Order/PO), berisi tanggal kedatangan, nama bahan baku, dan jumlah.
PO dibuat rangkap 4 dan didistribusikan kepada distributor (putih), gudang bahan
baku (merah), bagian keuangan (hijau), dan sebagai arsip bagian pembelian
(kuning).
Distributor menerima PO kemudian mengirimkan barang dan sertifikat
analisis disertai dengan surat jalan (Delivery Order/DO). Gudang bahan kemas
menerima barang dan sertifikat analisis serta satu rangkap DO, kemudian
membuat Tanda Terima Bahan Awal (TTBA) yang dibuat rangkap dua. Satu
lembar beserta sertifikat analisis diberikan kepada QC, satu lembar sebagai arsip
PPIC.
Barang yang diterima tersebut dicatat pada kartu stok, disimpan di area
karantina, dan diberi label karantina (kuning) selama menunggu pemeriksaan oleh
QC.Berdasarkan TTBA yang diterima, QC melakukan pengambilan sampel dan
pengujian. Kemudian QC mengeluarkan disposisi barang yang diluluskan (label

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


18

hijau) atau barang ditolak (label merah) serta Certificate of Analyisis(CA/CoA)


laboratorium. Disposisi dibuat rangkap 3 dan didistribusikan ke PPIC, distributor
atau bagian keuangan, dan satu lembar sebagai arsip QC.
Untuk barang yang ditolak akan dikirim kembali ke distributor atau
dimusnahkan sesuai perjanjian, sedangkan untuk barang yang diluluskan akan
disimpan di gudang.

3.3.2.2 Alur Pengiriman Bahan Kemas ke Bagian Produksi


PPI yang berisi prosedur pengemasan primer dan sekunder diberikan dari
Sub Bagian Perencanaan Produksi ke Sub Bagian Gudang Bahan
Kemas.Kemudian administrasi gudang bahan kemas menyerahkan PPI kepada
pelaksana.Selanjutnya pelaksana gudang bahan kemas memeriksa kesesuaian data
di PPI. Jika data sesuai dan telah mendapat persetujuan dari supervisor bahan
kemas, maka proses coding/batching dapat dilaksanakan dan dicatat di catatan
harian coding/batching. Setelah dilakukan coding/batching, bahan kemas primer
dan sekunder ditempatkan di area stage out dan diberi label pengenal bahan
kemas.
Pelaksana mengirimkan bahan kemas primer dan sekunder beserta bon
penyerahan bahan awal dan PPI ke bagian produksi. Bon penyerahan bahan awal
dikembalikan ke pelaksana bahan kemas kemudian diberikan ke administrasi
gudang bahan kemas untuk dicatat pada kartu stok pengeluaran.

3.3.2.3 Alur Pengiriman Bahan Baku ke Bagian Produksi:


Setelah menerima PPI, subbagian gudang bahan baku menyiapkan bahan-
bahan yang dibutuhkan sesuai perintah penimbangan dan bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ruang preparasi. Bahan-bahan yang akan ditimbang
dikeluarkan dari kemasan sekunder di ruang preparasi dan dimasukkan ke dalam
ruang penimbangan melewati pass through. Proses penimbangan disaksikan oleh
petugas In Process Control (IPC). Setelah proses penimbangan, bahan yang
digunakan untuk satu bets suatu produk dimasukkan dalam tong yang telah
disanitasi dengan alkohol 70% dan dibungkus plastik. Tong dikeluarkan melalui
pass box, dimasukkan dalam area stage out untuk menunggu jadwal pengiriman
ke bagian produksi yang terletak di gedung LAPI depan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


19

3.3.2.4 Prosedur Penerimaan Produk Jadi


Penerimaan produk jadi dapat berasal dari hasil produksi sendiri, barang
toll out, atau toll in. Pada prosedur ini dilakukan kegiatan serah terima dokumen
dan barang.Produk obat jadi yang telah dikemas oleh bagian produksi dikirimkan
ke bagian gudang produk jadi disertai Bon Penyerahan Hasil Produksi (BPHP),
kemudian produk obat jadi tersebut masuk ke dalam gudang karantina menunggu
disposisi bagian QA. Jika produk diluluskan, maka produk obat jadi dapat
dipindahkan ke gudang produk jadi diluluskan. Jika produk obat jadi ditolak,
maka dipindahkan ke area “ditolak”.

3.3.2.5 Prosedur Pengeluaran dan Pengiriman Produk Jadi


Pengeluaran produk jadi dapat berupa produk non penjualan (produk yang
tidak menggunakan faktur) untuk promosi, riset, analisis, dan dokter atau produk
penjualan (produk yang menggunakan faktur) untuk kegiatan penjualan. Adapun
alur pengeluaran barang adalah sebagai berikut :
1. Supervisor gudang produk jadi menerima Marketing Sales Order (MSO)
kemudian dibuat Surat Pengiriman Produk Jadi (SPPJ) berdasarkan MSO.
2. Supervisor menyerahkan ke administrasi gudang produk jadi untuk dicatat
dalam buku catatan MSO.
3. Administrasi menyerahkan kepada pelaksana untuk menyiapkan dan
melakukan pemotongan stok produk jadi.
4. Supervisor memeriksa kesesuaian produk jadi dengan SPPJ dan MSO.
5. Pelaksana ekspedisi mempersiapkan dan memeriksa produk jadi yang akan
dikirim ke distributor dan disesuaikan dengan SPPJ lalu dilakukan pengepakan.

3.3.3 Bagian Produksi


Bagian produksi dipimpin oleh Kepala Produksi.Kepala Produksi
membawahi dua manager, yaitu Production Manager I dan Production Manager
II.Production Manager I menangani produksi sediaan probiotik dan sefalosforin,
sedangkan Production Manager II menangani produksi sediaan non beta
laktam.Struktur organisasi bagian Produksidapat dilihat pada Lampiran 4.
Fungsi utama Bagian Produksi yaitu menyediakan stok obat jadi yang
diperlukan sesuai target dari Bagian Marketing yang dicantumkan dalam rencana

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


20

produksi bulanan dari PPIC. Pelaksanaan produksi obat di PT. LAPI Laboratories
dijadwalkan oleh PPIC. Bagian produksi akan merealisasikan perencanaan yang
telah ditetapkan oleh PPIC. Bagian produksi akan melakukan verifikasi untuk
memastikan jadwal tersebut dapat dilaksanakan, apabila jadwal telah disetujui,
maka jadwal akan ditetapkan perminggu oleh bagian produksi dan dijadwalkan
oleh PPIC, agar dalam waktu 1 bulan jadwal tersebut dapat direalisasikan. Jika
terjadi pergeseran jadwal, maka bagian produksi dan PPIC akan saling konfirmasi.
Pada setiap akhir bulan akan ada laporan produk-produk apa saja yang telah
selesai diproduksi dan ada di gudang.
PT. LAPI Laboratories memiliki 3 ruang kelas white, grey dan black area.
Warna lantai pada ketiga ruang tersebut dibuat berbeda untuk membedakan antara
ruang yang satu dengan ruang yang lain. Pembagian ruang kelas tersebut adalah
sebagai berikut:
Gedung produksi PT. LAPI Laboratories terdiri atas 3 terpisah yaitu,
gedung probiotik, sefalosporin, dan non beta laktam.Selain itu, ruang produksi di
PT. LAPI Laboratories terbagi atas 3 ruang kelas yaitu, white, grey dan blackarea.
1. White area (Kelas A, B dan C)
Digunakan untuk kegiatan filling sediaan steril yang mengandung zat aktif
golongan sefalosporin ke dalam kemasan vial dan kemudian dilakukan
penutupan/capping. Adapun kondisi ruang pada kelas ini adalah :
a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan
langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan tidak
membentuk sudut.
b. Bebas dari retakan dan sambungan.
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara Laminar Air Flow (LAF)
yang mendukung persyaratan untuk ruang kelas A.
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang
white area harus memenuhi persyaratan :
a. Menggunakan pakaian pelindung dengan penutup kepala dan masker, sarung
tangan, serta sepatu khusus steril untuk masing-masing ruang.
b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori, dan kosmetika yang
berlebihan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


21

c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung
dengan data medical check up secara periodik.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik, mengeringkannya dan menggunakan
desinfektan sebelum memasuki masing-masing ruang.
2. Grey area (kelas D dan E)
Digunakan untuk kegiatan proses produksi sedian non steril non
betalaktam. Kondisi ruang grey area yang ada di PT. LAPI Laboratories hamper
sama dengan white area, hanya ruangan kelas ini memiliki ventilasi dengan sistem
pengendali udara HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) yang mendukung
persyaratan untuk ruang kelas D dan E. Setiap personil yang bekerja di dalam atau
hendak masuk ke dalam ruang kelas ini harus memenuhi persyaratan sama
dengan ketika memasuki ruang A, B dan C.
Ruangan yang terdapat pada grey area adalah sebagai berikut :
a. Ruang Staging
Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang, dan
menunggu untuk diolah pada proses produksi. Ruang staging di PT. LAPI
Laboratories terbagi menjadi 3, yaitu ruang staging bahan baku, ruang staging
alufoil dan ruang staging botol.
b. Ruang Super Mixer dan Drum Mixer
Sebagai tempat pencampuran granul dengan menggunakan kedua alat tersebut.
c. Ruang Oscilating
Pada ruangan ini dilakukan pengayakan granul untuk memperoleh ukuran
partikel yang diinginkan dengan menggunakan mesin Oscilating.
d. Ruang fluid bed
Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid Bed
Dryer (FBD).
e. Ruang cetak tablet
Granul yang telah mendapat status release dari QA selanjutnya akan dicetak
menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin
JCMCO.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


22

f. Ruang coating
Merupakan tempat penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut Pharmatec
Sejong.
g. Ruang filling kapsul
Digunakan untuk melakukan pengisian granul ke dalam cangkang kapsul
dengan menggunakan mesin Automatic Capsule Filling yang dilengkapi
dengan mesin Polishing Capsule DP100.
h. Ruang Stripping
Digunakan untuk mengemas tablet, kaplet atau kapsul dalam bentuk strip
dengan menggunakan mesin ACCEDE 260 NS.
i. Ruang Blistering
Digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister menggunakan mesin
Blister Packing tipe Ministar VAL.
j. Ruang mixing sirup
Digunakan untuk pencampuran semua bahan yang digunakan untuk pembuatan
sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin
Thorax Homogenizer.
k. Ruang filling sirup
Digunakan untuk pembersihan kemasan botol, melakukan proses pengisian
sediaan cair ke dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Alat yang
digunakan pada proses ini adalah Automatic Filling.
l. Ruang proses filling obat luar
Digunakan untuk pencampuran dan pengemasan primer sediaan cair obat luar.
m. Ruang WIP (Work In Process)
Digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk ruahan yang
menunggu untuk proses selanjutnya.
n. Ruang IPC (In Process Control)
Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas produk
selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat timbangan,
disintegration test, friability tester, hardness tester, pH meter, viskometer
brookfield, torque meter.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


23

o. Ruang sortir
Pada ruangan ini dilakukan penyortiran terhadap tablet/kapsul dengan
menggunakan mesin capsule and tablet inspection.
p. Ruang produk antara
Ruang ini merupakan tempat penyimpanan produk antara.
q. Ruang produk ruahan
Ruang ini merupakan tempat penyimpanan produk ruahan.
r. Ruang alat bersih
Pada ruangan ini dilakukan penyimpanan peralatan yang sudah dibersihkan.
s. Ruang cuci alat
Ruangan ini digunakan untuk pencucian alat/mesin-mesin yang telah
digunakan pada proses produksi.
t. Ruangan alat pembersih
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat-alat untuk pembersihan ruangan
produksi.

3. Blackarea (kelas F dan G)


Ruang black area pada ruang produksi digunakan untuk proses
pengemasan sekunder dan tersier. Pada ruang kelas ini dilakukan pengemasan dan
coding pada stiker label/etiket, dos, strip, blister. Coding yang dilakukan meliputi
HET (Harga Eceran Tertinggi), expire date dan nomor batch. Ruang packaging
digunakan untuk penempelan etiket pada botol atau labeling, pengemasan
sekunder, pengemasan tersier serta penimbangan hasil pengemasan.

3.3.3.1 Sanitasi
Pengontrolan ruang dilakukan sedemikian rupa agar senantiasa memenuhi
persyaratan untuk masing-masing ruang. Pengendalian ruang dilakukan dengan
cara pengendalian terhadap hama atau pest control dan fogging. Pengendalian
dilakukan terhadap serangga, nyamuk, dan tikus. Pengendalian dilakukan dengan
carafogging 1 minggu sekali di grey area, dan setiap dua hari satu kali di white
area. Pengendalian terhadap partikel dan mikrobiologi udara dilakukan dengan
pemasangan medium filter pada sistem AHU (Air Handling Unit) dan melakukan
desinfeksi udara (air bornedesinfectan).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


24

Selain memproduksi produk sendiri, PT. LAPI Laboratories juga


melaksanakan produksi produk toll manufacturing.

3.3.4 Bagian Quality Assurance (QA)


Bagian QA di PT. LAPI Laboratories dipimpin olah seorang QA Manager.
QA Manager membawahi QA Compliance Supervisor dan QA Inspection
Supervisor, serta membawahi bagian QC, Analytical Development, Validasi,
Registrasi dan Research and Development. Struktur organisasi bagian QA dapat
dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan CPOB tahun 2006, QA bertanggung jawab
dalam hal memastikan :
a. Desain dan pengembangan obat.
b. Semua langkah produksi dan pengendalian.
c. Tanggung jawab manajerial.
d. Pengaturan dan penyiapan untuk pembuatan, pasokan, dan penggunaan bahan
awal dan bahan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses (in
process control) serta validasi.
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan,
dan pengujian bets.
g. Pengawasan mutu dan pelulusan produk.
h. Pengaturan untuk memastikan bahwa produk disimpan, dan didistribusikan dan
selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa
edar.
i. Prosedur inspeksi diri dan atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi
efektifitas dan penerapan sistem mutu.
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi untuk memenuhi spesifikasi
mutu yang telah ditentukan perusahaan.
k. Penyimpanan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berkaitan dengan
mutu produk.
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.
n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


25

3.3.4.1 QA Compliance Supervisor di PT. LAPI Laboratories


QA Compliance Supervisor merupakan subbagian dari bagian QA. Bagian
inimempunyai tugas sebagai berikut:
1) Koordinasi Internal dan Eksternal Audit
2) Penyelidikan Penyimpangan/Kegagalan Bets
3) Pengendalian Perubahan (Change Control)
4) Penanganan Keluhan, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian
5) Pengkajian Tahunan Produk
6) Pengukuran Kepuasan Pelanggan
7) Pelulusan Produk Jadi dan Pengendalian Catatan Bets
8) Permintaan Dokumen Pendukung Registrasi, Sample dan Pengujian Sampel

3.3.4.2 QA Inspection Supervisor


QA Inspection Supervisor merupakan bagian dari QA yang melakukan
inspeksi secara berkala selama berlangsungnya proses produksi untuk menjamin
produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan dari produk yang
dihasilkan atau produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada setiap tahapan dalam produksi.
Pemeriksaannya lebih ke analisis secara fisik yang dilakukan di ruang produksi,
sedangkan pemeriksaan secara kimia dan mikrobiologi dilakukan di laboratorium
QC. Untuk jumlah titik pengambilan sampling pada tiap produk berbeda, namun
secara umum pengambilan sampel dilakukan pada saat awal, tengah dan akhir
proses.

3.3.5 Bagian Quality Control (QC)


Bagian QC atau pengawasan mutu di PT. LAPI Laboratories dipimpin
oleh seorang manager dan membawahi 4 subbagian, yaitu: starting material,
finished good, microbiology, dan stability. Tiap-tiap bagian tersebut diawasi oleh
Supervisor. Struktur organisasi Bagian QC dapat dilihat pada lampiran 6. Bagian
QC bertanggung jawab kepada bagian QA.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


26

Bagian QC atau pengawasan mutu adalah bagian yang melakukan


pengawasan terhadap bahan awal. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan
mutu produk. Bagian QC mencakup pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.Kegiatan ini
mencakup juga ujistabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal (retained
sample), menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta
metode pengujiannya.
Tugas pokok bagian Quality Control :
a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan mutu dan spesifikasi.
b. Menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan seluruh
pemeriksaan, pengujian dan analisis.
c. Menyusun program dan prosedur pengambilan sampel secara tertulis.
d. Memastikan pemberian label disposisi yang benar pada wadah bahan.
e. Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di masa mendatang.
f. Melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara berkelanjutan dan
bahan awal jika diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan
produk berdasarkan data stabilitasnya.
g. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data
stabilitas serta kondisi penyimpanannya.
h. Berperan atau membantu pelaksanaan program validasi
i. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian
yang berlaku dan menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang
tepat.
j. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari
perusahaan.

3.3.6 Bagian Analytical Development


Analytical Development dipimpin oleh Analytical Development Manager
yang membawahi Analytical Development Supervisor. Analytical Development

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


27

Supervisor membawahi enam sub bagian. Struktur organisasi Analytical


Development dapat dilihat pada lampiran 7.
Analytical Development memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
1. Mencari metode analisis yang tepat untuk bahan baku dan produk baru
2. Melakukan pengembangan metode analisis sehingga didapat metode baru yang
lebih efektif dan efisien
3. Melakukan validasi metode analisis terhadap metode analisis
4. Mentransfer metode analisis ke bagian QC dan toll manufacturer
Proses analytical development di PT. Lapi Laboratories adalah sebagai berikut :
Planning  Development plan project  Method development  Customer
evaluation testing  Validation method  Method transfer experiment  Filled
method in use Periodically monitoring/review of methods in control labs.

3.3.7 Bagian Validasi (VN)


Bagian validasi dipimpin oleh Validation Manageryang membawahi tujuh
supervisor. Bagian VN di PT. LAPI Laboratories bertanggung jawab kepada QA
Manager. Struktur organisasi bagian validasi dapat dilihat pada lampiran 8.
Bagian VN mempunyai fungsi dan tugas dalam hal mengkoordinasikan kegiatan
dalam hal kalibrasi, kualifikasi, validasi proses, dan validasi pembersihan.
Kalibrasi adalah tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat
kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat/sistem ukur, atau nilai yang
direpresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkan dengan nilai yang
telah diketahui dari suatu standar acuan.
Kualifikasi adalah tindakan memverifikasikan bahwa desain, instalasi,
operasional dan kinerja dari suatu alat telah sesuai sehingga kualitas dari produk
yangdihasilkan diharapkan seragam dalam hal kualitas, keamanan dan efektifitas
dari bets ke bets. Kualifikasi terdiri dari kualifikasi desain, instalasi, operasional,
kinerja.
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan. Adapun ruang lingkup validasi yang dilakukan oleh PT. LAPI

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


28

Laboratories antara lain : fasilitas, alat laboratorium, air dan steam, HVAC, sistem
gas, alat produksi, proses, pembersihan.Berdasarkan jenisnya, validasi terdiri dari
validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisa, dan validasi
mikrobiologi. Bagian validasi di PT. LAPI Laboratories hanya melakukan validasi
proses dan validasi pembersihan, sedangkan validasi metode analisa dilakukan
oleh bagian Analytical Development. Validasi mikrobiologi dilakukan oleh bagian
QC mikrobiologi.

3.3.8 Bagian Research and Development (RD)


Bagian Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/RD) di
PT. LAPI Laboratories dipimpin oleh seorang Manager yang bertanggung jawab
langsung kepada QA Manager. RD Manager membawahi satu orang asisten
manager dan dua orang Supervisor. Struktur Organisasi RD dapat dilihat pada
lampiran 9.
3.3.8.1 Fungsi Bagian RD
Fungsi dari bagian RD di PT. LAPI Laboratories adalah sebagai berikut :
a. Bersama QC dan QA memilih atau menetapkan bahan baku yang berkualitas
dan stabil sesuai dengan standar farmakope yang berlaku.
b. Mengembangkan produk baru.
c. Menghitung harga pokok penjualan berdasarkan bahan baku yang digunakan.
d. Membuat Dokumen Produksi Induk (DPI) dan Prosedur Produksi Induk (PPI)
proses pengolahan, kemas primer, dan kemas sekunder.
e. Membuat desain kemasan produk.
f. Melakukan reformulasi produk-produk yang telah beredar di pasaran jika ada
perubahan principle, keluhan fisik, kimia, atau kemasan.
g. Melakukan efisiensi terhadap formula, proses produksi, dan kemasan.

3.3.8.2 Ruang Lingkup RD


3.3.8.2.1 Pengembangan formula produk baru dan reformulasi
a. Pengembangan formula produk baru

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


29

Alur pengembangan formula produk baru di PT. LAPI Laboratories adalah


sebagai berikut :
1. Bagian RD menerima product brief dari Business Development melalui QA
kemudian RD akan melakukan studi literatur, membandingkan dengan
kompetitor, melakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi bahan
baku, dan evaluasi terhadap ketersediaan fasilitas dan mesin produksi.
Apabila tidak tersedia fasilitas dan mesin produksi maka perlu dilakukan
maklon/toll out ke perusahaan lain. Bagian RD melaporkan hasil evaluasi
tersebut pada QA. Untuk permasalahan toll out akan diteruskan ke Toll
Manufacturing Manager. Evaluasi dan laporan investigasi jika diperoleh akan
disampaikan pula pada rapat bersama Plant Manager, QA, Business
Development, bagian pemasaran, dan direksi tentang keterbatasan fasilitas
dan mesin produksi untuk memperoleh keputusan dari direksi. Apabila hasil
disposisi kelayakan dinyatakan “belum/tidak layak” untuk dilakukan
pengembangan formula, maka dokumen hasil evaluasi product brief disimpan
dan proses berhenti atau masih tetap dilanjutkan, namun bukan sebagai
prioritas jika produk sementara waktu di hold oleh Marketing.
2. Jika hasil disposisi menyatakan layak dilakukan pengembangan formula,
maka RD akan merancang formula untuk percobaan dan mulai meminta
sampel bahan baku aktif, tambahan, atau kemasan primer yang belum ada di
PPIC ke bagian pembelian melalui QA. Sampel bahan baku yang diperoleh
akan diperiksa oleh QC. Pemeriksaan yang dilakukan QC meliputi
pemeriksaan terhadap stabilitas fisik, dan analisis kimia antara lain kadar,
kadar air, pH, rotasi optik, kelarutan, kemurnian, uji mikrobiologi (bakteri,
kapang, dan khamir), uji endotoksin, serta uji sterilitas. Berdasarkan
rekomendasi dari QC dan persetujuan dari QA, hasil trial skrining/trial awal
dari RD, maka dipilihlah bahan baku yang memenuhi syarat fisik dan kimia.
3. Selanjutnya akan dilakukan percobaan skala laboratorium. Apabila di bagian
RD tidak tersedia alat, maka RD mengajukan permintaan pemakaian alat ke
bagian produksi di rapat produksi setiap minggu. Setelah diperoleh hasil
percobaan skala laboratorium, RD melakukan pemeriksaan fisik dan
organoleptik. Selanjutnya RD mengisi dan mengajukan formulir permintaan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


30

pengujian ke QA, lalu QA memberikan sampel beserta formulir tersebut ke


QC sebagai instruksi untuk dilakukan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil pemeriksaan QC, formula yang memenuhi persyaratan
spesifikasi dilanjutkan dengan pengujian stabilitas dipercepat pada suhu
40°C±2°C dan RH 75%±5% untuk menentukan waktu kadaluarsa. Setelah
diperoleh data pengujian stabilitas kemudian dipilih formula terbaik yang
memenuhi spesifikasi untuk dilakukan percobaan skala pilot.
4. Percobaan skala pilot dilakukan oleh RD dengan alur yang sama seperti pada
percobaan skala laboratorium dimana skala pilot merupakan skala minimum
kapasitas alat di produksi sesuai dengan permintaan Badan POM yang
berlaku.
5. Setelah diperoleh laporan uji stabilitas, RD menyusun laporan pengembangan
produk baru kemudian memberikan laporan tersebut ke bagian registrasi
melalui QA untuk selanjutnya dilakukan praregistrasi.
6. RD melakukan penyusunan DPI dan PPI meliputi proses pengolahan, proses
pengemasan primer, dan proses pengemasan sekunder.
7. Selanjutnya RD akan melakukan optimasi sampai diperoleh hasil yang
konsisten dari tiga bets berturut pada skala produksi berdasarkan parameter-
parameter yang terdapat pada PPI dan data yang diperlukan untuk proses
validasi. Jika terdapat perubahan selama optimasi, maka RD mengajukan
usulan perubahan PPI dan DPI ke bagian QA. Setelah mendapat hasil
optimasi yang optimum, dilakukan validasi proses oleh bagian validasi.
8. Setelah mendapat hasil validasi yang valid, maka bagian Validasi akan
menyiapkan data yang dibutuhkan untuk proses registrasi melalui QA untuk
selanjutnya dilakukan registrasi oleh bagian Registrasi.

b. Pengembangan formula produk reformulasi


Alur pengembangan formula produk reformulasi pada dasrnya sama
dengan produk baru. Perbedaannya terletak pada input untuk dilakukan
reformulasi berasal dari usulan perubahan, keluhan pelanggan, serta tindakan
perbaikan dan pencegahan (Corrective and Preventive Action/CPA). Selain itu,
pada pengembangan formula produk reformulasi, setelah diperoleh laporan uji
stabilitas maka RD akan menyusun laporan pengembangan produk reformulasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


31

lalu mengajukan usulan perubahan ke QA. Setelah keluar persetujuan dari QA,
dengan turunnya usulan perubahan (UP) maka RD akan merevisi DPI dan PPI lalu
melakukan optimasi pada skala produksi. Tahap selanjutnya sama dengan
pengembangan formula produk baru.

3.3.8.2.2 Alur Pengembangan Kemasan


Bahan kemas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bahan kemas printed dan
unprinted. Bahan kemas printed merupakan kemasan yang memerlukan jasa
percetakan. Contoh: kotak, frontfoil, leaflet, PTP foil, etiket dan lain-lain. Bahan
kemas unprinted merupakan kemasan yang tidak memerlukan gambar dari jasa
percetakan, contoh: botol, vial, ampul.
a. Alur pengembangan kemasan printed, yaitu :
1. RD Manager menerima formulir product brief atau usulan perubahan atau
permintaan sampel atau CPA (Corrective Preventive Action) atau permintaan
dokumen pendukung registrasi ulang atau renewal registration dari QA
Manager. Evaluasi kemasan produk baru dilakukan dengan membandingkan
kemasan terhadap produk kompetitor. Desain kemasan triple L merupakan
desain yang dibuat oleh RD dan merupakan ciri khas PT. LAPI Laboratories,
sedangkan desain kemasan yang bergambar menggunakan jasa designer
sesuai permintaan Product Manager.
2. Bagian desain RD akan membuat beberapa desain kemasan dan menyerahkan
desain ke RD Manager. RD Manager akan memeriksa dan mendistribusikan
desain kemasan ke Produksi dan QC untuk mendapatkan persetujuan dari
pihak-pihak tersebut. Bagian RD menyerahkan desain kemasan dan formulir
permintaan artwork ke bagian Purchasing melalui bagian QA. RD akan
menerima, memeriksa dan menandatangani artwork kemasan yang diperoleh
dari percetakan atau Purchasing melalui QA lalu mendistribusikannya ke
Produksi dan QC. Jika telah disetujui/tidak ada koreksi, maka RD akan
memberikan stempel pernyataan “semifinal artwork” (jika nomor registrasi
belum keluar atau masih lama keluarnya atau produk di-hold),
3. Bagian RD akan menerima kopi registrasi yang terdapat nomor izin edar
(NIE) dari bagian Registrasi dan memberikan nomor registrasi pada artwork
terakhir atau yang diberi stempel semifinal artwork kemudian diberikan ke

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


32

Purchasing Manager. RD Manager akan menandatangani dan


mendistribusikan artwork tersebut ke bagian Produksi dan QC. Jika telah
disetujui dan tidak ada revisi, maka artwork diberikan ke QA Manager untuk
diberikan stempel final artwork, tanggal dan paraf approval.
4. Tindakan selanjutnya dilakukan permintaan colour proof print. Langkah
selanjutnya seperti di atas. Setelah disetujui, maka colour proof print akan
diberikan stempel “approved” oleh QA.

b. Alur permintaan kemasan unprinted


1. RD Manager menerima formulir product brief atau usulan perubahan atau
menerima sampel atau CPA (Corrective Preventive Action) dari QA
Manager. Evaluasi produk baru dilakukan dengan membandingkan kemasan
terhadap produk kompetitor (jika ada), kemudian dilihat apakah kemasan
tersedia atau tidak di gudang PPIC.
2. Jika bahan kemas tersebut tidak ada di PPIC, RD Manager mengajukan
permintaan sampel (botol, vial, ampul, pipet tetes, alufoil, PTP foil) ke bagian
QA untuk diteruskan ke supplier melalui Purchasing.
3. Setelah kemasan diterima, lalu dilakukan analisa oleh QC untuk mendapatkan
disposisi dari QA.
4. Setelah RD Manager menerima disposisi diluluskan oleh QA Manager, maka
RD meminta sampel dalam jumlah banyak untuk keperluan trial mesin atau
uji stabilitas. Oleh sebab itu, RD meminta jadwal trial kemas dalam meeting
mingguan dan bulanan bersama PPIC dan Produksi jika menggunakan
fasilitas produksi. Setelah menerima jadwal trial kemas dari PPIC, RD
melakukan trial kemas di produksi. Trial kemasanpun dilakukan.
5. Jika hasil percobaan terhadap sampel yang diperoleh memenuhi persyaratan
spesifikasi maka bagian RD menyusun laporan pengembangan produk ke
QA. Jika kemasan tidak memenuhi persyaratan spesifikasi maka dilakukan
analisa ulang (contoh: ketebalan alufoil yang kurang protektif terhadap obat
di dalamnya). Jika kemasan dipakai untuk produk existing, maka bagian RD
akan membuat usulan perubahan untuk perubahan kemasan pada produk yang
telah beredar. Untuk produk baru, bagian RD menyerahkan spesifikasi bahan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


33

kemas tersebut ke bagian Purchasing dan PPIC sebagai permintaan


pembelian bila akan launching produk baru.

3.3.9 Bagian Registrasi (RN)


Bagian registrasi (RN) di PT. LAPI Laboratories dipimpin oleh dua orang
manager (RN Manager I dan II) yang masing-masing membawahi satu orang
supervisor. Bagian RN di PT. LAPI Laboratories bertanggung jawab kepada QA
Manager. Struktur organisasi bagian registrasi dapat dilihat pada Lampiran 10.
RN di PT. LAPI Laboratories terbagi menjadi dua, yaitu :
a. RN I merupakan bidang registrasi yang bertanggung jawab terhadap registrasi
dari sediaan produk sediaan oral padat, serbuk oral kering dan obat impor.
b. RN II merupakan bidang registrasi yang bertanggung jawab terhadap registrasi
dari sediaan steril, sediaan cair, suplemen makanan, dan obat tradisional.
Tugas dari Bagian RN adalah mendaftarkan produk ke Badan POM guna
mendapatkan Nomor Izin Edar. Produk yang diregistrasi meliputi produk baru dan
produk existingyang mengalami perubahan baik pada komposisi, kemasan,
penandaan, dll. Bagian RN melakukan proses registrasi sesuai yang telah disetujui
bersama. Produk yang diregistrasi di PT. LAPI Laboratories adalah produk copy
dari originator yang telah off patent.
Sebelum melakukan registrasi, Bagian RN telah melakukan penelusuran
ke HAKI untuk memastikan bahwa produk yang akan diregistrasi telah off patent.
Bagian RN ditunjang dengan dokumen yang didapat dari bagian lain dalam hal
pelaksanaan registrasi.

3.3.10 Bagian Engineering


Bagian Engineering di PT. LAPI Laboratories terbagi menjadi 2 bagian,
yaitubagian Engineering yang berada di gedung depan dan gedung belakang. Hal
ini disebabkan karena PT. LAPI Laboratories mempunyai 2 bangunan. Di gedung
depan terdapat sarana produksi nonβlaktam, sedangkan di gedung belakang

terdapat sarana produksiβlaktam, dan probiotik.


3.3.10.1 Struktur Organisasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


34

Bagian Engineering (bagian depan dan belakang) PT. LAPI Laboratories


dikepalai oleh seorang Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Plant
Manager. Engineering Manager membawahi dua supervisor, yaitu Supervisor
Sarana Produksi, dan Supervisor Sarana Penunjang Produksi. Adapun struktur
organisasi bagian Engineering dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.3.10.2 Tugas Bagian Engineering
Bagian Engineering bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
yangberhubungan dengan teknik, dan memastikan sarana-sarana dapat digunakan.
Tugasnya meliputi: perencanaan dan pelaksanaan perawatan mesin, alat,
bangunan, sarana penunjang.
3.3.10.3 Fasilitas dan Sarana Penunjang Teknik Gedung Belakang
Fasilitas dan sarana penunjang teknik yang terdapat di gedung PT. LAPI
Laboratories belakang terdiri dari: sistem pengolahan limbah cair, sistem
pengolahan air untuk menghasilkan PW, WFI, dan pure steam, HVAC, boiler,
incinerator, generator set, kompresor udara, pengolahan limbah udara (dust
collector).

a. Sistem Pengolahan Limbah Cair


Sistem pengolahan limbah cair dirancang untuk mengolah air buangan
industri agar kualitas air olahan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan
pemerintah. Tahapan pengolahan limbah cair di gedung PT. LAPI Laboratories
belakang:
1. Bak netralisasi
Merupakan bak untuk proses netralisasi limbah produk yang mengandung
sefalosporin dengan menggunakan NaOH.
2. Sump pit
Bak ini menampung semua limbah proses industri farmasi. Fungsi bak ini
ialah menampung limbah yang akan diproses lebih lanjut. Limbah tersebut
akandialirkan dengan menggunakan pompa submersible ke bak ekualisasi dan
pengontrolan akan dilakukan secara otomatis dengan level controller.
3. Bak ekualisasi
Air limbah yang berasal dari bak sump pit masuk ke bak ini. Fungsi dari bak
ekualisasi ialah menghomogenkan fluktuasi karakter yang ada dalam air

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


35

limbah sehingga karakteristik untuk proses selanjutnya relatif seragam.


Selanjutnya sebelum memasuki proses berikutnya, pada pipa 2” yang menuju
clarifier tank diinjeksikan larutan koagulan dan larutan flokulan yang
berfungsi untuk mengikat zat-zat yang tersuspensi dalam air. Indikator debit
limbah ditunjukkan dengan flow meter. Agar pencampuran koagulan dan
flokulan lebih merata dengan limbah, maka sebelum masuk lamela clarifier,
campuran limbah dengan koagulan dan flokulan dilewatkan ke static mixer.
Limbah dipompa dengan menggunakan pompa submersible ke tangki lamella
clarifier dan pengoperasiannya dilakukan secara otomatis menggunakan
pertukaran level.
4. Tangki lamella clarifier
Presedimentasi atau pengendapan awal dilakukan di tangki lamella clarifier
dimana limbah yang telah mengalami proses koagulasi dan flokulasi
akanterpisah menjadi lumpur padat dan air olahan (supernatan). Air olahan
secara gravitasi mengalir menuju bak yang selanjutnya yaitu bak aerasi.
Lumpur yangterbentuk akan terkumpul di bagian bawah tangki dan secara
gravitasi akan turunke sludge tank. Penambahan NaOH, koagulan, dan
flokulan dilakukan dengan menggunakan pompa dosis (dosing pump). Pompa
dosis dijalankan dengan pertukaran level dan hanya bekerja ketika ada aliran
limbah atau pompa submersible pada bak ekualisasi bekerja.

5. Bak aerasi
Bak aerasi ialah bak yang disediakan untuk terjadinya proses penguraian
limbah dengan melibatkan bakteri aerob. Sistem yang diterapkan ialah proses
lumpur aktif. Pada bak ini diciptakan suatu kondisi agar bakteri pengurai
polutan bisa hidup dan berkembang biak dengan baik yaitu dengan dipasang
aerator yang berfungsi sebagai pemasok oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri. Selain itu, aerator berfungsi untuk mencampur air limbah yang masuk
sehingga dapat tercampur secara sempurna dan diharapkan dengan
pengadukan yang sempurna tidak ada daerah dalam bak yang tidak mendapat
suplai oksigen. Aerator bekerja selama 24 jam. Air limbah dari bak aerasi
akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


36

6. Bak sedimentasi
Fungsi dari proses sedimentasi yang kedua ini adalah untuk memisahkan
antara padatan dan air bersihnya. Padatan yang berada di tangki ini adalah
mikroba atau lumpur aktif. Di dalam bak sedimentasi, flokul akan mengendap
di dasar bak sebagai lumpur dan air bersih yang berada di atas lumpur akan
mengalir secara gravitasi ke tangki selanjutnya yaitu break tank, sedangkan
lumpurnya yang berupa lumpur akitf sebagian akan dikembalikan ke bak
aearasi dengan pompa. Fungsi dari pengembalian lumpur ini adalah untuk
mempertahankan populasi mikroorganisme di dalam bak aerasi tersebut.
7. Break tank
Supernatan yang berasal dari bak sedimentasi akan mengalir ke break tank.
Bak ini berfungsi menampung air yang akan digunakan untuk proses
selanjutnya. Pada bak dilengkapi satu unit pompa sentrifugal untuk
memompa air dari tangki ke saringan pasir dan saringan karbon.Kerja pompa
dikontrol secara otomatis menggunakan level controller. Jika air di dalam bak
tersebut penuh maka pompa akan jalan dan jika level air rendah maka pompa
akan berhenti.
8. Saringan pasir
Air dari break tank dipompa ke tangki saringan pasir. Kotoran atau sisa
lumpur yang terbawa dalam air akan tersaring oleh media pasir dalam
saringan pasir. Seiring berjalannya waktu, kotoran yang terakumulasi dalam
media pasir akan menyumbat saringan maka saringan harus dicuci balik
(backwash). Air hasilpencucian balik akan dibuang ke saluran drainase.
Pencucian balik dilakukan sekali dalam sehari selama 5-10 menit.
9. Saringan karbon
Air baku saringan pasir akan tersaring lagi untuk penyempurnaan dalam
saringan karbon. Operasi penyaringan dan tahapan pencucian balik sama
seperti operasi pada saringan pasir. Hasil akhir proses pengolahan air limbah
akan dibuang ke bak penampungan (effluent tank).
10. Sludge tank
Bak ini berfungsi sebagai penampung lumpur kimia dan biologi dari clarifier
tank. Kandungan air yang masih ada akan masuk kembali ke tangki aerasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


37

secara gravitasi. Apabila lumpur di sludge tank penuh maka pembuangan


secara manual harus dilakukan setiap 6 bulan sampai dengan 1 tahun.
11. Effluent tank
Di dalam effluent tank terdapat ikan nila, ikan koi sebagai bioindikator. Bak
ini berfungsi sebagai penampungan hasil akhir dari proses pengolahan limbah
dimana air sudah dikategorikan layak buang ke saluran pembuangan dan
memenuhi syarat baku mutu menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 51/MENLH/10/1995 yaitu biological Oxygen Demand (BOD) kurang
dari 100mg/L, Chemical Oxygen Demand (COD) kurang dari 300 mg/L, dan
pH 6-9.

b. Sistem Pengolahan Air


1. Sumber air yang berasal dari air PAM diinjeksikan klorin menggunakan
pompa dosis, lalu menuju ke tangki bawah tanah untuk selanjutnya dipompa
menggunakan pompa submersible ke saringan pasir untuk disaring dan
ditampung dalam tangki penampungan.
2. Setelah ditampung, sebagian air dialirkan ke tempat-tempat seperti toilet
danjanitor dan sebagian air dialirkan ke CROS EDI 1000 & water softener.
3. Sebagian air dialirkan ke water softener dan sebagian lagi menuju filter 50
μmuntuk diolah menjadi PW, WFI, dan pure steam. Pada water softener,
airdihilangkan kesadahannya dengan menambahkan NaCl. Setelah melewati
water softener, air didistribusikan ke bagian sefalosporin, probiotik, gudang
timbang,dan boiler water tank.
4. Untuk air yang melewati filter 50 μm, air melewati water softener CROS
EDI1000 untuk menghilangkan kesadahan air (mineral-mineral seperti
Ca2+danMg2+) dengan menambahkan NaCl.
5. Setelah dari water softener CROS EDI 1000, air akan diinjeksikan natrium
metabisulfit untuk mereduksi klorin lalu air akan melewati penukar panas
(heatexchanger) yang bertujuan agar diperoleh air dengan suhu 18°C±2°C.
6. Selanjutnya air disaring menggunakan filter 25 μm dan filter 5 μm.
7. Air yang telah disaring dengan filter 5 μm akan dipompa ke dalam filter
membran osmosis balik (membran reverse osmosis)

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


38

8. Setelah melewati filter membran osmosis balik dihasilkan air concentrate dan
air permeat. Air concentrate masih mengandung mineral sehingga sebagian
besar disirkulasi kembali ke filter membran osmosis balik dan sebagian kecil
air tersebut dibuang.
9. Air permeat yang telah lolos dari filter membran osmosis balik akan masuk
ke EDI dimana air akan melewati proses elektrodeionisasi sehingga akan
dihasilkan purified water (PW).
10. Apabila conductivity air PW memenuhi syarat (< 1,3μs/cm) maka air
akanmasuk ke tangki PW.
11. PW dalam tangki akan melewati proses penyinaran menggunakan lampu
UVyang bertujuan membunuh bakteri yang terdapat pada PW yang berada di
tangki. Selain itu, pada tangki PW suhu dipertahankan pada 18°C±2°C
menggunakan chiller. Setelah itu PW akan didistribusikan ke bagian
sefalosporin namun sebelum didistribusikan, air melewati detektor TOC
terlebih dahulu.
12. Selain didistribusikan ke bagian sefalosporin, PW diproses lagi menggunakan
sistem Distilled Pure Steam Generator (DPSG) sehingga dihasilkan pure
steam yang sebagian dapat langsung digunakan untuk otoklaf dan sebagian
lagi didinginkan menggunakan chiller sehingga dihasilkan Water For
Injection (WFI).
13. WFI kemudian ditampung ke dalam tangki penampungan dan dapat
didistribusikan ke bagian sefalosporin setelah melewati detektor TOC. Pada
tangki penampungan WFI terdapat heater dan boiler steam yang berfungsi
untuk mempertahankan suhu 80°C±2°C dimana sirkulasi pada looping WFI
berjalanselama 24 jam.

c. Sistem HVAC
HVAC merupakan sistem yang bertujuan untuk mengatur suhu,
kelembaban,perbedaan tekanan udara, jumlah partikel, serta pergantian udara di
dalam ruang produksi serta ruang penyimpanan bahan baku, bahan kemas, dan
produk jadi dengan menggunakan AHU, penghisap debu (dust collector) dan
dehumidifier agar tercapai kondisi udara yang memenuhi persyaratan mutu.
Adapun prinsip kerja dari AHU adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


39

 Ruangan kelas A sampai C


1. Di dalam ruangan terdapat Supply Air Difuser (SAD) dan Return Air
Grill(RAG) yang digunakan untuk proses sirkulasi udara guna menjamin udara
diruangan tetap memenuhi persyaratan.
2. Udara yang berasal dari ruangan kelas A sampai C (melalui RAG) dan
udarasegar yang berasal dari luar ruangan masuk ke dalam AHU. Sebelum
udaramasuk ke dalam AHU terdapat dehumidifier yang berguna untuk
mengaturkelembaban di ruangan dimana alat tersebut hanya digunakan untuk
ruanganyang kelembabannya harus dikontrol.
3. Udara disaring berturut-turut dengan medfilter yang memiliki efisiensi
95%,dan HEPA filter dengan efisiensi 99,995% untuk kemudian
didistribusikan ke ruang kelas A sampai C melalui SAD.

 Ruangan kelas D dan E


1. Di dalam ruangan terdapat Supply Air Difuser (SAD) dan Return Air
Grill(RAG) yang digunakan untuk proses sirkulasi udara guna menjamin udara
diruangan tetap memenuhi persyaratan.
2. Udara yang berasal dari ruangan kelas E (melalui RAG) dan udara segar
yangberasal dari luar ruangan masuk ke dalam AHU. Sebelum udara masuk
kedalam AHU terdapat dehumidifier yang berguna untuk mengatur
kelembaban diruangan dimana alat tersebut hanya digunakan untuk ruangan
yangkelembabannya harus dikontrol.
3. Udara disaring berturut-turut dengan prefilter dengan efisiensi 60%,
danmedium filter dengan efisiensi 95% untuk kemudian didistribusikan ke
ruangankelas E melalui SAD.

3.3.10.4 Fasilitas dan Sarana Penunjang Teknik Gedung Depan


Fasilitas dan sarana penunjang teknik yang terdapat di gedung depan
PT.LAPI Laboratories depan terdiri dari:
a. Sistem Pengolahan Limbah Cair

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


40

Sistem pengolahan limbah cair gedung depan PT. LAPI Laboratories


hampir sama dengan sistem pengolahan limbah cair gedung belakang hanya saja
pada gedung depan tidak terdapat bak netralisasi.
b. Sistem pengolahan air
Adapun sistem pengolahan air oleh Bagian Engineering gedung depan adalah
sebagai berikut:
1. Sumber air berasal dari air PAM. Air PAM dialirkan dan ditampung ke dalam
3 tangki dengan volume masing-masing 10.000 L, 5000 L, dan 2500 L. Pada
setiap tangki tersebut diberikan tablet klorin untuk proses klorinasi. Klorin ini
akan memutuskan ikatan organik, mengoksidasi besi dan oksidan lainnya dan
sekaligus sebagai desinfektan untuk membunuh bakteri yang ada. Air dari
tangki tersebut dialirkan ke filter 10 μm untuk menyaring partikel-partikel
dengan ukuran ≥ 10μm.
2. Kemudian air dialirkan melewati water softener untuk menghilangkan
kesadahanair (seperti mineral Mg2+ dan Ca2+). Water softener terdiri dari
resin penukar ion dan dapat diregenerasi dengan NaCl.
3. Untuk mengatur kondisi air agar kandungan klorin dapat terjaga (maksimal
600mV) maka air dialiri larutan sodium metabisulfit, kemudian masuk ke
dalam penukar panas (heat exchanger) untuk mempertahankan suhu dan
mengurangipertumbuhan mikroba.
4. Selanjutnya air akan melewati filter 5 μm dan dipompa ke dalam filter
membran osmosis balik 0,02 μm yang dapat menghilangkan hampir semua
mineral,sehingga setelah melewati filter membran osmosis balik, ada 2 output
air, yaitu air permeat dan concentrate.
5. Air concentrate masih mengandung mineral sehingga sebagian air (±1700
L/jam) disirkulasi kembali ke filter membran osmosis balik dan sebagian lagi
dibuang (±200 L/jam).
6. Air permeat yang telah lolos dari filter membran osmosis balik akan masuk
ke electrodeionization (EDI) dimana air akan melewati proses
elektrodeionisasi sehingga akan dihasilkan Purified Water (PW) dengan
keluaran (output) < 1,3 μs/cm.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


41

7. PW akan melewati detektor Total Organic Carbon (TOC). Apabila air


sudahmemenuhi syarat TOC (0,5 ppm) maka air masuk ke dalam tangki
tangki penyimpanan berkapasitas 1500 L. Di dalam tangki penyimpanan, air
disinari dengan UV yang bertujuan membunuh bakteri dan ozon yang
terkandung dalam air di tangki penyimpanan direduksi oleh pendetruksi ozon.
Kemudian airdidistribusikan ke berbagai titik guna (user point) di bagian
produksi.
8. Setelah didistribusikan ke titik guna di bagian produksi, air terus mengalir
dari tangki penyimpanan ke bagian produksi kemudian kembali lagi ke tangki
penyimpanan. Air yang dikembalikan lagi ke dalam tangki penyimpanan,
diinjeksikan dengan ozon oleh generator ozon yang bertujuan untuk
membunuh mikroba.

c. Heat Ventilation Air Conditioning (HVAC)


HVAC merupakan sistem yang bertujuan untuk mengatur suhu,
kelembaban, perbedaan tekanan udara, jumlah partikel, serta pergantian udara di
dalam ruang produksi serta ruang penyimpanan bahan baku, bahan kemas, dan
produk jadi dengan menggunakan AHU, penghisap debu (dust collector) dan
dehumidifier.
Gedung depan PT. LAPI Laboratories memiliki AHU sebanyak 8 unit
dansetiap unit mengatur udara di ruangan-ruangan yang berbeda tergantung dari
persyaratannya. Adapun prinsip kerja dari AHU adalah sebagai berikut:

1. Ruangan kelas D dan E


Di dalam ruangan terdapat Supply Air Diffuser (SAD) dan Return Air Grill
(RAG) yang digunakan untuk proses sirkulasi udara guna menjamin udara di
ruangantetap memenuhi persyaratan. Udara yang berasal dari ruangan kelas D
dan E (melalui RAG) dan udara segar (fresh air) yang berasal dari luar
ruangan masuk ke dalam AHU. Sebelum udara masuk ke dalam AHU
terdapat dehumidifier yang berguna untuk mengatur kelembaban di ruangan
dimana alat tersebut hanya digunakan untuk ruangan yang kelembabannya
harus dikontrol seperti ruang cetak. Udara disaring oleh prefilter yang
memiliki efisiensi 35-45%, kemudian masuk ke medium filter dengan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


42

efisiensi 95%. Setelah masuk ke medium filter, udara akan melalui evaporator
dimana evaporator tersambung dengan suatu unit pendingin (condensing
unit/CU). CU ini berfungsi sebagai pendingin udara yang melewati
evaporator. Udara dingin yang dihasilkan akan disaring oleh HEPA filter
dengan efisiensi 99,97% kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan
melalui SAD.
2. Ruangan kelas F dan G
Udara yang berasal dari ruangan kelas F dan G (melalui RAG) dan udara
segar dari luar ruangan disaring dengan menggunakan prefilter dengan
efisiensi 30%. Setelah melalui prefilter maka udara dapat langsung
didistribusikan ke ruangan kelas F dan G melalui SAD.

d. Boiler
Boiler berfungsi sebagai pemanas air dan menghasilkan uap air (steam). Air yang
digunakan adalah softwater. Uap air ini dapat dialirkan ke fluid bed dryer,double
jacket tank, dan mesin salut tablet otomatis.

e. Penghisap debu
Penghisap debu yang berfungsi menghisap dan menyaring debu dari udara.Debu
yang terakumulasi pada filter akan diberi tekanan udara sehingga jatuh ketempat
pembuangan debu. Ruangan-ruangan yang membutuhkan penghisap debu antara
lain: ruang pencampuran (super mixer), ruang pengayakan, ruang cetak, dan ruang
fluid bed dryer.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Mutu


Manajemen mutu bertujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu
diterapkan dengan tepat dan efektif, untuk meyakinkan bahwa produk yang
dihasilkan aman, sesuai dengan regulasi, dan tidak membahayakan (beresiko)
terhadap pelanggan. PT. LAPI Laboratories menerapkan sistem manajemen mutu
yang berpedoman pada ISO 9001:2008 dan CPOB. Sistem manajemen tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan
pelanggan melalui perkembangan yang berkelanjutan.
Sistem manajemen mutu di PT. LAPI Laboratories ditangani secara
khusus oleh bagian Quality Management System & Training (QMR). Penerapan
manajemen mutu ditunjang oleh partisipasi dan komitmen dari seluruh personil
yang terlibat di dalamnya baik itu seluruh karyawan maupun pemasok. Adanya
partisipasi dari seluruh personil, maka PT. LAPI Laboratories dapat menghasilkan
produk-produk yang berkualitas tinggi.

4.2 Personalia
Sumber daya manusia merupakan factor penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Untuk mencapai hal itu PT. LAPI Laboratories harus menyediakan personil
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. Seluruh personil memahami prinsip
CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk
instruksi higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
PT. LAPI Laboratories memberikan pelatihan awal mengenai CPOB
beserta pelaksanaannya pada personil dengan tujuan agar personil paham
mengenai prinsip CPOB. Selain itu, PT. LAPI Laboratories juga mengadakan
pelatihan secara berkala yang pelaksanaannya diatur oleh bagian Quality
Management System & Training.

43 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
44

Struktur organisasi yang diterapkan di PT. LAPI Laboratories telah sesuai


dengan CPOB yaitu adanya pemisahan antara bagian Produksi, bagian QC dan
bagian QA. Adanya pemisahan ini membuat tiap-tiap bagian dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.
Personil di PT. LAPI Laboratories mendapat spesifikasi tugas yang jelas dan rinci
yang didokumentasikan sehingga tidak ada tumpang tindih tanggung jawab.

4.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas yang ada di PT. LAPI Laboratories telah
disesuaikan dengan CPOB di antaranya sudut ruangan yang berbentuk lengkung,
lampu yang rata dengan langit-langit, lantai dicat epoksi dan dinding dicat minyak
dengan maksud agar permukaannya menjadi licin sehingga mudah dibersihkan,
tahan terhadap bahan pembersih dan tahan terhadap pengaruh cuaca.Tata letak
dan desain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki resiko kecil
terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat.
Bangunan PT. LAPI Laboratories terletak di kawasan industri sehingga
terhindar dari pencemaran industri lain dan lingkungan sekelilingnya. PT. LAPI
Laboratories memiliki tiga gedung produksi yang letaknya terpisah berdasarkan
produksinya yaitu produk non sefalosporin, sefalosporin dan probiotik. Pemisahan
gedung ini sesuai dengan persyaratan CPOB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi dan kontaminasi silang dengan produk lain. Ventilasi dan
kondisi ruangan pada tiap bangunan telah dilengkapi dengan sarana pengatur suhu
dan kelembaban yakni dengan adanya Heating, Ventilation and Air Conditioner
(HVAC) yang dikendalikan dengan Air Handling Unit (AHU). Pengaturan suhu
dan kelembaban disesuaikan dengan kelas kebersihan masing-masing.
Gudang bahan awal dan gudang produk jadi terletak terpisah dan
terpelihara dari kondisi yang merugikan seperti pengaruh perubahan suhu,
kelembaban dan hewan. Beberapa bahan baku memiliki ruang penyimpanan
tersendiri seperti fenilpropanolamin dan pseudoefedrin disimpan dalam kurungan

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
45

di ruangan bahan baku khusus prekursor dan dikunci. Untuk bahan yang eksplosif
dan mudah terbakar disimpan di gudang tahan api yang letaknya terpisah dari
gudang bahan baku dan dilengkapi dengan fasilitas alarm dan pemadam
kebakaran.

4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan di PT. LAPI Laboratories untuk membuat obat
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dan dikualifikasikan dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai
desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan.

4.5 Sanitasi dan Higiene


Tiap personil atau tamu yang masuk ke area produksi memakai pakaian
pelindung yang bersih dan sesuai dengan kelas kebersihan yang akan dimasuki
serta menggunakan sepatu khusus area produksi. Pakaian kotor yang telah selesai
digunakan dari ruang produksi disimpan dalam wadah tertutup di kamar ganti
pakaian. Pakaian kerja kelas E, F, dan G diganti dua sampai tiga kali seminggu
atau bila telah kotor. Pakaian A sampai C diganti tiap kali masuk ruang produksi
dan telah disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Terdapat wastafel di kelas F dan G bagian produksi dan prosedur mencuci
tangan yang dipasang di dinding dekat wastafel. Khusus untuk produksi
sefalosporin, terdapat alat berisi cairan antiseptik yang dipasang di dinding dekat
wastafel. Semua personil menjalani pemeriksaan kesehatan saat direkrut dan
secara berkala. Personil dengan luka terbuka atau penyakit menular dilarang
melakukan proses produksi. Letak kantin dan toilet terpisah dari area produksi.
Bahan desinfektan dan pengasapan (fogging) dipilih yang tidak
mempengaruhi mutu produk.
1) Desinfektan yang digunakan : untuk area kelas A sampai C adalah minncare
atau anios 2R (bergantian setiap minggu), untuk area kelas E adalah anios 2R
atau virkon (bergantian setiap bulan)
2) Bahan pengasapan yang digunakan : untuk area kelas A sampai C adalah
minncare, untuk area kelas E adalah virkon.

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
46

Terdapat prosedur sanitasi yang rinci. Bila peralatan telah selesai


digunakan maka peralatan tersebut dibersihkan. Pada peralatan yang sudah bersih
diberi “label bersih”. Pada label bersih terdapat nama produk yang sebelumnya
diolah dan paraf personil yang membersihkan peralatan.

4.6 Produksi
Sebelum kegiatan produksi dimulai, dilakukan kesiapan jalur (line
clearance) untuk memastikan peralatan dan area produksi bersih dan bebas dari
sisa produk sebelumnya. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas
dan rinci dalam PPI serta dilaksanakan sesuai PPI. Tiap penyimpangan yang tejadi
dilaporkan kepada QA compliance. Penerimaan bahan awal dilakukan sesuai
prosedur penerimaan bahan awal dan dicatat dalam log book. Distribusi produk
jadi dilakukan sesuai prosedur pengeluaran dan pengiriman produk jadi serta
dicatat di log book.
Sementara itu, bahan awal dikarantina sampai dikeluarkan disposisi
diluluskan atau ditolak oleh QC. Produk jadi dikarantina sampai dikeluarkan
disposisi diluluskan atau ditolak oleh QA. Selama dilakukan proses pengolahan
atau pengemasan, pada ruangan ditempel label “sedang proses” dengan format
yang telah ditetapkan. Label “karantina”, “ditolak”, dan “diluluskan” diberi
penandaan warna yang berbeda dengan format label yang telah ditetapkan.
Kegiatan produksi produk dengan bahan aktif yang berbeda tidak dilakukan
bersamaan dalam ruangan yang sama.

4.7 Pengawasan Mutu (Quality Control/QC)


PT. LAPI Laboratories memiliki laboratorium khusus untuk pengujian QC
yang terpisah dari ruang produksi, dimana laboratorium kimia terpisah dari
laboratorium mikrobiologi. Terdapat dua laboratorium pengujian QC, yaitu
laboratorium pengujian QC yang terletak di gedung depan dan di gedung
belakang. Bagian QC melakukan pemeriksaan mutu bahan awal, baik bahan baku
maupun bahan kemas, dan produk jadi secara kimia dan mikrobiologi. Bagian QC
memberikan disposisi pelulusan bahan awal. Sub bagian mikrobiologi melakukan
pemantauan terhadap sarana

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
47

penunjang, yaitu AHU dan sistem pengolahan air. Sub bagian stabilitas
melakukan uji stabilitas untuk menetapkan tanggal kadaluarsa produk.
Sampel pertinggal setiap bets yang diproduksi sudah disimpan di ruang
sampel pertinggal untuk antisipasi penelusuran di masa mendatang. Bagian QC
menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel.

4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


PT. LAPI Laboratories melakukan audit internal dan eksternal yang
dikoordinasi oleh QA. Audit internal dilakukan oleh tim auditor, terdiri dari 3
sampai 4 orang yang kompeten yaitu telah mengikuti pelatihan audit internal,
mengerti sistem dan prosedur untuk bagian yang akan diaudit, serta
berpengalaman.
Audit internal dilakukan silang antar bagian secara rutin 2 kali dalam
setahun. Aspek untuk audit internal di PT. LAPI Laboratories sudah sesuai
dengan ketentuan CPOB yaitu mencakup aspek CPOB serta klausul ISO
9001:2008.Audit eksternal dilakukan dalam rangka memberi persetujuan pemasok
bahan awal dan penerima kontrak toll manufacturing. PT. LAPI Laboratories
melaksanakan audit eksternal 6 kali dalam setahun terhadap vendor bahan baku,
vendor bahan kemas, dan toll manufacturer. Hasil audit internal dan eksternal
dibuat untuk selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan oleh pihak terkait.

4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk,


dan Produk Kembalian
Keluhan-keluhan yang berkaitan dengan cacat mutu, laporan reaksi
merugikan, atau efek terapeutik rendah disampaikan melalui bagian pemasaran
untuk ditangani oleh QA. Produk kembalian didata dan diperiksa oleh QA, bila
perlu dilakukan pengujian laboratorium oleh QC, untuk didisposisi oleh QA.
Disposisi tersebut antara lain direproses, dikemas ulang, dikembalikan ke stok
gudang, digunakan untuk pemakaian internal, atau dimusnahkan.

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
48

Produk yang ditarik kembali atau produk kembalian selalu diberi identitas
dan disimpan terpisah pada area yang aman sampai dikeluarkan disposisi oleh
QA. Terdapat prosedur tertulis mengenai penanganan penarikan produk dan
produk kembalian.

4.10 Dokumentasi
PT. LAPI Laboratories telah menjalankan sistem dokumentasi secara rinci
mulai dari format standar dokumen, prosedur penyusunan, sampai dengan
prosedur pengisian dan penandatanganan dokumen. Bagian sistem manajemen
mutu dan pelatihan bertanggungjawab mengendalikan dokumen. PPI, petunjuk
kerja, maupun catatan bets disusun dan didistribusikan ke bagian-bagian yang
terkait. Dokumen disusun, diperiksa, dan ditandatangani oleh personil yang
berwenang. Kemudian terdapat pengkajian ulang dokumen secara berkala.
Semua dokumen diketik dan pencatatan data ditulis tangan oleh personil
yang bersangkutan dengan tulisan yang jelas. Terdapat log book untuk mencatat
semua kegiatan, identitas personil, beserta tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut.
Semua perubahan pencatatan dokumen diparaf dan diberi tanggal.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Apabila PT. LAPI Laboratories melakukan toll out maka PT. LAPI
Laboratories melakukan audit eksternal untuk menilai kompetensi dan
memastikan bahwa penerima kontrak sudah menerapkan pedoman CPOB dan
sudah sesuai dengan spesifikasi PT. LAPI Laboratories.
Tanggung jawab QA dalam audit tersebut ialah koordinasi pelaksanaan
audit, menyusun jadwal audit dan tim auditor, dan menyusun checklist untuk
audit. Apabila PT. LAPI Laboratories menerima toll in maka PT. LAPI
Laboratories membuka diri untuk diaudit oleh pemberi kontrak.

4.12 Kualifikasi dan Validasi


Bagian validasi PT. LAPI Laboratories bertanggungjawab atas validasi
proses yaitu validasi konkuren dan validasi prosedur pembersihan. Untuk validasi
metode analisis dilakukan oleh QA sub bagian analytical development dan

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
49

validasi mikrobiologi dilakukan oleh QC sub bagian mikrobiologi. Peralatan yang


berhubungan dengan mutu produk sudah dikualifikasi. Adapun sistem penunjang
AHU dan sistem pengolahan air PT. LAPI Laboratories sudah dikualifikasi.

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. PT LAPI Laboratories telah konsisten melaksanakan visi dan misi perusahaan
melalui tindakan peningkatan mutu produk, yang berpegang pada ketentuan
dalam CPOB dan sistem mutu ISO 9001:2008.
2. PT. LAPI Laboratories sudah menerapkan hampir seluruh aspek CPOB namun
masih ada dua hal yang memerlukan perhatian lebih lanjut pemisahan
bangunan produksi produk non obat/suplemen.
3. Sesuai PP No. 51 tahun 2009 pasal 9 PT. LAPI Laboratories memiliki apoteker
di bagian QA, produksi, dan QC yang menjalankan peran dan tanggung
jawabnya secara nyata.

5.2 Saran
1. Bangunan sediaan non obat/suplemen diharapkan terpisah dengan bangunan
produk obat.
2. Pengisian rekaman sebaiknya menggunakan tinta biru untuk menjamin
orisinalitasnya.
3. Meningkatkan kesadaran akan penggunaan alat pelindung diri agar lebih
diterapkan dengan cara mengingatkan antara pekerja yang satu dengan yang
lainnya.

50 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Badan POM RI. (2001). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi
Revisi.Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2001). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Edisi Revisi.Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi Revisi.
Badan POM. Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik 2006.Jakarta: Badan POM.
Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010. Jakarta.

51 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


52

Lampiran 1.Struktur Organisasi PT. Lapi Laboratories

Direktur Utama

General Manager

Plant Manager

Project Specialist

QA
Manager

AD VN QC RD RN I RN II TM PPIC Production EG Manager QMR IT


Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager PA Manager Manager

Purchasing
Manager

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


53

Lampiran 2.Struktur Organisasi Bagian PPIC

Manager PPIC

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor


Pengendalian dan Pengendalian Pengendalian Pengendalian Produk
Perencanaan Bahan baku Bahan Kemas Jadi dan Pengiriman
Produksi

Administrator Administrator Pelaksana Administrator Pelaksana Pelaksana Administrato Pelaksana Pengemudi


Pengendalian Gudang Gudang Gudang Gudang Coding r Gudang Gudang Ekspedisi
dan Bahan Baku Bahan Bahan Kemas Bahan Bahan Produk
Perencanaan Baku Kemas jadi
Produksi

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


54

Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian QA

QA Manager

Administrator

Analytical Validation Research & QC Manager Registration Registration


Development Manager Development Manager I Manager II
Manager Manager

QA Compliance QA Compliance QA Compliance QA Compliance QA Inspection QA Inspection


Supervisor I Supervisor II Supervisor III Supervisor IV Supervisor I Supervisor II

Administrator Administrator
Administrator
Compliance I Compliance V
Compliance IV

Administrator Administrator QA Non QA Inspection QA Probiotic & QA Weighing,


Compliance II Compliance III Beta Lactam Administrator Cephalosporin Packaging and,
Inspector Inspector Finished Goods
Inspector

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


55

Lampiran 4. Struktur Organisasi Bagian QC

QC Manager

Administrator

Starting Finished Goods Microbiology Stability Laboran 1 Laboran 2


Material Supervisor Supervisor Supervisor

Packaging Analyst Microbiology Stability


Analyst Analyst Analyst

Packaging Microbiology Physical


Sampling Sampling Stability
Inspector Inspector Inspector

Raw Material
Analyst

Raw Material
Sampling
Inspector

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


56

Lampiran 5. Struktur Organisasi Bagian QMR

QMS dan Training Manager (QMR)

Administrator

QMR Supervisor

Lampiran 6. Struktur Organisasi Bagian AD

Analytical Development
Manager

Supervisor

Analisis Analisis Analisis Rutin Analisis disolusi Administrator Laboran


Development Validasi (vacant) (vacant) (vacant)
MA

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


57

Lampiran 7. Struktur Organisasi Bagian Validasi

Validation
Manager

Cleaning Support System Equipment Internal External Beta Lactam Non Beta
Validation Qualification Qualification Calibration Calibration Validation Lactam
Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Validation
Supervisor

Lampiran 8.Struktur Organisasi Bagian Registrasi

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


58

Lampiran 9. Struktur Organisasi Bagian Produksi

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


59

Lampiran 10.Struktur Organisasi Bagian RD

RD Manager

Administrator
PPIC

DPI/PPI
Process Administrator
Development
Assistant Manager

Existing Product New Product Packaging


& Optimization Supervisor Supervisor
Process
Supervisor Formulator Packaging
Formulator Designer

Lampiran 11. Struktur Organisasi Bagian Engineering

Manager

Administrator
PetugasSp
arepart
Drafter

Supervisor Supervisor
Maintenance Utility

Maintenance Utility
Foreman Foreman

Anggota Unit Anggota


Maintenance Unit Utility

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

PENETAPAN KADAR ALUMUNIUM HIDROKSIDA DAN


®
MAGNESIUM HIDROKSIDA PADA TABLET LAGESIL NO.
BATCH 45122 SECARA KOMPLEKSOMETRI

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. LAPI Laboratories

WISNU YOGASWARA, S.Farm.


1106047455

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... …. iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 2


2.1. Lagesil Tablet.................................. ................................................ ...... 2
2.2. Kompleksometri............................................................................. ….. 2

BAB 3 METODE PENELITIAN ……………………………………....... ….. 6


3.1. Lokasi…………………………………………………………........ ….. 6
3.2. Bahan dan Alat............................................................................... ….. 6
3.2.1. Bahan……………………………………………………………. 6
3.2.2. Alat……………………………………………………………… 6
3.3. Cara Kerja ................................................................................ ........ ...... 6
3.3.1. Larutan Induk……............................................................... ….. 6
3.3.2. Penetapan Kadar Alumunium Hidroksida (Al(OH)3)............ ….. 6
3.3.3. Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)………….. 7

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………............ ….. 8


4.1. Hasil…………………………………............................................. ….. 8
4.1.1. Perhitungan Kadar Alumunium Hidroksida………………... ….. 8
4.1.2. Perhitungan Kadar Magnesium Hidroksida…………………….. 9
4.2. Pembahasan…………………………………………………………….10

BAB 5 PENUTUP……………………………………................................. …..15


5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 15

DAFTAR ACUAN ...................................................................................... .....16

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penetapan Kadar Alumunium Hidroksida.............................. . 7


Tabel 4.2 Data Penetapan Kadar Magnesium Hidroksida .............................. . 8

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri farmasi berperan dalam menghasilkan obat yang berkualitas. Obat
yang berkualitas harus memenuhi syarat mutu, efikasi dan keamanan. Untuk
memenuhi syarat tersebut obat harus diperiksa kadarnya oleh bagian Quality
Control.
Lagesil® tablet merupakan produk dari PT. LAPI Laboratories yang
mengandung Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Simethicone. Kadar Al(OH)3, Mg(OH)2 dan
Simethicone dalam tiap tablet adalah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
115,0% dari yang tertera pada label (USP 32, 2009).
Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar Al(OH)3 dan Mg(OH)2
dalam Lagesil® tablet dengan nomor batch 45122 secara kompleksometri.
Kompleksometri merupakan suatu cara penetapan kadar dengan metode titrasi
berdasarkan pembentukan reaksi kompleks antara complexing agent dengan ion
logam sebagai atom pusat (Harmita, 2006).

1.2 Tujuan
Menetapkan kadar Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam Lagesil® tablet dengan
nomor batch 45122 secara kompleksometri.

1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lagesil® Tablet


Komposisi : tiap tablet mengandung:
Aluminium Hidroksida/Al(OH)3 250 mg,
Magnesium Hidroksida/Mg(OH)2 250 mg,
Simethicone 50 mg
Indikasi : Hiperasiditas lambung, kembung, ulkuspeptik
Dosis : Tablet Dewasa : 1 tablet
Anak : ½ tablet.
Pemberian Obat : Diberikan 1-3 jam sesudah makan dan sebelum tidur malam
Kontra Indikasi : Gagal ginjal
Perhatian : Insufisiensi ginjal
Efek Samping : Diare, konstipasi. Penggunaan jangka panjang dapat
mengakibatkan hipofosfatemia
Interaksi Obat : Mempengaruhi absorpsi Fe, warfarin, tetrasiklin, digoksin,
INH, reseptor H2 antagonis A

2.2 Kompleksometri
Kompleksometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan metode titrasi
berdasarkan pembentukan reaksi kompleks antara complexing agent dengan ion
logam sebagai atom pusat. Gugus yang terikat pada atom pusat disebut sebagai
ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan
koordinasi dari logam tersebut.
Tidak semua reaksi kompleks dapat digunakan untuk titrasi. Syarat reaksi
kompleks yang dapat digunakan untuk titrasi adalah sebagai berikut :
1. Senyawa kompleks yang terbentuk harus stabil. K (konstanta) stabilitas makin
besar maka kompleks makin stabil.
2. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif sehingga dapat diukur.
3. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih reaksi
keseimbangan reaksi maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.

2 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


3

4. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak


boleh mengendap.
5. Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual
maupun dengan potensiometri.
6. Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut dan bekerja
pada kondisi yang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.
Reaksi pembentukan kompleks dapat dianggap sebagai suatu reaksi kimia
asam basa Lewis dengan ligan bertindak sebagai basa karena menyumbangkan
sepasang elektronnya kepada kation yang merupakan asamnya. Ikatan yang
terbentuk antara atom logam pusat dengan ligan seringkali bersifat kovalen namun
dapat juga berupa tarik-menarik Coulomb.
Beberapa komplekson dapat digunakan pada titrasi kompleksometri,
antara lain garam Na dari Asam Nitrilo Triasetat (NTA), garam Na dari Asam
Etilen Diamin Tetraasetat (EDTA), dan garam Na dari Asam-1,2-diamino-
sikloheksan tetraasetat. Dari ketiga komplekson tersebut, Na2EDTA merupakan
komplekson yang sering digunakan. Alasan digunakan Na2EDTA adalah sebagai
berikut :
1. Dapat bereaksi dengan hampir semua logam pada sistem periodik.
2. Stabilitas kompleks yang terbentuk paling besar jika dibandingkan dengan
komplekson lain.
3. Ligannya membentuk senyawa kelat heksadentat yang sesuai dengan bilangan
koordinasi dari ion logamnya.
4. Harga relatif lebih murah.
Pada penggunaan Na2EDTA sebagai komplekson, ada beberapa hal yang
perlu diketahui. Hal-hal tersebut adalah :
1. Dalam pembentukan kelat, satu ion selalu bereaksi dengan satu ion H2Y2- atau
HY3-, tidak tergantung padavalensi atau muatan ion logamnya.
2. Untuk logam-logam dengan berbagai valensi, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
M2+ + H2Y2- ↔ MY2- + 2H+
M3+ + H2Y2- ↔ MY- + 2H+
M3+ + H2Y2- ↔ MY + 2H+
Mn+ + H2Y2- ↔ MY(n-4) + 2H+
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


4

3. Ionisasi kompleks tergantung pada pH larutan. Logam-logam valensi 2 stabil


pada pH basa, sedangkan logam dengan valensi 3 stabil pada OH asam.
4. Bila pH larutan terlalu rendah dapat terbentuk hidrogen kompleksonat, yaitu
kompleks hidrogen dengan komplekson yang memperlambat reaksi dan terjadi
juga kompetisi antara logam dengan ion H3O+.
Titrasi dengan EDTA dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Cara langsung
Dilakukan dengan mendapar larutan ion logam yang akan dititrasi pada pH
yang sesuai lalu dititrasi langsung dengan larutan baku Na2EDTA.
Pengendapan hidroksi atau garam basa dapat dicegah dengan pembentukan
complexing agent. Titrasi cara langsung dapat dilakukan jika ada indikator
yang cocok untuk titrasi. Syarat lain adalah logam-logam dapat larut dalam
pelarut yang digunakan pada pH titrasi.
b. Cara tidak langsung
Dilakukan dengan cara menambahkan larutan Na2EDTA berlebih pada larutan
yang mengandung ion logam, didapat pada pH yang sesuai lalu kelebihan
EDTA dititrasi dengan larutan logam baku. Cara ini dilakukan jika tidak ada
indikator yang cocok untuk penetapan kadar secara langsung dan logam-logam
tidak larut pada pelarut yang digunakan atau mungkin mengendap pada pH
titrasi.
c. Cara substitusi
Dilakukan dengan cara menambahkan yang mengandung ion logam pada
kompleks yang ekuivalen lalu kompleks atau logam yang dibebaskan
ditentukan dengan larutan baku. Cara ini digunakan jika ion logam tidak
bereaksi dengan indikator logam dan jika kestabilan kompleks logam-EDTA
lebih besar dari kestabilan kompleks logam dengan logam lain.
d. Cara asam basa
Dapat dilakukan karena dalam setiap pembentukan senyawa kompleks selalu
dibebaskan ion H+, yang dapat ditentukan dengan cara asam basa biasa dengan
syarat warna kompleks yang terjadi tidak menutupi warna indikator. Bila hal
ini terjadi dapat pula digunakan indikator potensiometri.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


5

e. Cara iodometri
H+ yang dibebaskan pada pembentukan kompleks jika ditambahkan dengan
KIO3 atau KI akan membentuk I2 yang dapatditentukan secara iodometri.
f. Cara redoks
Cara ini hanya dapat dilakukan pada logam-logam yang memiliki dua buah
potensial oksidasi, misalnya Fe.
g. Metode discocollineus
Cara penetapan kadarnya sama dengan metode substitusi. Cara ini dilakukan
karena kompleks yang terbentuk antara ion logam dengan indikator terlalu
stabil sehingga pada penambahan komplekson tidak ada perubahan warna yang
dapat diamati.
Pada penetapan kadar titrasi kompleksometri secara visual digunakan
indikator. Ada tiga indikator yang dapat digunakan yaitu :
1. Indikator logam
Indikator logam adalah indikator yang memiliki warna yang berbeda dalam
keadaan bebas dan dalam keadaan terikat dengan logam.
2. Indikator redoks
Indikator ini hanya dapat dipakai untuk logam-logam yang mempunyai dua
atau lebih tingkat oksidasi dan indikator tersebut memberikan warna yang
berbeda dalam bentuk tereduksi dari bentuk teroksidasinya.
3. Indikator asam-basa
Indikator ini dapat digunakan jika ion H+ yang dilepaskan pada reaksi
pembentukan kompleks dititrasi secara asam basa.
Beberapa contoh indikator yang digunakan titrasi kompleksometri antara
lain Eriochrome Black T (EBT) untuk penetapan kadar logam Cd, Pb, Hg, Zn,
Mg, Cadan Sr; indikator Thiourea untuk penetapan kadar logam Bi; Xylenol
Orange untuk penetapan kadar logam Bi dan Al; Pyridil Azanaftol untuk
penetapan kadar logam Cu, Cd, Zn, dan Ce.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium QC PT. LAPI Laboratories pada
tanggal 14 April 2012.

3.2 Bahan dan alat


3.2.1 Bahan
Larutan baku ZnSO4 0,05 M, Larutan baku Na2EDTA 0,05 M, Indikator
Ditizon, Aquadest, Alkohol/ethanol, Sampel Lagesil® tablet nomor batch 45122,
Buffer Amonium Asetat-Asam Asetat, Buffer Amonia-Amonium Klorida,
Indikator EBT, Triethanolamine, HCl pekat

3.2.2 Alat
Alat gelas untuk analisis pada umumnya, Buret 25 ml

3.3 Cara kerja


3.3.1 Larutan induk
a. Timbang 10 Lagesil® tablet, catat beratnya, hitung berat rata-ratanya (Wtr)
b. Gerus homogen, timbang serbuk setara 800 mg Al(OH)3
c. Masukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan 20 ml Aquadest dan 20 ml HCl
pekat, panaskan sampai jernih (2-3 menit), dinginkan sampai suhu ruang.
d. Saring filtrat kedalam labu ukur 200,0 ml tambahkan Aquadest sampai tanda
batas, homogenkan

3.3.2 Penetapan kadar Aluminium Hidroksida /Al(OH)3


a. Pipet 10,0 ml larutan induk kedalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 20 ml Aquadest
c. Tambahkan 25,0 ml larutan baku Na2EDTA 0,05 M
d. Tambahkan 20 ml buffer Amonium Asetat-Asam Asetat, panaskan sampai
hampir mendidih, dinginkan dalam air es

6 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
7

e. Tambahkan 50 ml alkohol dan 2 ml indikator Ditizon (fresh)


f. Titrasi dengan larutan baku ZnSO4 0,05 M sampai terjadi perubahan warna dari
biru ke merah

3.3.3 Penetapan kadar Magnesium Hidroksida /Mg(OH)2


a. Pipet 10,0 ml larutan induk ke dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 200 ml Aquadest
c. Tambahkan 20 ml Triethanolamine
d. Tambahkan 10 ml buffer Amonia – Amonium Klorida
e. Tambahkan 3 tetes indikator EBT
f. Titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,05 M sampai terjadi perubahan warna
dari ungu kebiru

Syarat : tiap tablet mengandung Al(OH)3dan Mg(OH)2 sebesar 90,0 - 115,0% dari
yang tertera pada label.

Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Perhitungan kadar Alumunium Hidroksida:
Rumus:

{(V1 × M1) − (V2 × M2)} × kesetaraan × 20 × Wtr


% Al = × 100%
Wu × 0,05 × 250 ml × (79,51/100)

Keterangan :
V1 = volume larutan baku Na2EDTA 0,05 M
V2 = volume larutan baku ZnSO4
M1 = molaritas larutan baku Na2EDTA 0,05 M
M2 = molaritas larutan baku ZnSO4 0,05 M
Wtr = berat rata-rata (gram)
Wu = berat 10 tablet (gram)

{(25 × 0,052) − (17,1 × 0,05176)} × 3,9 × 20 × 0,7419


% Al(1) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250 ml × (79,51⁄100)
= 103,43%
{(25 × 0,052) − (17,3 × 0,05176)} × 3,9 × 20 × 0,7419
% Al(2) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250 ml × (79,51/100)
= 102,14%
{(25 × 0,052) − (17,4 × 0,05176)} × 3,9 × 20 × 0,7419
% Al(3) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250 ml × (79,51/100)
= 102,14%
103,43% + 102,14% + 102,14%
Kadar rata − rata Al =
3
= 102,57%

8 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


9

Tabel 4.1 Data penetapan kadar Alumunium Hidroksida


Al(OH)3
No. Volume ZnSO4 (ml)
Volume (ml) kadar (%)
1. 0,000 – 17,1 10,0 103,43 %
2. 0,000 - 17,2 10,0 102,14 %
3. 0,000 - 17,2 10,0 102,14 %

4.1.2 Perhitungan kadar Magnesium Hidroksida


Rumus :

V1 × M1 × kesetaraan × 20 × Wtr
% Mg = × 100%
Wu × 0,05 × 250 ml

Keterangan :
V1 = volume larutan baku Na2EDTA 0,05 M
M1 = molaritas larutan baku Na2EDTA 0,05 M
Wtr = berat rata-rata (gram)
Wu = berat 10 tablet (gram)

12,9 × 0,052 × 2,916 × 20 × 0,7419


% Mg (1) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250
= 99,41 %
12,8 × 0,052 × 2,916 × 20 × 0,7419
% Mg (2) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250
= 98,64 %
12,9 × 0,052 × 2,916 × 20 × 0,7419
% Mg (3) = × 100%
2,3356 × 0,05 × 250
= 99,41 %
99,41% + 98,64% + 99,41%
Kadar rata − rata Mg =
3
= 99,15 %

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


10

Tabel 4.2 Data penetapan kadar magnesium hidroksida

Mg(OH)2
No. Volume Na2EDTA (ml)
Volume (ml) kadar (%)
1. 0,000 – 12,9 10,0 99,41 %
2. 0,000 – 12,8 10,0 98,64 %
3. 0,000 - 12,9 10,0 99,41 %

4.2 Pembahasan
Titrasi kompleksometri merupakan suatu cara penetapan kadar ion logam
yang bervalensi 2 atau lebih berdasarkan terbentuknya senyawa kompleks antara
ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks.
Pada pembuatan larutan induk, serbuk Lagesil® ditambahkan dengan
Aquadest dan HCl pekat yang berguna untuk melarutkan serbuk Lagesil®,
sedangkan fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat proses pelarutan.
Penambahan Na2EDTA pada penetapan kadar Al(OH)3 berfungsi untuk
membentuk kompleks Al-Na2-EDTA sehingga dapat dititrasi dengan ZnSO4. Pada
penetapan kadar Al(OH)3 dan Mg(OH)2, keduanya menggunakan dapar yang
berguna sebagai penstabil pH karena senyawa yang terbentuk setelah bereaksi
dengan Na2EDTA hanya stabil pada pH tertentu. Selain itu dapar juga dibutuhkan
untuk mempertahankan warna indikator karena indikator dapat berubah warna
dengan adanya perubahan pH larutan.
Reaksi pertama adalah Al(OH)3 bereaksi dengan HCl:
Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O

Berikut ini adalah hasil reaksi Na2EDTA dengan Al(OH)3:


O

O
H

O
H

O
A
l

+ AlCl3 + 2HCl + NaCl


N
a
O

O
N
a

N
a
O

O
O

Na2-EDTA kompleks Al-Na2-EDTA

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


11

Hasil reaksi Na2EDTA berlebih dengan ZnSO4:

O
O

O
H

O
H

Z
n
+ ZnSO4 + H2SO4

N
a
O

O
N
a
N
a
O

O
N
a

O
O

O
Na2EDTA berlebih Kompleks Zn-Na2EDTA

[
Hasil reaksi indikator ditizon dengan ZnSO4:
N
H
N
H

N
H
N
H
S
C

S
C
2 + ZnSO4 . Zn+2 + H2SO4
N
N

N
N
2
Dithizone (ungu) Zn-dithizonate (Pink)

4.2.1 Indikator ion logam

Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik yang membentuk kelat
berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu
dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna
dengan ion logam harus lebih pekat dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan
perubahan warna harus mudah diamati mata.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks
antara larutan titer dan ion logam. Berikut adalah beberapa indikator yang
digunakan dalam percobaan:
a. Indikator Ditizon
Ditizon (1,5 difenil-3-mercatoformosan) merupakan salah satu
indikator yang cukup luas penggunaannya pada pembentukan senyawa
kompleks. Ditizon merupakan senyawa yang berbentuk kristal, dengan warna
hitam keunguan mempunyai 2 bentuk tautomer dan merupakan senyawa asam
lemah monobosa dengan harga pKa = 4,5.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


12

b. Indikator Eriochrome B
Black
lack T (EBT) yang mempunyai rumus struktur
molekul berikut:

Eriochrome Black T (sodium 11-(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro--2-naftol-4-


sulfonat),, yang bisa disebut juga Solochrome Black T. Dalam larutan asam kuat
warna cenderung cokelat-merah,
cokelat merah, biasanya digunakan pada titrasi yang
mengandung larutan EDTA yang lebih asam dari pH = 6,5
Metode titrasi kompleksometri tidak langsung atau residu diterapkan pada
analisis senyawa aluminium, karena kondisi untuk titrasi langsung dapat
menunjukkan kesalahan karena adanya pengendapan logam sebagai hidroksida
dalam media basa. Pada percobaan ini, kelebihan larutan standar EDTA yang
ditambahkan ke sampel, maka pH disesuaikan dengan titrasi
titrasi kembali dengan
larutan logam-ion,
ion, zinc sulfat (ZnSO4),, dengan menggunakan indikator yang
sensitif terhadap titran.. Logam yang ditetapkan kadarnya tetap kompleks dengan
EDTA dan tidak mengganggu kompleksasi Zn-EDTA.. Indikator ditizon tidak
larut dalam air, maka diperlukan penambahan alkohol untuk memastikan
kelarutan senyawa kompleks yang terbentuk. Alkohol juga meningkatkan
kestabilan senyawa kompleks Al-Na
Al 2EDTA.
Alumunium dan zinc memiliki konstanta stabilitas yang sama yaitu pada
pH 4. Kekeruhan samar yang dihasilkan oleh larutan amonia adalah aluminium
tidak larut. Lebih tidak larut dibandingkan zinc. Asam dilarutkan kembali, maka
pH larutan akan dikontrol oleh buffer ammonium asetat.
Pada percobaan pertama merupakan titrasi kompleksometri tidak
langsung. Stabilitas senyawa kompleks yang terbentuk pada percobaan pertama
yaitu Al-Na2-EDTA,, senyawa ini cukup stabil pada pH asam, maka diperlukan
buffer amonium asetat-asam
asetat asetat untuk mempertahankan
ertahankan pH asam supaya
senyawa kompleks yang terbentuk stabil. Indikator yang digunakan adalah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


13

ditizon, indikator ini diperlukan untuk menunjukkan suatu TA (titik akhir) titrasi.
Perubahan warna yang terjadi adalah dari ungu ke pink merah.
Pada percobaan kedua dilakukan penetapan kadar Mg(OH)3 dengan
larutan baku Na2EDTA, diperlukan buffer Amonia – Amonium klorida untuk
mempertahankan pH basa sehingga kompleks Mg-Na2EDTA yang terbentuk lebih
stabil. Dengan penambahan indikator EBT, akan terjadi perubahan warna ungu.
Ketika dititrasi dengan larutan baku Na2EDTA akan terjadi perubahan warna dari
ungu ke biru, hal ini menandakan telah mencapai TA titrasi. Indikator EBT
digunakan karena cukup mudah dilihat dalam perubahan warnanya, selain itu
indikator EBT juga stabil pada pH 6-11.
1. Berikut adalah reaksi dari Mg(OH)2 dengan HCl:
2Mg(OH)2 + 4HCl 2MgCl2 + 4H2O

2. Reaksi antara Eriochrome Black T (EBT) dengan MgCl2


O
H

H
O
N
a
O
S

N
3

+ MgCl2
O
N
2

Eriochrome black
O
M N
g
O
N
a
O
S
3

+ 2HCl
O
N
2

Mg-eriochrome black T complex


3. Reaksi antara Na2EDTA dengan MgCl2
O

O
O

O
H

O
H

M
g

+ MgCl2 + 2HCl
N
a
O

O
N
a
N
a
O

O
N
a

O
O

Na2-EDTA Kompleks Mg- Na2-EDTA

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


14

4. Reaksi antara Kompleks Mg-EBT dengan Na2EDTA

O
M N
g
O

O
H

O
H

O
N
a
O
S
3

N
a
O

O
N
a
+

O
O
N
2

Kompleks Mg-EBT (Pink)

O
H

H
O
O

N
a
O
S

N
M
g

N
N
a
O

O
N
a
+
O

Blue

O
N
2

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Kadar rata-rata Al(OH)3 dalam tablet Lagesil dengan no. batch 45122 adalah
sebesar 102,57 %. Hasil ini memenuhi syarat.
b. Kadar rata-rata Mg(OH)2 dalam tablet Lagesil dengan no. batch 45122 adalah
sebesar 99,15 %. Hasil ini memenuhi syarat.

15 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ACUAN

Vogel, A.I, (1997). A Text book of Quantitative Inorganic Analysis. 3rd, hal 23-25,
____, (2010). USP 32 volume II, hal 1401-1405.
Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Depok
:UI.
Jenkins, G.L, Knevel, A.M, (2008). Quantitative Pharmaceutical Chemistry. 6th
edition, hal 152-155. New York: McGraw Hill Book Company.

16 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai