Digital - 20361210 PR Wisnu Yogaswara PT Lapi
Digital - 20361210 PR Wisnu Yogaswara PT Lapi
ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. LAPI Laboratories di Kawasan Industri Modern Cikande Kav.
18, Serang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. LAPI Laboratories
dilaksanakan pada periode 2-27 April 2012 dan merupakan salah satu syarat
akademis untuk memperoleh gelar Apoteker.
Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Drs. Apollo Suhaimi, Apt., selaku Plant Manager, yang telah memberi izin dan
fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku Ketua Departemen Farmasi
Universitas Indonesia.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
4. Bapak Sutriyo, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Departemen
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
5. Ibu Sin Chen, S.Si, Apt., selaku pembimbing dan Validation Manager PT.
LAPI Laboratories.
6. Seluruh manajer dan supervisor PT. LAPI Laboratories yang telah
membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di PT. LAPI Laboratories.
7. Seluruh staf dan karyawan PT. LAPI Laboratories, yang telah membantu
penulis selama pelaksanaan PKPA.
8. Teman-teman program profesi apoteker angkatan 74 Universitas Indonesia.
9. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini.
iii
Penulis
iv
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. vii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………2
v
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN……………………………………………………….. 43
4.1. Managemen Mutu…………………………………. ........................ … 43
4.2. Personalia………………………………………………………………. 43
4.3. Bangunan dan Fasilitas ……………………………………….... ..... ….44
4.4. Peralatan……………………………… .......................................... ….45
4.5. Sanitasi dan Higiene……………………………………………...... ….45
4.6. Produksi…………………………………………………………. ... … 46
4.7. Pengawasan Mutu (Quality Control)……………………………... . … 47
4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu………………………………….. ..... … 47
4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk…………………………. .... … 47
4.10. Dokumentasi……………………………………………………. .... … 48
4.11. Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak…………………...... … 48
4.12. Kualifikasi dan Validasi………………………………………........ … 48
vi
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
2
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami gambaran umum mengenai kegiatan yang
dilakukan di industri farmasi.
2. Mempelajari secara langsung penerapan pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) melalui pengamatan berbagai kegiatan rutin di industri farmasi.
3. Mengetahui peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang industri farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN UMUM
3 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi (BPOM, 2006).
2.2.2 Personalia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksiyang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Bab peralatan
menjelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan
penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan
dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan
bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi,
absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan
ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama lain
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari penumpukan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat
sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telahditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur tetap, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Sejarah
PT. LAPI Laboratories pada awalnya merupakan sebuah klinik dan
laboratorium asma dan alergi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Dr.
Indrayana pada tahun 1974. Nama LAPI sendiri merupakan singkatan dari
Laboratorium Asma dan Alergi Pertama di Indonesia. Seiring dengan berjalannya
waktu, PT. LAPI Laboratories berkembang menjadi sebuah industri farmasi yang
maju, dan pada tahun 1994 PT. LAPI laboratories membangun pabrik di Kawasan
Industri Modern Cikande, Serang, Kav 18.
3.2.2 Misi
PT. LAPI Laboratories mempunyai misi sebagai berikut :
1. Memuaskan pelanggan dengan memberikan produk yang aman, efektif, dan
bermutu dengan harga yang terjangkau serta pelayanan yang terbaik.
2. Menjadi pusat pembuatan produk-produk bermutu melalui perbaikan kualitas
secara berkelanjutan.
3. Menjadi pusat pengembangan sumber daya yang bermutu.
4. Menjadi pelopor perubahan teknologi melalui pusat riset dan pengembangan
sarana produksi dan pengawasan mutu.
5. Menjadi perusahaan yang memberikan perhatian kepada pekerja, pelanggan,
dan masyarakat.
6. Menjadi perusahaan yang memberikan keuntungan kepada para pemegang
saham.
14 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produksi bulanan dari PPIC. Pelaksanaan produksi obat di PT. LAPI Laboratories
dijadwalkan oleh PPIC. Bagian produksi akan merealisasikan perencanaan yang
telah ditetapkan oleh PPIC. Bagian produksi akan melakukan verifikasi untuk
memastikan jadwal tersebut dapat dilaksanakan, apabila jadwal telah disetujui,
maka jadwal akan ditetapkan perminggu oleh bagian produksi dan dijadwalkan
oleh PPIC, agar dalam waktu 1 bulan jadwal tersebut dapat direalisasikan. Jika
terjadi pergeseran jadwal, maka bagian produksi dan PPIC akan saling konfirmasi.
Pada setiap akhir bulan akan ada laporan produk-produk apa saja yang telah
selesai diproduksi dan ada di gudang.
PT. LAPI Laboratories memiliki 3 ruang kelas white, grey dan black area.
Warna lantai pada ketiga ruang tersebut dibuat berbeda untuk membedakan antara
ruang yang satu dengan ruang yang lain. Pembagian ruang kelas tersebut adalah
sebagai berikut:
Gedung produksi PT. LAPI Laboratories terdiri atas 3 terpisah yaitu,
gedung probiotik, sefalosporin, dan non beta laktam.Selain itu, ruang produksi di
PT. LAPI Laboratories terbagi atas 3 ruang kelas yaitu, white, grey dan blackarea.
1. White area (Kelas A, B dan C)
Digunakan untuk kegiatan filling sediaan steril yang mengandung zat aktif
golongan sefalosporin ke dalam kemasan vial dan kemudian dilakukan
penutupan/capping. Adapun kondisi ruang pada kelas ini adalah :
a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan
langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan tidak
membentuk sudut.
b. Bebas dari retakan dan sambungan.
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara Laminar Air Flow (LAF)
yang mendukung persyaratan untuk ruang kelas A.
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang
white area harus memenuhi persyaratan :
a. Menggunakan pakaian pelindung dengan penutup kepala dan masker, sarung
tangan, serta sepatu khusus steril untuk masing-masing ruang.
b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori, dan kosmetika yang
berlebihan.
Universitas Indonesia
c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung
dengan data medical check up secara periodik.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik, mengeringkannya dan menggunakan
desinfektan sebelum memasuki masing-masing ruang.
2. Grey area (kelas D dan E)
Digunakan untuk kegiatan proses produksi sedian non steril non
betalaktam. Kondisi ruang grey area yang ada di PT. LAPI Laboratories hamper
sama dengan white area, hanya ruangan kelas ini memiliki ventilasi dengan sistem
pengendali udara HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) yang mendukung
persyaratan untuk ruang kelas D dan E. Setiap personil yang bekerja di dalam atau
hendak masuk ke dalam ruang kelas ini harus memenuhi persyaratan sama
dengan ketika memasuki ruang A, B dan C.
Ruangan yang terdapat pada grey area adalah sebagai berikut :
a. Ruang Staging
Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang, dan
menunggu untuk diolah pada proses produksi. Ruang staging di PT. LAPI
Laboratories terbagi menjadi 3, yaitu ruang staging bahan baku, ruang staging
alufoil dan ruang staging botol.
b. Ruang Super Mixer dan Drum Mixer
Sebagai tempat pencampuran granul dengan menggunakan kedua alat tersebut.
c. Ruang Oscilating
Pada ruangan ini dilakukan pengayakan granul untuk memperoleh ukuran
partikel yang diinginkan dengan menggunakan mesin Oscilating.
d. Ruang fluid bed
Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid Bed
Dryer (FBD).
e. Ruang cetak tablet
Granul yang telah mendapat status release dari QA selanjutnya akan dicetak
menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin
JCMCO.
Universitas Indonesia
f. Ruang coating
Merupakan tempat penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut Pharmatec
Sejong.
g. Ruang filling kapsul
Digunakan untuk melakukan pengisian granul ke dalam cangkang kapsul
dengan menggunakan mesin Automatic Capsule Filling yang dilengkapi
dengan mesin Polishing Capsule DP100.
h. Ruang Stripping
Digunakan untuk mengemas tablet, kaplet atau kapsul dalam bentuk strip
dengan menggunakan mesin ACCEDE 260 NS.
i. Ruang Blistering
Digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister menggunakan mesin
Blister Packing tipe Ministar VAL.
j. Ruang mixing sirup
Digunakan untuk pencampuran semua bahan yang digunakan untuk pembuatan
sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin
Thorax Homogenizer.
k. Ruang filling sirup
Digunakan untuk pembersihan kemasan botol, melakukan proses pengisian
sediaan cair ke dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Alat yang
digunakan pada proses ini adalah Automatic Filling.
l. Ruang proses filling obat luar
Digunakan untuk pencampuran dan pengemasan primer sediaan cair obat luar.
m. Ruang WIP (Work In Process)
Digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk ruahan yang
menunggu untuk proses selanjutnya.
n. Ruang IPC (In Process Control)
Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas produk
selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat timbangan,
disintegration test, friability tester, hardness tester, pH meter, viskometer
brookfield, torque meter.
Universitas Indonesia
o. Ruang sortir
Pada ruangan ini dilakukan penyortiran terhadap tablet/kapsul dengan
menggunakan mesin capsule and tablet inspection.
p. Ruang produk antara
Ruang ini merupakan tempat penyimpanan produk antara.
q. Ruang produk ruahan
Ruang ini merupakan tempat penyimpanan produk ruahan.
r. Ruang alat bersih
Pada ruangan ini dilakukan penyimpanan peralatan yang sudah dibersihkan.
s. Ruang cuci alat
Ruangan ini digunakan untuk pencucian alat/mesin-mesin yang telah
digunakan pada proses produksi.
t. Ruangan alat pembersih
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat-alat untuk pembersihan ruangan
produksi.
3.3.3.1 Sanitasi
Pengontrolan ruang dilakukan sedemikian rupa agar senantiasa memenuhi
persyaratan untuk masing-masing ruang. Pengendalian ruang dilakukan dengan
cara pengendalian terhadap hama atau pest control dan fogging. Pengendalian
dilakukan terhadap serangga, nyamuk, dan tikus. Pengendalian dilakukan dengan
carafogging 1 minggu sekali di grey area, dan setiap dua hari satu kali di white
area. Pengendalian terhadap partikel dan mikrobiologi udara dilakukan dengan
pemasangan medium filter pada sistem AHU (Air Handling Unit) dan melakukan
desinfeksi udara (air bornedesinfectan).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laboratories antara lain : fasilitas, alat laboratorium, air dan steam, HVAC, sistem
gas, alat produksi, proses, pembersihan.Berdasarkan jenisnya, validasi terdiri dari
validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisa, dan validasi
mikrobiologi. Bagian validasi di PT. LAPI Laboratories hanya melakukan validasi
proses dan validasi pembersihan, sedangkan validasi metode analisa dilakukan
oleh bagian Analytical Development. Validasi mikrobiologi dilakukan oleh bagian
QC mikrobiologi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lalu mengajukan usulan perubahan ke QA. Setelah keluar persetujuan dari QA,
dengan turunnya usulan perubahan (UP) maka RD akan merevisi DPI dan PPI lalu
melakukan optimasi pada skala produksi. Tahap selanjutnya sama dengan
pengembangan formula produk baru.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5. Bak aerasi
Bak aerasi ialah bak yang disediakan untuk terjadinya proses penguraian
limbah dengan melibatkan bakteri aerob. Sistem yang diterapkan ialah proses
lumpur aktif. Pada bak ini diciptakan suatu kondisi agar bakteri pengurai
polutan bisa hidup dan berkembang biak dengan baik yaitu dengan dipasang
aerator yang berfungsi sebagai pemasok oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri. Selain itu, aerator berfungsi untuk mencampur air limbah yang masuk
sehingga dapat tercampur secara sempurna dan diharapkan dengan
pengadukan yang sempurna tidak ada daerah dalam bak yang tidak mendapat
suplai oksigen. Aerator bekerja selama 24 jam. Air limbah dari bak aerasi
akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi.
Universitas Indonesia
6. Bak sedimentasi
Fungsi dari proses sedimentasi yang kedua ini adalah untuk memisahkan
antara padatan dan air bersihnya. Padatan yang berada di tangki ini adalah
mikroba atau lumpur aktif. Di dalam bak sedimentasi, flokul akan mengendap
di dasar bak sebagai lumpur dan air bersih yang berada di atas lumpur akan
mengalir secara gravitasi ke tangki selanjutnya yaitu break tank, sedangkan
lumpurnya yang berupa lumpur akitf sebagian akan dikembalikan ke bak
aearasi dengan pompa. Fungsi dari pengembalian lumpur ini adalah untuk
mempertahankan populasi mikroorganisme di dalam bak aerasi tersebut.
7. Break tank
Supernatan yang berasal dari bak sedimentasi akan mengalir ke break tank.
Bak ini berfungsi menampung air yang akan digunakan untuk proses
selanjutnya. Pada bak dilengkapi satu unit pompa sentrifugal untuk
memompa air dari tangki ke saringan pasir dan saringan karbon.Kerja pompa
dikontrol secara otomatis menggunakan level controller. Jika air di dalam bak
tersebut penuh maka pompa akan jalan dan jika level air rendah maka pompa
akan berhenti.
8. Saringan pasir
Air dari break tank dipompa ke tangki saringan pasir. Kotoran atau sisa
lumpur yang terbawa dalam air akan tersaring oleh media pasir dalam
saringan pasir. Seiring berjalannya waktu, kotoran yang terakumulasi dalam
media pasir akan menyumbat saringan maka saringan harus dicuci balik
(backwash). Air hasilpencucian balik akan dibuang ke saluran drainase.
Pencucian balik dilakukan sekali dalam sehari selama 5-10 menit.
9. Saringan karbon
Air baku saringan pasir akan tersaring lagi untuk penyempurnaan dalam
saringan karbon. Operasi penyaringan dan tahapan pencucian balik sama
seperti operasi pada saringan pasir. Hasil akhir proses pengolahan air limbah
akan dibuang ke bak penampungan (effluent tank).
10. Sludge tank
Bak ini berfungsi sebagai penampung lumpur kimia dan biologi dari clarifier
tank. Kandungan air yang masih ada akan masuk kembali ke tangki aerasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8. Setelah melewati filter membran osmosis balik dihasilkan air concentrate dan
air permeat. Air concentrate masih mengandung mineral sehingga sebagian
besar disirkulasi kembali ke filter membran osmosis balik dan sebagian kecil
air tersebut dibuang.
9. Air permeat yang telah lolos dari filter membran osmosis balik akan masuk
ke EDI dimana air akan melewati proses elektrodeionisasi sehingga akan
dihasilkan purified water (PW).
10. Apabila conductivity air PW memenuhi syarat (< 1,3μs/cm) maka air
akanmasuk ke tangki PW.
11. PW dalam tangki akan melewati proses penyinaran menggunakan lampu
UVyang bertujuan membunuh bakteri yang terdapat pada PW yang berada di
tangki. Selain itu, pada tangki PW suhu dipertahankan pada 18°C±2°C
menggunakan chiller. Setelah itu PW akan didistribusikan ke bagian
sefalosporin namun sebelum didistribusikan, air melewati detektor TOC
terlebih dahulu.
12. Selain didistribusikan ke bagian sefalosporin, PW diproses lagi menggunakan
sistem Distilled Pure Steam Generator (DPSG) sehingga dihasilkan pure
steam yang sebagian dapat langsung digunakan untuk otoklaf dan sebagian
lagi didinginkan menggunakan chiller sehingga dihasilkan Water For
Injection (WFI).
13. WFI kemudian ditampung ke dalam tangki penampungan dan dapat
didistribusikan ke bagian sefalosporin setelah melewati detektor TOC. Pada
tangki penampungan WFI terdapat heater dan boiler steam yang berfungsi
untuk mempertahankan suhu 80°C±2°C dimana sirkulasi pada looping WFI
berjalanselama 24 jam.
c. Sistem HVAC
HVAC merupakan sistem yang bertujuan untuk mengatur suhu,
kelembaban,perbedaan tekanan udara, jumlah partikel, serta pergantian udara di
dalam ruang produksi serta ruang penyimpanan bahan baku, bahan kemas, dan
produk jadi dengan menggunakan AHU, penghisap debu (dust collector) dan
dehumidifier agar tercapai kondisi udara yang memenuhi persyaratan mutu.
Adapun prinsip kerja dari AHU adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
efisiensi 95%. Setelah masuk ke medium filter, udara akan melalui evaporator
dimana evaporator tersambung dengan suatu unit pendingin (condensing
unit/CU). CU ini berfungsi sebagai pendingin udara yang melewati
evaporator. Udara dingin yang dihasilkan akan disaring oleh HEPA filter
dengan efisiensi 99,97% kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan
melalui SAD.
2. Ruangan kelas F dan G
Udara yang berasal dari ruangan kelas F dan G (melalui RAG) dan udara
segar dari luar ruangan disaring dengan menggunakan prefilter dengan
efisiensi 30%. Setelah melalui prefilter maka udara dapat langsung
didistribusikan ke ruangan kelas F dan G melalui SAD.
d. Boiler
Boiler berfungsi sebagai pemanas air dan menghasilkan uap air (steam). Air yang
digunakan adalah softwater. Uap air ini dapat dialirkan ke fluid bed dryer,double
jacket tank, dan mesin salut tablet otomatis.
e. Penghisap debu
Penghisap debu yang berfungsi menghisap dan menyaring debu dari udara.Debu
yang terakumulasi pada filter akan diberi tekanan udara sehingga jatuh ketempat
pembuangan debu. Ruangan-ruangan yang membutuhkan penghisap debu antara
lain: ruang pencampuran (super mixer), ruang pengayakan, ruang cetak, dan ruang
fluid bed dryer.
Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Sumber daya manusia merupakan factor penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Untuk mencapai hal itu PT. LAPI Laboratories harus menyediakan personil
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. Seluruh personil memahami prinsip
CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk
instruksi higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
PT. LAPI Laboratories memberikan pelatihan awal mengenai CPOB
beserta pelaksanaannya pada personil dengan tujuan agar personil paham
mengenai prinsip CPOB. Selain itu, PT. LAPI Laboratories juga mengadakan
pelatihan secara berkala yang pelaksanaannya diatur oleh bagian Quality
Management System & Training.
43 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
45
di ruangan bahan baku khusus prekursor dan dikunci. Untuk bahan yang eksplosif
dan mudah terbakar disimpan di gudang tahan api yang letaknya terpisah dari
gudang bahan baku dan dilengkapi dengan fasilitas alarm dan pemadam
kebakaran.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan di PT. LAPI Laboratories untuk membuat obat
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dan dikualifikasikan dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai
desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
46
4.6 Produksi
Sebelum kegiatan produksi dimulai, dilakukan kesiapan jalur (line
clearance) untuk memastikan peralatan dan area produksi bersih dan bebas dari
sisa produk sebelumnya. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas
dan rinci dalam PPI serta dilaksanakan sesuai PPI. Tiap penyimpangan yang tejadi
dilaporkan kepada QA compliance. Penerimaan bahan awal dilakukan sesuai
prosedur penerimaan bahan awal dan dicatat dalam log book. Distribusi produk
jadi dilakukan sesuai prosedur pengeluaran dan pengiriman produk jadi serta
dicatat di log book.
Sementara itu, bahan awal dikarantina sampai dikeluarkan disposisi
diluluskan atau ditolak oleh QC. Produk jadi dikarantina sampai dikeluarkan
disposisi diluluskan atau ditolak oleh QA. Selama dilakukan proses pengolahan
atau pengemasan, pada ruangan ditempel label “sedang proses” dengan format
yang telah ditetapkan. Label “karantina”, “ditolak”, dan “diluluskan” diberi
penandaan warna yang berbeda dengan format label yang telah ditetapkan.
Kegiatan produksi produk dengan bahan aktif yang berbeda tidak dilakukan
bersamaan dalam ruangan yang sama.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
47
penunjang, yaitu AHU dan sistem pengolahan air. Sub bagian stabilitas
melakukan uji stabilitas untuk menetapkan tanggal kadaluarsa produk.
Sampel pertinggal setiap bets yang diproduksi sudah disimpan di ruang
sampel pertinggal untuk antisipasi penelusuran di masa mendatang. Bagian QC
menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
48
Produk yang ditarik kembali atau produk kembalian selalu diberi identitas
dan disimpan terpisah pada area yang aman sampai dikeluarkan disposisi oleh
QA. Terdapat prosedur tertulis mengenai penanganan penarikan produk dan
produk kembalian.
4.10 Dokumentasi
PT. LAPI Laboratories telah menjalankan sistem dokumentasi secara rinci
mulai dari format standar dokumen, prosedur penyusunan, sampai dengan
prosedur pengisian dan penandatanganan dokumen. Bagian sistem manajemen
mutu dan pelatihan bertanggungjawab mengendalikan dokumen. PPI, petunjuk
kerja, maupun catatan bets disusun dan didistribusikan ke bagian-bagian yang
terkait. Dokumen disusun, diperiksa, dan ditandatangani oleh personil yang
berwenang. Kemudian terdapat pengkajian ulang dokumen secara berkala.
Semua dokumen diketik dan pencatatan data ditulis tangan oleh personil
yang bersangkutan dengan tulisan yang jelas. Terdapat log book untuk mencatat
semua kegiatan, identitas personil, beserta tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut.
Semua perubahan pencatatan dokumen diparaf dan diberi tanggal.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. PT LAPI Laboratories telah konsisten melaksanakan visi dan misi perusahaan
melalui tindakan peningkatan mutu produk, yang berpegang pada ketentuan
dalam CPOB dan sistem mutu ISO 9001:2008.
2. PT. LAPI Laboratories sudah menerapkan hampir seluruh aspek CPOB namun
masih ada dua hal yang memerlukan perhatian lebih lanjut pemisahan
bangunan produksi produk non obat/suplemen.
3. Sesuai PP No. 51 tahun 2009 pasal 9 PT. LAPI Laboratories memiliki apoteker
di bagian QA, produksi, dan QC yang menjalankan peran dan tanggung
jawabnya secara nyata.
5.2 Saran
1. Bangunan sediaan non obat/suplemen diharapkan terpisah dengan bangunan
produk obat.
2. Pengisian rekaman sebaiknya menggunakan tinta biru untuk menjamin
orisinalitasnya.
3. Meningkatkan kesadaran akan penggunaan alat pelindung diri agar lebih
diterapkan dengan cara mengingatkan antara pekerja yang satu dengan yang
lainnya.
50 Universitas Indonesia
Badan POM RI. (2001). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi
Revisi.Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2001). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Edisi Revisi.Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi Revisi.
Badan POM. Jakarta: Badan POM.
Badan POM RI. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik 2006.Jakarta: Badan POM.
Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010. Jakarta.
51 Universitas Indonesia
Direktur Utama
General Manager
Plant Manager
Project Specialist
QA
Manager
Purchasing
Manager
Manager PPIC
QA Manager
Administrator
Administrator Administrator
Administrator
Compliance I Compliance V
Compliance IV
QC Manager
Administrator
Raw Material
Analyst
Raw Material
Sampling
Inspector
Administrator
QMR Supervisor
Analytical Development
Manager
Supervisor
Validation
Manager
Cleaning Support System Equipment Internal External Beta Lactam Non Beta
Validation Qualification Qualification Calibration Calibration Validation Lactam
Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Validation
Supervisor
RD Manager
Administrator
PPIC
DPI/PPI
Process Administrator
Development
Assistant Manager
Manager
Administrator
PetugasSp
arepart
Drafter
Supervisor Supervisor
Maintenance Utility
Maintenance Utility
Foreman Foreman
ANGKATAN LXXIV
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... …. iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………1
ii Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Menetapkan kadar Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam Lagesil® tablet dengan
nomor batch 45122 secara kompleksometri.
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Kompleksometri
Kompleksometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan metode titrasi
berdasarkan pembentukan reaksi kompleks antara complexing agent dengan ion
logam sebagai atom pusat. Gugus yang terikat pada atom pusat disebut sebagai
ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan
koordinasi dari logam tersebut.
Tidak semua reaksi kompleks dapat digunakan untuk titrasi. Syarat reaksi
kompleks yang dapat digunakan untuk titrasi adalah sebagai berikut :
1. Senyawa kompleks yang terbentuk harus stabil. K (konstanta) stabilitas makin
besar maka kompleks makin stabil.
2. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif sehingga dapat diukur.
3. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih reaksi
keseimbangan reaksi maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.
2 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Cara iodometri
H+ yang dibebaskan pada pembentukan kompleks jika ditambahkan dengan
KIO3 atau KI akan membentuk I2 yang dapatditentukan secara iodometri.
f. Cara redoks
Cara ini hanya dapat dilakukan pada logam-logam yang memiliki dua buah
potensial oksidasi, misalnya Fe.
g. Metode discocollineus
Cara penetapan kadarnya sama dengan metode substitusi. Cara ini dilakukan
karena kompleks yang terbentuk antara ion logam dengan indikator terlalu
stabil sehingga pada penambahan komplekson tidak ada perubahan warna yang
dapat diamati.
Pada penetapan kadar titrasi kompleksometri secara visual digunakan
indikator. Ada tiga indikator yang dapat digunakan yaitu :
1. Indikator logam
Indikator logam adalah indikator yang memiliki warna yang berbeda dalam
keadaan bebas dan dalam keadaan terikat dengan logam.
2. Indikator redoks
Indikator ini hanya dapat dipakai untuk logam-logam yang mempunyai dua
atau lebih tingkat oksidasi dan indikator tersebut memberikan warna yang
berbeda dalam bentuk tereduksi dari bentuk teroksidasinya.
3. Indikator asam-basa
Indikator ini dapat digunakan jika ion H+ yang dilepaskan pada reaksi
pembentukan kompleks dititrasi secara asam basa.
Beberapa contoh indikator yang digunakan titrasi kompleksometri antara
lain Eriochrome Black T (EBT) untuk penetapan kadar logam Cd, Pb, Hg, Zn,
Mg, Cadan Sr; indikator Thiourea untuk penetapan kadar logam Bi; Xylenol
Orange untuk penetapan kadar logam Bi dan Al; Pyridil Azanaftol untuk
penetapan kadar logam Cu, Cd, Zn, dan Ce.
Universitas Indonesia
3.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium QC PT. LAPI Laboratories pada
tanggal 14 April 2012.
3.2.2 Alat
Alat gelas untuk analisis pada umumnya, Buret 25 ml
6 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
7
Syarat : tiap tablet mengandung Al(OH)3dan Mg(OH)2 sebesar 90,0 - 115,0% dari
yang tertera pada label.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Perhitungan kadar Alumunium Hidroksida:
Rumus:
Keterangan :
V1 = volume larutan baku Na2EDTA 0,05 M
V2 = volume larutan baku ZnSO4
M1 = molaritas larutan baku Na2EDTA 0,05 M
M2 = molaritas larutan baku ZnSO4 0,05 M
Wtr = berat rata-rata (gram)
Wu = berat 10 tablet (gram)
8 Universitas Indonesia
V1 × M1 × kesetaraan × 20 × Wtr
% Mg = × 100%
Wu × 0,05 × 250 ml
Keterangan :
V1 = volume larutan baku Na2EDTA 0,05 M
M1 = molaritas larutan baku Na2EDTA 0,05 M
Wtr = berat rata-rata (gram)
Wu = berat 10 tablet (gram)
Universitas Indonesia
Mg(OH)2
No. Volume Na2EDTA (ml)
Volume (ml) kadar (%)
1. 0,000 – 12,9 10,0 99,41 %
2. 0,000 – 12,8 10,0 98,64 %
3. 0,000 - 12,9 10,0 99,41 %
4.2 Pembahasan
Titrasi kompleksometri merupakan suatu cara penetapan kadar ion logam
yang bervalensi 2 atau lebih berdasarkan terbentuknya senyawa kompleks antara
ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks.
Pada pembuatan larutan induk, serbuk Lagesil® ditambahkan dengan
Aquadest dan HCl pekat yang berguna untuk melarutkan serbuk Lagesil®,
sedangkan fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat proses pelarutan.
Penambahan Na2EDTA pada penetapan kadar Al(OH)3 berfungsi untuk
membentuk kompleks Al-Na2-EDTA sehingga dapat dititrasi dengan ZnSO4. Pada
penetapan kadar Al(OH)3 dan Mg(OH)2, keduanya menggunakan dapar yang
berguna sebagai penstabil pH karena senyawa yang terbentuk setelah bereaksi
dengan Na2EDTA hanya stabil pada pH tertentu. Selain itu dapar juga dibutuhkan
untuk mempertahankan warna indikator karena indikator dapat berubah warna
dengan adanya perubahan pH larutan.
Reaksi pertama adalah Al(OH)3 bereaksi dengan HCl:
Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O
O
H
O
H
O
A
l
O
N
a
N
a
O
O
O
Universitas Indonesia
O
O
O
H
O
H
Z
n
+ ZnSO4 + H2SO4
N
a
O
O
N
a
N
a
O
O
N
a
O
O
O
Na2EDTA berlebih Kompleks Zn-Na2EDTA
[
Hasil reaksi indikator ditizon dengan ZnSO4:
N
H
N
H
N
H
N
H
S
C
S
C
2 + ZnSO4 . Zn+2 + H2SO4
N
N
N
N
2
Dithizone (ungu) Zn-dithizonate (Pink)
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik yang membentuk kelat
berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu
dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna
dengan ion logam harus lebih pekat dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan
perubahan warna harus mudah diamati mata.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks
antara larutan titer dan ion logam. Berikut adalah beberapa indikator yang
digunakan dalam percobaan:
a. Indikator Ditizon
Ditizon (1,5 difenil-3-mercatoformosan) merupakan salah satu
indikator yang cukup luas penggunaannya pada pembentukan senyawa
kompleks. Ditizon merupakan senyawa yang berbentuk kristal, dengan warna
hitam keunguan mempunyai 2 bentuk tautomer dan merupakan senyawa asam
lemah monobosa dengan harga pKa = 4,5.
Universitas Indonesia
b. Indikator Eriochrome B
Black
lack T (EBT) yang mempunyai rumus struktur
molekul berikut:
Universitas Indonesia
ditizon, indikator ini diperlukan untuk menunjukkan suatu TA (titik akhir) titrasi.
Perubahan warna yang terjadi adalah dari ungu ke pink merah.
Pada percobaan kedua dilakukan penetapan kadar Mg(OH)3 dengan
larutan baku Na2EDTA, diperlukan buffer Amonia – Amonium klorida untuk
mempertahankan pH basa sehingga kompleks Mg-Na2EDTA yang terbentuk lebih
stabil. Dengan penambahan indikator EBT, akan terjadi perubahan warna ungu.
Ketika dititrasi dengan larutan baku Na2EDTA akan terjadi perubahan warna dari
ungu ke biru, hal ini menandakan telah mencapai TA titrasi. Indikator EBT
digunakan karena cukup mudah dilihat dalam perubahan warnanya, selain itu
indikator EBT juga stabil pada pH 6-11.
1. Berikut adalah reaksi dari Mg(OH)2 dengan HCl:
2Mg(OH)2 + 4HCl 2MgCl2 + 4H2O
H
O
N
a
O
S
N
3
+ MgCl2
O
N
2
Eriochrome black
O
M N
g
O
N
a
O
S
3
+ 2HCl
O
N
2
O
O
O
H
O
H
M
g
+ MgCl2 + 2HCl
N
a
O
O
N
a
N
a
O
O
N
a
O
O
Universitas Indonesia
O
M N
g
O
O
H
O
H
O
N
a
O
S
3
N
a
O
O
N
a
+
O
O
N
2
O
H
H
O
O
N
a
O
S
N
M
g
N
N
a
O
O
N
a
+
O
Blue
O
N
2
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Kadar rata-rata Al(OH)3 dalam tablet Lagesil dengan no. batch 45122 adalah
sebesar 102,57 %. Hasil ini memenuhi syarat.
b. Kadar rata-rata Mg(OH)2 dalam tablet Lagesil dengan no. batch 45122 adalah
sebesar 99,15 %. Hasil ini memenuhi syarat.
15 Universitas Indonesia
Vogel, A.I, (1997). A Text book of Quantitative Inorganic Analysis. 3rd, hal 23-25,
____, (2010). USP 32 volume II, hal 1401-1405.
Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Depok
:UI.
Jenkins, G.L, Knevel, A.M, (2008). Quantitative Pharmaceutical Chemistry. 6th
edition, hal 152-155. New York: McGraw Hill Book Company.
16 Universitas Indonesia