Nurhayati Tahir
‘Fakultas Kesehatan Masyarakat’
‘Universitas Gorontalo’
email:nurhayatitahir003@gmail.com
ABSTRAK
Desa bolihutuo merupakan sebuah wilayah yang berada di kecamatan botumoito kabupaten
Boalemo dengan batas dusun ll disebelah Utara, teluk Tomini sebelah selatan, desa tapadaa
sebelah timur dan desa pontolo sebelah barat.Berdasarkan data yang diperoleh melalui
identifikasi masalah yang telah di lakukan oleh mahasiswa peserta Pengalaman Belajar
Lapangan I (PBL-I) FKM UG di Desa Bolihutuo yang berada di Kecamatan Botumoito
Kabupaten Boalemo terdapat prsentase data 54,2% atau sebanyak 300 KK kurangya pemberian
makanan pendamping asi yang tersebar di tiga dusun sehingga masalah terkait pengaaruh
pemberian makanan pendamping asi perlu di atasi untuk menghindari bayi terkena dampak
penyakit yang bisa ditimbulkan membuat kegiatan intervensi non fisik di Desa Bolihutuo
Kata kunci
ABSTRACT
Bolihutuo village is an area in the Botumoito sub-district, Boalemo district, with the
boundaries of Hamlet II to the north, Tomini Bay to the south, Tapadaa village to the east and
Pontolo village to the west. based on data obtained through identification of problems that
have been carried out by students participating in field learning experiences l (PBL-l) FKM
UG in Bolihutuo village in Botumoito sub-district, Boalemo district, there is a data percentage
of 54.2% or as many as 300 households lack of complementary feeding which are spread
across three hamlets so that problems related to the effect of complementary feeding for ASI
need to be addressed to prevent babies from being affected by diseases that can be caused by
making non-physical intervention activities in Bolihutuo village
PENDAHULUAN
Masa pertumbuhan bayi dan balita merupakan masa yang paling berharga. Dalam setiap
langkah-langkah dan perkembangannya orang tua mempunyai keinginan untuk memberikan
yang terbaik. Salah satu masa terpenting yaitu disaat bayi mulai makan makanan pendamping
ASI. Pada dasarnya pemberian makanan pendamping ASI dimalai pada usia lebih dari 6 bulan.
Pada saat bayi usia 0-5 bulan seluruh makanan bayi diperoleh 100 % dari makanan cair ( ASI /
susu formula ) dan pada saat memasuki umur 6 bulan terdapat kesenjangan energi yang kurang
terpenuhi hanya dengan memberikan ASI atau susu formula, oleh sebab itu membutuhkan
makanan pendamping ASI.
Masalah kekurangan gizi secara global sampai saat ini masih mendapatkan perhatian
utama terutama di sebagian negara berkembang. Masalah gizi tersebut meliputi stunting (tinggi/
panjang badan menurut umur dengan nilai z skor kurang dari-2 SD), dan defisiensi mikronutrien
(Unicef, Child Malnutrition And Covid-19,2020). Status gizi anak di bawah lima tahun
merupakan indikator kesehatan yang penting karena usia Balita merupakan kelompok yang
rentan terhadap masalah gizi dan penyakit stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak
Balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Unicef, The
State Of The World’s Children 2019). Risiko yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam
jangka pendek diantaranya meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian, gangguan
perkembangan (kognitif, motorik, bahasa), meningkatnya beban ekonomi untuk biaya perawatan
dan pengobatan anak yang sakit. Jangka panjang menyebabkan menurunnya kesehatan
reproduksi, konsentrasi belajar, dan rendahnya produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2020)
Menurut WHO pemberian makanan pendamping asi pada usia 6 bulan karena bayi
memerlukan tambahan energi dan zat gizi makanan lebih banyak terutama zat besi dan hal ini
tidak bisa terpenuhi hanya dengan memberikan asi, kebutuhan energi usia 6 – 8 bulan adalah
kurang lebih 700 KKal dan energi yang didapat dari ASI kurang lebih 450 KKal dan
kekurangannya dapat dipenuhi dari pemberian makanan tambahan (soyanita &
kumalasari,2019).Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) Kementerian Kesehatan
2018 menunjukkan bahwa bayi usia dibawah 5 tahun yang mengalami masalah gizi sebesar 17,7
% yang terdiri dari balita dengan gizi buruk sejumlah 3,9 % dan gizi kurang sejumlah 13,8 %,
sedangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) 2019
ditargetkan bayi yang mengalami masalah gizi turun menjadi 17 %. Dari 34 provinsi di
Indonesia, jawa timur merupakan provinsi yang mempunyai jumlah balita yang mengalami
masalah gizi kurang cukup besar yaitu sebanyak 12,6 % pada tahun 2017 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 13,4 %.Upaya untuk mengatasi gizi kurang pada balita
yaitu dengan program Germas ( gerakan masyarakat hidup sehat ) serta adanya sinergi program
kementrian dan lembaga yang programmya terdiri dari peningkatan derajat kesehatan ibu dan
anak. Sosialisasi dan edukasi untuk pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan
sampai usia dua tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI (yuliyanti mona,2022).
METODE PELAKSANAAN
Berdasarkan hasil data identifikasi masalah yang telah diperoleh pada PBL-1 terdapat 54,2 %
kurangnya pemberian makanan pendamping asi, dengan persentase data pada prioritas masalah
yang di angkat pada PBL-1 tersebut maka bentuk intervensi yang dilaksanakan yakni intervensi
non fisik dalam bentuk pemberian penyuluhan dan pengisian kuisioner secara door to door.
HASIL PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan intervensi non fisik yakni dilakukan penyuluhan dan pengisian kuisioner
secara door to door tentang pentingnya pemberian makanan pendamping asi yang dilakukan
oleh Mahasiswa PBL-2. Penyuluhan dan pengisian kuisisoner ini dilakukan untuk mengukur
sejauh mana ibu mengetahui pentingnya pemberian makanan pendamping asi pada bayi dan
mencegah bayi terhindar dari penyakit yang ditimbulkan.
Gambar 1. Proses pemberian penyuluhan dan pengisian kuisioner tentang pemberian MP ASI
Gambar 2. Proses pemberian makanan pendamping
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan 2 (PB
L-2) yang kami lakukan di Desa Bolihutuo Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo kami dap
at menyimpulkan bahwa telah di lakukan penyuluhan dan pengisian kuisioner yang diharapkan s
emoga masyarakat termotivasi untuk mengubah gaya hidup. Kami berharap kepada seluruh masy
arakat di Desa Bolihutuo agar lebih bisa lagi dalam memperhatikan makanan yang akan
diberikan kepada bayi agar tersebut terhindar dari penyakit.
REFERENSI
Apriyanti devi.2019.mp-asi & mom sharing (pt gramedia pustaka utama kompas
gramedia building)Jakarta
Arsyad gusman dkk.2021. pemberian makanan pendamping air susu ibu (mpasi). (cv
adanu abimata) Jawa barat
Hidayat tutik,dkk.(2019). pendamping gizi pada balita (grup penerbit cv budi utama)
Yogyakarta
Maesara dkk.(2021).hubungan pola makan dan riwayat asi ekslusif dengan kejadian
stunting pada balita di kabupaten gorontalo (public health nutrision journal)
vol.1.no.1