ABSTRAK
Chiller merupakan mesin pendingin yang banyak digunakan untuk pendinginan udara
pada gedung-gedung besar. Dunia industri juga menggunakan chiller selain untuk
pengkondisian udara juga digunakan untuk proses produksi dari perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan langsung pada aplikasi industri manufaktur plastik. Dimana
chiller digunakan untuk mendinginkan roll ekstruder dan muolding. Penelitian ini
membandingkan COP (Coeffisient Of Performance) dua mesin Chiller Air Cooled dan
Water Cooled dengan kapasitas cooling load yang sama yaitu 60 TR.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Chiller Water Cooled lebih maksimal
effisiensi kerja mesin dengan nilai COP 6,321. Untuk Chiller Air Coolled diperoleh
nilai COP 5,585. Dapat diasumsikan bahwa Chiller Water Cooled menggunakan media
fluida air untuk mendinginkan refrigrant pada posisi kondensor. Fluida air untuk
mendinginkan kondensor itu sendiri didinginkan lagi dengan menggunakan media
Cooling Tower. Sedangkan Chiller Air Cooled sendiri menggunakan media udara untuk
mendinginkan kondensornya. Sehingga temperatur lingkungan udara sangat
mempengaruhi hasil performancenya.
Kata Kunci: COP, Water Cold Chiller, Air Cold Chiller
1. PENDAHULUAN
Chiller adalah mesin refrigerasi yang memiliki fungsi utama mendinginkan air pada
sisi evaporatornya. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap tersusun atas empat bagian pokok,
yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator, yang masing-masing
dihubungkan dengan pipa penyalur fluida kerja. Chiller dapat di klasifikasikan sebagai
pendingin absorpsi dan pendingin kompresi refrigeran, berdasarkan siklus refrigeran
tempat mereka bekerja. Efisiensi energi pada sistem refrigerasi, dapat disimpulkan bahwa
sistem refrigerasi pada gedung atau yang digunakan untuk mendinginkan mesin produksi
pada dunia industri memang membutuhkan efisiensi energi.
Mesin refrigerasi jenis water chiller umumnya memiliki kapasitas yang cukup
besar, maka konsumsi energinya juga besar. Dengan demikian, pengoperasian mesin pada
kondisi kerja optimum yang memberikan konsumsi energi minimum sangat disarankan.
Mesin refrigerasi jenis water chiller pada umumnya menggunakan refrigeran sekunder
(secondary refrigerant) berupa air dingin (chilled water). Pada sistem refrigerasi yang
menggunakan secondary refrigerant, penggunaan energi yang efisien tidak semata-mata
dilihat dari konsumsi daya listrik mesin, tetapi penggunaan energi pada peralatan
penunjang, contohnya pompa sirkulasi air pendingin untuk chiler, perlu mendapatkan
perhatian.
𝐶𝑂𝑃𝑡ℎ = ℎ1−ℎ4
ℎ2−ℎ1
𝐶𝑂𝑃𝑎𝑐,𝑡 = 𝑄𝑒
𝑊𝑎𝑐,𝑡
Dimana:
COPth : Coefficient of Performance Thermal
COPact : Coefficient of Performance Actual
h : Enthalpy specific
Q : Heat transfer rate
W : Konsumsi energi pada kompresor.
2. METODE PENELITIAN
Dalam perhitungan COP perlu dilakukan pengambilan data enthalpy pada unit chiler. Data
yang diambil adalah Enthalpi h1 merupakan tekanan refrigran yang menuju kompresor.
Enthalpi h2 adalah tekanan yang keluar dari kompresor. Serta enyhalpi h3 merupakan
tekanan yang menuju exspansi. Pada penelitian ini data yang diukur adalah temperatur
pada entalphy h1, h2, dan h3. Selanjutnya untuk memperoleh angka enthalpi digunakan
diagram PH refrigran R22. Data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Pada penelitian ini menggunakan software COOLpack untuk mengetahui nilai COP pada
mesin chiller yang diteliti. Software ini merupakan software untuk aplikasi refrigerasi.
Chiller Air Coolled dan Water Coolled menggunakan kompresor 45 KW dengan kapasitas
cooling load 60 TR. Kompresor ini menggunakan refrigrant R22.
(a) (b)
Gambar 7 (a). Kompresor Air Coolled; (b). Kompresor Water Coolled
Dari data hasil pengukuran disimulasikan dengan software Coolpack untuk menghitung
nilai COP pada Chiller Air Colled dan Water Coolled. Hasil perhitungan simulasi
diperoleh nilai COP untuk Chiller Air Coolled adalah 5,585. Dan untuk Chiller Water
Coolled diperoleh nilai COP 6,321.
CoolPack CYCLE ANALYSIS : ONE-STAGE CYCLE
> DX EVAPORATOR
LOG(p),h-DIAGRAM
T4 : 37,0 [°C] 3
QC : 52,61 [kW] TC : 39,0 [°C]
T5 : 33,4 [°C] T3 : 72,6 [°C]
SUB-DIAGRAM
WINDOWS
W : 8,058 [kW]
m : 0,2625 [kg/s]
7
QE : 45 [kW] TE : 10,0 [°C]
Version 1.48
TOOL C.1 REFRIGERANT : R22 COP : 5,585 COP* : 5,621 CARNOT : 0,576
T4 : 35,0 [°C] 3
QC : 51,76 [kW] TC : 37,0 [°C]
T5 : 31,9 [°C] T3 : 67,8 [°C]
SUB-DIAGRAM
WINDOWS
W : 7,119 [kW]
m : 0,2589 [kg/s]
7
QE : 45 [kW] TE : 11,0 [°C]
Version 1.48
TOOL C.1 REFRIGERANT : R22 COP : 6,321 COP* : 6,362 CARNOT : 0,582
Pada gambar simulasi terdapat diagram PH hasil simulasi. State point untuk diagram PH
pada aplikasi Chiller Air Cooled dan Chiller Water Coolled dapat dilihat pada Tabel
berikut:
STATE POINTS
TEMPERATURE PRESSURE ENTHALPY DENSITY
STATE POINT 3
Additional information
[°C] [kPa] [kJ/kg] [kg/m ]
STATE POINTS
TEMPERATURE PRESSURE ENTHALPY DENSITY
STATE POINT 3
Additional information
[°C] [kPa] [kJ/kg] [kg/m ]
Adapun tahapan siklus kerja pada gambar diagram PH dan gambar state poin dapat
diterjemahkan sbb:
Langkah 1-2-3 adalah merupakan kerja yang dilakukan oleh unit kompresor
Langkah 3-4-5 adalah kerja yang dilakukan oleh unit kondensor COP : 6,321 COP* : 6,362
Langkah 5-6 adalah merupakan penurunan tekanan yang dihasilkan oleh ekspansi
Langkah 6-7-8-1 adalah merupakan kerja yang dihasilkan oleh unit evapurator
COP
COP
4. KESIMPULAN
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Andri Reynaldi, Engkos Koswara, “Analisis efisiensi kerja chiller pada mesin
ekstruder Di pt. Arteria daya mulia cirebon”
2. M. Nuriyadi, Ade S. Margana, “Evaluasi dan optimasi efisiensi energi sistem
chiller Dengan proses descaling”, Jurnal ROTOR, Volume 12 Nomor 2, November 2019
3. Asep Rindika, Indra Saputra, “Analisa performansi tipe water cooled chiller
centrifugal kapasitas 2000 tr pada gedung central park mall”
4. Jakarta barat, SNITT- Politeknik Negeri Balikpapan 2020, ISBN: 978-602-51450-2-5 R.
Trott and T. Welch “Refrigeration and Air-Conditioning” Typeset in India at
Replika Press Pvt Ltd, Delhi 110 040, India Printed and bound in Great Britain,
2000.