Anda di halaman 1dari 8

ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

PERBANDINGAN COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP)


CHILER WATER COOLLED DENGAN AIR COOLED

Syofyan Anwar Syahputra 1, Fadlan Siregar 2 , Joel Panjaitan 3


1,3
Program Studi Teknik Elektro, Akademi Teknik Deli Serdang
2
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Cut Nyak Dhien
Email: anwar.sofyan99@gmail.com

ABSTRAK
Chiller merupakan mesin pendingin yang banyak digunakan untuk pendinginan udara
pada gedung-gedung besar. Dunia industri juga menggunakan chiller selain untuk
pengkondisian udara juga digunakan untuk proses produksi dari perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan langsung pada aplikasi industri manufaktur plastik. Dimana
chiller digunakan untuk mendinginkan roll ekstruder dan muolding. Penelitian ini
membandingkan COP (Coeffisient Of Performance) dua mesin Chiller Air Cooled dan
Water Cooled dengan kapasitas cooling load yang sama yaitu 60 TR.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Chiller Water Cooled lebih maksimal
effisiensi kerja mesin dengan nilai COP 6,321. Untuk Chiller Air Coolled diperoleh
nilai COP 5,585. Dapat diasumsikan bahwa Chiller Water Cooled menggunakan media
fluida air untuk mendinginkan refrigrant pada posisi kondensor. Fluida air untuk
mendinginkan kondensor itu sendiri didinginkan lagi dengan menggunakan media
Cooling Tower. Sedangkan Chiller Air Cooled sendiri menggunakan media udara untuk
mendinginkan kondensornya. Sehingga temperatur lingkungan udara sangat
mempengaruhi hasil performancenya.
Kata Kunci: COP, Water Cold Chiller, Air Cold Chiller

1. PENDAHULUAN
Chiller adalah mesin refrigerasi yang memiliki fungsi utama mendinginkan air pada
sisi evaporatornya. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap tersusun atas empat bagian pokok,
yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator, yang masing-masing
dihubungkan dengan pipa penyalur fluida kerja. Chiller dapat di klasifikasikan sebagai
pendingin absorpsi dan pendingin kompresi refrigeran, berdasarkan siklus refrigeran
tempat mereka bekerja. Efisiensi energi pada sistem refrigerasi, dapat disimpulkan bahwa
sistem refrigerasi pada gedung atau yang digunakan untuk mendinginkan mesin produksi
pada dunia industri memang membutuhkan efisiensi energi.
Mesin refrigerasi jenis water chiller umumnya memiliki kapasitas yang cukup
besar, maka konsumsi energinya juga besar. Dengan demikian, pengoperasian mesin pada
kondisi kerja optimum yang memberikan konsumsi energi minimum sangat disarankan.
Mesin refrigerasi jenis water chiller pada umumnya menggunakan refrigeran sekunder
(secondary refrigerant) berupa air dingin (chilled water). Pada sistem refrigerasi yang
menggunakan secondary refrigerant, penggunaan energi yang efisien tidak semata-mata
dilihat dari konsumsi daya listrik mesin, tetapi penggunaan energi pada peralatan

21 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

penunjang, contohnya pompa sirkulasi air pendingin untuk chiler, perlu mendapatkan
perhatian.

Sistem Refrigerasi Water Chiller


Water chiller terdiri dari beberapa komponen utama yaitu evaporator, kondensor,
kompresor serta alat ekspansi. Pada evaporator dan kondensor terjadi pertukaran kalor.
Pada water chiller terdapat air sebagai refrigeran sekunder untuk mengambil kalor dari
bahan yang didinginkan ke evaporator. Air ini mengalami perubahan suhu bila menyerap
kalor dan melepaskannya di evaporator. Gambar 1 memperlihatkan skema water chiller
dimana air dingin yang dihasilkan digunakan untuk mendinginkan ruangan dengan media
aliran udara dari blower/fan yang ada di AHU. Secara umum prinsip kerjanya adalah
sebagai berikut, Refrigeran didalam kompresor dikompresikan kemudian dialirkan ke
kondensor. Refrigeran yang mengalir ke kondensor mempunyai tekanan dan temperatur
yang tinggi. Di kondensor refrigeran didinginkan oleh media pendingin di kondensor
sehingga terjadi perubahan fase dari uap menjadi cair. Kemudian refrigeran mengalir
menuju katup ekspansi dan terjadi penurunan tekanan dan temperatur.

Gambar 1 Sistem siklus chiller

Kinerja sistem refrigerasi water chiller


Daur kompresi uap standar merupakan siklus, dimana pada siklus tersebut terjadi
beberapa proses sebagai berikut dan dapat dilihat pada Gambar 2 :
• 1–2: merupakan proses kompresi, dari uap tekanan rendah menuju ke tekanan
kondensasi.
• 2–3: merupakan proses pelepasan kalor pada tekanan tinggi, menyebabkan penurunan
panas lanjut (desuperheating) dan pengembunan refrigeran
• 3–4: merupakan proses ekspansi, dari fase cair menuju tekanan evaporasi.
• 4–1: merupakan proses penyerapan kalor pada tekanan rendah yang menyebabkan
terjadinya penguapan.

22 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

Gambar 2. Siklus Kompresi


Komponen Chiller Tipe Water Cooled
Tipe water cooled chiller centrifugal memiliki beberapa komponen utama yaitu:
Kompresor: Kompresor adalah alat yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan fluida
dengan cara dimampatkan.
Kondensor: Kondensor adalah tempat berubahnya fase refrigeran dari gas bertekanan dan
bertemperatur tinggi menjadi cair bertemperatur tinggi dengan cara melepas panasnya ke
air yang di alirkan pada kondensor dan selanjutnya air didistribusikan ke cooling tower
untuk didinginkan.
Evaporator: Cooled water Evaporator adalah tempat berubah fase refrigeran cair ke gas
dengan cara menyerap panas dari air yang melalui evaporator setelah panas air diserap
kemudian air akan didistribusikan ke AHU atau FCU.
Ekspansi: Alat Ekspansi yang digunakan pada chiller di Central Park Mall Jakarta Barat
adalah inlear float chamber yang dimana sistem ekspansi ini menggunakan bandul sebagai
pengontrol aliran refrigeran ke dalam evaporator.
Cooling Tower: Cooling Towermerupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menurunkansuhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfir.

Coeffisien Of Performance (COP)


Karena siklus kompresi uap menggunakan energi untuk memindahkan energi, rasio
dari dua kuantitas dapat digunakan secara langsung sebagai ukuran dari kinerja sistem.
Rasio COP pertama kali diungkapkan oleh Sadi Carnot pada tahun 1824 untuk siklus yang
ideal, dan berdasarkan pada sistem yang dua suhu, dengan asumsi bahwa panas semua
ditransfer pada suhu konstan (Gambar 3). Karena ada kerugian mekanik dan termal di
sebuah sirkuit yang nyata, koefisien kinerja COP akan selalu kurang dari angka Carnot
yang ideal. Untuk tujuan praktis dalam kerja sistem, rasio itu adalah efek dari pendinginan
ke daya masuk kompresor.

23 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

Gambar 3 Siklus Carnot Ideal


Gambar 3 merupakan siklus perpindahan panas ideal yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan besarnya COP pada unit chiller. Perbandingan besarnya kalor
yang diserap oleh evapurator dengan daya kerja yang dilakukan oleh kompresor menjadi
acuan untuk menentukan besarnya COP. Dalam kata lain COP bisa juga diartikan pada
aplikasi dilapangan dengan istilah EER (Energi Effisiensi Rasio).
COP (atau EER) = Qe/W
= Kalor diserap evaporator
Kerja dilakukan kompresor
Untuk mengetahui berapa besar COP pada sistem chiller dapat digunakan Persamaan
berikut ini.

𝐶𝑂𝑃𝑡ℎ = ℎ1−ℎ4
ℎ2−ℎ1

𝐶𝑂𝑃𝑎𝑐,𝑡 = 𝑄𝑒
𝑊𝑎𝑐,𝑡

Dimana:
COPth : Coefficient of Performance Thermal
COPact : Coefficient of Performance Actual
h : Enthalpy specific
Q : Heat transfer rate
W : Konsumsi energi pada kompresor.

24 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

Gambar 4 Chiller Air Coled

Gambar 5 Chiller Water Coled

2. METODE PENELITIAN

Dalam perhitungan COP perlu dilakukan pengambilan data enthalpy pada unit chiler. Data
yang diambil adalah Enthalpi h1 merupakan tekanan refrigran yang menuju kompresor.
Enthalpi h2 adalah tekanan yang keluar dari kompresor. Serta enyhalpi h3 merupakan
tekanan yang menuju exspansi. Pada penelitian ini data yang diukur adalah temperatur
pada entalphy h1, h2, dan h3. Selanjutnya untuk memperoleh angka enthalpi digunakan
diagram PH refrigran R22. Data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Water Chiller Air Cold Water Cold


Kapasitas 60 TR 60 TR
Temperatur masuk kompresor (T1) 100C 110C
Temperatur keluar kompresor (T2) 910C 790C
Temperatus masuk expansi (T3) 390C 370C
Water output temperatur 50C 70C

25 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

Pada penelitian ini menggunakan software COOLpack untuk mengetahui nilai COP pada
mesin chiller yang diteliti. Software ini merupakan software untuk aplikasi refrigerasi.

Gambar 6 Software Coolpack

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Chiller Air Coolled dan Water Coolled menggunakan kompresor 45 KW dengan kapasitas
cooling load 60 TR. Kompresor ini menggunakan refrigrant R22.

(a) (b)
Gambar 7 (a). Kompresor Air Coolled; (b). Kompresor Water Coolled

Dari data hasil pengukuran disimulasikan dengan software Coolpack untuk menghitung
nilai COP pada Chiller Air Colled dan Water Coolled. Hasil perhitungan simulasi
diperoleh nilai COP untuk Chiller Air Coolled adalah 5,585. Dan untuk Chiller Water
Coolled diperoleh nilai COP 6,321.
CoolPack CYCLE ANALYSIS : ONE-STAGE CYCLE
> DX EVAPORATOR
LOG(p),h-DIAGRAM

QSGHX : 1,247 [kW]


2
5 4 T2 : 72,6 [°C]

T4 : 37,0 [°C] 3
QC : 52,61 [kW] TC : 39,0 [°C]
T5 : 33,4 [°C] T3 : 72,6 [°C]

SUB-DIAGRAM
WINDOWS

W : 8,058 [kW]

m : 0,2625 [kg/s]

7
QE : 45 [kW] TE : 10,0 [°C]

6 X6 : 0,15 [kg/kg] T7 : 15,0 [°C]

© 1999 - 2001 8 1 T8 : 16,0 [°C]


Department of T1 : 22,3 [°C]
Mechanical Engineering
Technical Univ ersity
of Denmark

Version 1.48
TOOL C.1 REFRIGERANT : R22 COP : 5,585 COP* : 5,621 CARNOT : 0,576

Gambar 8 Hasil Simulasi Chiller Air Coolled

26 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering
CYCLE ANALYSIS : ONE-STAGE CYCLE E-ISSN 2722-0303
CoolPack > DX EVAPORATOR
LOG(p),h-DIAGRAM

QSGHX : 1,061 [kW]


2
5 4 T2 : 67,8 [°C]

T4 : 35,0 [°C] 3
QC : 51,76 [kW] TC : 37,0 [°C]
T5 : 31,9 [°C] T3 : 67,8 [°C]

SUB-DIAGRAM
WINDOWS

W : 7,119 [kW]

m : 0,2589 [kg/s]

7
QE : 45 [kW] TE : 11,0 [°C]

6 X6 : 0,13 [kg/kg] T7 : 16,0 [°C]

© 1999 - 2001 8 1 T8 : 17,0 [°C]


Department of T1 : 22,4 [°C]
Mechanical Engineering
Technical Univ ersity
of Denmark

Version 1.48
TOOL C.1 REFRIGERANT : R22 COP : 6,321 COP* : 6,362 CARNOT : 0,582

Gambar 9 Hasil Simulasi Chiller Water Coolled

Pada gambar simulasi terdapat diagram PH hasil simulasi. State point untuk diagram PH
pada aplikasi Chiller Air Cooled dan Chiller Water Coolled dapat dilihat pada Tabel
berikut:
STATE POINTS
TEMPERATURE PRESSURE ENTHALPY DENSITY
STATE POINT 3
Additional information
[°C] [kPa] [kJ/kg] [kg/m ]

1 22,3 670,1 263,0 26,5 Pressure ratio (p2 / p1 ) : 2,260

2 72,6 1514,0 290,6 53,4 T2,IS : 65,5 [°C]


3 72,6 1495,6 290,8 52,6 T2,IS is the temperature of the
4 37,0 1495,6 90,4 1144,5 discharge gas assuming reversible
and adiabatic compression
5 33,4 1495,6 85,8 1159,8
----- T2,W : 76,2 [°C]
6 10,0 680,3 85,8
7 15,0 680,3 257,2 28,0 T2,W is the temperature of the
discharge gas assuming real and
8 16,0 670,1 258,2 27,4 adiabatic compression

Gambar 10 Tabel State Point Chiller Air Coolled

STATE POINTS
TEMPERATURE PRESSURE ENTHALPY DENSITY
STATE POINT 3
Additional information
[°C] [kPa] [kJ/kg] [kg/m ]

1 22,4 690,6 262,7 27,4 Pressure ratio (p2 / p1 ) : 2,087

2 67,8 1441,2 287,4 51,6 T2,IS : 61,3 [°C]


3 67,8 1423,5 287,6 50,8 COP :T5,585 COP*
2,IS is the temperature : 5,621
of the
4 35,0 1423,5 87,7 1153,1 discharge gas assuming reversible
and adiabatic compression
5 31,9 1423,5 83,8 1166,1
----- T2,W : 71,0 [°C]
6 11,0 701,0 83,8
7 16,0 701,0 257,6 28,8 T2,W is the temperature of the
discharge gas assuming real and
8 17,0 690,6 258,6 28,2 adiabatic compression

Gambar 11 Tabel State Point Chiller Water Coolled

Adapun tahapan siklus kerja pada gambar diagram PH dan gambar state poin dapat
diterjemahkan sbb:
 Langkah 1-2-3 adalah merupakan kerja yang dilakukan oleh unit kompresor
 Langkah 3-4-5 adalah kerja yang dilakukan oleh unit kondensor COP : 6,321 COP* : 6,362
 Langkah 5-6 adalah merupakan penurunan tekanan yang dihasilkan oleh ekspansi
 Langkah 6-7-8-1 adalah merupakan kerja yang dihasilkan oleh unit evapurator

27 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021


ATDS SAINTECH - Journal of Engineering E-ISSN 2722-0303

COP

COP

Air Colled Water Cooled

Gambar 12 Diagram Perbandingan COP Chiller

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan COP dengan menggunakan simulasi Coolpack dapat


disimpulkan:
1. Chiller Air Coolled dengan menggunakan media udara sebagai pendigin kondensor
diperoleh nilai COP 5,585
2. Chiller Water Coolled dengan menggunakan media air cooling tower sebagai
pendingin kondensor diperoleh nilai COP 6,321
3. Dari perbandingan nilai COP tersebut dapat disimpulkan Chiller Water Cooled
performance kerja mesinnya lebih efisien.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Andri Reynaldi, Engkos Koswara, “Analisis efisiensi kerja chiller pada mesin
ekstruder Di pt. Arteria daya mulia cirebon”
2. M. Nuriyadi, Ade S. Margana, “Evaluasi dan optimasi efisiensi energi sistem
chiller Dengan proses descaling”, Jurnal ROTOR, Volume 12 Nomor 2, November 2019
3. Asep Rindika, Indra Saputra, “Analisa performansi tipe water cooled chiller
centrifugal kapasitas 2000 tr pada gedung central park mall”
4. Jakarta barat, SNITT- Politeknik Negeri Balikpapan 2020, ISBN: 978-602-51450-2-5 R.
Trott and T. Welch “Refrigeration and Air-Conditioning” Typeset in India at
Replika Press Pvt Ltd, Delhi 110 040, India Printed and bound in Great Britain,
2000.

28 Vol. 2 No. 1, Edisi Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai