Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Psikiatri tentang
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Dosen Pengampu: Reni Nuryani, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J & Sri Wulan Lindasari,
M.Kep,.Ners

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aisyah Mulyanti 2004200
Anisa Adawiah 2002925
Hilda Khalisa 2003897
Nisa Yoelia Nur Allif 2001605
Puspa Dewi Anggraini 2005799
Renalda Dhava Sanggara 2000862
Shafa Salsabila 2001776

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DI SUMEDANG
2022
I. TOPIK

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi sensori dengan tujuan klien


mampu berespons dan mengekspresikan perasaan melalui gambar.

II. TUJUAN

2.1 Tujuan Umum


Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap
2.2 Tujuan Khusus
a. Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat
b. Klien mampu mengekpresikan perasaan melalui gambar

2.3 Tujuan Saat ini


a. Klien mampu memngikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Klien mampu menggambar hingga selesai
c. Klien mampu menyebutkan gambar tersebut
d. Klien mampu menceritakan makna pada gambar tersebut

III. LANDASAN TEORI

Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu bentuk terapi yang dilakukan


melibatkan beberapa orang untuk dijadikan sebuah kelompok dan didalamnya
terdapat perawat. Terapi kelompok dapat lebih efektif jika sesuai dengan
teori/model keperawatan yang relevan. Teori keperawatan merupakan dasar dimana
model dan tindakan keperawatan dikembangkan, begitu banyak teori keperawatan
yang dapat diterapkan pada terapi kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pasien
dan keluarga, seperti :
a. Model Promosi Kesehatan (Nola J. Pender)

Fokus dari teori Nola J. Pender adalah klien sehat melalui promosi kesehatan,
Pender berasumsi bahwa individu adalah organisme biofisik yang dibentuk oleh

1
lingkungan, tetapi juga berusaha menciptakan lingkungan dimana hubungan antara
manusia dan lingkungan bersifat timbal balik (Peptirin, 2020). Dasar dari teori Pender
adanya proporsi teoritis perilaku dan karakteristik mempengaruhi keyakinan,
pengaruh, dan pemberlakuan perilaku yang mempromosikan kesehatan.
Orang-orang berkomitmen untuk terlibat dalam perilaku yang darinya mereka
mengantisipasi memperoleh manfaat yang dihargai secara pribadi. Hambatan dapat
membatasi komitmen untuk bertindak. Kompetensi untuk melaksanakan perilaku
tertentu meningkatkan kemungkinan komitmen untuk bertindak dan kinerja aktual.
Pengaruh positif terhadap suatu perilaku menghasilkan efikasi diri yang dirasakan
lebih besar. Orang dapat memodifikasi kognisi, afek, pengaruh interpersonal, dan
pengaruh situasional untuk menciptakan insentif bagi perilaku yang meningkatkan
kesehatan.
b. Model Kenyamanan (Katherine Kolcaba)

Teori kenyamanan dari Kolcaba menyatakan bahwa kenyamanan merupakan


“untuk memperkuat” dimana kenyamanan pada pasien ketika pasien mampu
melakukan kegiatannya dengan baik dan itu menimbulkan kepuasan bagi perawat
(Alligood, 2014). Kenyaman ini berkaitan erat dengan kenyamanan fisik, kenyamanan
sosiokultural, dan kebutuhan kenyamanan lingkungan, sejalan yang disampaikan
Kolcaba dalam Stuart (2016) pada fase awal meliputi pertemuan kelompok dimana
kelompok mulai menetap, ini berarti kelompok tersebut memiliki masalah atau stressor
yang sama.
Fase ini juga ditandai dengan adanya kecemasan diterima atau tidaknya di dalam
kelompok, adanya pengaturan norma atau aturan yang disampaikan, dan anggota
kelompok dapat menentukan berbagai peran yang akan dilaksanakan dalam terapi
kelompok ini, pada fase awal ini anggota kelompok harus saling nyaman dengan
keadaan psikososial dan spiritual.
c. Model Transpersonal Caring (Jean Watson)

Teori Transpersonal Caring dari Jean Watson memfokuskan bagaimana seseorang


dapat berperilaku caring, salah satu wujud nyata dalam teori transpersonal ini adalah
melalui terapi kelompok yang difokuskan pada pembelajaran interpersonal sebagai

2
mekanisme utama perubahan dalam berperilaku. Pendekatan interpersonal
menempatkan terapis di antara anggota kelompok lainnya tanpa membedakan identitas
terapis dan batas-batas kelompok secara keseluruhan (Burrows, 1985).
d. Model Transisi (Afaf Ibrahim Maleis)

Transisi merupakan sebagian dari dua periode yang relatif stabil dari waktu ke
waktu dipicu oleh perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan (Meleis, 2010).
Konsep utama dari teori ini diantaranya tipe dan pola transisi, pengalaman transisi,
kondisi yang dapat mendukung dan menghambat transisi, adanya indikator dari proses
serta hasil dan keperawatan terapeutik (Alligood, 2014). Penyebab kejadian dari teori
transisi yaitu adanya pertumbuhan dan perkembangan, kondisi sehat-sakit sehingga
intervensi yang diberikan tidak hanya pada individu tetapi juga pada sosialnya.
e. Model Diversitas dan Universalitas (Madelein Leinenger)

Tujuan dari teori Leininger adalah untuk menemukan keragaman dan universalitas
asuhan manusiawi yang dihubungkan dengan cara pandang dunia, struktur sosial, dan
dimensi lain serta untuk menemukan cara untuk menyediakan perawatan yang sesuai
secara budaya baik yang sama budayanya maupun yang berbeda, guna untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan dalam menghadapi
ajal yang sesuai pada nilai budaya yang dianut (Alligood, 2014). Terdapat 7 komponen
yang ada pada Sunrise Model diantaranya faktor teknologi,
faktor-faktor keagamaan dan filosofis, faktor- faktor kekerabatan dan sosial, nilai
budaya dan keyakinan dan gaya hidup, faktor politik dan legal, faktor ekonomi dan
faktor pendidikan.
Dalam terapi aktivitas kelompok terdapat stimulasi sensorik yang merupakan
upaya merangsang semua indera (sensori) untuk memberikan respon yang memadai
(Keliat, 2009). Stimulasi sensorik adalah aktivitas yang digunakan untuk memberikan
rangsangan terhadap panca indra klien, kemudian diamati reaksi panca indra klien
berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, ucapan.
Terapi aktivitas kelompok untuk merangsang rangsangan sensorik pada pasien dengan
penurunan fungsi sensorik. Teknik yang digunakan meliputi penggunaan panca indera
dan kemampuan mengungkapkan rangsangan baik secara internal maupun eksternal

3
(Purwaningsih, 2009). Jadi, terapi stimulasi sensori adalah suatu jenis terapi dengan
cara menstimulasi indra klien untuk mendapatkan reaksi emosional atau perasaan
melalui gerakan tubuh, ekspresi, dan ucapan.

IV. KRITERIA KLIEN


4.1 Pasien dengan indikasi menarik diri dan harga diri rendah dan mulai
menunjukan kemampuan untuk interaksi sosial.
4.2 Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai
dengan stimulus yang diberikan.

V. PROSES SELEKSI
5.1 Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
5.2 Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
5.3 Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
5.4 Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

6.1 Tempat
Rumah Sakit Jiwa Cimalaka
6.2 Hari/tanggal
Selasa 6 November 2022
6.3 Waktu
10:00 WIB
6.4 Pengorganisasian
6.4.1 Jumlah dan nama klien
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang dari Rumah Sakit Jiwa
Cimalaka terdiri dari:
1. Ny. Aisyah
2. Ny. Puspa

4
3. Ny. Sari
4. Ny. Putri
5. Ny. Ara
Klien cadangan berjumlah 5 orang :
Ny. Sasa
Ny. Tina
Ny. Fafa
Ny. Yuni
Ny. Fara

6.4.2 Leader dan uraian tugas


a. Menyiapkan proposal kegiatan TAK
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
6.4.3 Co.Leader dan uraian tugas
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
6.4.4 Fasilitator dan uraian tugas
1. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
2. Memotivasi klien yang kurang aktif.
3. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memfasilitasi anggota kelompok
6.4.5 Observer dan uraian tugas
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2. Mencatat prilaku Verbal dan Non- verbal klien selama kegiatan
berlangsung
5
6.5 Langkah-langkah
6.5.1 Pra-Interaksi (Persiapan)
a. Memilih klien yang sesuai dengan indikasi dan kriteria yang ditetapkan.
b. Membuat kontrak dengan pasien yang akan dilakukan TAK.
c. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.
d. Mempersiapkan tempat yang akan digunakan.
6.5.2 Orientasi (5 menit)
a. Salam terapeutik.
1) Terapis mengucapkan salam kepada klien.
2) Terapis bertanya apakah pasien masih ingat nama-nama dari terapis. Jika
tidak, perkenalkan diri kembali.
3) Terapis menanyakan kabar dan perasaan klien.
b. Evaluasi validasi
1) Terapis menanyakan seputar jadwal kegiatan yang sudah disusun pada
pertemuan sebelumnya
e. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.
2) Terapis menjelaskan aturan main yang sudah ditetapkan, yakni:
a) Klien sudah kumpul di tempat 10 menit sebelum TAK dimulai.
b) Klien mengikuti TAK dari awal hingga akhir.
c) Klien mengikuti arahan dari terapis dan aktif dalam kegiatan.
d) Klien diperkenankan untuk keluar ruangan dengan meminta izin
terlebih dahulu kepada terapis.
e) Kegiatan berlangsung selama 35 menit.
3) Terapis menjelaskan waktu dan tempat TAK, kemudian membuat
persetujuan dengan klien.
6.5.3 Tahap Kerja (25 menit)
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan (menggambar).
b. Terapis menjelaskan manfaat-manfaat dari melakukan kegiatan yang akan
dilakukan.
c. Terapis menjelaskan cara bermain, yakni:
6
1) Peserta akan diposisikan melingkar (klien-fasilitator-klien).
2) Peserta akan melakukan pengundian mengenai tema/objek yang akan
digambar.
3) Setelah semua peserta mendapatkan undian, peserta diberikan alat
menggambar dan mulai menggambar dalam waktu 7 menit.
4) Setelah beres menggambar, peserta harus menjelaskan dan bercerita
mengenai gambar selama 3 menit secara bergiliran dengan metode spin
(memutar spidol).

6.5.4 Terminasi (5menit)


a. Evaluasi
1) Terapis mengevaluasi objektif klien dengan bertanya mengenai apa saja
kegiatan yang sudah dilakukan dan manfaatnya.
2) Terapi mengevaluasi subjektif klien dengan bertanya mengenai
bagaimana perasaan klien setelah dilakukan kegiatan, dan apakah ada
hambatan yang klien temui.
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis dan klien membuat kesepakatan untuk memasukkan kegiatan ini
ke dalam jadwal kegiatan harian klien.
2) Terapis menganjurkan klien untuk menampilkan kreativitasnya yang
mungkin bakat terpendamnya untuk mengalihkan perhatian dati perasaan
rendah diri.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis dan klien membuat kontrak kegiatan TAK selanjutnya dengan
menjelaskan sekilas kegiatan selanjutnya dan membuat kesepakatan
waktu dan tempat.

7
d. Format evaluasi
NO ASPEK YANG DINILAI NAMA KLIEN :

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
2 Menggambarkan sampai selesai
3 Menyebutkan gambar apa
4 Menceritakan makna gambar

6.6 Perilaku yang diharapkan


a. Klien aktif mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Klien berkreativitas menggambar objek yang ditentukan.
c. Klien mampu menjelaskan dan bercerita mengenai gambar yang dibuat.
d. Klien menambahkan kegiatan ini ke dalam jadwal kegiatan harian untuk
mendistraksi dan mengurangi perasaan rendah diri klien.
6.6.1 Persiapan
a. Persiapan terapis
1) Melakukan rapat kecil sebelum pelaksanaan
2) Menentukan leadee, co-leader, fasilitator, dan observator.
3) Mengetahui dan memahami kondisi pasien yang akan dilakukan TAK
4) Melalukan roleplay 1 jam sebelum kegiatan dimulai
5) Ciptakan suasana tempat yang nyaman, tidak bising, dan jauh dari
distraksi.
b. Persiapan Klien
1) Klien dipilih sesuai dengan indikasi dan kriteria yang ditetapkan.
2) Klien diberikan informed consent.
3) Klien dikondisikan maksimal 10 menit sebelum dimulai.
6.6.2 Proses
a. Peserta (klien dan terapis) kumpul ditempat dan pada waktu yang telah
disetujui, maksimal 10 menit sebelum kegiatan dimulai
b. Terapis mengkondisikan peserta untuk rapi dan tenang.
c. Terapis mengucapkan salam terapeutik dilanjukan memperkenalkan diri.
8
d. Terapis mengabsen klien dan mengevaluasi validasi yang sudah dijelaskan
pada tahapan kegiatan.
e. Terapis menjelaskan kegiatan menggambar dan manfaatnya untuk
memotivasi diri dan mengurangi perasaan rendah diri pasien.
f. Terapis menjelaskan aturan saat kegiatan berlangsung.
g. Terapis membuat kontrak dengan klien untuk menggambar dan menjelaskan
hasil gambaran.
h. Terapis (ketua) memposisikan peserta untuk melingkar (klien-fasilitator-
klien)
i. Terapi menjelaskan bahwa akan dilakukan undian untuk menentukan objek
apa yang harus digambar oleh setiap peserta, selanjutnya peserta akan
menggambar selama 7 menit, dan akan dilakukan spin untuk menentukan
siapa orang yang akan menjelaskan hasil gambarnya. Setiap orang harus
menjelaskan dan bercerita mengenai gambar yang dibuat.
j. Terapis akan memberikan peralatan yang diperlukan (undian, alat gambar,
dan alat penunjuk)
k. Seluruh peserta memulai kegiatan dengan diaba-abai oleh ketua.
l. Peserta mengambil undian.
m. Peserta mulai menggambar selama 7 menit.
n. Peserta dispin menggunakan spidol yang diputar. Peserta yang terpilih akan
bercerita mengenai gambarnya selama 3 menit. Seluruh peserta harus
mengikuti.
o. Peserta dan terapis harus memberikan pujian positif kepada karya semua
orang.
p. Terapis melakukan terminasi sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada
tahapan kegiatan
q. Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensori menggambar, kemampuan klien
tang diharapkan adalah mampu mengikuti kegiatan menggambar,

9
menyebutkan apa yang digambar, dan menjelaskan makna gambar yang
dibuat.
r. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan. Contoh: klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi sensori
menggambar, klien mengikuti sampai selesai, klien mampu menggambar
menyebutkan nama gambar, dan menjelaskan makna gambar. Anjurkan
klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar.
6.6.3 Hasil
a. Klien mempu mengembangkan kreativitasnya.
b. Klien mampu menemukan bakatnya.
c. Klien mampu mengutarakan perasaannya.
d. Klien mampu mendistraksi dan mengurangi perasaan rendah dirinya.
e. Percaya diri klien meningkat.

VII. PROGRAM ANTISIPASI


7.1 Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau pasien yang lain
c. Tanya alasan mengapa pasien tidak aktif saat aktivitas kelompok
d. Beri penjelasan kepada pasien mengenai keuntungan mengikuti aktivitas
kelompok
7.2 Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Panggil nama pasien
b. Tanya alasan pasien mengapa meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien
boleh kembali lagi
7.3 Bila pasien lain ingin ikut :
a. Memeberikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang
telah dipilih
10
b. Katakan pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat di
ikuti oleh pasien tersebut
c. Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut

VIII. ALAT BANTU


a. Kertas HVS
b. Pensil
c. Pensil warna/ krayon/spidol
d. Kursi 6

IX. SETTING TEMPAT


Keterangan :
L = Leader
CL = Co Leader
F = Fasilitator
O = Observer
K = Klien

11
L
F CO O

K K

K F

F K
K

X. PENUTUP
Proposal terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori ini dibuat sebagai rancangan
untuk melakukan kegiatan terapi pada pasien harga diri rendah. Tujuan dari TAKS ini
yaitu meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap pada pasien
dengan harga diri rendah. Pada proposal ini tim merancang kegiatan stimulasi sensori
dengan menggambar dengan hasil pasien mampu mendistraksi dan mengurangi
perasaan rendah dirinya . Demikian proposal ini tim kami rancang. Tim mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang sudah membantu proses penyusunan proposal ini.

XI. REFERENSI

Arifin, Yasir. 2009. Terapi Kelompok. 23 Mei 2009. Arifin Yasir: Blog (Diakses 28
April 2012). http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/terapi-
kelompok.html

Candra et al. n.d. Eksistensi Terapi Aktivitas Kelompok dalam Tindakan Keperawatan
Jiwa. (Diakses 28 April
2012). http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/laporan-terapi-
aktivitas kelompok.html
12
Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakara: EGC
Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai